SKRIPSI
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN
KEBIJAKAN DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN FOOD
AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PADA TAHUN 2012-2015
OLEH
NOVITA GREZSIA GULTOM 150522093
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
Telah Diuji Pada
Tanggal 2018
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua Penguji : Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac
Penguji : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac
Pembanding : Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN
KEBIJAKAN DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN FOOD
AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PADA TAHUN 2012-2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas dan kepemilikan institutional terhadap nilai perusahaan dan untuk mengetahui apakah kebijakan deviden dapat menjadi variabel moderating.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai nilai perusahaan memperlihatkan hasil yang berbeda - beda. Oleh karena itu, penelitian lain perlu dilakukan untuk menguji ulang teori tentang nilai perusahaan.
Populasi penelitian ini sebanyak 15 perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 10 perusahaan sampel untuk 4 tahun pengamatan (2012 - 2015) dengan 40 observasi (pengamatan). Data penelitian diperoleh dari perusahaan sampel yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda lalu kemudian pengujian hipotesis.
Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan institutional yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan likuiditas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini secara simultan profitabilitas, likuiditas dan kepemilikan institutional berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.Sedangkan secara moderasi, kebijakan deviden tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan, kebijakan deviden tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara likuiditas terhadap nilai perusahaan.
kebijakan deviden tidak signifikan dalam memoderasi hubungan antara kepentingan institutional terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci : Profitabilitas, Likuiditas, Kepemilikan Institutional, Nilai
Perusahaan dan Kebijakan Deviden
ABSTRACT
EFFECT OF PROFITABILITY, LIQUIDITY, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP TO THE VALUE OF THE COMPANY AND DEVIDEN
POLICY AS A VARIABLE MODERATION ON FOOD COMPANY AND BEVERAGE REGISTERED
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2012-2015
This study aims to determine the effect of profitability, liquidity and institutional ownership of corporate value and to determine whether dividend policy can be a moderating variable. Several previous studies on company value show different results. Therefore, other research needs to be done to reexamine the theory of corporate value.
The population of this research are 15 manufacturing companies of basic food and beverage sector. The sampling method used is purposive sampling method, so that 10 sample companies for 4 years observation (2012 - 2015) with 40 observation (observation). The research data is obtained from the sample company downloaded from the Indonesia Stock Exchange website. Data analysis techniques used are descriptive statistical analysis and multiple regression analysis. The process of data analysis conducted first is descriptive statistics, classical assumption test, multiple regression analysis and then hypothesis testing.
The results of this study partially indicate that profitability and institutional ownership that significantly influence the value of the company, while only liquidity does not affect the value of the company. The results of this study simultaneously profitability, liquidity and institutional ownership simultaneously affect the value of the company. While moderation, dividend policy is not significant in moderating the relationship between profitability to corporate value, dividend policy is not significant in moderating the relationship between liquidity to firm value. dividend policy is not significant in moderating the relationship between institutional interests to corporate value.
Keywords: Profitability, Liquidity, Institutional Ownership, Corporate Values and Dividend Policy
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN KEPEMIMPINAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2012- 2015 ” dengan baik dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA. dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris
Departemen/ Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac selaku Dosen Penguji serta Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran, dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
5. Teristimewa untuk Bapak dan Mama tercinta beserta dan adik saya yang telah banyak memberikan dukungan, nasihat dan doa kepada saya.
