SKRIPSI
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN TIPE INDUSTRI
TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)
OLEH:
HELGA RUTH MADELEINE RITONGA 180522014
PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
ii
iv
ABSTRAK
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, DEWAN KOMISARIS, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN TIPE INDUSTRI TERHADAP
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 - 2018”.
Jenis penelitian ini adalah asosiatif kausal. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Populasi dalam penelitian ini 159 perusahaan manufaktur.
Sampel dalam penelitian ini adalah 42 perusahaan manufaktur dengan periode 2016 – 2018 sebanyak 3 tahun penelitian. Metode pemilihan sampel yaitu metode purposive sampling. Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS.
Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian ini adalah Ukuran perusahaan dan Profitabilitas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sementara Dewan Komisaris, Leverage, dan Tipe Industri secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil lainnya yaitu Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage, Tipe Industri dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
vi ABSTRACT
THE EFFECT OF COMPANY SIZE, BOARD OF COMMISSIONERS, PROFITABILITY, LEVERAGE AND PROFILE ON CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DISCLOSURE IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2016 – 2018
This study aims to determine "The Effect of Company Size, Board of Commissioners, Profitability, Leverage and Profile on Corporate Social Responsibility Disclosure in Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016 - 2018".
This type of research is causal associative. The type of data in this study is secondary data. The population in this study were 159 manufacturing companies.
The sample in this study were 42 manufacturing companies with the 2016 - 2018 period of 3 years of research. The sample selection method is purposive sampling method. Research data processing using SPSS software. The analysis used is Multiple Linear Regression Analysis.
The results of this study are size and profitability partially have a positive and significant effect on corporate social responsibility disclosure in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange, while the Board of Commissioners, Leverage, and partially have no significant effect on corporate social responsibility disclosure in Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Other results, namely Size, Board of Commissioners, Profitability, Leverage and Profile simultaneously have a significant effect on the corporate social responsibility disclosure in Manufacturing Companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Size, Board of Commissioners, Profitability, Leverage and Profile, and Corporate Social Responsibility Disclosure.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan kasih dan berkat yang tiada hentinya serta telah memberikan kesehatan, kesempatan dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi merupakan syarat menyelesaikan Pendidikan Program Strata-I Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan Skripsi ini, Diterima banyak bimbingan, arahan serta motivasi. Penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan oleh semua pihak selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Fadli, SE, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA, CA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Dosen Pembimbing, Bapak Dr. Abdillah Arif Nasution, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji, Alm.
Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak dan Ibu Risanty SE, M.Si, Ak selaku Dosen
viii 4. Orang tua tercinta Bapak Parenta Ritonga SE, MSi dan Ibu Dorthy Silitonga yang selalu memberi dukungan baik doa, materi dan kasih sayang yang tak terhingga serta kedua adik penulis Raja Elyan Halomoan Ritonga dan Kezia Dame Pretty Ritonga serta saudara dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, nasihat, dan doa.
5. Sahabat dan teman-teman yang penulis sayangi yang selalu ada dan setia mengingatkan, mendukung dan mendoakan penulis dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kita dapat sukses bersama.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Januari 2021 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
2.1 Landasan Teori ... 18
2.1.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 18
2.1.2 Ukuran Perusahaan ... 20
2.1.3 Dewan Komisaris ... 21
2.1.4 Profitabilitas ... 22
2.1.5 Leverage ... 23
2.1.6 Tipe Industri ... 24
2.2 Penelitian Terdahulu ... 25
2.3 Kerangka Konseptual ... 27
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 28
2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 29
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 29
2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan TanggungJawab Sosial Perusahaan ... 30
2.3.5 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 30
2.3.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 31
2.4 Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
x
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Batasan Operasional ... 33
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
3.3.1 Populasi Penelitian ... 34
3.3.2 Sampel Penelitian ... 34
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 39
3.4.1 Variabel Dependen ... 39
3.4.2 Variabel Independen ... 41
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 45
3.7 Teknik Analisis Data ... 46
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 46
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 46
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 47
3.7.2.2 Uji Multikolinieritas ... 47
3.7.2.3 Uji Autokorelasi ... 48
3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 48
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 49
3.7.4 Uji Hipotesis ... 50
