• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengetahui tentang Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan secara umum dan ilmu komunikasi khususnya yang berhubungan dengan Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online.

3. Secara Praktis

1. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak tertentu serta bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan minat mendengarkan informasi melalui media cetak.

2.1 Paradigma

Paradigma atau paradigm (dalam bahasa Inggris) atau paradigme (dalam bahasa Perancis) adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitu para dan deigma. Secara etimologis, para berarti di samping atau di sebelah, sedangkan deigma berarti memperlihatkan, model, contoh, ideal (Pujileksono, 2015: 25-26).

Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jessi Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut dan berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. (Hidayat, 2003:1)

Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud- maksud tertentu dalam setiap wacana (Morrisan, 2009:107).

Paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa (1) dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial, (2) pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak, (3) ilmu bersifat idiografis, bukan nomotetis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk deskriptif, (4) pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indra karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting, (5) ilmu tidak bebas nilai.

Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. (Sarantakos, 1993)

Menurut Patton (2002), para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.

(Hidayat, 2003 : 35).

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Mulyana (2010) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi”

menjelaskan bahwa kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata – kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirim pesan.” (Mulyana, 2010 : 46)

Komunikasi merupakan proses dimana seorang individu berusaha untuk memperoleh pengertian yang sama melalui pengiriman pesan simbolik.

Komunikasi menekankan pada tiga hal penting yaitu pertama, komunikasi melibatkan individu dan oleh karenanya pemahaman komunikasi mencakup upaya memahami bagaimana individu berhubungan dengan individu lain. Kedua, komunikasi melibatkan pengertian yang sama, artinya agar dua individu atau lebih dapat berkomunikasi, mereka harus sepakat mengenai definisi dari istilah yang digunakan sebagai alat komunikasi. Ketiga, komunikasi bersifat simbolik, yaitu

gerak isyarat, bunyi, huruf, angka dan kata-kata hanya dapat mewakili atau mengira-ngirakan gagasan yang hendak dikomunikasikan. (McQuail, 2010 : 1).

2.2.1.1 Fungsi Komunikasi

Widjaja (1995) dalam Anggita (2018) berpendapat bahwa komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar-menukar data fakta dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi: pengumpulan, pemprosesan, penyebaran berita, data dan gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil kepentingan yang benar.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang yang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadarkan fungsi sosialnya dan ia dapat aktif dalam masyarakat.

3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang perlu untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama, ke tingkat nasional dan lokal.

5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, pembangunan imajinasi dan dorongan kreativitas.

7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan gambar dari drama, tari, kesenian kesusastraan, musik, olah raga, permainan dan lain-lain untuk kreasi, kesenangan kelompok dan individu.

8. Integrasi: menyediakan suatu bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Elsa dkk (2008) dalam Anggita (2018) Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan antara lain adalah :

1. Supaya apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti

2. Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain, jangan memaksakan kehendak

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak mendorong dengan cara yang baik.

2.2.1.3 Unsur Komunikasi

Menurut Liliweri (2007) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan”mengatakan bahwa komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka asuan (frame of

reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.

Dikutip dari Anggita (2018) menurut teori yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm, untuk dapat berkomunikasi diperlukan paling sedikit tiga unsur yaitu the source, the message dan the destination, yang diperinci menjadi lima unsur komunikasi yaitu :

1. Sumber (Source) adalah pihak yang mensponsori atau ide yang melandasi kegiatan-kegiatan komunikasi. Sumber dapat merupakan sebuah lembaga, atau sebuah kejadian atau sipenyampai pesan itu sendiri.

2. Komunikator (Encoder) komunikator adalah pihak yang menjalankan atau yang menyampaikan pesan dalam suatu proses komunikasi.

Seorang komunikator dalam suatu proses komunikasi terkadang dapat berubah menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi komunikator. Komunikator dalam melancarkan kegiatan komunikasi dapat melakukannya dalam situasi antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

3. Pesan (Message) pesan yaitu materi pernyataan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Materi pernyataan ini dapat diwujudkan secara lisan dan tulisan, juga dalam bentuk gambar, warna, isyarat dan segala lambang yang ada di alam pikiran manusia, asal saja lambang-lambang ini sama-sama dapat dipahami oleh komunikator maupun komunikan.

Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “The condition of success in communication” yakni kondisi yang harus dipatuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikator dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

4. Komunikan / Sasaran (Decoder) Komunikan atau sasaran adalah orang atau pihak yang menerima pesan dalam suatu kegiatan komunikasi. Komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi dapat berbentuk :

- Masyarakat umum (general public).

- Masyarakat khusus (special public).

- Individu-individu yang berasal dari suatu particular group atau massa seperti pendengar radio, pemirsa televisi, pembaca surat kabar dan lain-lain.

5. Tujuan (Destination) setiap komunikasi yang dilancarkan pasti mempunyai tujuan, yakni bagaimana hasil dari komunikasi yang dijalankan mendapat umpan balik positif atau dengan kata lain komunikan dapat memberikan respon/ tanggapan yang merupakan umpan balik (feed back) yang positif.

2.2.2 Komunikasi Massa

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2007: 79).

Menurut Berger (1995: 12) dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Massa” mendefiniskan secara tegas bahwa:

Mass communication involves the use of print or electronic media, such as newspapers, magazines, film, radio, or television, to communicate to large numbers of people who are located in various places -- often scattered all over the

country or world. The people reached may be in groups of varying sizes or may be lone individuals. A number of different elements make up mass communication media; images, spoken language, printed language, sound effect, music, color, lighting and a variety of other techniques are used to communicate messages and obtain particular effects.

