• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBERITAAN SURAT KABAR DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DENGAN MEDIA ONLINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEMBERITAAN SURAT KABAR DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DENGAN MEDIA ONLINE"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif mengenai Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online)

SKRIPSI

SYLVI DHEA ANGESTI 160904098

JURNALISTIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI MEDAN

2020

(2)

(Studi Deskriptif mengenai Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

SYLVI DHEA ANGESTI 160904098

JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)
(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.

Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (Plagiat) maka saya bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : SYLVI DHEA ANGESTI

NIM : 160904098

Tanda Tangan :

Tanggal : 18 September 2020

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat izin dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Pertama dan yang paling utama, secara khusus saya sangat berterima kasih kepada keluarga tercinta, orang tua dan adik saya. Terimakasih kepada Papa saya, Bapak Hermansyah SE yang telah memberikan saya cinta dan kasih serta materi selama hidup saya, yang selalu menjadi tempat berbagi cerita masa depan dan kehidupan saya. Kepada wanita terhebat dalam hidup saya, untuk Mama yang paling saya cintai Ibu Suprianti yang selalu memberikan doa, dukungan serta kasih sayang dan mendidik saya hingga mandiri, sabar dan tetap kuat seperti saat ini. Selalu mendukung perjalanan pendidikan dan karir saya sampai di titik ini, tidak pernah membuat saya kehilangan semangat untuk meraih cita-cita saya. Sekali lagi terima kasih untuk mama atas segalanya, i love you without excuse. Selanjutnya untuk adik semata wayang saya, terima kasih Dafa Al Fitrah karena telah menjadi adik laki laki yang menjaga saya dan yang baik hati, nurut dengan apa yang saya katakan, serta banyak membantu kegiatan-kegiatan yang saya jalani. Terima kasih untuk orang-orang tercinta dalam hidup saya.

Saya menyadari tanpa dukungan, bimbingan dan kritik maupun saran sejak awal masa perkuliahan hingga saat ini, tidak mungkin saya dapat menjadi lebih baik dan meraih semua ini. Oleh karena itu, hanya ucapan terima kasih yang bisa diberikan untuk semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat dan kasih sayang sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, ucapan terimakasih ini saya haturkan kepada :

(7)

1. Bapak Dr. Muryanto Amin. S.Sos. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Yang sekaligus menjadi orang tua saya di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU selama kurang lebih 3 tahun ini. Serta suatu kebahagiaan dapat menjadi Ketua Penguji dalam Ujian Akhir Sidang Meja Hijau.

3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU yang sekaligus juga merupakan dosen pembimbing skripsi saya serta pembimbing akademik saya selama masa perkuliahan yang telah dengan sabarnya membimbing, memberikan arahan, perbaikan dan kritikan selama masa pengerjaan skripsi ini berlangsung hingga sampai pada akhirnya saya bisa sampai di tahap ini.

4. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembanding saya dan penguji utama yang telah memberikan masukan dalam menyempurnakan skripsi saya.

5. Seluruh Dosen Ilmu komunikasi FISIP USU yang telah banyak sekali memberikan pengetahuan dan arahan selama masa perkuliahan.

6. Untuk Kak Maya dan Kak Yanti yang telah sangat baik dan membantu saya dalam memperoleh segala informasi tentang perkuliahan. Yang sekaligus menjadi sahabat saya serta sosok kakak di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP USU.

7. Para informan saya, Dr. H. Erwan Effendi S.sos M.A, Muhammad Agus Utama S.Sos, Muhammad Ferdinan Sembiring, Eko Kurniawan S.I.Kom dan Sri Wahyuni Naibaho di Kantor Harian Waspada Medan Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia ditanya - tanya setiap waktu. Serta seluruh keluarga besar Kantor Harian Waspada Medan Provinsi Sumatera Utara tempat saya melakukan penelitian, Bu Tati dan Bu Eka.

Terima kasih semua.

8. Untuk para sahabat-sahabat saya Zizi Siregar, Siti Khodijah, Maysarah Davina, Nabila Khairina, Dedek Rifany dan Putri Adina yang sabar

(8)

mendengar segala keluh kesah, lelah dan leih yang saya jalani selama ini, yang selalu memberikan semangat untuk tetap kuat dan semangat menyelesaikan apa yang sudah saya mulai, bahkan yang tidak pernah bosan memarahi saya ketika merasa tidak percaya diri atas apa yang sedang saya jalani. Terima kasih sudah menjadi sahabat saya 8 tahun ini.

9. Teruntuk abang dan kakak saya yang menjadi tempat bercurah hati dan bertukar pikiran yang selalu mengerti dan senantiasa mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan tugas utama saya sebagai mahasiswi yaitu Fadly Dharmawan, Panca Ramadhan, Yopi Handoko, Eko, Amalia Subhani dan Ivo Herawaty yang banyak memberikan pelajaran-pelajaran baru sebelum saya melangkah lebih jauh, terima kasih karena telah menjadi panutan untuk saya

10. Untuk teman-teman semasa kuliah saya, Annisa Nahda, Devanny Soraya, Sofie Carlariva, Nadia Lumongga, Salsabila Ariva, Savira Dina, Fillia Rahmadani, Darin Nadhifa, Indira Diva, Ranjani Sukma, Fatin Siregar yang selalu bisa mencari topik untuk menjadi bahan tertawa dan melupak sejenak beban pikiran yang terjadi, terima kasih karena banyak membantu.

11. Teruntuk salah satu orang terbaik yang pernah saya kenal semasa kuliah, terima kasih Septy Rahma Sari karena dengan sangat sabar banyak membantu saya semasa kuliah dan telah menjadi seseorang yang baik hati membantu saya dalam berbagai kesulitan.