3.7.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 50
3.7.4.2 Uji F (Simultan) ... 51
3.7.4.3 Uji t (Parsial) ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 52
4.2 Hasil Penelitian ... 52
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 56
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 57
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 58
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 60
4.2.2.4 Uji Heteroskadistisitas ... 61
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 62
4.2.4 Uji Hipotesis ... 65
4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 65
4.2.4.2 Uji F (Simultan) ... 66
4.2.4.3 Uji t (Parsial) ... 67
4.3 Pembahasan... 70
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 70
4.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 72
4.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 73
4.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 75
4.3.5 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan ... 77
4.3.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri, Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 78
BAB V PENUTUP ... 80
5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xii
DAFTAR TABEL
NO. TABEL JUDUL HALAMAN
1.1 Fenomena CSR Pada Beberapa Perusahaan di Indonesia ... 4
1.2 Research Gap ... 11
2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Daftar Sampel Penelitian ... 35
3.2 Definisi Operasional Variabel ... 44
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 53
4.2 Hasil Uji Frekuensi ... 55
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 57
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 60
4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 63
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 65
4.8 Hasil Uji F (Simultan) ... 66
4.9 Hasil Uji t (Parsial) ... 68
DAFTAR GAMBAR
NO. GAMBAR JUDUL HALAMAN
2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 28 4.1 Normal Probability Plot ... 58 4.2 Uji Heterokedastisitas ... 62
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
NO. LAMPIRAN JUDUL HALAMAN
1 Indikator Pengungkapan CSR Berdasarkan GRI-G4 ... 88
2 Ukuran Perusahaan... 94
3 Dewan Komisaris ... 96
4 Profitabilitas ... 98
5 Leverage ...100
6 Tipe Industri ...102
7 Pengungkapan CSR ...104
8 Hasil Output SPSS ...106
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku bisnis merupakan suatu badan yang mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Puspitaningtyas, 2011). Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar. Maka perusahaan manufaktur merupakan sebuah perusahaan yang membuat sesuatu dengan tangan atau dengan mesin untuk dapat menghasilkan suatu barang (Heizer, dkk. 2005).
Perusahaan manufaktur memiliki kontribusi yang cukup besar dalam masalah polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut paling banyak berinteraksi dengan masyarakat. Dalam proses produksinya perusahaan akan menghasilkan limbah produksi dan hal ini berhubungan erat dengan masalah pencemaran lingkungan. Proses produksi yang dilakukan perusahaan juga mengharuskan mereka untuk memiliki tenaga kerja bagian produksi, dan ini erat kaitannya dengan masalah keselamatan kerja. Selain itu perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menjual produk kepada konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada masyarakat (Sulastini, 2007).
Salah satu tujuan perusahaan adalah mempertanggungjawabkan kegiatan operasionalnya dan juga memiliki komitmen penuh, tanggung jawab serta kepekaan terhadap lingkungan sosial, yang diterapkan dalam program tanggung jawab sosial
2 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas menyatakan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan harus mendapatkan perhatian yang serius bagi dunia usaha. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggung jawab. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan tidak hanya sebagai entitas yang mementingkan dirinya sendiri untuk memperoleh keuntungan, namun perusahaan merupakan entitas yang wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Daniri, 2007).
Setiap perusahaan juga memiliki orientasi untuk memperoleh laba bagi perusahaannya, untuk itu perusahaan berusaha untuk membangun citra yang baik di masyarakat dengan memberikan perhatiannya kepada lingkungan atau tanggung jawab sosial (Gossling dan Vocht, 2007). Kesadaran akan pentinganya pengimplementasian tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tren global, seiring
dengan kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan lingkungan dan sosial.
Dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 Tahun 2007 dinyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Peseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran (Sukotjo, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh perusahaan di Indonesia semakin dituntut untuk memberikan informasi yang transparan atas aktivitas sosialnya, sehingga pengungkapan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan peran dari akuntansi pertanggungjawaban sosial (Anggraini, 2006).
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu motivasi untuk dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pencapaian usaha perbaikan terhadap lingkungan sekitar perusahaan (Subiantoro dan Mildawati, 2015). Alasan lain perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan adalah agar mendapat kesan baik dari badan pengawas, calon investor dan pemangku kepentingan di pasar modal (Sufian dan Zahan, 2013). Pasal 66 ayat 2c UU No. 40 Tahun 2007, menyatakan bahwa semua perseroan wajib untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan. Dengan berlakunya UU PT ini perusahaan diharapkan dapat meningkatkan luas dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan, karena tanggung jawab sosial perusahaan yang awalnya bersifat voluntary (sukarela) menjadi mandatory (wajib). Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi
4 keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Matthews, 1985).