6. Sahabat- Sahabat Saya Maureen,Helen,Clara,Yanti,Clara,Yessi serta Rekan-rekan seperjuangan skripsi saya serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini dan juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Medan, 2018 Penulis
NOVITA GREZSIA GULTOM
NIM : 150522093
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN
... 1
1.1
Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
... 14
2.1. Tinjauan Pustaka ... 14
2.1.1
Signalling Theory... 14
2.1.2
Teori Agency ... 152.1.3 Nilai Perusahaan ... 16
2.1.4 Profitabilitas ... 21
2.1.5 Likuiditas ... 23
2.1.6 Kepemilikan Institusional ... 25
2.1.7 Kebijakan Deviden ... 26
2.2. Penelitian Terdahulu ... 28
2.3. Kerangka Konseptual ... 33
2.3.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ... 33
2.3.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan ... 35
2.3.3. Pengaruh
Kepemilikan Institusional
terhadap Nilai Perusahaan ... 352.3.4. Moderasi
Kebijakan Deviden
pada Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan ... 352.4. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
3.3 Definisi Operasional ... 38
3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 39
3.4.1 Variabel Independen (X) ... 39
3.4.2 Variabel Dependen (Y) ... 40
3.4.3 Variabel Moderasi (Z) ... 41
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 43
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 44
3.8 Teknik Analisis ... 44
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 44
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 44
3.8.2.1 Uji Normalitas. ... 45
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 46
3.8.2.3 Uji Autokolerasi ... 47
3.8.2.4 Uji Heterokedastisitas ... 48
3.8.3 Analisis Regresi Berganda ... 48
3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 49
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi ... 49
3.8.4.2 Uji Simultan ... 50
3.8.4.3 Uji Parsial ... 50
3.8.4.4 Uji Variabel Moderating ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Data Penelitian ... 52
4.2 Diskripsi variabel ... 53
4.2.1 Deskripsi Variabel Bebas ... 53
4.2.1.1 Profitabilitas ... 53
4.2.1.2
Likuiditas ... 53
4.2.1.3
Kepemilikan Institusional ... 54
4.2.2 Deskripsi Variabel Terikat... 55
4.2.2.1 Nilai Perusahaan ... 55
4.2.3 Deskripsi Variabel Moderating ... 56
4.3 Analisis Statistik Deskriptif ... 57
4.4 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.4.1 Uji Normalitas ... 58
4.4.2 Uji Multikolinearitas ... 60
4.4.3 Uji Autokolerasi ... 61
4.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.5 Analisi Regresi Linear Berganda ... 63
4.6 Pengujian Hipotesis ... 65
4.6.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 65
4.6.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan ... 65
4.6.3 Pengujian Parsial ... 67
4.6.4 Hasil Uji Variabel Moderating ... 69
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 75
5.1. Simpulan ... 75
5.2. Keterbatasan Penelitian... 76
5.3. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 82
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 31
3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 41
3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin-Watson ... 47
4.1 Sampel Penelitian ... 52
4.2 Profitabilitas ... 53
4.3 Likuiditas ... 54
4.4 Kepemilikan Institusional ... 55
4.5 Nilai Perusahaan ... 56
4.6 Kebijakan Deviden ... 57
4.7 Statistika Deskriptif ... 57
4.8 Uji Multikolinearitas ... 61
4.9 Uji Autokolerasi ... 61
4.10 Analisis Regresi Linier Berganda ... 64
4.11 Koefisien Determinasi ... 65
4.12 Uji Pengaruh Simultan dengan uji ... 66
4.13 Pengujian Parsial ... 68
4.14 Uji Signifikansi Kebijakan Deviden dalam memoderasi hubungan antara Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ... 70
4.15 Uji Signifikansi Kebijakan Deviden dalam memoderasi hubungan antar Likuiditas Terhadap Nilai peruasahaan ... 70
4.16 Uji Signifikansi Kebijakan Deviden dalam memoderasi hubungan antar Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai peruasahaan ... 71
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 33 4.1 Grafik Normal P.P Plot ... 59 4.3
Histogram Normal
P.P ... 62LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage
yang menjadi sampel ... 83
2 Hasil olah data Laporan Tahunan Perusahaan ... 85
3 Hasil Output SPSS ... 91
4 DW Tabel F Tabel dan T Tabel ... 102
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Hal ini sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan.
Menurut Brigham (2001:115) menyatakan bahwa “suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dari pemilik atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Ketika nilai perusahaan semakin tinggi, maka kemakmuran yang dirasakan oleh pemegang saham juga semakin tinggi. Bagi saham yang diperjualbelikan sahamnya di bursa, maka harga saham merupakan indikator nilai perusahaan”.
Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting
yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan kebijakan dividen. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, lainnya yang berdampak pada nilai
perusahaan.Penelitian tentang keputusan keuangan pernah juga dilakukan oleh
Hasnawati (2005) yang menyatakan bahwa “keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan deviden secara parsial berpegaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem”.
Sementara itu dalam memaksimumkan nilai perusahaan, menurut Murtini (2008:75) menyatakan bahwa “manajemen perusahaan dapat melakukan tiga kebijakan, yaitu kebijakan pendanaan, investasi dan dividen.” Keputusan pendanaan adalah merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena menyangkut perolehan sumber dana kegiatan operasi perusahaan atau dengan kata lain keputusan tentang bagaimana perusahaan mendanai aset-asetnya.
Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap faktor leverage perusahaan, baik leverage operasi maupun keuangan. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan
dapat berasal dari sumber intern maupun ekstern perusahaan. Sumber dana intern berasal dari keuntungan yang tidak dibagi atau keuntungan yang ditahan dalam perusahaan (retained earning).Menurut Ansori dan Denica (2010:156) mengemukakan bahwa “efesiensi keputusan pendanaan yang diambil akan meningkatkan nilai perusahaan dan berkorelasi terhadap kesejahteraan investor.