12. Organisasi saya yang sangat disayangi. Keluaarga Besar Yayasan Miss Internet Indonesia Wilayah Sumatera Utara yang menjadi titik awal saya terjun di dunia peagent dan mulai mengenal hal-hal baru yang sama sekali belum saya ketahui sebelumnya, Generasi Berencana (GenRe) yang mulai membentuk saya menjadi pribadi lebih dewasa lagi dan membuat saya lebih belajar lebih banyak lagi bahkan saya bisa berkujung ke beberapa provinsi sampai dengan pedesaan sekaligus, orang-orang yang membuat saya lebih menghargai hidup, Organisasi Zetizen SUMUT yang membuat saya bisa bertemu dengan anak-anak

(9)

seluruh provinsi di Indonesia dan saling mengadu ide kreatif yang dimiliki satu sama lain, serta Keluarga PRASTA yang saya sayangi karena mengajarkan saya sesuai dengan jurusan kuliah yang saya pilih, mendalami public speaking saya untuk dibawa terjun ke lapangan langsung.

13. Dan teruntuk seluruh orang-orang baik yang pernah datang ke dalam hidup saya, baik yang tetap bertahan maupun yang sudah menghilang.

Terima kasih untuk semua hal yang pernah dilalui bersama, hari-hari ku memiliki cerita juga karena kalian, dan bahkan disaat diri harus bangkit dan berjuang itu juga karena kalian. Semua itu bukanlah mejadi sebuah penyesalan, melainkan menjadi pendidikan akan hidup di dalam sosok diri SYLVI DHEA ANGESTI. Terima kasih.

14. Serta seluruh teman – teman Program Studi Ilmu Komunikasi terkhusus stambuk 2016, terimakasih atas saran dan dukungan yang telah diberikan serta semangat untuk kita semua dalam memeperjuangkan gelar sarjana.

Dan adik-adik junior di bawah saya, semangat menjalani perkuliahan di setiap semesternya. Jangan pernah mengeluh, karena mengeluh hanyalah hal yang sia-sia.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih untuk nama- nama diatas yang telah disebutkan. Adapun kesalahan atau kekhilafan dalam penulisan kata atau yang lain – lain peneliti memohon maaf dan mengharapkan saran serta kritikan yang membangun untuk kedepannya. Terimakasih.

Medan, 18 September 2020 Peneliti

SYLVI DHEA ANGESTI NIM 160904098

(10)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SYLVI DHEA ANGESTI

NIM : 160904098

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Komunikasi Organisasi dalam membentuk Budaya Kerja (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Komunikasi Organisasi dalam membentuk Budaya Kerja di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 18 September 2020 Yang menyatakan

(Sylvi Dhea Angesti)

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Pemberitaan Surat Kabar dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online yang berfokus di Kantor Harian Waspada Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi pemberitaan Harian Waspada dalam menghadapi persaingan dengan media online. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Massa, Media Massa, Media Cetak, Surat Kabar dan Teori Pergeseran Media Cetak Konvensional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dengan kriteria informan yang merupakan pegawai organik dan non-organik Kantor Harian Waspada Medan Provinsi Sumatera Utara, sudah bekerja atau ditempatkan setidaknya dua tahun, serta memiliki pemahaman dan interaksi antar divisi maupun eksternal Kantor Harian Waspada Medan Provinsi Sumatera Utara. Subjek penelitian melibatkan informan yang berjumlah empat orang yang seluruhnya merupakan informan utama. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat tiga strategi yang diterapkan Harian Waspada menghadapi persaingan media online. Ketiga strategi tersebut adalah strategi pemilihan isu, strategi penulisan, dan terakhir strategi perwajahan. Pada strategi penulisan, dimana Harian Waspada menerapkan akurasi berita serta pemberitaan secara detail dan mendalam yang baik. Strategi selanjutnya adalah perwajahan. Hal ini terlihat dari tampilan layout halaman media cetak Harian Waspada yang didesain sebaik dan semenarik mungkin.

Keberadaan media cetak Harian Waspada menghadapi persaingan media online bukan tanpa hambatan. Hambatan tersebut menjadi acuan bagi manajemen untuk menampilkan berita yang akurat dan mendalam serta respon pembaca yang positif juga turut menjadikan alasan untuk Harian Waspada menerapkan strategi yang lebih tertata untuk menghadapi persaingan media online.

Kata Kunci : Komunikasi Massa, Strategi Surat Kabar, Kantor Harian Waspada MedanProvinsi Sumatera Utara.

(12)

ABSTRACT

This research is titled entitled Newspaper Preaching Strategies in the face of Competition with Online Media which focuses on the Preaching Strategy in Facing Competition with Online Media at the Waspada Daily Office Medan, North Sumatra Province. The purpose of this research is to find out how the Waspada Daily news strategy is in the face of competition with online media. The theory used in this research is Mass Communication, Mass Media, Print Media, Newspapers and Conventional Print Media Shift Theory. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. In determining informants, researchers used purposive sampling technique with the criteria of informants who were organic and non-organic employees of Waspada Medan Daily Office, North Sumatra Province, had worked or been placed for at least two years, and had an understanding and interaction between divisions and externally the Waspada Medan Daily Office, Sumatra Province. North. The research subjects involved four informants, all of whom were the main informants. The results of this study conclude that there are three strategies applied by the Waspada Daily to face online media competition. The three strategies are the issue selection strategy, the writing strategy, and finally the change strategy. In the writing strategy, the Waspada Daily applies good news accuracy and good in-depth reporting. The next strategy is change. This can be seen from the layout of the Daily Wasp print media page which is designed as well and as attractive as possible. The existence of the printed media, Harian Waspada, was not without obstacles in facing online media competition. These obstacles become a reference for management to present accurate and in-depth news as well as a positive response from readers which also make the reason for Waspada Daily to implement a more organized strategy to face online media competition.

