• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANY WORLDS

Dalam dokumen Michio Kaku - Dunia Paralel (Halaman 178-181)

Awalnya, dekoherensi terdengar memuaskan, karena fungsi gelombang kini kolaps bukan lewat kesadaran tapi lewat interaksi acak dengan dunia luar. Tapi ini masih belum memecahkan pertanyaan fundamental yang menggelisahkan Einstein: bagaimana alam “memilih” ke kondisi mana ia kolaps? Ketika sebuah molekul udara mengenai kucing, siapa atau apa yang menentukan kondisi akhir kucing? Terhadap pertanyaan ini, teori dekoherensi hanya menyatakan bahwa dua fungsi gelombang berpisah dan tak lagi berinteraksi, tapi tidak menjawab pertanyaan awal: apakah kucing itu hidup atau mati? Dengan kata lain, dekoherensi menjadikan kesadaran tak dibutuhkan dalam mekanika quantum, tapi ia tidak memecahkan pertanyaan kunci yang mengganggu Einstein: bagaimana alam “memilih” kondisi akhir kucing? Terhadap pertanyaan ini, teori dekoherensi membisu.

Namun, hari ini terdapat ekstensi alami dekoherensi yang memecahkan pertanyaan ini dan mendapat pengakuan luas di kalangan fisikawan. Pendekatan kedua ini dipelopori oleh mahasiswa Wheeler yang lain, Hugh Everett III, yang membahas kemungkinan bahwa kucing bisa mati dan hidup pada waktu yang sama tapi di dua alam semesta berbeda. Ketika diselesaikan pada 1957, tesis Ph.D. Everett hampir tidak diperhatikan. Namun, setelah bertahun-tahun, perhatian terhadap interpretasi “many worlds” (banyak dunia) mulai tumbuh. Sekarang, ini telah melepaskan gelombang pasang berupa perhatian terbarukan terhadap paradoks-paradoks teori quantum.

Dalam interpretasi yang sama sekali baru ini, si kucing berada dalam kondisi mati dan hidup karena alam semesta telah membelah menjadi dua. Di satu alam semesta, kucing itu mati; di alam semesta lain, kucing itu masih hidup. Kenyataannya, di setiap titik waktu quantum, alam semesta membelah

setengah, dalam sebuah rentetan pembelahan alam semesta tanpa henti. Semua alam semesta adalah mungkin menurut skenario ini, semuanya sama-sama riil. Orang-orang yang hidup di setiap alam semesta mungkin menyatakan dengan semangat bahwa alam semesta mereka-lah yang riil, dan bahwa yang lainnya adalah imajiner atau palsu. Alam semesta-alam semesta paralel ini bukan dunia mati dengan eksistensi yang sebentar; di setiap alam semesta, kita mendapatkan bentuk objek-objek padat dan peristiwa konkret yang sama riil dan objektifnya dengan yang lain.

Keunggulan interpretasi ini adalah bahwa kita bisa mencoret syarat nomor tiga, kekolapsan fungsi gelombang. Fungsi gelombang tidak pernah kolaps, dalam sebuah pohon tanpa akhir, di mana setiap dahan mewakili satu alam semesta. Keunggulan hebat teori many worlds adalah bahwa ia lebih sederhana dari interpretasi Kopenhagen: ia tidak membutuhkan kekolapsan fungsi gelombang. Harga yang kita bayar adalah bahwa sekarang kita mempunyai alam semesta-alam semesta yang terus-menerus membelah menjadi jutaan dahan. (Beberapa orang merasa kesulitan memahami bagaimana caranya mengawasi semua alam semesta yang berkembang-biak ini. Namun, persamaan gelombang Schrödinger melakukan ini dengan sendirinya. Cukup dengan menelusuri evolusi persamaan gelombang tersebut, seseorang dapat segera menemukan semua dahan.)

Jika interpretasi ini benar, maka pada saat ini juga tubuh Anda berkoeksis dengan fungsi gelombang dinosaurus-dinosaurus yang terlibat dalam pertempuran maut. Yang berkoeksis di ruangan Anda adalah fungsi gelombang sebuah dunia di mana Jerman memenangkan Perang Dunia II, di mana alien-alian dari angkasa luar berkeliaran, di mana Anda tidak pernah dilahirkan. Dunia-dunia dalam The Man in the High Castle dan The Twilight

Zone adalah termasuk alam semesta yang eksis di ruang tinggal Anda.

Sulitnya, kita tidak bisa lagi berinteraksi dengan mereka, karena mereka telah berdekoherensi dari kita.