Keputusan pendanaan sangat erat kaitannya dengan kebijakan dividen. Pemberian
dividen tergantung melalui keputusan pendanaan perusahaan”. Kebijakan lain
yang berkenaan dengan nilai perusahaan adalah keputusan investasi, dimana
keputusan investasi dalam hal ini adalah investasi jangka pendek dan jangka
panjang. Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006:5) mengemukakan bahwa
pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga saham
yang digunakan sebagai indikator nilai perusahaan”. Menurut Ansori dan Denica (2010:154) mengemukakan bahwa “bentuk investasi perusahaan meliputi aktiva tetap (investasi jangka panjang) dan aktiva lancar (investasi jangka pendek)”.
Efektivitas operasional perusahaan mengelola kedua aset tersebut mampu memaksimalkan nilai perusahaan. Faktor keputusan investasi merupakan salah satu faktor yang menurut peneliti berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan untuk menghasilkan laba bagi investor.Menurut Sastrawan, (2016:89) mengemukakan bahwa “profitabilitas dianggap penting karena profitabilitas sebagai indikator dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan untuk menilai perusahaan.” Perspektif teori sinyal menekankan bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memberikan sinyal kepada investor melalui pelaporan informasi terkait kinerja perusahaan sehingga dapat memberikan gambaran akan prospek usaha di masa datang. Semakin tinggi angka profitabilitas yang tercantum pada laporan keuangan, berarti semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka akan mencerminkan kekayaan investor yang semakin besar dan prospek perusahaan kedepan dinilai semakin menjanjikan. Pertumbuhan prospek tersebut oleh investor akan ditangkap sebagai sinyal positif sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor yang tercermin dari meningkatnya harga saham perusahaan.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio
Return On Asset (ROA). Rasio ROA adalah rasio untuk mengukur tingkat
efisiensi kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penggunaan aset perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efisien penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang lebih besar sehingga posisi perusahaan akan dinilai semakin baik. Pertumbuhan ROA akan memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa perusahaan dapat menjamin kesejahteraan investor melalui tingkat return investasi yang tinggi. Pertumbuhan ROA juga dapat meyakinkan investor bahwa perusahaan mempunyai prospek pertumbuhan yang baik. Investor akan termotivasi untuk meningkatkan transaksi permintaan saham sehngga akan berdampak pada kenaikan harga saham dan peningkatan nilai perusahaan. Profitabilitas (ROA) secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martini dkk. (2014), Garmayuni (2015), Johan (2012), serta Dewi dan Wirajaya (2013). Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa semakin tinggi nilai ROA, maka nilai perusahaan juga akan semakin tinggi. Hasil kontradiktif ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2011) dan Herawati (2012) menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang artinya semakin tinggi nilai ROA tidak akan mempengaruhi naik atau turunnya nilai perusahaan. Kondisi tersebut disebabkan peningkatan profitabilitas atau kinerja keuangan saja tidak cukup untuk mempengaruhi persepsi pasar terhadap nilai perusahaan sehingga disinyalir ada aspek lain yang turut mempengaruhi.
Menurut Fachmi (2007:122) mengemukakan bahwa “likuiditas perusahaan
merupakan indikasi besar kas yang diinvestasikan dalam aset lancar oleh sebuah
perusahaan. Ukuran ini menunjukkan kemampuan aset lancar dalam menutup kewajiban-kewajiban jangka pndek perusahaan jika aset-aset lancar tersebut terpaksa dicairkan”. Di dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan, untuk membayar dividen diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Harjito dan Martono (2011:98) menyatakan bahwa “semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham”. Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang baik sehingga akan menambah permintaan akan saham dan tentunya akan menaikkan harga saham.Menurut Prayitno (2008:69) mengemukakan bahwa “harga saham juga akan cenderung mengalami penurunan jika investor menganggap perusahaan sudah terlalu likuid yang artinya terdapat aktiva produktif yang tidak dimanfaatkan oleh perusahaan, dan tidak dimanfaatkannya aset tersebut akan menambah beban bagi perusahaan karena biaya perawatan dan biaya penyimpanan yang harus terus di bayar”.