Keyword : Mass Communication, Newspaper Strategy, Medan Waspad Daily Office, North Sumatra Province.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma ... 8

2.2 Kajian Pustaka ... 9

2.2.1 Komunikasi ... 9

2.2.1.1 Fungsi Komunikasi ... 10

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi ... 11

2.2.1.3 Unsur Komunikasi ... 11

2.2.2 Komunikasi Massa ... 13

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa ... 13

2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 14

2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 17

2.2.3 Media Massa ... 17

2.2.4 Surat Kabar ... 19

2.2.5 Media Online ... 21

2.2.5.1 Definisi Media Online ... 22

2.2.5.2 Jurnalisme Media Online ... 22

(14)

2.2.6 Pergeseran Media Konvensional ... 23

2.2.6.1 Media Cetak vs Media Online ... 23

2.2.6.2 Media Cetak di Tengah Perkembangan Media Online ... 26

2.2.7.3 Daftar Media Cetak yang Berhenti Cetak ... 27

2.2.7 Strategi Manajemen Surat Kabar ... 28

2.2.7.1 Definisi Strategi ... 29

2.2.7.2 Peranan Strategi ... 29

2.2.7.3 Strategi Manajemen Surat Kabar ... 30

2.2.8 Pemasaran Media Cetak ... 33

2.2.9 Harian Waspada ... 36

2.2.9.1 Sejarah Berdirinya Harian Waspada ... 36

2.2.9.2 Struktur Organisasi ... 38

2.2.9.3 Uraian Tugas ... 38

2.2.10 Model Teoritis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 45

3.2 Objek Penelitian ... 45

3.3 Subjek Penelitian ... 46

3.4 Unit Analisis ... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 49

4.1.1 Proses Penelitian ... 49

4.1.2 Profil Informan ... 50

4.1.3 Hasil Wawancara ...58

4.1.3.1 Informan I ... 58

4.1.3.2 Informan II ... 62

4.1.3.3 Informan III ... 65

4.4.3.4 Informan IV ... 67

4.4.3.5 Informan V ... 69

4.4.3.6 Informan VI ... 70

(15)

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Kelebihan dan Hambatan Waspada Online ... 72

4.2.2 Respon Pembaca Terhadap Harian Waspada ... 76

4.2.3 Strategi Harian Waspada Menghadapi Persaingan Media Online ... 79

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

5.2.1 Saran Teoritis ... 87

5.2.2 Saran Akademis ... 87

5.2.3 Saran Praktis ... 87

5.3 Rekomendasi ... 87

5.4 Implikasi Teori ... 88

5.5 Implikasi Praktik ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN

(16)

1.1 Konteks Masalah

Seiring berkembangnya peradaban manusia, aktivitas komunikasi yang telah dilakukan manusia sejak dulu juga semakin berkembang. Aktivitas komunikasi dapat memenuhi berbagai kebutuhan bahkan mampu membangun peradaban manusia, yang tidak dapat dibangun oleh makhluk hidup lain.

Berkembangnya peradaban manusia ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat (Muflihun, 2018).

Informasi bagi munusia menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk saat ini. Tidak ada hari tanpa informasi dan berita–berita hangat. Informasi juga mempengaruhi dinamika komunikasi masyarakat, jika dulu masyarakat mendapatkan informasi hanya melalui interaksi dengan orang lain, lalu berkembang lagi menjadi berkabar melalui surat sampai ada radio, saat ini mendapatkan informasi tidaklah sesulit pada zaman dahulu, bahkan sangat mudah. Aktivitas penyebar luasan informasi memang membutuhkan media dan kecanggihan teknologi dalam prosesnya. Dengan kecanggihan teknologi saat ini masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi yang dibutuhkan (Muflihun, 2018).

Media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar mengetahui pengetahuan yang luas. Berbagai media massa sebagai perantara dalam proses komunikasi juga dapat digunakan untuk mendapatkan sumber informasi yang ingin diketahui masyarakat. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa media massa dapat menentukan dan membentuk pola pikir di masyarakat. Media massa terdiri dari 3 jenis yaitu media cetak, media elektronik dan media online. Surat kabar atau koran, majalah, tabloid merupakan kategori media cetak sedangkan media elektronik berupa radio, televisi dan media online yaitu informasi yang dapat di akses menggunakan internet (Muflihun, 2018).

(17)

Berbicara tentang media cetak, tentu masyarakat secara keseluruhan sudah mengetahui jenis apa saja yang termasuk media cetak. Jenis media cetak yang termasuk di dalam media massa adalah surat kabar atau koran, majalah, tabloid dan lain sebagainya. Media cetak merupakan sarana atau perantara komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi yang penggunaanya dibuat menggunakan bahan dasar kertas dan kain. Unsur utama dari media cetak adalah teks dan gambar visualisasi. Seperti media massa lainnya, media cetak umumnya memiliki fugsi dalam pendidikan dan hiburan. Media cetak tentu yang menyediakan konten khusus untuk berita-berita hangat dan up to date. (Muflihun, 2018).

Dikutip dari Arfadia (2018) dalam jurnalnya yang berjudul “Kelebihan dan Kekurangan Koran”mengatakan bahwa salah satu jenis media cetak yang banyak beredar di masyarakat adalah surat kabar atau koran. Masyarakat dapat dengan mudah melihat, dan mendapatkan informasi melalui surat kabar.

Kelebihan dari surat kabar adalah: (1) harga jual terjangkau atau relatif tidak mahal, (2) banyak informasi yang disuguhkan, (3) fleksibel atau mudah disimpan dan dibaca kembali, (4) tidak butuh alat untuk menggunakan koran, (5) mengubah pandangan seseorang atas pemahaman tertentu, (6) dapat membuat orang berpikir kritis tentang isi tulisan didalamnya.

Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi sebagai media informasi dan sarana edukasi bagi masyarakat. Informasi yang dihasilkan dari koran bisa dipergunakan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Koran juga berfungsi sebagai sarana pengawas atas tindakan korupsi dan hal-hal buruk lainnya yang mungkin terjadi.

Salah satu yang menjadi tantangan bagi industri koran dalam beberapa tahun terakhir adalah melesatnya peran teknologi informasi, terutama internet, sebagai sarana pemenuhan kebutuhan informasi bagi masyarakat. Melalui internet, masyarakat bisa lebih mudah mengakses informasi dan berita yang diinginkan, tanpa ada batasan ruang dan waktu (Puspaningrum, 2008).