Tabel 1. 1
Fenomena CSR Pada Beberapa Perusahaan di Indonesia
Tahun Fenomena
2006
PT Freeport Indonesia dinilai tak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut. Dengan keuntungan mencapai lebih kurang 3000 triliun rupiah pada kenyataannya PT Freeport dianggap belum memberikan kesejahteraan yang layak kepada karyawan dan masyarakat Papua. Dalam hasil auditnya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga mempertanyakan kekurangan pembayaran pajak PTFI terhadap penggunaan air permukaan sejak 2011 – 2015.
2007
PT Toba Pulp Lestari menuai kritikan akibat kasus pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik yang mengakibatkan kerusakan pada tanah pertanian, habitat ikan di danau Toba terganggu dan polusi udara yang disusul kasus pelanggaran HAM.
2011
PT Semen Tonasa dinilai tidak transparan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan dana CSR berupa bantuan pinjaman dana bergulir bagi pengusaha skala mikro di Kabupaten Pangkep karena hanya mengelontorkan dana CSR kepada kalangan keluarga pegawai perusahaan.
Aktivitas pertambangan PT Freeport McMoran Indonesia di Papua dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini berlangsung selama 44 tahun. Pada tahun 2006 PT Freeport yang keberadaannya di Indonesia 44 tahun telah mencapai keuntungan bersih sekitar 3000 triliun rupiah. Namun pada kenyataannya besarnya hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan besarnya kesejahteraan yang diberikan PT Freeport kepada karyawan dan masyarakat Papua. BPK dalam hasil auditnya tahun 2017 juga mempertanyakan kekurangan pembayaran pajak PTFI terhadap penggunaan air permukaan sejak 2011 – 2015. Pengadilan Pajak Indonesia pada 17 Januari 2017 meminta mereka segera membayar tunggakan Pajak Air Permukaan (PAP) baik pokok pajak dan dendanya sebesar kurang lebih Rp 3,5 triliun kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua.
Laporan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menggambarkan ciri dan karakteristik dari suatu perusahaan. Masing-masing perusahaan mempunyai ciri khas dan karakteristik yang membedakan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam laporan tahunan, karakteristik merupakan prediktor kualitas pengungkapan (Lang and Lundholm, 1993). Karakteristik perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis yang merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan
6 tahunan perusahaan. Skala ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka (Cowen et al., 1987 dalam Amran dan Devi, 2008). Maka dari itu perusahaan besar mendapat tekanan yang lebih untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosialnya (Putra, 2011).
Perusahaan yang besar seperti PT Freeport ini biasanya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap masyarakat, memiliki shareholder yang lebih banyak, serta mendapat perhatian lebih dari kalangan publik. Namun pada kenyataannya besarnya PT Freeport ini tidak sebanding dengan besarnya kesejahteraan yang dapat diberikan kepada masyarakat Papua.
Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang mewajibkan adanya laporan tanggung jawab sosial dalam laporan tahun salah satunya BAPEPAM dan LK No.
X.K.6 tahun 2012. Dalam aturan BAPEPAM No. X.K.6 tahun 2012 disebutkan bahwa dewan komisaris harus bertanggung jawab atas isi laporan tahunan yang diterbitkan termasuk Pengungkapan CSR. Dalam hal ini dewan komisaris PT Freeport juga ikut bertanggung jawab atas laporan pengungkapan CSR yang diterbitkan dalam laporan tahunan. Namun pada kenyataannya walaupun Dewan Komisaris PT Freeport terindikasi dalam pembuatan kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tetap saja Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan masyarakat sekitar.
Penilaian terhadap kinerja keuangan antara lain dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
(Anggraini, 2006). Dalam hal ini PT Freeport berhasil menghasilkan laba yang cukup tinggi mencapai 3000 triliun rupiah selama 44 tahun. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat, juga mendapatkan tekanan yang lebih dari pihak ekternal perusahaan untuk lebih mengungkapkan pertanggung jawaban sosialnya secara luas. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosialnya (Hackston dan Milne 1996;
dalam Sembiring, 2005). Namun pada kenyataannya besarnya hasil keuntungan yang mencapai 3000 triliun rupiah selama 44 tahun diperoleh PT Freeport tidak sebanding dengan besarnya kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dan masyarakat Papua.
Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola utangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali utangnya (Fakhrana, Yett dan Bambang, 2018).
Namun dalam hal ini PT Freeport tidak membayar utang tunggakan Pajak Air Permukaan (PAP) selama tahun 2011 – 2015 baik pokok pajak dan dendanya sebesar kurang lebih Rp 3,5 triliun kepada Pemerintah Daerah Provinsi Papua.
Dalam hal ini PT Freeport seharusnya melakukan Pengungkapan CSR lebih luas apabila memiliki rasio leverage yang tinggi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditor (Andriany dkk, 2017). Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akan berusaha meyakinkan investor dan kreditor dengan melakukan pengungkapan yang lebih detail termasuk Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
8 Para peneliti akuntansi sosial tertarik untuk menguji pengungkapan sosial pada berbagai perusahaan yang memiliki perbedaan karakteristik (Utomo, 2000).
Salah satu perbedaan karakteristik yang menjadi perhatian adalah tipe industri, yaitu industri yang high profile dan low profile. Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Adapun perusahaan yang tergolong dalam industri high profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Dalam hal ini PT Freeport termasuk ke dalam tipe industri high profile. Industri high profile diyakini seharusnya melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang lebih banyak daripada industri yang low profile.
Namun pada kenyataannya walaupun memperoleh sorotan yang cukup besar dari masyarakat Indonesia, PT Freeport tidak memberikan kesejahteraan yang sebanding kepada masyarakat Papua dan tidak melakukan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan baik karena PT Freeport dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari air laut dan biota laut juga dianggap memberikan gaji yang tidak layak untuk para pekerjanya.
Fenomena selanjutnya terjadi pada tahun 2007 di mana perusahaan manufaktur PT Toba Pulp Lestari sempat menuai kritikan akibat kasus pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik yang mengakibatkan kerusakan pada tanah pertanian, habitat ikan di danau Toba terganggu dan polusi udara yang disusul kasus
pelanggaran HAM. Hal ini menybebabkan warga sekitar melakukan penolakan terhadap perusahaan tersebut (www.kompasiana.com).
Fenomena selanjutnya terjadi pada tahun 2011. PT Semen Tonasa yang merupakan salah satu perusahaan manufaktur produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia dinilai tidak transparan kepada masyarakat karena menggelontorkan dana CSR berupa bantuan pinjaman dana bergulir bagi pengusaha skala mikro hanya kepada kalangan para keluarga pegawai perusahaan. Seharusnya dua persen dari laba bersih perusahaan disalurkan ke masyarakat untuk mengoptimalkan alokasi dana CSR sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Masyarakat tidak menikmati dana tersebut dan hanya mendapatkan hujan debu, asap tebal dan kebisingan saat pabrik beroperasi (www.republika.co.id).
PT Semen Tonasa merupakan salah satu perusahaan manufaktur produsen semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia tepatnya di Makassar, Sulawesi Selatan. Perusahaan yang besar seperti PT Semen Tonasa biasanya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap masyarakat, memiliki shareholder yang lebih banyak, serta mendapat perhatian lebih dari kalangan publik. Namun pada kenyataannya besarnya PT Semen Tonasa tidak sebanding dengan besarnya kesejahteraan yang dapat diberikan kepada masyarakat Makassar.
Penilaian terhadap kinerja keuangan antara lain dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Anggraini, 2006). PT Semen Tonasa memiliki kebijakan CSR dimana dua persen
10 dari laba bersih perusahaan harus disalurkan ke masyarakat untuk mengoptimalkan alokasi dana CSR sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Namun kenyataannya pada tahun 2011 PT Semen Tonasa dinilai tidak transparan kepada masyarakat karena menggelontorkan dana CSR berupa bantuan pinjaman dana bergulir bagi pengusaha skala mikro hanya kepada kalangan para keluarga pegawai perusahaan.
Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Adapun perusahaan yang tergolong dalam industri high profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Dalam hal ini PT Semen Tonasa termasuk ke dalam tipe industri high profile. Namun pada kenyataannya walaupun memperoleh sorotan yang cukup besar dari masyarakat PT Semen Tonasa tidak memberikan kesejahteraan yang sebanding kepada masyarakat Makassar serta tidak menjalankan pengungkapan CSR dengan baik karena masyarakat mendapatkan hujan debu, asap tebal dan kebisingan saat pabrik beroperasi.
Penelitian mengenai karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan CSR telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dan terdapat beberapa dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan hasil. Perbedaan hasil penelitian dapat dilihat dalam Tabel Research Gap dibawah ini:
Tabel 1.2 Research Gap Variabel
Dependen
Variabel
Independen Hasil Peneliti
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Berpengaruh Positif Zulfaida dan Zulaikha (2012) Tidak berpengaruh Lovink dan Etna (2013) Dewan
Komisaris
Berpengaruh Positif Sembiring (2005)
Tidak berpengaruh Zulfaida dan Zulaikha (2012) Profitabilitas Berpengaruh Positif Linda dan Erline (2012)
Tidak berpengaruh Zulfaida dan Zulaikha (2012) Leverage Berpengaruh Positif Dewi (2015)
Tidak berpengaruh Zulfaida dan Zulaikha (2012) Tipe Industri Berpengaruh Positif Sembiring (2005)
Tidak berpengaruh Zulfaida dan Zulaikha (2012) Sumber : Diolah Peneliti, 2020
Penelitian yang dilakukan oleh Zulfaida dan Zulaikha (2012) menemukan adanya pengaruh signifikan dan positif Ukuran Perusahaan terhadap Indeks Tanggung Jawab Sosial Perusahaan secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan dan positif ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi pula indeks tanggung jawab sosial perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah ukuran perusahaan maka akan semakin rendah pula indeks tanggung jawab sosial perusahaan. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lovink dan Etna (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan tidak akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset yang besar tentunya tidak lepas dari
12 tuntutan untuk memiliki performance yang baik. Akan tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan hal yang sebaliknya, pada kenyataannya semakin besar ukuran perusahaan kerelaan investor dalam mengungkapkan laporan suka rela semakin rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menemukan Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka pengungkapan tangung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian Zulfaida dan Zulaikha (2012) yang menyatakan bahwa Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks tanggung jawab sosial perusahaan secara parsial.Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak berdampak tajam pada indeks tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Linda dan Erline (2012) menemukan bahwa Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian Zulfaida dan Zulaikha (2012) yang menyatakan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Tanggung Jawab Sosial Perusahaan secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya Profitabilitas tidak berdampak pada nilai CSRI di perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) menemukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih besar akan mengungkapkan tangung jawab sosial yang lebih luas. Alasan mendasar atas signifikannya pengaruh leverage terhadap pengungkapan sosial adalah karena aktivitas sosial perusahaan kemungkinan lebih merupakan aktivitas perusahaan yang dapat digunakan oleh manajer untuk mendapatkan legitimasi dari investor.
Dalam hal ini manajer nampaknya akan menggunakan kondisi laporan tanggung jawab sosial untuk mendapatkan legitimasi bahwa manajer dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi perusahaan. Sedangkan dalam penelitian Zulfaida dan Zulaikha (2012) menemukan bahwa Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Tanggung Jawab Sosial Perusahaan secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya hutang perusahaan yang diperoleh perusahaan dilihat dari rasio leverage tidak berdampak pada nilai Indeks Tanggung Jawab Sosial di perusahaan.
Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukkan bahwa Tipe Industri berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe high-profile akan membuat pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas dari perusahaan dengan tipe low-profile. Sedangkan dalam penelitian Zulfaida dan Zulaikha (2012) menyatakan bahwa Tipe Industri tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Tanggung Jawab Sosial Perusahaan secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa baik tidaknya profile tidak berdampak pada nilai indeks tanggung jawab sosial di perusahaan.