Penelitian ini menggunakan rasio likuiditas yang diwakili oleh current ratio (CR) yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh perbedaan hasil-hasil penelitian sebelumnya
di mana Pasaribu (2008) menemukan likuiditas mempunyai pengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, tetapi hasil berbeda ditemukan oleh Mahendra, dkk
(2011) di mana pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan adalah positif tidak signifikan dan penelitian oleh Deitiana (2011) menemukan hasil likuiditas tidak berpengaruh pada nilai perusahaan.
Menurut Tarjo (2008:83) menyatakan bahwa “kepemilikan institusional yang diartikan sebagai kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau lembaga tertentu”. Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaannya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen.
Agency theory menjelaskan bahwa konflik yang terjadi antara manajemen
dan pemilik akan berpengaruh pada kinerja perusahaan sehingga sangat perlu dilakukan penyatuan kepentingan di antara kedua belah pihak. Menurut Jensen dalam Artini dan Puspaningsih (2011:67) menyatakan bahwa “adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional”.
Agency problem selain dipengaruhi oleh struktur kepemilikan manajerial
juga dipengaruhi oleh struktur kepemilikan institusional. Keberadaan struktur kepemilikan institusional dapat mengurangi adanya agency problem. Agency problem menurun karena adanya penerapan sistem monitoring yang dilakukan
oleh para investornya seperti : dana pensiun, perusahaan asuransi dan perseroan
terbatas maupun institusi independen yang memiliki otoritas untuk memberikan
penilaian kinerja kepada manajemen (Mursalim,2009b). Menurut Bathala, et.al
dikemukakan dalam Mursalim (2009a) mengemukakan bahwa “sistem monitoring
dari investor intitusional tersebut memungkinkan untuk dilakukan karena porsi kepemilikan saham mereka pada perusahaan yang cukup besar”. Di samping itu, Chung, et.al dikemukakan dalam Mursalim (2009a) juga mengemukakan bahwa
“para investor institusional memiliki oppurtunity, resources dan expertise yang memadai untuk melakukan analisis terhadap kinerja dan tindakan manajemen”.
Menurut Zaenal (2005:103) mengemukakan bahwa “kebijakan dividen
merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa berapa besar dividen kas (cash
dividend) yang harus dibayarkan dan berapa kali dividen tersebut akan dibayarkan
dalam satu tahun”. Kebijakan dividen salah satu persoalan yang sangat
diperdebatkan di keuangan (finance). Untuk kebijakan dividen sendiri, besarnya
dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat mempengaruhi harga saham karena
menurut Theory Bird in The Hand investor lebih menyukai pengembalian yang
berasal dari dividen dibandingkan dengan Capital Gain. Apabila harga dividen
yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai
perusahaan juga tinggi. Sebaliknya, jika harga dividen dibayar kecil maka harga
saham juga akan rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya
dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh
laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada masing-masing kebijakan
perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang serius dari manajer
perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa
menetukan kebijakan dividen yang optimal agar dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Kebijakan dividen suatu perusahaan juga akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Price to Book Value merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan. PBV menunjukkan kemampuan perusahaan dalam bentuk harga terhadap modal yang tersedia. Dengan semakin tinggi PBV berarti perusahaan dapat dikatakan berhasil menciptakan nilai kemakmuran pemilik. Karena semakin besar nilai PBV semakin tinggi nilai perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan suatu perusahaan semakin baik nilai perusahaan”. Semakin tinggi nilai perusahaan semakin tinggi return yang di peroleh, semakin tinggi return saham semakin makmur pemegang sahamnya. Menurut Husnah (2012:116) mengemukakan bahwa “keputusan-keputusan keuangan yang diambil manajer keuangan dimaksud untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan”.
Menurut Wati (2011:57) menyatakan bahwa “pihak manajemen perusahaan yang dituntut untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, dihadapkan pada kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan diri mereka masing-masing. Akibatnya, tidak jarang perbedaan kepentingan tersebut menjadikan pihak manajemen memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan umum perusahaan”.
Kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi pengaruh profitabilitas,
likuiditas dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan, hal ini
dikarenakan kebijakan dividen menjadi pusat perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan. Dividen memiliki atau mengandung informasi sebagai syarat prospek perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan dianggap semakin baik, dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik pula.
Beberapa penelitian telah mengembangkan dan menguji berbagai model untuk menjelaskan perilaku dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Baker dan Powell ini juga memberi kontribusi terhadap riset survei mengenai kebijakan dividen. Bukti-bukti temuan menunjukkan: (1). Sebagian besar responden yakin bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan. (2). Responden biasanya mengatakan sangat setuju dengan pernyataan mengenai signaling explanation dari relevansi dividen. (3). Pandangan manajer mengenai penetapan
pembayaran dividen saat ini konsisten dengan yang dilaporkan oleh manajer menurut wawancara yang dilakukan oleh (Ariani, 2005 : 78).