Menurut Leksono (2009) dalam bukunya yang berjudul “Runtuhnya Modal Sosial”menyebutkan bahwa surutnya era surat kabar di berbagai penjuru

(18)

dunia, yang ditandai dengan surutnya pendapatan iklan dan jumlah pelanggan, terlebih lagi dari kalangan muda. Hal ini dikarenakan generasi muda yang juga dikenal sebagai generasi digital atau generation C lebih menyukai peralatan (gadget) untuk mendapatkan informasi. Generasi digital adalah mereka yang lahir setelah tahun 1980, dapat dikatakan bahwa sejak lahir mereka sudah bersentuhan dengan teknologi. Mereka lebih senang main internet dan menonton televisi dibandingkan membaca koran.

Sampai saat ini di Indonesia peranan koran masih dirasakan sangat penting, dan lagi pengaruh dari media online terhadap penurunan jumlah pembaca dan pemasang iklan tidak sebesar yang terjadi di Amerika Serikat dan di Eropa. Hal ini dikarenakan sarana internet belum menjangkau seluruh wilayah di pelosok negeri, dan belum semua orang di Indonesia bisa mengakses internet, baik karena keterbatasan infrastruktur maupun karena kemampuan penggunannya (Puspaningrum, 2008).

Seiring dengan berkembangnya teknologi, muncul pula media baru yang disebut media online. Media ini menjadi pusat data bagi pembaca agar mereka dapat mencari berita maupun hal lainnya disini. Keberadaan media online juga turut mempengaruhi strategi bisnis dari perusahaan surat kabar dan televisi.

Banyak penerbit koran yang membuat versi online-nya meskipun isi beritanya kurang lebih sama dengan yang diberitakan di edisi cetaknya seperti yang dilakukan koran Kompas. Kompas membagi website-nya menjadi www.kompas.com dan http://cetak.kompas.com, sehingga bila pembaca ingin mengetahui berita di luar edisi cetak, mereka dapat mengaksesnya melalui www.kompas.com. Selain itu pembaca juga dapat mengakses e-paper untuk melihat isi koran digital yang sama dengan Kompas dalam bentuk media cetak (Puspaningrum, 2008).

Media online dikenal juga dengan sebutan media baru. Media baru sebagai media telematik yang merupakan perangkat teknologi elektronik yang berbeda dengan penggunaan yang berbeda pula. Kemunculan media online membawa pengaruh besar terhadap perkembangan dunia jurnalistik, semakin beragamnya media yang muncul menjadikan setiap media berlomba menjadi yang terbaik di masyarakat. Pengaruhnya juga membawa dampak positif dan

(19)

negatif terhadap media mainstream yang telah lebih dulu ada contohnya media cetak, kini koran dan majalah telah kalah bersaing degan media online bisa kita lihat dari jumlah pembacanya setiap hari pembaca berita di media online terus bertambah dan sebaliknya pembaca media cetak terus mengalami penurunan, dari sisi finansial pun media online mulai menguasai pasar dengan banyaknya iklan yang dipasang dimedia online dan berkurangnya permintaan pemasangan iklan pada media cetak (McQuail, 2010:302).

Saat ini masyarakat cenderung beralih pada berita berbasis web karena surat kabar online lebih murah serta menyajikan informasi yang lebih real time.

Sedangkan koran, informasi yang didapat dari koran baru bisa dibaca minimal sehari setelah peristiwa berlangsung. Sejumlah wartawan media cetak ternyata juga mulai melirik kesempatan menjadi kontributor media online. Tidak jarang juga mereka sering mengecek dulu berita di media online sebelum menurunkan berita yang ditulisnya. (Riki, 2019).

Hal ini membuat media cetak dituntut untuk memiliki strategi redaksi yang dapat bersaing dengan media online agar tidak mengalami ketinggalan yang cukup jauh. Contohnya saja Koran Sindo ditutup setelah 11 tahun beroperasi per 29 Juni 2016. Hal ini, sangat mengejutkan karena terjadi pada grup media besar dengan pengalaman bisnis yang cukup banyak dengan modal yang cukup besar, tak hanya koran Sindo saja yang mengalami penutupan beberapa koran besar mengalaminya seperti edisi hari Minggu Galamedia (koran regional grup Pikiran Rakyat), edisi hari Minggu Koran Tempo (koran Tempo Media Group), Sinar Harapan, Jakarta Globe, Harian Bola, hingga majalah remaja legendaris dari grup sekaliber Kompas Gramedia Group (KKG) per 1 Juni 2017 lalu. (Dilansir dari http://:www.sergapreborn.id diakses pada tanggal 18 Agustus 2020).

Strategi marketing media cetak juga kadang tidak terukur secara baik oleh calon pengiklan, karena data yang disampaikan kadang dimanipulasi untuk mencapai kesepakatan harga yang tinggi. Sementara media online, pengiklan bisa langsung mengecek kebenaran datanya. Sangat minim kemungkinan untuk bisa memanipulasi data. Hal inilah yang menjadi pembeda media cetak dan media online, sehingga banyak media cetak yang tidak mampu berinovasi harus tergerus perkembangan. Salah satu negara yang paling menonjol ketimpangan medianya

(20)

adalah Amerika. Media cetak di negara ini dengan masifnya dihancurkan oleh media online, bahkan The New York Times pun harus mengakui kehebatan media online. Media cetak dengan oplah terbesar inipun harus rela mengakui bahwa oplahnya saat ini tengah berkurang dengan sangat drastis. Media cetak memang tidak akan mati, tapi tantangan kedepannya akan semakin berat.

Apalagi, jumlah pembaca fanatik media cetak terus mengalami penurunan, karena dominasi usia remaja. (Wicaksono, 2018).

Faktor usia pun menjadi salah satu pemicu alasan berita di web lebih banyak dinikmati dari pada surat kabar. Generasi muda lebih menyukai media online yang terlihat lebih modern dibanding media cetak yang dipilih oleh generasi tua. Generasi tua lebih memilih membaca media cetak karena analisa media cetak lebih tajam dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau menglipingnya, sedangkan generasi muda lebih memilih media online karena praktis dan fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau, namun berita yang yang di muat media online tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya (Riki, 2019).