14 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Zulfaida dan Zulaikha (2012) dengan menggunakan variabel independen yang sama yaitu Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri. Dalam penelitian ini pun peneliti mengambil sampel yang sama yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia namun pada tahun yang berbeda di mana penelitian yang dilakukan oleh Zulfaida dan Zulaikha menggunakan sampel penelitian tahun 2007-2010 sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari tahun 2016-2018 . Berdasarkan pemaparan dua fenomena pengungkapan CSR di atas yang terkait dengan seluruh variabel independen dalam penelitian ini di mana menunjukkan masih lemahnya pengungkapan CSR di Indonesia serta adanya ketidakkonsistenan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya maka peneliti tertarik untuk mengambil judul dalam penelitian ini yaitu : “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
b. Apakah Dewan Komisaris Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
c. Apakah Profitabilitas Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
d. Apakah Leverage Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
e. Apakah Tipe Industri Perusahaan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
f. Apakah ukuran perusahaan, dewan komisaris, profitabilitas, leverage, dan tipe industri secara simultan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menguji pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
16 b. Untuk menguji pengaruh Dewan Komisaris Perusahaan terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
c. Untuk menguji pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
d. Untuk menguji pengaruh Leverage Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
e. Untuk menguji pengaruh Tipe Industri terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
f. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, dewan komisaris, profitabilitas, leverage, dan tipe industri secara simultan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain:
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan peneliti khususnya mengenai karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.
b. Bagi perusahaan, semoga penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai pentingnya pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan dan dapat dijadikan pertimbangan bagi pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan perusahaan yang terkait dengan tanggung jawab sosialnya.
c. Bagi akademisi, semoga penelitian ini menambah bahan acuan atau literatur bagi penelitian selanjutnya dalam bidang akuntansi, terutama bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Hackston dan Milne Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu.
Penerapan CSR dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan alat manajeril yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007).
Standar pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia merujuk pada standar yang diterapkan Global Reporting Initiative (GRI). Global Reporting Initiative (GRI) adalah pelaporan, pengungkapan standar yang berindikator tanggung jawab sosial yang diemban oleh perusahaan untuk
menciptakan/memberikan manfaat pelaporan kepada para stakeholder perusahaan (GRI G-4). Standar GRI dipilih karena lebih memfokuskan pada standar pengungkapan sebagai kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan pemanfaatan sustainability reporting.
Saat ini standar GRI versi terbaru, yaitu G4 telah telah banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia. GRI-G4 menyediakan kerangka kerja yang relevan secara global untuk mendukung pendekatan yang terstandarisasi dalam pelaporan yang mendorong tingkat transparansi dan konsistensi yang diperlukan untuk membuat informasi yang disampaikan menjadi berguna dan dapat dipercaya oleh pasar dan masyarakat.
Dalam standar GRI-G4, dampak yang ditimbukan oleh operasi perusahaan dibagi ke dalam tiga komponen utama, antara lain:
a. Dampak Ekonomi
Global Reporting Initiative (GRI) G-4 mendefinisikan dampak ekonomi langsung sebagai perubahan potensi produktif dari kegiatan ekonomi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan komunitas atau para pemangku kepentingan dan prospek pembangunan dalam jangka panjang. Sedangkan yang dimaksud dengan dampak ekonomi tidak langsung adalah konsekuensi tambahan yang muncul sebagai akibat pengaruh langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara organisasi dan para pemangku kepentingannya.
b. Dampak Lingkungan
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh operasi perusahaan terhadap lingkungan yang dinyatakan dalam 9 aspek, yaitu: (1) aspek bahan baku atau
20 material; (2) aspek energi; (3) aspek air; (4) aspek keanekaragaman hayati;
(5) aspek emisi; (6) aspek produk dan jasa; (7) aspek kepatuhan; (8) aspek transpor; dan (9) aspek lingkungan menyeluruh.
c. Dampak Sosial
GRI G-4 membagi dampak sosial kedalam 4 kategori, yakni hak asasi manusia (human rights) tenaga kerja (labor), masyarakat (society), serta tanggung jawab produk (product responsibility).
Total indikator yang terdapat dalam GRI mencapai 91 item (www.globalreporting.com). Dalam melakukan penilaian luas pengungkapan CSR, item-item yang akan diberikan skor mengacu kepada indikator kinerja GRI-G4.
2.1.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis. Skala ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka, termasuk informasi tanggung jawab sosial perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibandingkan dengan perusahaan kecil (Indraswari dan Astika, 2015).
Menurut Sembiring (2005), umumnya perusahaan besar lebih banyak mendapatkan sorotan dari publik mengenai aktivitasnya, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial akan menjadi sangat penting bagi perusahaan karena dengan
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial akan meningkatkan image perusahaan.