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang menganilisis mengenai nilai perusahaan dari berbagai variabel-variabel dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Penelitian yang berhubungan dengan kepemilikan institusional dan nilai perusahaan adalah penelitian yang dilakukan oleh Borolla (2011:90).
Ketidakkonsistenan terjadi pada penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007:78),
dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kemudian penelitian yang terkait dengan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan di antaranya pernah dilakukan oleh Yadnyana dan Wati (2011: 58). Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa ketika dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham semakin besar maka nilai perusahaan yang bersangkutan juga akan semakin baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sujoko dan Soebiantoro (2007:55). Pertentangan terjadi pada penelitian Taswan (2003:108) dimana kebijakan dividen pada kenyatannya berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Erlangga (2009:124) yang meneliti mengenai kebijakan dividen sebagai pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang menemukan hasil bahwa kebijakan dividen mampu memoderasi kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Namun hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtini (2008:69) yang menemukan bahwa kebijakan dividen tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan.
Penelitian kali ini mencoba menghadirkan kembali permasalahan yang
berkaitan dengan nilai perusahaan dimana variabel yang digunakan menggunakan
Profitabilitas, Likuiditas dan Kepemilikan Institusional sebagai variabel yang
mempengaruhi nilai perusahaan dimana kebijakan Dividen sebagai variabel
pemoderasinya. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya karena tidak pernah diteliti sebelumnya variable Profitabilitas,
Likuditas dan Kepemilikan instutusional secara bersama dalam mempengaruhi
Nilai Perusahaan. Sedangkan untuk populasi perusahaan, berbeda dengan
beberapa penelitian sebelumnya dimana penelitian ini melibatkan populasi
perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana angka tahun penelitianya tahun 2012-2015.
Kebijakan dividen menarik digunakan sebagai variabel moderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan dalam penelitian ini, karena perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat dicapai bila perusahaan memperhatikan share holder atau pemegang saham. Keseimbangan pencapaian tujuan share holder perusahaan berpeluang mendapatkan keuntungan optimal sehingga kinerja perusahaan akan dinilai baik oleh investor.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan judul : “ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 – 2015.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah profitabilitas, likuiditas, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara likuiditas terhadap nilai perusahaan?
7. Apakah kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah profitabilitas, likuiditas, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan?
2. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
3. Untuk mengetahui apakah likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
4. Untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan?
5. Untuk mengetahui apakah kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
6. Untuk mengetahui apakah kebijakan dividen dapat memoderasi
hubungan antara likuiditas terhadap nilai perusahaan?
7. Untuk mengetahui apakah kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan?
1.3.2 manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh likuiditas dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.
b. Bagi investor dan calon investor diharapkan dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan modalnya pada suatu perusahaan.
c. Bagi manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian ini dalam membantu meningkatkan nilai perusahaannya.
d. Bagi peneliti mendatang, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi kepada peniliti yang akan datang khususnya yang ingin
meneliti tentang nilai perusahaan maupun variabel-variabel yang
berpengaruh terhadapnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Signalling Theory
Menurut Brigham dan Houston (2001:117) menyatakan bahwa “isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Integritas laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat memperngaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya.
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat
keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.Signalling theory menyatakan
pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan
dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan, Hasnawati (2005:72).
2.1.2. Teori Agency
Menurut Borolla (2011:94) mengemukakan bahwa “teori agensi merupakan basis teori yang selama ini dingunakan sebagai dasar dalam praktik bisnis perusahaan. Dalam teori tersebut pemegang saham di deskripsikan sebagai principal dan manajemen sebagai agen.” Teori agensi adalah sebuah kontrak yang dilakukan antara pihak principal dengan agen dimana kedua belah pihak tersebut merupakan pemaksimum kesejahteraan. Prinsipal adalah pihak pihak yang memberikan perintah kepada agen untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agen adalah pihak yang diberi kepercayaan oleh principal untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Agen memiliki kewajiban kepada principal untuk mempertanggungjawabkan semua hal yang terkait dengan apa yang telah di amanatkan prinsipal kepada agen tersebut.
