• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis

Berguna untuk mengembangkan wawasan dan meningkatkan kemampuan berfikir penulis dalam menganalisa setiap gejala permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi Penjual di Pasar Melati

Penelitian ini berguna untuk menambah informasi mengenai faktor apa saja yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian barang secondhand di Pasar Melati, Medan serta dapat meningkatkan faktor lain dalam pengambilan keputusan pembelian suatu barang.

3. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi dan memberikan informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa/I dalam melakukan penelitian dengan objek maupun masalah yang sama dan mengembangkan di masa yang akan datang atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Perilaku Konsumen

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002:7) perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan, pembelian, dan penentuan barang, jasa dan ide. James F. Engel et al (2004) perilaku konsumen didefenisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (2004) perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) mendefenisikan bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Menurut Engel et al (2006) perilaku konsumen yaitu tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian, dan penghabisan produk atau jasa termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini. Dari perilaku konsumen diatas

dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah (1) studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam penerimaan, penggunaan, pembelian, dan penentuan barang, jasa dan ide: (2) tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut: (3) tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya: (4) perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi,dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka: (5) tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian, dan penghabisan produk atau jasa termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini.

2.1.2 Tahap Perilaku Konsumen

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan tahap-tahap perilaku konsumen yaitu :

1. Tahap untuk merasakan adanya kebutuhan dan keinginan.

2. Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang produk, harga dan saluran distribusi.

3. Pengonsumsian, penggunaan dan pengevaluasian produk setelah digunakan.

4. Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.

2.1.3 Variabel Dalam Perilaku Konsumen

Ada tiga variabel dalam perilaku konsumen menurut ahli David L.Louden dan Albert J. Della (2004:4) yaitu:

a. Variabel Stimulus, merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian.

Contohnya: merek dan jenis barang, iklan, penataan barang dan ruangan toko.

b. Variabel Respons, merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel stimulus. Variabel respons sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan stimulus. Contohnya: keputusan membeli barang, pemberi penilaian terhadap barang, perubahan sikap terhadap suatu produk.

c. Variabel Intervening, merupakan variabel antara stimulus dan respons.

Variabel ini merupakan faktor internal individu, termasuk motif-motif membeli, sikap terhadap suatu peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang. Peranan variabel intervening adalah untuk memodifikasi respons.

2.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Philip Kotler (2007: 214-224) perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Faktor Budaya

Budaya dapat didefenisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal

yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, kebiasaan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran, dan status sosial.

a. Kelompok Acuan

Kelompok acuanterdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka, sekurang-kurangnya melalui tiga cara. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang; kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat memengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Orang juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok di luar kelompok mereka. Kelompok aspirasi adalah kelompok yang ingin dimasuki seseorang; kelompok dissosiasi adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh seseorang. Perusahaan manufaktur yang produk dan mereknya sangat dipengaruhi oleh kelompok

acuan harus menentukan cara menjangkau dan memengaruhi para pemimpin opini di kelompok acuan itu. Pemimpin opini adalah orang yang komunikasi informalnya atas produk dapat memberikan saran atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu, seperti merek apa yang terbaik atau apa manfaat produk tertentu. Para pemasar berusaha menjangkau para pemimpin opini dengan mengidentifikasi ciri-ciri demografis dan psikografis yang berkaitan dengan kepemimpinan opini, mengidentifikasi media yang dibaca oleh pemimpin opini, dan mengarahkan pesan iklan kepada pemimpin opini.

b. Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan orang tuanya, pengaruh orang tua dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi yaitu pasangan dan anak seseorang.

c. Peran dan Status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya.

Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat ditentukan

berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

3. Faktor Pribadi

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya, seperti : a. Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya.

Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah, usia, dan gender orang dalam rumah tangga pada satu saat.

b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan dapat dibelanjakan (level, kestabilan, pola waktunya), tabungan dan aktiva (termasuk persentase aktiva yang lancar), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus-menerus memerhatikan kecenderungan pengahasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga.

Jika indikator menandakan adanya resesi, para pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga dapat terus menawarkan nilai kepada para pelanggan sasaran.

c. Kepribadian dan Konsep Diri

Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang memengaruhi perilaku pembeliannya. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Gagasannya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa konsumen mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian dirinya. Disebut pula dengan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu.

d. Gaya hidup dan Nilai

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan

antara produk mereka dan kelompok gaya hidup. Gaya hidup sebagian dibentuk oleh apakah konsumen itu dibatasi uang atau dibatasi waktu.

2.3 Keputusan Pembelian

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Philip Kotler (2007:240) keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk. Biasanya keputusan pembelian konsumen adalah pembelian merek yang paling disukai.

Gambar 2.1

Tahap-tahap antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian

Sumber: Manajemen Pemasaran, Philip Kotler (2008:242) Keputusan

Pembelian

Niat pembelian

Evaluasi Alternatif Sikap orang

lain

Faktor situasi yang tidak

Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yakni intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku. Prefensi pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. Yang terkait dengan sikap orang lain adalah peran yang dimainkan oleh intermediaries yang mempublikasikan evaluasi mereka.