Kemudahan akses yang diberikan media online membuat penggunanya senang mencari berita di internet. Menurut Ward (2002) dalam Cholis (2018) pada jurnalnya yang berjudul “Manajemen Strategi Redaksi dan Bisnis Koran Olahraga Topskor dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online”menjelaskan bahwa khalayak secara mudah dapat mengakses dokumen, berita, dari mana saja dan dari siapa saja dan kapan saja. Untuk mengakses media online, khalayak hanya butuh komputer, laptop, gawai atau smartphone yang terkoneksi internet agar dapat membaca berita secara digital. Berbeda dengan media cetak di mata pembacanya harus membeli korannya terlebih dahulu. Media online punya kecepatan akses yang sulit disamakan oleh media cetak, dijelaskan bahwa kecepatan yang dimaksud bukan hanya kecepatan internet saja, tapi juga dalam sekali waktu, khalayak bisa membaca berita dari berbagai sumber secara sekaligus, sehingga tidak butuh waktu lama. Media online punya karakteristik

(21)

immediacy atau kesegeraan. Dengan kesegaran ini, maka kelebihan dari jurnalisme online adalah fleksibel dalam memuat berita. Namun, kesegaran kadang tidak diimbangi dengan verifikasi yang bagus. Media online sering mengabaikan kualitas isi berita dibandingkan kecepatan berita.

Berdasarkan uraian permasalahan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online” .

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengetahui tentang Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan secara umum dan ilmu komunikasi khususnya yang berhubungan dengan Strategi Pemberitaan Harian Waspada dalam Menghadapi Persaingan dengan Media Online.

(22)

3. Secara Praktis

1. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak tertentu serta bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan minat mendengarkan informasi melalui media cetak.

(23)

2.1 Paradigma

Paradigma atau paradigm (dalam bahasa Inggris) atau paradigme (dalam bahasa Perancis) adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitu para dan deigma. Secara etimologis, para berarti di samping atau di sebelah, sedangkan deigma berarti memperlihatkan, model, contoh, ideal (Pujileksono, 2015: 25-26).

Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jessi Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut dan berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. (Hidayat, 2003:1)

Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud- maksud tertentu dalam setiap wacana (Morrisan, 2009:107).

Paradigma konstruktivisme menyatakan bahwa (1) dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial, (2) pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak, (3) ilmu bersifat idiografis, bukan nomotetis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk deskriptif, (4) pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indra karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting, (5) ilmu tidak bebas nilai.

(24)

Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. (Sarantakos, 1993)

Menurut Patton (2002), para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.

(Hidayat, 2003 : 35).

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Mulyana (2010) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi”

menjelaskan bahwa kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata – kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran,” “Kita mendiskusikan makna,” dan “Kita mengirim pesan.” (Mulyana, 2010 : 46)

Komunikasi merupakan proses dimana seorang individu berusaha untuk memperoleh pengertian yang sama melalui pengiriman pesan simbolik.

Komunikasi menekankan pada tiga hal penting yaitu pertama, komunikasi melibatkan individu dan oleh karenanya pemahaman komunikasi mencakup upaya memahami bagaimana individu berhubungan dengan individu lain. Kedua, komunikasi melibatkan pengertian yang sama, artinya agar dua individu atau lebih dapat berkomunikasi, mereka harus sepakat mengenai definisi dari istilah yang digunakan sebagai alat komunikasi. Ketiga, komunikasi bersifat simbolik, yaitu

(25)

gerak isyarat, bunyi, huruf, angka dan kata-kata hanya dapat mewakili atau mengira-ngirakan gagasan yang hendak dikomunikasikan. (McQuail, 2010 : 1).

2.2.1.1 Fungsi Komunikasi

Widjaja (1995) dalam Anggita (2018) berpendapat bahwa komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar- menukar data fakta dan ide. Maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

1. Informasi: pengumpulan, pemprosesan, penyebaran berita, data dan gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil kepentingan yang benar.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang yang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadarkan fungsi sosialnya dan ia dapat aktif dalam masyarakat.

3. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar fakta yang perlu untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama, ke tingkat nasional dan lokal.

5. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

(26)

6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, pembangunan imajinasi dan dorongan kreativitas.

7. Hiburan: penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan gambar dari drama, tari, kesenian kesusastraan, musik, olah raga, permainan dan lain-lain untuk kreasi, kesenangan kelompok dan individu.

8. Integrasi: menyediakan suatu bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

2.2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Elsa dkk (2008) dalam Anggita (2018) Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan antara lain adalah :

1. Supaya apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti

2. Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain, jangan memaksakan kehendak

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak mendorong dengan cara yang baik.

2.2.1.3 Unsur Komunikasi

Menurut Liliweri (2007) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan”mengatakan bahwa komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka asuan (frame of

(27)

reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.

Dikutip dari Anggita (2018) menurut teori yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm, untuk dapat berkomunikasi diperlukan paling sedikit tiga unsur yaitu the source, the message dan the destination, yang diperinci menjadi lima unsur komunikasi yaitu :

1. Sumber (Source) adalah pihak yang mensponsori atau ide yang melandasi kegiatan-kegiatan komunikasi. Sumber dapat merupakan sebuah lembaga, atau sebuah kejadian atau sipenyampai pesan itu sendiri.

2. Komunikator (Encoder) komunikator adalah pihak yang menjalankan atau yang menyampaikan pesan dalam suatu proses komunikasi.

Seorang komunikator dalam suatu proses komunikasi terkadang dapat berubah menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi komunikator. Komunikator dalam melancarkan kegiatan komunikasi dapat melakukannya dalam situasi antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

3. Pesan (Message) pesan yaitu materi pernyataan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Materi pernyataan ini dapat diwujudkan secara lisan dan tulisan, juga dalam bentuk gambar, warna, isyarat dan segala lambang yang ada di alam pikiran manusia, asal saja lambang-lambang ini sama-sama dapat dipahami oleh komunikator maupun komunikan.

Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “The condition of success in communication” yakni kondisi yang harus dipatuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

(28)

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikator dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

4. Komunikan / Sasaran (Decoder) Komunikan atau sasaran adalah orang atau pihak yang menerima pesan dalam suatu kegiatan komunikasi. Komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi dapat berbentuk :

- Masyarakat umum (general public).