Ukuran perusahaan bisa didasarkan pada total aset (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar (Purnasiwi, 2011). Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma of natural untuk menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel- variabel lain (in of total asset) (Setiawan dan Putra, 2011). Nilai total aset biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainya, untuk itu variabel aset diperhalus menjadi Log Asset atau Ln Total Asset (Jogiyanto, 2007).
2.1.3 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983 dalam Beasley, 1996). Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif. Lebih jauh mereka menyatakan bahwa keefektifan dalam memonitor manajemen merupakan fungsi dari director mix (inside dan outside director). (Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983; Klein 1998 dalam Beasley, 2001).
Fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam
22 mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).
Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dalam penelitian ini dewan komisaris diukur dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam sebuah perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini konsisten dengan Beasley (2000) yaitu jumlah anggota dewan komisaris.
2.1.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat diukur dengan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva (return on asset) (Sjahrial, 2007). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA) karena ROA paling berkaitan dengan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA menunjukkan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi akan mengajak investor institusional untuk mengadakan penanaman modal dalam perusahaan tersebut (Laksmitaningrum dan Purwanto, 2013). Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya (Purnasiwi, 2011).
Semakin tinggi laba bersih dan aset yang ada di perusahaan, maka akan semakin lengkap penyajian, pelaporan dan pengungkapan informasi yang terjadi di perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan target yang dicapai telah berhasil. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi maka memiliki dana yang tinggi pula sehingga akan berpengaruh pada biaya pengelolaan dan pelaporan informasi secara menyeluruh dan terbuka termasuk informasi CSR.
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset perusahaan. Ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi adalah perusahaan yang sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage rendah adalah perusahaan yang lebih banyak membiayai sendiri aset perusahaannya sehingga perusahaan memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Belkaoui dan Karpik, 1989).
Untuk mengukur tingkat leverage dalam penelitian ini konsisten dengan pengukuran yang dibuat oleh Robert (1992) yaitu menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
24 menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2015). Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor dengan pemilik perusahaan). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.
2.1.6 Tipe Industri
Tipe industri dibedakan menjadi dua jenis yaitu high-profile industry dan low-profile industry (Roberts, 1992). Dalam membedakan industri high profile dan low profile, Robert menggambarkan industri high profile sebagai perusahaan - perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan atau disebut juga dengan consumer visibility, tingkat risiko politis yang tinggi atau tingkat kompetisi yang tinggi. Perusahaan dengan tipe industri ini memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Sedangkan industri low-profile adalah perusahaan - perusahaan yang mempunyai consumer
visibility dan political visibility yang rendah. Perusahaan dengan tipe industri ini mempunyai risiko yang terbilang rendah, sehingga sangat sedikit mendapat sorotan dari masyarakat luas.
Hubungan sistematis antara tipe industri dengan tanggung jawab sosial yang ditemukan dalam penelitian-penelitian terdahulu dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat (Sembiring, 2005).
Perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robert (1992), perusahaan yang termasuk ke dalam industri high-profile adalah perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman, media dan komunikasi, energy (listrik), engginering, kesehatan serta transportasi da pariwisata. Sedangkan perusahaan yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal dan produk rumah tangga.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis &
Tahun
Variabel Hasil Penelitian
1 Sembiring (2005)
Variabel Dependen:
Pengungkapan tanggung jawab sosial.
Variabel Ukuran, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
26 Ukuran, Profile
Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris dan Leverage.
leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR.
2 Sari (2012)
Variabel Dependen:
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure.
Variabel Independen:
Karakteristik Perusahaan dengan menggunakan variabel tipe industri (profile), ukuran perusahaan (Ukuran), profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan perusahaan (growth).
Variabel Profile berpengaruh negatif dan variabel Ukuran dan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure, sedangkan leverage dan
pertumbuhan perusahaan (growth) tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
3 Zulfaida dan Zulaikha (2012)
Variabel Dependen:
Pengungkapan tanggung jawab sosial
Variabel Independen:
Ukuran, Profitabilitas, Profile, Leverage, dan Ukuran Dewan Komisaris.
Variabel Ukuran berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pengungkapan CSR sedangkan Profitabilitas Profile, Leverage dan Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan CSR
4 Karina dan Yuyetta (2013)
Variabel Dependen : Corporate Social Responsibility
Variabel Independen : Kepemilikan Saham Pemerintah, Kepemilikan Saham Asing, Tipe Industri, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas , dan Leverage
Variabel Kepemilikan Saham Pemerintah dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Untuk variable Kepemilikan Saham Asing, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan dan Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility.