Menurut Nasser (2008:71) mengemukakan bahwa “pemisahan antara pemegang saham dan manajer seperti ini dapat menimbulkan adanya masalah keagenan atau agency problem. Dan karena kewenangan pengelolaan perusahaan serta pengambilan keputusan diserahkan kepada manajer, maka bisa saja manajer tidak berbuat yang terbaik untuk pemilik karena adanya perbedaan kepentingan”.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi agency problem. Beberapa
diantaranya adalah dengan meningkatkan peran outsider dalam monitoring
perusahaan, keberadaan atau eksistensi kepemilikan manajerial, peningkatan
pembayaran dividen, pendanaan melalui utang (Menurut Crutchley yang dikemukakan oleh Mursalim, 2009 : 89).
2.1.3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.
Dalam reorganisasi keuangan faktor utama yang harus diperhatikan adalah menyangkut penentuan nilai perusahaan. Hal ini sangat penting terutama dalam rangka penjualan perusahaan, private placement ataupun go public . Menurut Sartono (2001:380) terdapat beberapa alternative untuk menilai perusahaan di antaranya adalah :
1. Price earning ratio method. Alternative ini memerlukan informasi tentang proyeksi futures earning perusahaan, expected return forequity investment, expected return on investment dan historical price earning ratio. Informasi-informasi tersebut digunakan untuk menentukan target price earning ratio dan kemudian dibandingkan dengan rata-rata industrinya.
2. Discounted cashflows approach. Melalui cara ini penilai akan mendiskontokanexpected cashflows dan membandingkannya dengan market value perusahaan.
Menurut Fama yang dikemukakan oleh Wahyudi (2006:165) mengemukakan bahwa “nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.”
Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual
disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Harga saham juga dapat sebagai indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan, sedangkan nilai perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat.
Menurut Van Horne dikemukakan oleh Diyah dan Erman (2009:71)
“Pengaruh Struktur kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai variable Intervning”. Menurut Brigham & Ghapenski (1996)
dikemukakan oleh Darminto (2010:135) mengemukakan bahwa “manajemen dalam mengelola aktiva secara efisien sebagai upaya meningkatkan kinerja keuangan maupun nilai perusahaan.” Salah satu tugas mendasar dari manajer meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm).
Nilai perusahaan menunjukkan nilai berbagai aset yang dimiliki perusahaan, termasuk surat-surat berharga yang telah dikeluarkannya. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value (PBV). Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan.
Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga
yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham
yangterjadi di pasar bursa tertentu yang terbentuk oleh permintaan dan penawaran
saham oleh para pelaku pasar. Nilai perusahaan merefleksikan profitabilitas perusahaan di masa depan dan juga menggambarkan profitabilitas saat ini.
Menurut Samsul (2006:88) mengemukakan bahwa “berdasarkan pendekatan konsep nilai pasar atau Price Book Value tersebut, harga saham dapat diketahui berada diatas atau dibawah nilai bukunya. Pada dasarnya, membeli saham berarti membeli prospek perusahaan.” PBV yang tinggi akan membuat investor yakin atas prospek perusahaan dimasa mendatang. Oleh karena itu keberadaan rasio PBV sangat penting bagi para investor maupun calon investor untuk menentapkan keputusan investasi.
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan. Menurut Suharli (2002 :68 ) diantaranya adalah:
a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earningratio, metode kapitalisasi proyeksi laba ; b) pendekatan arus kas antara lainmetode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added .
Rasio-rasio keuangan dingunakan investor untuk mengetahui nilai pasar
perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai
penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya
dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah
satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik,
karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Sukamulja (2004:60)
menyatakan bahwa “dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti
perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kresitur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur”.
Menurut Sukamulja (2004:94) menyatakan bahwa “semakin besar nilai menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut.”
Menurut Harmono (2011:57) ada beberapa yang menjadi indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya adalah :
1. PER (Price Earning Ratio)
PER adalah nilai harga perlembar saham, indikator ini secara praktis telah diaplikasikan dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di indonesia. PER disebut juga sebagai pendekatan earning multiplier, menunjukkan rasio hargapasar saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan earning. Hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Semakin tinggi pertumbuhan lama semakin tinggi PER nya, dengan
kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya
bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan
dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba
perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Laba bersih yang
tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti
perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan
pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga
saham-saham dari perusahaan yang memiliki profitabilitas dan
pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula,
karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga
kecenderungan harganya meningkat lebih besar.
b. Semakin tinggi dividend payout ratio (DPR), semakin tinggi PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan besarnya dividen ini secara positif dapat memperngaruhi harga saham terutama pada pasar modal didominasi yang mempunya strategi manager dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
c. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya.
