• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATELIT COBE

Dalam dokumen Michio Kaku - Dunia Paralel (Halaman 90-93)

Menggunakan teleskop biasa, kuda penarik astronomi sejak zaman Galileo, seseorang tidak mungkin bisa memecahkan misteri dark matter. Astronomi telah berkembang luar biasa jauh dengan menggunakan optik Bumi standar. Namun, pada 1990-an, instrumen astronomi generasi baru sudah cukup dewasa, yang menggunakan teknologi satelit, laser, dan komputer terbaru dan sepenuhnya mengubah wajah kosmologi.

Salah satu buah pertama dari panen ini adalah satelit COBE (Cosmic Background Explorer), diluncurkan pada November 1989. Sementara penelitian original Penzias dan Wilson mengkonfirmasikan beberapa poin data saja dengan big bang, satelit COBE sanggup mengukur banyak poin data yang cocok secara akurat dengan prediksi black body radiation yang dibuat oleh Gamow dan koleganya pada 1948.

Pada 1990, dalam sebuah pertemuan American Astronomical Society, 1.500 ilmuwan yang hadir mendadak berdiri bersorak-sorai ketika mereka melihat hasil COBE di layar, memperlihatkan kecocokan yang hampir sempurna dengan gelombang mikro latar temperatur 2,728 K.

Astronom Princeton, Jeremiah P. Ostriker, berkata, “Ketika fosil-fosil ditemukan pada bebatuan, itu membuat asal-usul spesies menjadi jelas betul.

Well, COBE menemukan fosil-fosil [alam semesta].”

Namun, tampilan dari COBE cukup kabur. Contohnya, ilmuwan ingin menganalisa “titik panas” atau fluktuasi dalam radiasi kosmik latar, fluktuasi yang semestinya bertemperatur sekitar satu derajat di angkasa. Tapi instrumen-instrumen COBE hanya dapat mendeteksi fluktuasi yang bertemperatur 7 derajat atau lebih; mereka tidak cukup sensitif untuk mendeteksi titik-titik panas kecil ini. Ilmuwan terpaksa menunggu hasil satelit WMIP, yang akan diluncurkan setelah pergantian abad, yang mereka harap akan menjawab sekumpulan pertanyaan dan misteri.

Tidak ada yang tidak bisa muncul dari kenihilan.

—Lucretius

Saya berasumsi bahwa Alam Semesta kita betul-betul muncul entah dari mana sekitar 1010 tahun lampau... Saya menawarkan proposal sederhana bahwa Alam Semesta kita hanya merupakan salah satu hal yang terjadi dari waktu ke waktu.

—Edward Tryon

Alam semesta adalah makan siang gratis termewah.

—Alan Guth

D

ALAM NOVEL SAINS FIKSI KLASIK, Tau Zero, yang ditulis oleh Poul Anderson, sebuah kapal bintang bernama Leonora Christine diluncurkan untuk misi menjangkau bintang-bintang dekat. Mengangkut 50 orang, kapal tersebut dapat mencapai kecepatan mendekati kecepatan cahaya saat berjalan menuju sebuah sistem bintang baru. Yang lebih penting, kapal itu menggunakan prinsip relativitas khusus, yang menyatakan bahwa waktu melambat di dalam kapal bintang ketika ia semakin cepat bergerak. Oleh karena itu, perjalanan menuju bintang-bintang dekat yang memerlukan berdekade-dekade ketika dipandang dari Bumi, tampak berlangsung beberapa tahun saja bagi astronot. Bagi pengamat di Bumi yang menyaksikan para astronot melalui teleskop, akan terlihat seolah-olah mereka terbeku dalam waktu, sehingga mereka berada dalam semacam kemati-surian. Tapi bagi astronot di kapal, waktu berjalan normal. Ketika kapal bintang melambat dan astronot mendarat di sebuah planet baru, mereka akan mendapati bahwa diri mereka telah menempuh 30 tahun-cahaya dalam beberapa tahun saja.

Kapal tersebut merupakan keajaiban teknik – ia ditenagai oleh mesin fusi ramjet yang mengeduk hidrogen angkasa luar dan kemudian

membakarnya untuk memperoleh energi tak terbatas. Ia berjalan begitu cepat sehingga awak kapal bahkan dapat melihat pergeseran Doppler cahaya bintang; bintang-bintang di depan mereka tampak kebiru-biruan, sementara bintang-bintang di belakang mereka tampak kemerah-merahan.

Lalu malapetaka melanda. Sekitar 10 tahun-cahaya dari Bumi, kapal mengalami turbulensi ketika melewati awan debu antar-bintang, dan mekanisme pelambatannya menjadi lumpuh permanen. Awak kapal yang ketakutan mendapati diri mereka terjebak dalam sebuah kapal bintang yang terus lari, bergerak semakin cepat begitu mendekati kecepatan cahaya. Mereka tak berdaya menyaksikan ketika kapal lepas kendali tersebut melewati seluruh sistem bintang dalam hitungan menit. Dalam setahun, kapal bintang menempuh setengah galaksi Bima Sakti. Saat berakselerasi di luar kendali, ia mencepat melewati galaksi-galaksi dalam hitungan bulan, bahkan sewaktu jutaan tahun telah dilalui di Bumi. Segera, mereka akan berjalan mendekati ketat kecepatan cahaya, tau zero, hingga menyaksikan peristiwa-peristiwa kosmik, sementara alam semesta sendiri mulai menua di depan mata mereka.

Akhirnya, mereka melihat bahwa perluasan original alam semesta membalik, dan bahwa alam semesta sendiri sedang berkontraksi. Temperatur mulai naik dramatis, sementara mereka menyadari bahwa mereka menuju

big crunch. Para awak kapal secara diam-diam mengucapkan doa, sementara

temperatur meroket, galaksi-galaksi mulai bergabung, dan atom kosmik primordial terbentuk di depan mereka. Kematian melalui pembakaran menjadi abu, kelihatannya, tak terelakkan lagi.

Harapan mereka satu-satunya adalah bahwa materi akan kolaps menjadi area terhingga berdensitas terhingga, dan bahwa, dengan berjalan pada kecepatan tinggi, mereka dapat melewatinya dengan cepat. Ajaibnya, perisai mereka melindungi mereka sewaktu terbang menembus atom primordial, dan mereka mendapati diri mereka menyaksikan pembentukan alam semesta baru. Ketika alam semesta tersebut mengembang kembali, mereka kagum menyaksikan pembentukan bintang-bintang dan galaksi-galaksi baru di depan mata mereka. Mereka memperbaiki kapal antariksa mereka dan secara seksama merencanakan perjalanan yang akan mereka tempuh guna menemukan galaksi yang cukup tua untuk memiliki unsur-unsur berat yang akan memungkinkan kehidupan. Akhirnya, mereka menemukan sebuah planet yang dapat melindungi kehidupan lalu membangun sebuah koloni di planet tersebut untuk memulai kemanusiaan dari awal lagi.

Kisah ini ditulis pada 1967, ketika perdebatan sengit berkecamuk di kalangan astronom mengenai takdir terakhir alam semesta: apakah akan mati dalam big crunch atau big freeze, akan berosilasi untuk jangka waktu tak terbatas, atau akan hidup selama-lamanya dalam steady state. Sejak saat itu, perdebatan ini sepertinya terjawab, dan sebuah teori baru bernama inflasi telah muncul.

Dalam dokumen Michio Kaku - Dunia Paralel (Halaman 90-93)