• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Penelitian

Dalam dokumen SKRIPSI. Disusun Oleh: RINI MULIA SARI (Halaman 17-0)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang kajian ilmu pemasaran, khususnya yang berhubungan dengan perilaku konsumen dan hubungannya dengan keputusan pembelian.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah masukan dan saran yang bermanfaat dan membangun bagi perusahaan.

3. Bagi Program Studi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan untuk mempelajari permasalahan yang berhubungan dengan keputusan pembelian.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Citra Merek (Brand Image)

2.1.1 Pengertian Citra Merek (Brand Image)

Menurut Simamora (Sangadji dan Sopiah,2013:327), citra adalah konsep yang mudah dimengerti, tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Rangkuti (Sangadji dan Sopiah,2015:327) mengemukakan bahwa “citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.

Menurut Aaker dalam Simamora (Sangadji dan Sopiah,2015:327), “citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikan kepada konsumen”. Merek merupakan simbol dan dan indikator dari kualitas sebuah produk. Oleh karena itu, merek-merek produk yang sudah lama akan menjadi sebuah citra, bahkan simbol status bagi produk tersebut yang mampu meningkatkan citra pemakainya.

Shimp et al (Sangadji dan Sopiah,2015:327) berpendapat citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain.

2.1.2 Komponen Citra Merek

Gambar 2.1

Kerangka Ekuitas Merek Berbasis Konsumen

Sumber: Keller dalam Shimp et al (Sangadji dan Sopiah,2013:328)

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa komponen citra merek adalah jenis-jenis asosiasi merek, dukungan, kekuatan dan keunikan asosiasi merek.

1. Asosiasi Merek (Brand Association)

Menurut Aaker dalam Simamora (Sangadji dan Sopiah,2013:328), “asosiasi merek adalah sekumpulan entinitas yang bisa dihubungkan dengan satu merek.” Lebih lanjut, Aaker dalam Rangkuti (Sangadji dan Sopiah,2013:328)

Simbolis

mendefinisikan asosiasi merek sebagai segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. “Asosiasi itu tidak hanya ada, namun juga mempunyai tingkat kekuatan “Aaker (Sangadji dan Sopiah,2013:328).

Asosiasi merupakan atribut yang ada di dalam merek dan akan lebih besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman berhubungan dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat oleh konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra merek (brand image). Keuntungan asosiasi merek tampak pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Nilai Asosiasi Merek

Sumber: Rangkuti (Sangadji dan Sopiah,2013:329)

Durianti (Sangadji dan Sopiah,2013:329) berpendapat bahwa asosiasi terhadap merek ditentukan oleh tiga hal, yaitu nilai yang dirasakan (perceived value), kepribadian merek (brand personality), dan asosiasi organisasi (organizational association).

a. Nilai yang Dirasakan (Perceived Value)

Nilai yang dirasakan diartikan sebagai persepsi kualitasyang dibagi dengan harga. Ada lima unsur pembentuk nilai yang dirasakan, yaitu kualitas, produk, harga, kualitas layanan, faktor emosional, dan kemudahan.

Membantu Proses/Penyusunan Informasi

Diferensiasi/Posisi Alasan untuk Membeli Menciptakan Sikap/Perasaan

Positif Basis Perluas Asosiasi Merek

1) Kualitas Produk

Kualitas produk terdiri atas enam elemen, yaitu:

a) Kinerja, merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

b) Reliabilitas, merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi.

c) Fitur, merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada suatu produk, misalnnya fitur kendali jauh (remote control) pada televisi.

d) Keawetan (durability), merupakan dimensi kualitas produk yang menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu.

Produk dikatan awet jika dapat bertahan dalam pemakaian berulang-ulang.

e) Konsistensi, merupakan elemen yang menunjukkan seberapa jauh suatu produk bisa memenuhi standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang mempunya konsistensi tinggi berarti sesuai dengan standar yang ditentukan.

f) Desain, merupakan aspek emotional untuk memengaruhi kepuasan konsumen sehinngga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut memengaruhi persepso kualitas produk tersebut.