2.3.2Model Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Engel et al (2006:334) mengemukakan lima tahapan perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian, yaitu :

1. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal).

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen. Pada proses ini konsumen membandingkan berbagai merek pilihan yang dapat memberikan manfaat kepadanya serta masalah yang dihadapinya.

4. Keputusan Pembelian

Setelah tahap-tahap di atas dilakukan, pembeli akan menentukan sikap dalam pengambilan keputusan apakah membeli atau tidak. Jika memilih untuk membeli produk, dalam hal ini konsumen dihadapkan pada beberapa alternatif pengambilan keputusan seperti produk, merek, penjual, kuantitas dan waktu pembeliannya.

5. Hasil

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tahap ini dapat memberikan informasi yang penting bagi perusahaan apakah produk dan pelayanan yang telah dijual dapat memuaskan konsumen atau tidak.

2.3.3 Langkah-Langkah Keputusan Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:124)Keputusan membeli atau mengonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.

b. Waktu

Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifkannya kebutuhan fisiologis seseorang. Waktu juga akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang diinginkan oleh seorang konsumen. Usia yang lebih tua akan menyebabkan konsumen memiliki aspirasi dan nilai yang berbeda.

c. Perubahan Situasi

Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan. Konsumen yang masih lajang mungkin akan menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk hiburan. Jika sudah menikah, konsumen tersebut akan mengenali banyak kebutuhan yang lain.

d. Kepemilikan Produk

Kepemilikan sebuah produk sering kali mengaktifkan kebutuhan yang lain. Seorang konsumen yang membeli mobil baru akan menyadari perlunya produk lain. Contohnya dia akan membutuhkan shampo mobil, lap kanebo, peralatan untuk membersihkan mobil, bahkan orang lain yang bisa membantunya mencuci dan membersihkan mobil.

e. Pengaruh Pemasaran

Produk baru muncul hampir setiap hari dan diiklankan atau dikomunikasikan melalui berbagai media oleh perusahaan pembuatnya.

Program pemasaran tersebut akan memengaruhi konsumen untuk menyadari kebutuhannya.

f. Pencarian Informasi

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu

produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Konsumen akan mencari informasi tentang berbagai jenis barang yang dibutuhkan, banyaknya merek yang ada, harga, tempat pembelian, dan cara pembayaran yang sesuai.

g. Pencarian Internal

Langkah pertama yang dilakukan konsumen adalah mengingat kembali semua informasi yang ada di dalam ingatan. Informasi yang dicari meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhannya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peneliti yang sedang diteliti oleh penulis diantaranya adalah :

1. “ANALISIS FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL PRIBADI DI KELURAHAN GONILAN KABUPATEN SUKOHARJO” Oleh Suprihati, Wikan Budi Utami STIE AAS Surakarta.

(Vol.13, No. 01, Feb-Juli 2015). Inti permaslahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat benda nyata antara faktor umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan faktor gengsi terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadi di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo? (2) Seberapa kuaa tingkat hubungan yang terjadi antara faktor umur , pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan faktor gengsi dengan perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadi

di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo? Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah terdapat beda nyata antara faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan faktor gengsi dengan perilaku konsumen dalam pembelian jenis mobil pribadi di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo? (2) Seberapa kuat tingkat hunbungan yang terjadia antara faktor umur, pendidikan, perkerjaan, pendapatan, dan faktor gengsi terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadai di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo. Kegunaan penelitian ini adalah dapat memberikan masukan yang berhuna sebagai bahan pertimbangan bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam menentukan strategi pemasaran di masa mendatang. Berdasarkan analisa data diperoleh kesimpulan bahawa (1) terdapat beda nyata dan hubungan ynag positif antara tingkat pendapatan dengan perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadi di Kelurahan gonilan Kabupaten Sukoharjo.

Hal ini dibuktikan dengan analisa beda nyata antara pendapatan dengan perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadi, dimana hasil hitung chi – square X2 hitung13,629, lebih besar dari nilai X2 tabel 12,592, teteapi menunjukan tingkat hubungan yang lemah, dimana ditunjukan dengan hasil analisa koefisien kontingensiyaitu sebesar 0,363. (2) Tidak ada beda nyata antara faktor umur, pendidikan, pekerjaan, da faktor gengsi terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian jenis mobil pribadi di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo. Dari hasil kesimpulan dalampenelitian hal ini dapatlah diajukan saran –saran sebagai berikut : Pihak pengusaha dealer mobil pribadi perlu mengadakan

segmentasi pasar berdasarkan tingkat pendapatan konsumen terhadap jenis mobilpribadi, hal ini diketahui bahwa terdapat beda nyata antara ringkat pendapatan konsumen dengan perilaku konsumen dalam keputusan pembelian mobil pribadi. Sehingga pengusaha toko mobil pribadi perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat penghasilan konsumen, misalnya dengan menyediakan jenis mobil yang sesuai dengan tingkat pendapatan konsumen di Kelurahan Gonilan Kabupaten Sukoharjo.

2. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS ORGANIK” Vol. 17 No. 1 [April 2016] 69-78 Oleh Dhita Morita Ikasari, dkk. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan di kota Batu, Jawa Timur, dengan objek penelitian yaitu konsumen yang mengkonsumsi beras organik.

Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel terikat (Y) yaitu keputusan pembelian dan variabel bebas (X) yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan pembelian beras organik. Variabel bebas (X) meliputi produk, harga, tempat, pribadi, dan motivasi. Variabel ini dipilih karena dinilai mampu mewakili dari sekian banyak variabel yang ada. Sampel ditentukan dengan teknik probabilistik sampling karena banyaknya populasi yang membeli beras organik tidak dapat ditentukan secara pasti. Populasi yang tidak dapat ditentukan dengan pasti diambil sejumlah sampel yang bisa mewakili. Secara umum, jumlah sampel dalam analisis faktor minimal 50 pengamatan. Bahkan seharusnya ukuran sampel sebanyak 100 atau lebih besar. Biasanya ukuran sampel dalam analisis ini

dianjurkan memiliki paling sedikit 5 kali jumlah variabel yang akan diamati, karena semakin banyak sampel yang dipilih akan mencapai patokan rasio 10:1, yang berarti untuk satu variabel ada 10 sampel (Sugiharto, 2007; Hair, 2010; Nopriadi et al., 2014; Setiawati, 2014).

Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas yang dimaksudkan untuk menguji instrumen penelitian.

Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Hasil dapat diketahui valid atau tidaknya dapat dilihat jika rhitung positif dan rhitung

> rtabel, berarti variabel tersebut valid dan jika rhitung tidak positif dan rhitung < rtabel, berarti variabel tersebut tidak valid. Uji reliabilitas atau kehandalan menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrumen yang valid dan reliable dapat diartikan penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Gaberson, 1997; Riege, 2003; Sugiyono, 2009; Drost, 2012). Artinya, jika objek berbentuk segi empat, sedangkan data yang terkumpul berbentuk segitiga maka hasil penelitian tidak valid. Pada penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Pada penelitian ini, analisis data menggunakan metode analisis faktor dan analisis regresi linier berganda. Perangkat yang digunakan dalam analisis data adalah SPSS 22.00.

3. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM MEMILIH KAFE DI KOTA SURAKARTA”.

Oleh Eddy Priyono Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 10, No. 1, Juni 2006. Kopi sudah dikenal sejak jaman dahulu sebagai minuman yang sangat populer, dari Alaska hingga Ambarawa, dari Meksiko hingga Mongolia. Sebab itulah kedai kopi banyak bermunculan dimana-mana. Di antaranya dikenal sebagai kafe atau coffee house yang juga menjual makanan kecil. Sedangkan kafe menurut keputusan Walikota Surakarta no 11 tahun 2001 Pasal 1 adalah: (Walikota Surakarta,2001:3) Kafe adalah usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan pelayanan makanan dan minuman ringan disertai fasilitas musik dengan pemain tunggal atau tape recorder dan tanpa tempat melantai atau menari, diperuntukkan bagi orang yang telah berumur diatas 17 tahun. Jika dahulu kafe hanya menjual kopi dan makanan kecil, maka sekarang kafe tidak hanya menjual kopi dan makanan kecil tetapi kafe-kafe tersebut sekarang telah menjual beragam minuman dan makanan, dari cendol hingga minuman beralkohol, dari donat hingga steak yang lezat telah mereka jadikan sajian harian mereka.

Dengan diiringi suara musik yang menghentak dan sajian hiburan yang sudah tertata rapi, serta dengan ditunjang dengan ruang yang nyaman maka tak ayal lagi bahwa banyak pelanggan yang menjadi ketagihan untuk datang ke kafe setiap malamnya, seperti yang dipaparkan oleh salah satu pelanggan. Penyimpangan-penyimpangan perilaku konsumen tampak pada kehidupan malam di kafe-kafe yang agaknya terus mengikuti gaya hidup

yang tampak dari iklan di radio, televisi, media cetak sampai billboard dengan lampu neonnya yang cemerlang telah menjadi simbol bukan saja bergesernya pola konsumsi, tetapi juga identitas, keinginan (desires, passion), kesenangan (pleasures), bahkan bukan tak mungkin pandangan dunia atau world view. Tentu saja saat ini ada tempat hiburan, restoran, kafe, disko, yang makin sepi atau bahkan beberapa di antaranya tutup.

Dalam hal ini, krisis moneter boleh jadi sekadar salah satu faktor yang menyebabkannya bangkrut. Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan dunia teknologi dan kebudayaan mempengaruhi sikap dan gaya hidup seseorang, khususnya dalam masalah pergaulan dan tempat bergaul. Untuk memenuhi kebutuhan yang baru tersebut orang-orang rela mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya ektra. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen untuk datang ke kafe diantaranya tingkat

Dalam hal ini, krisis moneter boleh jadi sekadar salah satu faktor yang menyebabkannya bangkrut. Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan dunia teknologi dan kebudayaan mempengaruhi sikap dan gaya hidup seseorang, khususnya dalam masalah pergaulan dan tempat bergaul. Untuk memenuhi kebutuhan yang baru tersebut orang-orang rela mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya ektra. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen untuk datang ke kafe diantaranya tingkat