- Masyarakat khusus (special public).

- Individu-individu yang berasal dari suatu particular group atau massa seperti pendengar radio, pemirsa televisi, pembaca surat kabar dan lain- lain.

5. Tujuan (Destination) setiap komunikasi yang dilancarkan pasti mempunyai tujuan, yakni bagaimana hasil dari komunikasi yang dijalankan mendapat umpan balik positif atau dengan kata lain komunikan dapat memberikan respon/ tanggapan yang merupakan umpan balik (feed back) yang positif.

2.2.2 Komunikasi Massa

2.2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2007: 79).

Menurut Berger (1995: 12) dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Massa” mendefiniskan secara tegas bahwa:

Mass communication involves the use of print or electronic media, such as newspapers, magazines, film, radio, or television, to communicate to large numbers of people who are located in various places -- often scattered all over the

(29)

country or world. The people reached may be in groups of varying sizes or may be lone individuals. A number of different elements make up mass communication media; images, spoken language, printed language, sound effect, music, color, lighting and a variety of other techniques are used to communicate messages and obtain particular effects.

Although i have separated mass media from the process of mass communication in the discussion above, some people tie them together and talk about "mass media of communication". The two are closely linked, though i will continue to separate them, reserving the term mass media for the instruments by which mass communication is achieved.

Secara garis besar pemahaman konsep tentang Berger yaitu bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa seperti televisi dan radio yang ditujukan kepada khalayak yang luas, heterogen dan anonim. Ilmu komunikasi massa yaitu merupakan kajian yang berusaha untuk memahami simbol-simbol yang dibuat, diproses dalam sebuah sistem yaitu dengan media sehingga menimbulkan efek dan diuji dalam sebuah teori yang digeneralisasikan yang menjadi fenomena terkait dengan proses komunikasi secara luas. Artinya komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain (Siagian, 2013).

Sifat heterogen dalam komunikasi massa yaitu bahwa khalayak adalah terdiri dari orang-orang yang berasal dari jenis pekerjaan yang berbeda satu dengan lainnya, usia adat, kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya. Sedangkan anonim adalah bahwa khalayak yang ada terdiri dari orang- orang yang masing-masing tidak saling mengenal dengan yang lainnya. (Siagian, 2013)

2.2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Menurut Nurudin (2007 :9) ada tujuh karakteristik komunikasi massa yaitu:

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Komunikasi massa bukan satu orang tetapi sekumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud menyerupai sebuah

(30)

sistem. Sistem adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah menyimpan, menuangkan ide, gagasan simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Menurut Stan (1981) komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah, atau penerbit buku). (Tamami, 2013)

Dengan demikian komunikator dalam komunikasi massa setidak- tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut: (Tamami, 2013)

A. Kumpulan individu.

B. Dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa.

C. Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat.

D. Apa yang dikemukakan komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Herbert Blumer memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut:

A. Audiens dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

B. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain dan antar individu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

C. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

(31)

3. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain pesan- pesan ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan- pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasi berlangsung satu arah

Dalam media cetak seperti Koran dan TV, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan).

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan- pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir secara bersamaan. Bersamaan sifatnya relatif.

6. Media massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media yang kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penepis informasi/palang pintu/penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau memgurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebar lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, memganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa dan menentukan kualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan (Nuruddin, 2009: 20-32).

(32)

2.2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2007:11) fungsi komunikasi tidak terlepas dari:

1. Fungsi informasi

Fungsi memberikan ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa.

Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan- aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan dan artikel. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

4. Fungsi menghibur

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk megurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita- berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali

2.2.3 Media Massa

Media merupakan kata jamak dari medium (wahana perantara). Pengertian lainnya adalah alat-alat komunikasi. Koran (secara individual) itu adalah medium, namun pers, televisi dan radio adalah media. Media adalah lokasi

(33)

atau forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional (McQuail, 2010 : 3).

Massa menurut Blumer :

1. Terdiri dari orang-orang yang berasal dari semua lapisan kehidupan masyarakat

2. Kelompok yang anonim

3. Dimana berada dalam interaksi yang sebentar atau berubah karena pengalaman antara para anggota massa

4. Organisasi pada massa sangat longgar dan tidak mampu untuk bertindak dengan memusatkan atau mempersatukan sasaran sebagai kerumunan.

(Soemirat dan Yehuda,2001:2.5)

Mass media (media massa) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas diartikan sebagai media-media pemberitaan), media-media cetak pada umumnya (majalah, jurnal) dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang menjangkau masyarakat luas. (McQuail, 2010:2)

Menurut McQuail media massa merupakan sumber kekuatan, alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat di dayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. (McQuail, 2010:3)

Menurut McQuail (2010 : 66) , ada enam perspektif dalam hal melihat peran media yakni:

1. Melihat media massa sebagai window on event and experience.

Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan

(34)

apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.

3. Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar s tandar para pengelolanya. Disini khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian.

4. Media massa seringkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam.

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, seh ingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.

6. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sek adar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif (McQuail, 2011)

2.2.4 Surat Kabar

Menurut Effendy (1993) surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca Secara lebih luas, surat kabar merupakan bagian dari pers. Menurut Harimurti (1984) pers adalah media massa yang merupakan media cetak, merupakan terbitan yang memuat berita, risalah karya,

(35)

iklan dan lain-lain. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara tercetak atau publikasi secara dicetak atau printed publications. Jadi secara singkat pengertian pers ada lah sebutan bagi penerbit/perusahaan/kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan. (Effendy, 2007 : 30)

Berdasarkan peraturan UU Nomor 40 Tahun 1998 tentang Pers disebutkan bahwa Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. ((https://rumahinspirasi.com/10-elemen-jurnalisme- menurut-bill-kovach-dan-tom-rosenstiel/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2020 pukul 14.00).