Sebagaimana kata Alan Guth, “Terdapat alam semesta di mana Elvis masih hidup.” Fisikawan Frank Wilczek menulis, “Kita dihantui oleh kesadaran bahwa salinan tak terhingga diri kita yang sedikit berbeda sedang menjalani kehidupan paralel mereka dan bahwa setiap saat semakin banyak duplikat yang eksis dan mengambil banyak pilihan masa depan kita.” Dia mencatat bahwa sejarah peradaban Yunani, dan karenanya dunia Barat, mungkin akan berbeda seandainya Helen dari Troy tidak semempesona itu, seandainya dia

memiliki kutil jelek di hidungnya. “Well, kutil bisa timbul dari mutasi pada sel-sel tunggal, seringkali dipicu oleh paparan sinar ultraviolet matahari.” Dia melanjutkan, “Kesimpulan: ada banyak dunia di mana Helen dari Troy memang mempunyai kutil di ujung hidungnya.”

Saya teringat pada perkataan dalam karya sains fiksi klasik karangan Olaf Stapledon, Star Maker: “Kapan pun seorang makhluk dihadapkan dengan beberapa kemungkinan tindakan, dia mengambil semuanya, sehingga menciptakan banyak...sejarah kosmos yang berlainan. Karena dalam setiap rentetan evolusi kosmos terdapat banyak makhluk dan masing-masingnya terus-menerus dihadapkan dengan banyak kemungkinan arah, dan kombinasi semua arah mereka adalah tak terhitung, alam semesta-alam semesta berlainan dalam jumlah tak terhingga mengelupas dari setiap momen rentetan waktu.”

Pikiran terasa terguncang ketika kita menyadari bahwa, menurut interpretasi mekanika quantum ini, semua kemungkinan dunia berkoeksis dengan kita. Walaupun wormhole dibutuhkan untuk menjangkau dunia-dunia lain semacam itu, realitas-realitas quantum ini eksis di ruangan yang sama dengan yang kita tinggali. Mereka berkoeksis dengan kita ke manapun kita pergi. Pertanyaan kuncinya adalah: jika ini benar, mengapa kita tidak melihat alam semesta-alam semesta lain yang mengisi ruang tinggal kita ini? Di sinilah dekoherensi masuk: fungsi gelombang kita berdekoherensi dengan dunia-dunia lain ini (yakni, gelombang-gelombang tak lagi saling sefase). Kita tak lagi berkontak dengan mereka. Artinya kontaminasi kecil dengan lingkungan akan mencegah berbagai fungsi gelombang berinteraksi satu sama lain. (Di bab 2, saya menyebutkan kemungkinan pengecualian terhadap batasan ini, di mana makhluk-makhluk berakal mungkin mampu bepergian di antara realitas-realitas quantum.)

Apakah ini kedengaran aneh? Peraih Nobel, Steven Weinberg, menyamakan teori multiple universe ini dengan radio. Di sekeliling Anda, terdapat ratusan gelombang radio berbeda yang dipancarkan dari stasiun-stasiun jauh. Pada momen tertentu, kantor, atau mobil, atau ruang tinggal Anda penuh dengan gelombang radio ini. Namun, jika Anda menyalakan radio, Anda hanya dapat mendengarkan satu frekuensi pada satu waktu; frekuensi-frekuensi lain telah berdekoherensi dan tidak lagi sefase dengan satu sama lain. Setiap stasiun mempunyai energi berbeda, frekuensi berbeda. Alhasil, radio Anda hanya dapat disetel ke satu siaran pada satu waktu.

Demikian pula, di alam semesta kita, kita “diperdengarkan” frekuensi yang bersesuaian dengan realitas fisik. Tapi terdapat realitas paralel dalam jumlah tak terhingga yang berkoeksis dengan kita di ruangan yang sama, walaupun kita tidak dapat “mendengarkan” mereka. Walaupun dunia-dunia ini sangat mirip, masing-masing mempunyai energi berbeda. Dan karena masing-masing dunia terdiri dari triliunan atom, artinya selisih energi bisa sungguh besar. Karena frekuensi gelombang-gelombang ini proporsional dengan energinya (berdasarkan hukum Planck), artinya gelombang masing-masing dunia bervibrasi pada frekuensi berbeda dan tidak bisa berinteraksi lagi. Praktisnya, gelombang berbagai dunia ini tidak saling berinteraksi atau mempengaruhi.

Yang mengejutkan, para ilmuwan, dengan mengadopsi sudut pandang aneh ini, bisa memperoleh semua hasil pendekatan Kopenhagen tanpa harus mengkolapskan fungsi gelombang. Dengan kata lain, eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan interpretasi Kopenhagen, atau interpretasi many

worlds, akan memberikan hasil eksperimen yang sama persis. Kekolapsan

fungsi gelombang ala Bohr adalah ekuivalen secara matematis dengan kontaminasi lingkungan. Dengan kata lain, kucing Schrödinger bisa mati dan hidup pada waktu yang sama jika kita dapat, dengan suatu cara, mengisolasi kucing dari kontaminasi potensial dari setiap atom atau sinar kosmik. Tentu saja, ini hampir mustahil. Sekali kucing berkontak dengan sinar kosmik, fungsi gelombang kucing mati dan kucing hidup berdekoherensi, dan fungsi gelombang seolah-olah terlihat kolaps.

Dalam dokumen Michio Kaku - Dunia Paralel (Halaman 178-181)