5 Dewi (2015)
Variabel Dependen:
Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Variabel Independen:
ukuran dewan komisaris, profitabilitas dan
leverage.
Ukuran dewan komisaris dan leverage berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sosial sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sosial.
6 Felicia dan Rasmini (2015)
Variabel Dependen : Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Variabel Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Perusahaan berpengaruh positif
Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Perusahaan
terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
7 Indraswari dan Astika (2015)
Variabel Dependen:
Pengungkapan CSR Variabel Independen:
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Saham Publik
Variabel Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, sedangkan variabel Kepemilikan Saham Publik berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan urutan teoretis dan tinjauan peneliti terdahulu maka variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dewan komisaris, leverage dan tipe industri, serta variabel dependennya yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
28 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah umumnya perusahaan besar lebih banyak mendapatkan sorotan dari publik dan masyarakat, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial akan menjadi sangat penting bagi
Ukuran Perusahaan (X1)
Dewan Komisaris (X2)
Profitabilitas (X3)
Leverage (X4)
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Y) H2
H3
H4
H5 Tipe Industri
(X5)
H6 H1
perusahaan karena dengan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial akan meningkatkan image perusahaan. Perusahaan besar akan mempunyai kepentingan lebih besar untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.
2.3.2 Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dewan komisaris memiliki fungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
2.3.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Meningkatnya pertumbuhan laba yang terbentuk karena efektifitas pengelolaan aset mendorong aliran jumlah dana yang lebih besar sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Semakin tinggi laba bersih dan aset yang ada di perusahaan, maka akan semakin lengkap penyajian, pelaporan dan pengungkapan informasi yang terjadi di
30 perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.
2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung kepada kreditur dalam pembiayaan aset perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi adalah perusahaan yang sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya sehingga perusahaan akan sebisa mungkin melaporkan laba yang tinggi dan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial untuk memprioritaskan dana yang tersedia memenuhi kewajiban yang ada. Sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage rendah adalah perusahaan yang lebih banyak membiayai sendiri aset perusahaannya sehingga perusahaan memiliki biaya yang cukup untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
2.3.5 Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Dalam membedakan industri high-profile dan low-profile, Robert (1992) menggambarkan high-profile industry sebagai perusahaan yang dalam pandangan konsumen mempunyai resiko politis yang lebih tinggi atau berkonsentrasi dalam persaingan yang ketat. Perusahaan dengan tipe industri ini memiliki risiko yang tinggi sehingga banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Sedangkan industri
low-profile mempunyai risiko yang terbilang rendah, sehingga sedikit mendapat sorotan dari masyarakat luas. Hubungan sistematis antara tipe industri dengan tangung jawab sosial yang ditemukan dalam penelitian-penelitian terdahulu dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat dimana perusahaan yang memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat akan mengungkapkan lebih banyak informasi sosial.
2.3.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial merupakan alat manajeril yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan dan dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulakn perusahaan. Berdasarkan Laporan Tanggung Jawab Sosial yang dilaporkan perusahaan, para stakeholders dapat melihat bagaimana kinerja perusahaan tersebut. Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tersebut juga menggambarkan karakteristik dan ciri dari perusahaan itu sendiri. Beberapa karakteristik tersebut diduga dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di antaranya yaitu ukuran perusahaan, dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan tipe industri.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
32 penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris (Sugiono 2012:93).
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka konseptual di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
2. Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
3. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
4. Leverage berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
5. Tipe Industri berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
6. Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri secara simultan berpengaruh terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab I maka penelitian ini tergolong ke dalam penelitian asosiatif kausal (sebab-akibat). Menurut Sugiyono (2016:30), “penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
3.2 Batasan Operasional
Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018.
34 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:80), populasi adalah sekumpulan obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah 159 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai dengan tahun 2018.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dipilih oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian atau dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016- 2018 secara berturut dan tidak mengalami delisting serta telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2016- 2018.
2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan tahunan dalam mata uang rupiah selama periode 2016-2018.
3. Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan data yang berkaitan dengan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian selama tahun 2016- 2018.