BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain:
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan peneliti khususnya mengenai karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.
b. Bagi perusahaan, semoga penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pentingnya pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan dan dapat dijadikan pertimbangan bagi pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan perusahaan yang terkait dengan tanggung jawab sosialnya.
c. Bagi akademisi, semoga penelitian ini menambah bahan acuan atau literatur bagi penelitian selanjutnya dalam bidang akuntansi, terutama bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Hackston dan Milne Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu.
Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan alat manajeril yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007).
Standar pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia merujuk pada standar yang diterapkan Global Reporting Initiative (GRI). Global Reporting Initiative (GRI) adalah pelaporan, pengungkapan standar yang berindikator tanggung jawab sosial yang diemban oleh perusahaan untuk
menciptakan/memberikan manfaat pelaporan kepada para stakeholder perusahaan (GRI G-4). Standar GRI dipilih karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan sebagai kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan sustainability reporting.
Saat ini standar GRI versi terbaru, yaitu G4 telah telah banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia. GRI-G4 menyediakan kerangka kerja yang relevan secara global untuk mendukung pendekatan yang terstandarisasi dalam pelaporan yang mendorong tingkat transparansi dan konsistensi yang diperlukan untuk membuat informasi yang disampaikan menjadi berguna dan dapat dipercaya oleh pasar dan masyarakat.
Dalam standar GRI-G4, dampak yang ditimbukan oleh operasi perusahaan dibagi ke dalam tiga komponen utama, antara lain:
a. Dampak Ekonomi
Global Reporting Initiative (GRI) G-4 mendefinisikan dampak ekonomi langsung sebagai perubahan potensi produktif dari kegiatan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan komunitas atau para pemangku kepentingan dan prospek pembangunan dalam jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak ekonomi tidak langsung adalah konsekuensi tambahan yang muncul sebagai akibat pengaruh langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara organisasi dan para pemangku kepentingannya.
b. Dampak Lingkungan
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh operasi perusahaan terhadap lingkungan yang dinyatakan dalam 9 aspek, yaitu: (1) aspek bahan baku atau
20 material; (2) aspek energi; (3) aspek air; (4) aspek keanekaragaman hayati;
(5) aspek emisi; (6) aspek produk dan jasa; (7) aspek kepatuhan; (8) aspek transpor; dan (9) aspek lingkungan menyeluruh.
c. Dampak Sosial
GRI G-4 membagi dampak sosial kedalam 4 kategori, yakni hak asasi manusia (human rights) tenaga kerja (labor), masyarakat (society), serta tanggung jawab produk (product responsibility).
Total indikator yang terdapat dalam GRI mencapai 91 item (www.globalreporting.com). Dalam melakukan penilaian luas pengungkapan CSR, item-item yang akan diberikan skor mengacu kepada indikator kinerja GRI-G4.
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis. Skala ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka, termasuk informasi tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibandingkan dengan perusahaan kecil (Indraswari dan Astika, 2015).
Menurut Sembiring (2005), umumnya perusahaan besar lebih banyak mendapatkan sorotan dari publik mengenai aktivitasnya, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial akan menjadi sangat penting bagi perusahaan karena dengan
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial akan meningkatkan image perusahaan.
Ukuran perusahaan bisa didasarkan pada total aset (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar (Purnasiwi, 2011). Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma of natural untuk menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain (in of total asset) (Setiawan dan Putra, 2011). Nilai total aset biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainya, untuk itu variabel aset diperhalus menjadi Log Asset atau Ln Total Asset (Jogiyanto, 2007).
2.1.3 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983 dalam Beasley, 1996). Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif. Lebih jauh mereka menyatakan bahwa keefektifan dalam memonitor manajemen merupakan fungsi dari director mix (inside dan outside director). (Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983; Klein 1998 dalam Beasley, 2001).
Fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
22 mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).
Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dalam penelitian ini dewan komisaris diukur dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini konsisten dengan Beasley (2000) yaitu jumlah anggota dewan komisaris.
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat diukur dengan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva (return on asset) (Sjahrial, 2007). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) karena ROA paling berkaitan dengan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA menunjukkan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi akan mengajak investor institusional untuk mengadakan penanaman modal dalam perusahaan tersebut (Laksmitaningrum dan Purwanto, 2013). Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya (Purnasiwi, 2011).