Berdasarkan buku “9 Elemen Jurnalisme” dan “Blur” karya Bill Kovach &

Tom Rosenstiel yang sangat dihormati di dunia jurnalisme. Ada 10 Elemen Jurnalisme. ((https://rumahinspirasi.com/10-elemen-jurnalisme-menurut-bill- kovach-dan-tom-rosenstiel/) diakses pada tanggal 28 Agustus 2020) sepuluh Elemen Jurnalisme itu adalah:

1. Tugas utama praktisi jurnalisme adalah memberitakan kebenaran.

Kebenaran yang dimaksud bukan perdebatan filsafat atau agama, tapi kebenaran fungsional yang sehari-hari diperlukan masyarakat

2. Loyalitas utama wartawan pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya bekerja, pembaca, atau pengiklan. Wartawan harus berpihak pada kepentingan umum.

3. Esensi jurnalisme adalah verifikasi, memastikan bahwa data dan fakta yang digunakan sebagai dasar penulisan bukan fiksi, bukan khayalan, tetapi berdasarkan fakta dan pernyataan narasumber di lapangan.

4. Wartawan harus independen, artinya tak masalah untuk menulis apapun (baik/buruk) tentang seseorang sepanjang sesuai dengan temuan/fakta yang dimilikinya. Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan.

(36)

5. Jurnalisme harus memantau kekuasaan, menyambung lidah yang tertindas.

Ada tiga macam liputan investigasi: investigasi orisinal, investigation on investigation, interpretative investigation.

6. Jurnalisme sebagai forum publik, bukan sebuah ruang privat bagi penulis.

Penulis harus bertanggung jawab atas liputan yang dibuatnya. Partisipasi publik melalui komentar dan tanggapan merupakan bagian yang melekat dari proses jurnalisme.

7. Jurnalisme harus memikat dan relevan. Ada adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh wartawan. Mereka tak hanya membuat artikel yang memikat pembaca karena sensasional, tetapi bisa menyajikan artikel penting dan relevan dengan cara yang menarik bagi pembaca.

8. Berita harus proporsional dan komprehensif. Pemilihan berita sangat subjektif. Justru karena subjektif wartawan harus ingat agar proporsional dalam menyajikan berita. Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota.

9. Mendengarkan hati nurani. Karena deadline, harus ada seseorang di puncak organisasi berita yang mengambil keputusan redaksional. Editor harus bertanggungjawab terhadap produk newsroom, tapi pintu diskusi harus senantiasa terbuka.

10. Hak dan Kewajiban terhadap Berita. Kita sedang berada dalam Revolusi Komunikasi. Jurnalisme bukan sekedar informasi. Demokrasi dan jurnalisme lahir bersama-sama dan mereka juga akan jatuh bersama-sama.

2.2.5. Media Online

2.2.5.1 Definisi Media Online

Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”.

Association for Education and Communication Tecnology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat dipengaruhi efektifitas program instruksional. (Zuli, 2016).

(37)

Romli (2012 : 3) mengartikan media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Masih menurut Romli dalam buku tersebut, media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme–

didefinisikan wikipedia sebagai “pelaporan fakta atauperistiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”. Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet).

(http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html diakses pada tanggal 1 September 2020 pukul 22.00 WIB).

Pengertian media online secara umum, yaitu segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara. Dalam pengertian umum ini, media online juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara online. Dengan pengertian media online secara umum ini, maka email, mailing list (milis), website, blog, whatsapp, dan media sosial (social media) masuk dalam kategori media online dan pengertian media online secara khusus yaitu terkait dengan pengertian media dalam konteks komunikasi massa. Media singkatan dari media komunikasi massa dalam bidang keilmuan komunikasi massa mempunyai karakteristik tertentu, seperti publisitas dan periodisitas. Pengertian media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya jurnalistik (berita, artikel, feature) secara online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme didefinisikan wikipedia sebagai

“pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan di distribusikan melalui internet”. Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website atau situs web, termasuk blog), radio online, TV online, dan email.

2.2.5.1 Jurnalisme Media Online

Menurut Richard Craig (2005) dalam Titi (2019) dalam jurnal yang berjudul “Ikhtisar dan Tren Jurnalisme Online Indonesia” menyebutkan bahwa Jurnalisme online adalah sebuah proses penyampaian pesan melalui media

(38)

internet dengan menggabungkan tulisan, audio dan video serta memungkinkan pengakses untuk membaca kembali berita yang telah lalu. Dari definisi Jurnalisme online tersebut memberikan gambaran bahwa di era perkembangan teknologi informasi komunikasi, organisasi media tidak hanya bergantung pada satu jenis media untuk menyampaikan informasi. Organisasi media massa juga membutuhkan internet untuk menyampaikan informasi kepada khalayak. Kegiatan menyampaikan berita melalui internet itulah selanjutnya disebut dengan Jurnalisme Online. Perkembangan yang pesat dalam penyajian berita melalui media online (internet) membuat para insan media mengalihkan dirinya lewat dunia maya. Hal tersebut menjadikan produser berita mengatur strategi bagaimana menyajikan sebuah isu menjadi sebuah berita yang sesuai dengan ideologi media mereka, serta bagaimana gaya manajemen yang sebaiknya diterapkan. Kini internet menjadi fenomena yang sangat dahsyat. Dapat dikatakan gaya hidup berinternet termasuk penyajian berita lewat internet menjadi fenomena saat ini dibelahan dunia manapun.

Ciri-Ciri Jurnalisme Online adalah :

1. Reliability (reliabilitas) dalam perspektif teknik jurnalistik, elemen reliabilitas sangatlah dibutuhkan. Tanpa reliabilitas, segala sesuatu menjadi tidak berguna.

2. Internet saat ini telah banyak digunakan oleh media televisi dan koran dan saat itu pula internet menjadi sesuatu yang baru.

3. Content (isi) berita dalam jurnalisme online menjadi sesuatu yang diperhitungkan. Jika berita tidak berbobot, maka akan ditinggalkan khalayak.

4. Isi berita yang dinamis. Pada news online, para staf harus stanby untuk mengupdate berita yang terjadi di belahan dunia manapun.