2) Harga

Unsur harga memberikan pengaruh yang relatif. Ada sebagian konsumen yang sensitif terhadap harga, akan tetapi ada juga yang tidak begitu mempertimbangkan harga dalam pengambilan keputusan pembelian produk.

3) Kualitas Layanan

Kualitas layanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi, dan manusia. Dimensi kualitas layanan terdiri atas wujud fisik (tangible), reliabilitas, daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), dan empati.

4) Faktor Emosional

Dimensi emosional dibagi menjadi tig faktor, yaitu estetika, nilai ekspresif diri (self-expensive value), dan kepribadian merek. Aspek estetika berkaitan dengan bentuk dan warna. Bentuknya meliputi besar kecilnya produk, proporsi, dan kesimetrisan. Aspek ekspresif diri adalah bentuk kepuasan yang terjadi karena lingkungan sosial disekitarnya. Aspek kepribadian merek berkaitan dengan karakter personal.

5) Kemudahan

Konsumen cenderung merasa lebih puas jika bisa mendapatkan produk atau pelayanan secara relatif lebih mudah, nyaman, dan efisien.

b. Kepribadian Merek (Brand Personality)

Kepribadian merek berhubungan dengan ikatan emosi merek tersebut dengan manfaat merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi merek dan hubungan pelanggan. Kepribadian merek akan melibatkan dimensi yang unik untuk sebuah merek.

c. Asosiasi Organisasi (Organizational Association)

Dalam asosiasi organisasi konsumen akan mengaitkan sebuah produk dengan perusahaan yang memproduksinya. Asosiasi organisasi akan menjadi faktor penting jika merek yang ada mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya, atau jika organisasi merupakan hal yang penting untuk dilihat.

2. Dukungan Asosiasi Merek

Dukungan asosiasi merek merupakan respon konsumen terhadap atribut, manfaat, serta keyakinan dari suatu merek produk berdasarkan penilaian mereka atas produk. Atribut disini tidak berkaitan dengan fungsi produk, tetapi berkaitan dengan citra merek. Dukungan asosiasi merek tersebut ditunjukkan dengan persepsi konsumen terhadap produk yang menganggap bahwa produk yang dikonsumsi itu baik dan bermanfaat bagi konsumen.

3. Kekuatan Asosiasi Merek

Setelah mengkonsumsi sebuah produk, konsumen akan mengingat kesan yang ditangkap dari produk tersebbut. Jika konsumen telah merasakan manfaatnya, ingatan konsumen terhadap produk tersebut akan lebih besar lagi daripada konsumen belum menggunakannya. Itulah yang membuat ingatan konsumen semakin kuat terhadap asosiasi sebuah merek. Kekuatan asosiasi merek ditunjukkan dengan reputasi baik yang dimiliki produk tersebut di mata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki manfaat ekspresi diri dan menambah rasa percaya diri konsumen.

4. Keunikan Asosiasi Merek

Jika sebuah produk memiliki ciri khas yang membedakannya dari produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen. Ingatan konsumen tersebut akan semakin kuat jika konsumen sudah merasakan manfaat dari sebuah produk dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa membuaskan keinginannya tersebut.

2.1.3 Manfaat Merek

Merek sebuah produk dapat membantu para produsen membentuk loyalitas pelanggan. Jika sebuah perusahaan berhasil mengembangkan loyalitas

konsumennya melalui sebuah merek, perusahaan tersebut dapat menjual produk dengan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Berikut ini ada beberapa manfaat merek, yaitu:

Menurut Simamora (Sangadji dan Sopiah, 2013:324) merek memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk mencerikatan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi merek.

b. Bagi masyarakat, merek memberikan manfaat yaitu:

1) Memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten

2) Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat untuk membelinya

3) Meningkatkan inovsi-inovasi baru karena produsen terdorong untuk menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.

c. Bagi penjual, merek memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Memudahkan penjual mengelolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul

2) Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk 3) Memungkingkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan

4) Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

2.2 Keputusan Pembelian

2.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Proses tersebut sebenarnya merupakan proses pemecahan masalah dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.