Semakin tinggi laba bersih dan aset yang ada di perusahaan, maka akan semakin lengkap penyajian, pelaporan dan pengungkapan informasi yang terjadi di perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan target yang dicapai telah berhasil. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi maka memiliki dana yang tinggi pula sehingga akan berpengaruh pada biaya pengelolaan dan pelaporan informasi secara menyeluruh dan terbuka termasuk informasi CSR.
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset perusahaan. Ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi adalah perusahaan yang sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage rendah adalah perusahaan yang lebih banyak membiayai sendiri aset perusahaannya sehingga perusahaan memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Belkaoui dan Karpik, 1989).
Untuk mengukur tingkat leverage dalam penelitian ini konsisten dengan pengukuran yang dibuat oleh Robert (1992) yaitu menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
24 menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2015). Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor dengan pemilik perusahaan). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.
2.1.6 Tipe Industri
Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis yaitu high-profile industry dan low-profile industry (Roberts, 1992). Dalam membedakan industri high profile dan low profile, Robert menggambarkan industri high profile sebagai perusahaan - perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan atau disebut juga dengan consumer visibility, tingkat risiko politis yang tinggi atau tingkat kompetisi yang tinggi. Perusahaan dengan tipe industri ini memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Sedangkan industri low-profile adalah perusahaan - perusahaan yang mempunyai consumer
visibility dan political visibility yang rendah. Perusahaan dengan tipe industri ini mempunyai risiko yang terbilang rendah, sehingga sangat sedikit mendapat sorotan dari masyarakat luas.
Hubungan sistematis antara tipe industri dengan tanggung jawab sosial yang ditemukan dalam penelitian-penelitian terdahulu dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat (Sembiring, 2005).
Perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robert (1992), perusahaan yang termasuk ke dalam industri high-profile adalah perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, energy (listrik), engginering, kesehatan serta transportasi da pariwisata. Sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal dan produk rumah tangga.
2.2 Penelitian Terdahulu
26 negatif dan variabel Ukuran dan Profitabilitas berpengaruh positif
Variabel Independen : Kepemilikan Saham
Variabel Kepemilikan Saham Pemerintah dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial.
Variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Perusahaan berpengaruh positif
Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Perusahaan
terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
7 Indraswari dan Astika (2015)
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR Variabel Independen:
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Saham Publik
Variabel Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, sedangkan variabel Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan urutan teoretis dan tinjauan peneliti terdahulu maka variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dewan komisaris, leverage dan tipe industri, serta variabel dependennya yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
28 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah umumnya perusahaan besar lebih banyak mendapatkan sorotan dari publik dan masyarakat, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial akan menjadi sangat penting bagi
Ukuran Perusahaan (X1)
Dewan Komisaris (X2)
Profitabilitas (X3)
Leverage (X4)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Y) H2
H3
H4
H5 Tipe Industri
(X5)
H6 H1
perusahaan karena dengan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial akan meningkatkan image perusahaan. Perusahaan besar akan mempunyai kepentingan lebih besar untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.
2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dewan komisaris memiliki fungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Meningkatnya pertumbuhan laba yang terbentuk karena efektifitas pengelolaan aset mendorong aliran jumlah dana yang lebih besar sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Semakin tinggi laba bersih dan aset yang ada di perusahaan, maka akan semakin lengkap penyajian, pelaporan dan pengungkapan informasi yang terjadi di
30 perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.
2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi adalah perusahaan yang sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial untuk memprioritaskan dana yang tersedia memenuhi kewajiban yang ada. Sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage rendah adalah perusahaan yang lebih banyak membiayai sendiri aset perusahaannya sehingga perusahaan memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.3.5 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam membedakan industri high-profile dan low-profile, Robert (1992) menggambarkan high-profile industry sebagai perusahaan yang dalam pandangan konsumen mempunyai resiko politis yang lebih tinggi atau berkonsentrasi dalam persaingan yang ketat. Perusahaan dengan tipe industri ini memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Sedangkan industri
low-profile mempunyai risiko yang terbilang rendah, sehingga sedikit mendapat sorotan dari masyarakat luas. Hubungan sistematis antara tipe industri dengan tangung jawab sosial yang ditemukan dalam penelitian-penelitian terdahulu dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat dimana perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial.
