Walaupun inflasi merupakan teori yang hari ini memiliki kemampuan untuk menjelaskan misteri sedemikian banyak mengenai alam semesta, ini tidak membuktikan bahwa teori tersebut benar. (Di samping itu, teori-teori saingan belakangan ini telah diajukan, sebagaimana akan kita lihat di bab 7.) Hasil penemuan supernova harus dicek dan dan diricek, memasukkan faktor-faktor seperti debu dan anomali pada produksi supernova. Bukti kuat yang akhir akan memverifikasi atau menyangkal skenario inflasi adalah “gelombang gravitasi” yang dihasilkan di jenak big bang. Gelombang-gelombang gravitasi ini, seperti gelombang mikro latar, semestinya masih bergema di seluruh alam semesta dan sebetulnya dapat ditemukan oleh detektor gelombang gravitasi, sebagaimana akan kita bahas di bab 9. Inflasi membuat prediksi rinci mengenai sifat gelombang gravitasi ini, dan detektor gelombang gravitasi ini semestinya menemukan mereka.
Tapi salah satu prediksi inflasi yang paling menggugah rasa ingin tahu tidak mungkin diuji secara langsung, yaitu eksistensi “bayi alam semesta” yang eksis di multiverse berisi alam semesta-alam semesta, yang masing-masingnya mematuhi perangkat hukum fisika yang sedikit berbeda. Untuk memahami implikasi penuh dari multiverse, adalah penting untuk terlebih dahulu memahami bahwa inflasi memanfaatkan penuh konsekuensi ganjil persamaan Einstein maupun teori quantum. Dalam teori Einstein, kita memiliki kemungkinan eksistensi banyak alam semesta, dan dalam teori quantum, kita memiliki kemungkinan cara penembusan di antara alam semesta-alam semesta tersebut. Dan dalam kerangka baru yang disebut Teori-M, kita mungkin memiliki teori final yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta paralel dan perjalanan waktu, untuk penghabisan kali.
Di dalam setiap black hole yang kolaps mungkin terdapat benih-benih alam semesta mengembang yang baru.
—Sir Marti Rees
Black hole mungkin merupakan celah menuju waktu lain. Diduga, saat kita terjerembab ke black hole, kita akan muncul kembali di bagian lain alam semesta dan di zaman lain... Black hole mungkin merupakan jalan masuk menuju Negeri Ajaib. Tapi apakah di sana ada Alice atau kelinci-kelinci putih?
—Carl Sagan
R
ELATIVITAS UMUM itu seperti kuda Troya. Di permukaan, teori ini bagus luar biasa. Dengan beberapa asumsi sederhana, seseorang bisa memperoleh fitur-fitur umum kosmos, termasuk penekukan cahaya bintang dan big bang itu sendiri, yang kesemuanya telah diukur hingga akurasi mengagumkan. Bahkan inflasi dapat diakomodasi bila kita dengan tangan menyisipkan sebuah konstanta kosmologis ke alam semesta awal. Solusi ini memberi kita teori paling memaksa tentang kelahiran dan kematian alam semesta.Tapi tersembunyi di dalam kuda itu, kita menemukan semua jenis roh jahat dan goblin, meliputi black hole, white hole, wormhole, dan bahkan mesin waktu, yang bertentangan dengan akal sehat. Anomali-anomali ini dianggap begitu ganjil sehingga Einstein sendiri berpikir mereka tidak akan pernah dijumpai di alam. Selama bertahun-tahun, dia berusaha keras memerangi solusi-solusi aneh ini. Hari ini, kita tahu bahwa anomali-anomali ini tidak dapat diabaikan dengan mudah. Mereka adalah bagian integral dari relativitas umum. Dan kenyataannya, mereka bahkan mungkin dapat menyelamatkan setiap makhluk berakal dalam menghadapi big freeze.
Tapi barangkali hal teraneh dari anomali-anomali ini adalah kemungkinan adanya alam semesta-alam semesta paralel dan gerbang yang menghubungkan mereka. Jika kita mengingat metafora yang diperkenalkan oleh Shakespeare bahwa dunia hanyalah panggung, maka relativitas umum mengakui kemungkinan adanya pintu kolong. Tapi bukannya menuju ke
basement, kita mendapati bahwa pintu kolong tersebut menuju ke
panggung-panggung paralel seperti yang asli. Bayangkan panggung-panggung kehidupan yang terdiri dari panggung-panggung multikisah, satu di atas yang lainnya. Di tiap panggung, para aktor membaca dialog mereka dan berkeliling di tempat, berpikir bahwa panggung mereka adalah satu-satunya panggung, terlupa akan kemungkinan adanya realitas-realitas lain. Namun, jika suatu hari mereka secara tak sengaja jatuh terperosok ke sebuah pintu kolong, mereka mendapati diri mereka masuk ke dalam panggung yang sama sekali baru, dengan hukum yang baru, aturan yang baru, dan naskah yang baru.