Although i have separated mass media from the process of mass communication in the discussion above, some people tie them together and talk about "mass media of communication". The two are closely linked, though i will continue to separate them, reserving the term mass media for the instruments by which mass communication is achieved.

Secara garis besar pemahaman konsep tentang Berger yaitu bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa seperti televisi dan radio yang ditujukan kepada khalayak yang luas, heterogen dan anonim. Ilmu komunikasi massa yaitu merupakan kajian yang berusaha untuk memahami simbol-simbol yang dibuat, diproses dalam sebuah sistem yaitu dengan media sehingga menimbulkan efek dan diuji dalam sebuah teori yang digeneralisasikan yang menjadi fenomena terkait dengan proses komunikasi secara luas. Artinya komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain (Siagian, 2013).

Sifat heterogen dalam komunikasi massa yaitu bahwa khalayak adalah terdiri dari orang-orang yang berasal dari jenis pekerjaan yang berbeda satu dengan lainnya, usia adat, kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Sedangkan anonim adalah bahwa khalayak yang ada terdiri dari orang- orang yang masing-masing tidak saling mengenal dengan yang lainnya. (Siagian, 2013)

2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Nurudin (2007 :9) ada tujuh karakteristik komunikasi massa yaitu:

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Komunikasi massa bukan satu orang tetapi sekumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah

sistem. Sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah menyimpan, menuangkan ide, gagasan simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Menurut Stan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah, atau penerbit buku). (Tamami, 2013)

Dengan demikian komunikator dalam komunikasi massa setidak- tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut: (Tamami, 2013)

A. Kumpulan individu.

B. Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa.

C. Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat.

D. Apa yang dikemukakan komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Herbert Blumer memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut:

A. Audiens dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

B. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain dan antar individu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

C. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain pesan ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasi berlangsung satu arah

Dalam media cetak seperti Koran dan TV, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan).

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan- pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir secara bersamaan. Bersamaan sifatnya relatif.

6. Media massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penepis informasi/palang pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau memgurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebar lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, memganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa dan menentukan kualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan (Nuruddin, 2009: 20-32).

2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2007:11) fungsi komunikasi tidak terlepas dari:

1. Fungsi informasi

Fungsi memberikan ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa.

Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan dan artikel. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

4. Fungsi menghibur

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk megurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita- berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali

2.2.3 Media Massa

Media merupakan kata jamak dari medium (wahana perantara). Pengertian lainnya adalah alat-alat komunikasi. Koran (secara individual) itu adalah medium, namun pers, televisi dan radio adalah media. Media adalah lokasi

atau forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional (McQuail, 2010 : 3).

Massa menurut Blumer :

1. Terdiri dari orang-orang yang berasal dari semua lapisan kehidupan masyarakat

2. Kelompok yang anonim

3. Dimana berada dalam interaksi yang sebentar atau berubah karena pengalaman antara para anggota massa

4. Organisasi pada massa sangat longgar dan tidak mampu untuk bertindak dengan memusatkan atau mempersatukan sasaran sebagai kerumunan.

(Soemirat dan Yehuda,2001:2.5)

Mass media (media massa) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas diartikan sebagai media-media pemberitaan), media-media cetak pada umumnya (majalah, jurnal) dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang menjangkau masyarakat luas. (McQuail, 2010:2)

Menurut McQuail media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. (McQuail, 2010:3)

Menurut McQuail (2010 : 66) , ada enam perspektif dalam hal melihat peran media yakni:

1. Melihat media massa sebagai window on event and experience.

Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan

apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

3. Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar s tandar para pengelolanya. Disini khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

4. Media massa seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, seh ingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

6. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sek adar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif (McQuail, 2011)

2.2.4 Surat Kabar

Menurut Effendy (1993) surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca Secara lebih luas, surat kabar merupakan bagian dari pers. Menurut Harimurti (1984) pers adalah media massa yang merupakan media cetak, merupakan terbitan yang memuat berita, risalah karya,

iklan dan lain-lain. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara tercetak atau publikasi secara dicetak atau printed publications. Jadi secara singkat pengertian pers ada lah sebutan bagi penerbit/perusahaan/kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan. (Effendy, 2007 : 30)

Berdasarkan peraturan UU Nomor 40 Tahun 1998 tentang Pers disebutkan bahwa Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. ((https://rumahinspirasi.com/10-elemen-jurnalisme-menurut-bill-kovach-dan-tom-rosenstiel/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2020 pukul 14.00).

Berdasarkan buku “9 Elemen Jurnalisme” dan “Blur” karya Bill Kovach &

Tom Rosenstiel yang sangat dihormati di dunia jurnalisme. Ada 10 Elemen Jurnalisme. ((https://rumahinspirasi.com/10-elemen-jurnalisme-menurut-bill-kovach-dan-tom-rosenstiel/) diakses pada tanggal 28 Agustus 2020) sepuluh Elemen Jurnalisme itu adalah:

1. Tugas utama praktisi jurnalisme adalah memberitakan kebenaran.

Kebenaran yang dimaksud bukan perdebatan filsafat atau agama, tapi kebenaran fungsional yang sehari-hari diperlukan masyarakat

2. Loyalitas utama wartawan pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya bekerja, pembaca, atau pengiklan. Wartawan harus berpihak pada kepentingan umum.

3. Esensi jurnalisme adalah verifikasi, memastikan bahwa data dan fakta

3. Esensi jurnalisme adalah verifikasi, memastikan bahwa data dan fakta