Menurut Peter dan Olson (Sangadji dan Sopiah,2013:332), pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Inti dari pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih, dan memilih salah satu diantaranya. Pengambilan keputusan konsumen meliputi semua proses yang dilalui konsumen untuk mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih di antara pilihan-pilihan.

Menurut Engel et al dalam Pride dan Ferrel (Sangadji dan Sopiah, 2013:332) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian adalah proses keputusan dan tindakan orang-orang yang terlibat dalam pembelian dan penggunaan produk. Sementara Pride dan Ferrel (Sangadji dan Sopiah, 2013:332) berpendapat bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, mereka yang membeli suatu produk untuk digunakan secara pribadi, bukan untuk tujuan bisnis atau dijual kembali kepada pihak lain.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Pride dan Ferrel (Sangadji dan Sopiah, 2013:335) membagi faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Faktor pribadi

Faktor pribadi merupakan faktor yang unik bagi seseorang. Berbagai faktor pribadi dapat memengaruhi keputusan pembelian. Faktor pribadi digolongkan menjadi tiga, yaitu:

a. Faktor demografi

Faktor demografi berkaitan dengan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembelian. Faktor ini meliputi ciri-ciri individual seperti jenis kelamin, usia, ras, suku bangsa, pendapatan, siklus, kehidupan keluarga, dan pekerjaan.

b. Faktor situasional

Faktor situasional merupakan keadaan atau kondisi eksternal yang ada ketika konsumen membuat keputusan pembelian.

c. Faktor tingkat keterlibatan

Faktor tingkat ketrlibatan konsumen ditunjukkan dengan sejauh mana konsumen mempertimbangkan terlebih dahulu keputusannya sebelum membeli suatu produk.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang ada pada diri seseorang sebagian menetapkan perilaku orang tersebut sehingga memengaruhi perilakunya sebagai konsumen. Faktor-faktor psikologis meliputi:

a. Motif adalah kekuatan energi internal yang mengarahkan kegiatan seseorang ke arah pemenuhan kebutuhan atau pencapaian sasaran.

b. Persepsi adalah proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterprestasian masukan informasi untuk menghasilkan makna.

c. Kemampuan dan pengetahuan adalah kesanggupan dan efisiensi untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kemampuan yang diminati oleh para pemasar adalah kemampuan seorang individu untuk belajar di mana proses pembelajaran tersebut merupakan perubahan perilaku seseorang yang disebabkan oleh informasi dan pengalaman.

d. Sikap merujuk pada pengetahuan dan perasaan positif atau negatif terhadap sebuah objek atau kegiatan tertentu.

e. Kepribadian adalah semua ciri internal dan perilaku yang membuat seseorang itu unik. Kepribadian seseorang berasal dari keturunan dan pengalaman pribadi.

3. Faktor sosial

Manusia hidup ditengah-tengah masyarakat. Sudah tentu manusia akan dipengaruhi oleh masyarakat di mana dia hidup. Dengan demikian, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh masyarakat atau faktor sosial yang melingkarinya. Faktor sosial tersebut meliputi:

a. Peran dan pengaruh keluarga dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, keluarga mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pembelian konsumen. Setiap anggota keluarga mempunyai kebutuhan, keinginan, dan selera yang berbeda-beda.

b. Kelompok referensi dapat berfungsi sebagai pertimbangan dan sumber informasi bagi seseorang sehingga perilaku para anggota kelompok referensi ketika membeli suatu produk bermerek tertentu akan dapat dipengaruhi oleh kelompok referensi.

c. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang terbuka untuk para individu yang memiliki tingkat sosial yang serupa. Dalam kelas sosial terjadi pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, ada kelas yang tinggi, ada kelas yang rendah.

d. Budaya dan subbudaya memengaruhi bagaimana seseorang membeli dan menggunakan produk, serta kepuasan konsumen terhadap produk tersebut sebab budaya juga menentukan produk-produk yang dibeli dan digunakan.