Tapi jika alam semesta dalam jumlah tak terhingga bisa eksis, maka apakah mungkin terdapat kehidupan di alam semesta ini dengan hukum fisika yang berbeda? Pertanyaan inilah yang dikemukakan oleh Isaac Asimov dalam kisah sains fiksi klasiknya The Gods Themselves, di mana dia membuat sebuah alam semesta paralel dengan gaya nuklir yang berbeda dari milik kita. Kemungkinan-kemungkinan baru yang menggugah rasa ingin tahu timbul ketika hukum fisika biasa dicabut dan lalu diperkenalkan hukum yang baru.
Kisah tersebut bermula pada tahun 2070, saat seorang ilmuwan, Frederick Hallam, memperhatikan bahwa tungsten-186 biasa secara aneh terkonversi menjadi plutonium-186 misterius, yang memiliki terlalu banyak proton dan semestinya tidak stabil. Hallam berteori bahwa plutonium-186 aneh ini berasal dari alam semesta paralel di mana gaya nuklir jauh lebih kuat, sehingga mengatasi tolakan proton. Karena plutonium-186 aneh ini melepaskan energi dalam jumlah besar dalam bentuk elektron, ia dapat dimanfaatkan untuk memberikan free energy dalam jumlah menakjubkan. Ini membuat pompa elektron terkenal Hallam menjadi mungkin, yang memecahkan krisis energi Bumi, menjadikannya seorang pria kaya raya. Tapi ada harga yang harus dibayar. Jika ada cukup plutonium-186 aneh memasuki alam semesta kita, maka gaya nuklir secara umum akan meningkat intensitasnya. Ini artinya semakin banyak energi akan dilepaskan dari proses fusi, dan Matahari akan menerang dan akhirnya meledak, memusnahkan seluruh tata surya!
Sementara itu, alien di alam semesta paralel mempunyai perspektif berbeda. Alam semesta mereka sekarat. Gaya nuklir di alam semesta mereka sungguh kuat, artinya bintang-bintang mengkonsumsi hidrogen pada laju sangat cepat dan akan segera mati. Mereka mengadakan pertukaran di mana pultioium-186 yang tak berguna dikirim ke alam semesta kita untuk mendapat tungsten-186 yang berharga, yang memungkinkan mereka menciptakan pompa positron, yang menyelamatkan dunia mereka yang tengah sekarat. Walaupun mereka menyadari bahwa kekuatan gaya nuklir tersebut akan meningkat di alam semesta kita, menyebabkan bintang-bintang kita meledak, mereka tak peduli.
Bumi, sepertinya, sedang menuju malapetaka. Manusia telah menjadi kecanduan kepada free energy-nya Hallam, menolak untuk percaya bahwa Matahari akan segera meledak. Seorang ilmuwan lain menghasilkan solusi cerdik untuk teka-teki ini. Dia yakin bahwa alam semesta paralel lain pasti eksis. Dia berhasil memodifikasi sebuah atom smasher hebat untuk menciptakan lubang di ruang yang menghubungkan alam semesta kita dengan banyak alam semesta lain. Mencari di antara mereka, dia akhirnya menemukan satu alam semesta paralel yang kosong, hanya terdapat “telur kosmik” yang mengandung energi dalam jumlah tak terbatas, tapi dengan gaya nuklir lebih lemah.
Dengan menyedot energi dari telur kosmik ini, dia dapat menciptakan pompa energi baru dan, pada saat yang sama, memperlemah gaya nuklir di alam semesta kita, alhasil mencegah Matahari meledak. Namun ada harga yang harus dibayar: alam semesta paralel baru ini akan meningkat gaya nuklirnya, menyebabkannya meledak. Tapi dia beralasan bahwa ledakan ini hanya akan menyebabkan telur kosmik “menetas”, menciptakan big bang baru. Praktisnya, dia menyadari dirinya akan menjadi bidan bagi sebuah alam semesta mengembang yang baru.
Kisah sains fiksi karangan Asimov merupakan salah satu dari segelintir yang betul-betul memakai hukum fisika nuklir untuk membuat kisah ketamakan, intrik, dan penyelamatan. Asimov benar dalam berasumsi bahwa pengubahan kekuatan gaya-gaya di alam semesta kita akan menimbulkan bencana besar, bahwa bintang-bintang di alam semesta kita akan menerang dan kemudian meledak bila kekuatan gaya nuklir dinaikkan. Ini menimbulkan pertanyaan yang tak dapat dielakkan: apakah alam semesta paralel konsisten dengan hukum fisika? Dan jika demikian, apa yang dibutuhkan untuk memasukinya?
Untuk memahami pertanyaan-pertanyaan ini, kita pertama-tama harus memahami sifat wormhole, energi negatif, dan, tentu saja, objek misterius yang disebut black hole.