2.3.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial merupakan alat manajeril yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan dan dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulakn perusahaan. Berdasarkan Laporan Tanggung Jawab Sosial yang dilaporkan perusahaan, para stakeholders dapat melihat bagaimana kinerja perusahaan tersebut. Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tersebut juga menggambarkan karakteristik dan ciri dari perusahaan itu sendiri. Beberapa karakteristik tersebut diduga dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di antaranya yaitu ukuran perusahaan, dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan tipe industri.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
32 penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris (Sugiono 2012:93).
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka konseptual di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
2. Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
3. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
4. Leverage berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
5. Tipe Industri berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
6. Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri secara simultan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab I maka penelitian ini tergolong ke dalam penelitian asosiatif kausal (sebab-akibat). Menurut Sugiyono (2016:30), “penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
3.2 Batasan Operasional
Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018.
34 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:80), populasi adalah sekumpulan obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah 159 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2018.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dipilih oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian atau dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016- 2018 secara berturut dan tidak mengalami delisting serta telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2016-2018.
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan tahunan dalam mata uang rupiah selama periode 2016-2018.
3. Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan data yang berkaitan dengan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian selama tahun 2016-2018.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode
Emiten Nama Emiten (Perusahaan)
Kriteria
36
No. Kode
Emiten Nama Emiten (Perusahaan)
Kriteria
49 GMFI Garuda Maintenance Facility Aero Asia
Tbk × × ×
No. Kode
Emiten Nama Emiten (Perusahaan)
Kriteria
38
No. Kode
Emiten Nama Emiten (Perusahaan)
Kriteria
121 SCCO Supreme Cable Manufacturing and
Commerse Tbk × × × S.30
122 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk × × ×
123 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul Tbk √ √ √ S.31
149 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading
Company Tbk, PT √ √ √ S.38
150 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ × ×
151 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk √ √ √ S.39
152 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ S.40
153 VOKS Voksel Electric Tbk √ √ ×
No. Kode
Emiten Nama Emiten (Perusahaan)
Kriteria
Sampel
K1 K2 K3
154 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk √ √ √ S.41
155 WOOD Integra Indocabinet Tbk, PT × × ×
156 WSBP Waskita Beton Precast Tbk × × ×
157 WTON Wijaya Karya Beton Tbk √ √ √ S.42
158 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk √ √ ×
159 ZONE Mega Perintis Tbk × × ×
Sumber : Diolah Peneliti (2020)
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 42 perusahaan pada tabel 3.1 dengan jumlah periode pengamatan selama tiga tahun sehingga jumlah data observasi berjumlah 126.
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi-definisi yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan memberikan petunjuk dan batasan dalam penyelesaian masalah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
3.4.1 Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2016:39), “Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure).
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan diukur dengan angka indeks Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan indikator
40 Global Reporting Initiatives (GRI-G4) yang terdiri dari 91 indikator yang dibagi ke dalam empat kategori, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, kinerja hak asasi manusia, dan kinerja kemasyarakatan/sosial. Indikator GRI dipilih karena merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan di dunia.
Pendekatan untuk menghitung indeks tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item tanggung jawab sosial dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Pengukuran dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui pembagian antara jumlah pendapatan bersih perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan (Haniffa, et al.,2005). Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut:
𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼 = ∑Xi
n 𝑥100%
Keterangan:
CSRDI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan
∑Xi : Total item diungkapkan perusahaan; 1 = jika item i diungkapkan;
0 jika item tidak diungkapkan
n : Jumlah item yang diharapkan pada perusahaan; n=91
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen menurut Sugiyono (2012:59) sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif atau negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage Dan Tipe Industri.
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan didasarkan kepada total aset perusahaan (Machfoedz, 1994) dalam (Suwito dan Arleen, 2005). Ukuran aset digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan yang diukur sebagai logaritma dari total aktiva.
Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln Total Assets Keterangan :
Ln Total Assets = Logaritma natural dari Total Aset
Ln Total Assets = Logaritma natural dari Total Aset