2.2.3 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Gambar 2.3

The Consumen Decision Process

e.

f.

g.

Sumber: Kotler dan Amstrong (Sangadji dan Sopiah, 2013:36)

Menurut Kotler dan Amstrong (Sangadji dan Sopiah, 2013:36) Proses yang digunakan konsumen untuk mengambil keputusan membeli terdiri atas lima tahap, yaitu

1. Pengenalan Masalah

Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut, konsumen termotivasi untuk memilih produk tertentu.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari informasi lebih banyak informasi. Apabila dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang

Post Purchase Evaluation Information Search

Alternative Evaluation

Product Choice Problem Recognition

memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Namun jika produk yang diinginkan berada jauh dari jangkauan, walaupun konsumen mempunyai dorongan yang kuat, konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau pencarian informasi.

Pencarian informasi (information search) merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat memperoleh infomasi dari sumber mana pun, misalnya

a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan;

b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan;

c. Sumber publik: media massa, organisasi, penilai pelanggan;

d. Sumber pengalaman: menangani, memeriksa, dan menggunakan produk.

3. Evaluasi Berbagai Alternatif

Pemasar perlu mengetahui evaluasi berbagai alternatif (alternative evaluation), yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian di mana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Bagaimana konsummen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu proses evaluasi sedang berjalan, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk memepengaruhi keputusan pembelian.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk. Biasanya keputusan pembelian (purchase decision) adalah pembelian merek yang paling disukai. Namun demikian, ada dua faktor yang busa muncul diantara niat untuk membelidan keputusan pembelian yang mungkin mengubah niat tersebut,. Faktor pertama adalah sikap orang lain; faktor kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Jadi, pilihan dan niat untuk membeli tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Tugas pemasar tidak berakhir ketika produknya sudah dibeli konsumen.

Setelah membeli produk, konsumen bisa puas atau tidak puas, dan akan terlibat dalam perilaku pascapembelian (post purchase behaviour) yang tetap menarik bagi pemasar. Perilaku pascapembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk merupakan faktor yang menentukan apakah pembeli puas atau tidak. Jika produk gagal memenuhi harapan, konsumen akan kecewa; jika harapan terpenuhi, konsumen akan puas; jika harapan terlampaui, konsumen akan sangat puas.

2.2.4 Model Pengambilan Keputusan Konsumen

Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang mempersatukan memori, pemikiran, pemrosesan informasi dan penilaian-penilaian secara evaluatif. Situasi di mana keputusan diambil mendeterminasi sifat eksak dari proses yang bersangkutan. Proses tersebut mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan lamanya, dengan suatu seri keputusan-keputusan yang dapat diidentifikasi, yang dibuat pada berbagai tahapan proses pengambilan keputusan yang berlangsung. Berikut ini model pemrosesan kognitif pengambilan keputusan konsumen:

Gambar 2.4 Model Pemrosesan Kognitif Pengambilan Keputusan Konsumen

Sumber : Peter & Olson, 2000 (Sunyoto, 2015:89) Exposure pada

Dari gambar 2.4 ditunjukkan, bahwa semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti, dan kepercayaan yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru di lingkungan.

Tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua tau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu di antaranya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Brian Gumelar (Universitas Negeri Yogyakarta: 2016)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Brand Image Dan Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah (Studi pada Mahasiswa S1 Universitas Negeri Yogyakarta). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) brand image berpengaruh terhadap positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dengan nilai thitung sebesar 4,606 memiliki nilai positif sebesar 0,339; (2) celebrity endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dari nilai thitung sebesar 6.273 dengan nilai signifikan sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi memiliki nilai positif sebesar 0,522, dan brand image dan celebrity endorser secara simultan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dengan hasil Fhitung sebesar 48.089 dengan signifikansi sebesar 0.000.

2. Muhammad Romadhoni (Universitas Negeri Yogyakarta: 2015)

Penelitian ini berjudul Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Sepatu Nike Pada Mahasiswa FIK UNY.