5. Isi berita juga harus mengedepankan kedalaman (depth).

6. Kecepatan. Saat ini orang lebih menyukai sesuatu yang instant dan cepat.

2.2.6 Pergeseran Media Konvensional 2.2.6.1 Media Cetak vs Media Online

Perkembangan media online kini menjadi ancaman bagi koran dan media cetak. Pesatnya perkembangan internet telah mendorong masyarakat

(39)

untuk mengakses media online secara mudah melalui handphone, atau gadget.

Media cetak mulai terancam keberadaannya, pembaca setia media cetak kemungkinan akan beralih ke media online. Realita tersebut memang mengancam penerbit media cetak, namun media cetak memiliki karakter yang khas yaitu: berita yang jelas, lengkap dan terperinci, selain itu selama berabad- abad, media cetak telah mengiringi perkembangan peradaban manusia, sehingga tidak mudah dilupakan. Media online memang cepat, up date dan continuous, namun berita ini hanya dapat diakses dengan menggunakan alat canggih dan belum semua masyarakat memiliki alat tersebut dan memahami teknologi. Kendati demikian, media cetak telah melakukan antisipasi dini dengan membuat media online untuk mendampingi media cetak yang diterbitkan. (Dilansir dari http://www.jurnalposonline.com/?p=1270) Eksistensi Media Cetak Di Era Modern 19 Mei 2013, Diakses tanggal 27 Agustus 2020 13.00 WIB)

Tren menurunnya media cetak dan diganti ledakan media digital dapat dilihat pada hasil penelitian Galarneau dan Joseph (2009) yang menunjukkan bahwa para penerbit majalah konsumen berkumpul dalam Penerbit Majalah Amerika di konferensi Digital ke-5 di New York pada tanggal 3 Maret 2009.

Bahwa tren media cetak menurun dan peserta mendengar tentang ledakan media digital pada industri majalah. Diskusi tersebut termasuk membicarakan bagaimana untuk lebih memanfaatkan website, menjembatani pembagian antara editorial dan bisnis, tren produk baru, dan perencanaan strategis, pemasaran dan periklanan di Internet.

Resmadi dan Yuliar (2014) mengungkapkan bahwa konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Kehadiran internet mendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio streaming, media sosial. Persaingan bisnis media menjadi salah satu faktor pendorong media massa menerapkan konsep ini karena perkembangan teknologi tidak hanya mengandalkan format cetak (koran, majalah, buku) semata. Inovasi konvergensi media dibutuhkan agar media massa mampu tetap bersaing di era bisnis dewasa ini. Sebagai salah satu bentuk inovasi, konvergensi media

(40)

memerlukan berbagai proses dan tahapan dalam penerapannya. Penelitian ini menelusuri proses terjadinya difusi inovasi konvergensi media dengan objek penelitian harian Pikiran Rakyat, untuk menggambarkan bagaimana konvergensi media mampu diadopsi oleh suatu media massa secara bertahap.

Andoko (2010) dalam Satria (2016) pada jurnalnya yang berjudul “Posisi Media Cetak di Tengah Perkembangan Media Online di Indonesia” menulis bahwa ketika harga kertas semakin mahal dan industri media semakin sulit untuk bertahan, pilihan bagi media cetak mau tak mau harus mentransformasi diri untuk ikut menguasai perkembangan teknologi digital yang sudah, sedang dan akan terjadi lebih jauh. Surat kabar Kompas tidak lagi memposisikan sebagai hanya sebuah surat kabar dalam arti cetak tetapi sebagai penyedia informasi multimedia dengan platform yang beragam seperti internet, mobile dan perangkat digital lainnya. Sebagai sebuah platform, media cetak suatu saat nanti mungkin akan hilang. Tetapi sebagai sebuah media informasi tetap akan langgeng, bahkan dengan isi yang lebih kaya. Namun tantangan yang dihadapi oleh surat kabar akan lebih sulit dibandingkan dengan buku karena model bisnis surat kabar yang lebih mengandalkan pada pendapatan dari iklan. Paradigma untuk mendapatkan informasi melalui internet adalah gratis menyulitkan pengelola surat kabar untuk memungut bayaran dari pelanggan. Di satu sisi, perkembangan teknologi digital telah meruntuhkan dominasi informasi oleh sekelompok elite dan membuka peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Di sisi lain, teknologi digital akan menyelamatkan peradaban baca tulis sekaligus melestarikan lingkungan hidup.

Beberapa pakar telah meramalkan kejatuhan media cetak. Sejumlah tokoh dunia sudah memprediksikan munculnya teknologi paperless newspaper. Tokoh- tokoh tersebut adalah Roger F. Fidler, Bill Gates, Rupert Murdoch, dan Philip Meyer. Ada empat implikasi dari semakin merebaknya penggunaan teknologi tablet newspaper atau paperless newspaper dalam industri media massa di Indonesia. Pertama, implikasi langsung yakni terjadinya peralihan teknologi besar-besaran dari media cetak ke basis bisnis paperless newspaper yang sangat murah dalam hal pengadaan ongkos produksi maupun pendistribusiannya ke seluruh penjuru dunia. Kedua, implikasi langsung lainnya yaitu ada perubahan orientasi dan gaya hidup masyarakat dalam mengakses media massa dari semula

Gambar

Tabel 4.1  Tabel Profil Informan

Referensi

Dokumen terkait

Televisi komunitas adalah sarana untuk tercapainya tujuan tersebut sebagaimana televisi Masjid Agung, dalam melaksanakan siaran-siaran dan membuat program yang memiliki

Incluso y aunque se encuentre en el plano de la “política-ficción”, desde la posición boliviana se fantasea con que quizás, dentro de un par de años, si la aceptación interna

(2) Merancang Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dengan model blok tanam , yakni 30 KK (responden) berasal dari sejumlah RT yang masih satu RW di kelurahan

(1) kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan strategi pembelajaran Small Group Work pada pembelajaran Matematika

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui realisasi tindak tutur komisif pada wacana pemberitaan politik di harian Solo Pos, 2) Untuk

Terkadang anak dari Ibu Sofi menggunakannya untuk mencari informasi yang bersifat positif, namun karena orang tuanya yang mengasuh dengan pola asuh permisif-lunak ia cenderung manja