Dengan begitu r memiliki hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapka di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
2.1.4. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan faktor yang harus mendapat perhatian
penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus dalam
keadaan menguntungkan (Profitable). Oleh karena itu pemilik perusahaan
terutama sekali dari pihak manajeman harus berusaha meningkatkan keuntungan
perusahaan demi kelangsungan masa depan perusahaan. Pada rasio-rasio
profitabilitas, seluruh pengukuran rasio akan menunjukan kondisi yang lebih baik
jika jumlahnya atau angkanya semakin besar. Sebaliknya menunjukan kondisi
yang semakin jelek jika angka rasionya semakin kecil. Profitabilitas menurut
Kasmir (2010:196) mengemukakan bahwa “merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan labanya melalui semua kemampuan dan sumber yang ada sehingga diketahui untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut. Untuk mengukur kemampuan bank memperoleh keuntungan dapat menggunakan rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan. Rasio profitabilitas merupakan gambaran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba profitabilitas terdiri dari :
1. Margin laba (Profit Margin)
Menunjukkan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2. Return On Investment (ROI)
Menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Dalam rasio ini jika semakin besar semakin bagus.
3. Return On Asset (ROA)
Rasio ini menggambarkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan
laba secara keseluruhan dengan cara membandingkan antara laba sebelum
pajak dengan total aset. ROA juga menggambarkan perputaran aset diukur
dari volume penjualan. Semakin besar ROA suatu perusahaan, maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari penggunaan aset.
Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen perusahaan dalam hal mengelolah aset untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sekaligus untuk menilai kemampuan manajemennya dalam mengendalikan biaya-biaya, maka dengan kata lain dapat menggambarkan produktivitas bank tersebut. ROA digunakan untuk menganalisis tingkat profitabilitas. ROA dihitung dengan cara membandingkan laba bersih dengan total aset atau aktivanya.
4. Return On Equity (ROE)
Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri (equity) merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.
Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang
bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan
pembiayaan dividen oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan
kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba pemegang saham
semakin besar. Seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan
terhadap modal yang ia tanamkan. Untuk mengukur kemampuan bank
memperoleh keuntungan terhadap kepentingan pemilik.
2.1.5. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Ukuran likuiditas suatau perusahaan dikatakan sehat bila memiliki rasio lancar sebesar 100%.
Pada pengertian likuiditas menurut para ahli juga termuat fungsi likuditas itu sendiri. Fungsi-fungsi likuiditas yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menjalankan transaksi bisnis sehari-hari 2. Mengatasi kebutuhan dana pada saat mendesak
3. Untuk memuaskan permintaan seseorang akan pinjaman dana
4. Untuk memberikan fleksibilitas dalam mencapai kesempatan investasi menarik yang menguntungkan.
Keempat fungsi di atas membuat keberadaan likuiditas sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan. Bahkan dalam perusahaan besar seperti perbankan terdapat istilah likuiditas bank yang dimaknai sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek.
Menurut Sartono (2001:116) mengemukakan bahwa "likuiditas
perusahaan, menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial
jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar
kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang
meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas Neraca, Laporan rugi-laba, laporan perubahan modal”.
Menurut Brigham dan Housten (2010:134) mengemukakan bahwa Rasio likuiditas antara lain terdiri dari:
a. Rasio Lancar : Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat di perdagangkan, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang lancar jangka panjang, pajak dan gaji yang harus di bayar. Rasio lancar adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current assets/current liabilities).
Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam satu tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuji kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar.
Quick Ratio : Persediaan pada umumnya merupakan aset lancar
perusahaanyang paling tidak likuid sehingga persediaan asset, dimana
kemngkinan besar akan terjadi kerugian jika terjadi likuidasi. Quick ratio
adalah membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan
kewajiban lancar. Persediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Tujuan
manajemen persediaan dalam mengadakan persediaan yang dibutuhkan
untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Suatu
perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang dari 1:1 atau 100%
dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2.1.6. Kepemilikan Institusional
Menurut Tarjo (2008:93) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya.
Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaannya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen. Menurut Permanasari (2010:1) mengemukakan bahwa “dengan adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan instutisional yang berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal”.
Menurut Permanasari (2010:87) mengemukakan bahwa Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan sebagai berikut : 1. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada
keterandalan informasi,
2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas perusahaan.
2.1.7 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Menurut Sartono (2001:282) menyatakan bahwa “beberapa faktor penting yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan baya modal alternative, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di masa datang”.
Menurut Brigham dan Housten (2001:66) mengemukakan bahwa:
“Dalam bagian ini kita menelaah tiga teori dari preferensi investor: (1) teori ketidak relevanan dividen, (2) teori “bird-in-the-hand”, (3) teori preferensi pajak”.