Dari hasil penelitian ini diperoleh ada pengaruh citra merek (brand image) sepatu Nike terhadap pengambilan keputusan pembelian sepatu Nike pada mahasiswa FIK UNY. Besarnya sumbangan citra merek terhadap diketahui nilai r2 sebesar 0,328, sehingga besarnya sumbangan sebesar 38,2%, sedangkan sisanya sebesar 61,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam variabel penelitian.

3. Fransiska Paramitasari Musay (Universitas Brawijaya

Penelitian ini berjudul Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survey Pada Konsumen KFC Kawi Malang). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil dari uji F pada penelitian ini menunjukkan nilai sig F adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa brand image yang terdiri dari citra perusahaan, citra pemakai, dan citra produk secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel citra perusahaan dan citra produk berpengaruh secara signifikan sedangkan variabel citra pemakai berpengaruh positif akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan. Nilai Adjusted R Square pada penelitian ini adalah sebesar 0,392. Hal ini bahwa sebesar 39,2% keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2), dan Citra Produk (X3). Sedangkan sisanya sebesar 60,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Praba Sulistyawati (Universitas Diponegoro Semarang:)

Penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop Merk Acer Di Kota Semarang. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas produk memiliki pengaruh lebih besar terhadap keputusan pembelian konsumen dibandingkan variabel citra merek dengan hasil regresi sebesar 0,559. Selanjutnya pengaruh variabel lainnya citra merek adalah sebesar 0,250.

5. Ahmad Baihakki Zaini (Universitas Islam Negeri Syarif Baihakki Zaini:2013) Penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Pasta Gigi Pepsodent Di Wilayah Jakarta Timur). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simulan pada variabel citra merek, kualitas produk, dan promosi terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel citra merek, kualitas produk dan promosi berpengaruh secara signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian.

Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 78,3% dari variabel independen (citra merek, kualitas produk, dan promosi) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Sedangkan sebanyak 21,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.

2.4 Kerangka Berpikir

Dengan adanya citra merek yang sudah terkenal dan dipercaya konsumen, maka secara langsung akan memberikan pengaruh bagi konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Munculnya rasa aman dan nyaman dalam mengkonsumsi produk akan membuat seseorang melakukan keputusan pembelian.

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Sumber: diolah oleh penulis,2017 Citra Merek (X)

1. Asosiasi Merek 2. Dukungan Asosiasi

Merek

3. Kekuatan Asosiasi Merek

4. Keunikan Asosiasi Merek

Keputusan Pembelian (Y) 1. Pengenalan Masalah 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Perilaku Pasca Pembelian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lain yaitu dari variabel citra merek ( variabel independen ) terhadap variabel keputusan pembelian (variabel dependen). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sujarweni, 2015:49).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian dan survey untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan, penulis melakukan penelitian pada Outlet Wardah Beauty House di Jalan Iskandar Muda Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono, 2012:115, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah seluruh konsumen yang berlanja produk wardah di outlet wardah Jalan Iskandar Muda Medan dalam tiga bulan terakhir (Desember 2016 sampai Februari 2017).

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono, 2012:116, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purpossive sampling, yaitu merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikaan sampel. Penentuan sampel ini berdasarkan jenis kelamin, usia dan pekerjaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan interval penaksiran karena jumlah populasi yang mengunjungi outlet wardah jumlahnya tidak bisa pasti. Untuk menentukan ukuran sampel dapat menggunakan cara menaksir parameter proporsi P:

𝑛𝑛 = [z2α/2pq e2 ]2 n = Jumlah Sampel

p = Proposi sampel yang memiliki ciri spesifik (x/n) q = Selisih Proporsi

e = Kesalahan estimasi

Zα/2 = Nilai dari tabel fungsi normal (berdasarkan tingkat keyakinan.

n = �4(0,10)1,96222

n = 96,04 dibulatkan jadi 100 orang.

Maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang.

3.4 Hipotesis

Menurut Sekaran (Noor, 2013:79), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang

Dalam dokumen SKRIPSI. Disusun Oleh: RINI MULIA SARI (Halaman 17-0)