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM), MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya.
2. Teori the Bird- in- the- hand
Menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat resio arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi: (1) bahwa keuntungan modal dikenakan pajak dengan dengan tarif maksimum 28 persen, sedangkan pendapatan dividen dikenakan pajak dengan tarif efektif mencapai 39,6 persen (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai waktu, satu dolar pajak yang harus dibayarkan di masa mendatangmempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini (3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang-ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagian dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Kebijakan dividen penting karena dua alasan, yaitu:
1. Pembayaran dividen akan mempengaruhi hargasaham.
2. Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen yang dipilih oleh perusahaan sudah tentu harus melewati pertimbangan yang matang agar tidak timbul masalah bagi perusahaan dikemudian hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan antara lain:
1. Posisi Solvabilitas Perusahaan
Apabila perusahaan dalam keadaan insolvensi atau solvabilitinya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan karena laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.
2. Posisi Likuiditas Perusahaan
Dividen kas merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Karena itu bilaperusahaan membayarkan dividen berarti harus menyediakan uang kas yang cukup banyak dan hal ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan dengan likuiditas kurang baik cenderung membagikan dividen yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang likuiditas lebih baik.
3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang
Semakin banyak hutang yang harus dibayar, maka semakin besar dana
yang harus disediakan. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang,
berarti danahutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang tersebut bisa dengan cara mencari hutang baru ataupun dengan sumber dana internal dengan cara memperbesar laba ditahan.
4. Rencana Perluasan
Semakin pesat perluasan yang dilakukan, maka semakin besar dana yang dibutuhkan. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, ataupun dari sumber dana internal dengan cara memperbesar laba ditahan yang akhirnya akan memperkecil Dividend PayoutRatio (DPR).
5. Kesempatan Investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya akan digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi tersebut.
6. Stabilitas Pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan kas yang cukup tersedia untuk berjaga- jaga. Hal ini mengakibatkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil akan memperkecil Dividend Payout Ratio-nya.
7. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Terkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap
perusahaan.Oleh karena itu perusahaan cenderung mencari sumber dana
dari modal sendiri. Kemungkinan akan masuk investor baru tentunya akan
mengurangi kendali pemilik lama atas perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang risikonya cukup besar. Hal itulah yang menyebabkan perusahaan akan cenderung tidak membagi dividen.
2.2 Penelitian Terdahulu
Studi empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu mengenai kaitan antara beberapa indikator pengukuran nilai perusahaan telah banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian tersebut antara lain:
1. Prapaska dan Mutmainah (2012) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh tingkat profitabilitas, keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Dengan metode analisis berganda dengan menggunakan jumlah sampel 44 perusahaan manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, keputusan investasi dan kebijkan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sedangkan keputusan pendanaan berpengaruh negatif.
2. Erlangga, Enggar (2009) melakukan analisis pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR, GCG dan kebijakan
dividen sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan dan kebijakan dividen dapat memoderasi
pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan.
3. Alfredo Mahendra (2011) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating. Jumlah sampel adalah sebanyak 30 sampel perusahaan manufaktur selama periode 2006-2009. Pengujian hipotesis penelitian digunakan teknik analisis berganda dan moderated regression analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengauruh likuiditas terhadap nilai perusahaan, leverage berpengaruh negatif tidak signifikan, profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijkan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
4. Elvira (2014) mengenai pengaruh Return on Equity (ROE) dan Debt ToEquity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan
dividen sebagaivariabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan profitabilitasterhadap nilai Perusahaan namun tidak dapat mermoderasi hubungan leverage terhadap nilai perusahaan.
5. Titin Herawati (2012), meneliti Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan
Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Terdapat kesamaan
dari hasil penelitiannya yaitu kebijakan dividen yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Untuk kebijakan hutang, berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sementara itu, Ni Luh Putu Rassri Gayatri dan I Ketut Mustanda meneliti Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen, dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan struktur modal dan keputusan investasi secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Lihan Rini Puspo Wijaya, dan Bandi Anas Wibawa yang menyatakan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan
Tabel 2.1.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Penelitian Hasil penelitian
Alfredo, Mahendra (2011)
Variable independen : Likuiditas, Profitabilitas , Leverage
Variabel Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Moderasi : Kebijakan Deviden
Likuiitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kebijakan deviden tidak mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan laverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, kebijakan deviden tidak mampu memoderasi laverage terhadap nilai perusahaan, profitabiltas berpengaruh posotif dan kebijakan deviden tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.