• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Gota Tahir ( Getah Nomor Tiga Kasar )

3.3. Masa Panen

Masa panen merupakan masa yang ditunggu setiap petani karena pada kesempatan ini para petani akan memanen hasil pertanian kopinya. Dari pengelolaan kopi yang mereka

kerjakan tersebut, petani berharap akan mendapatkan hasil panen yang banyak dan memuaskan. Dengan hasil panen tersebut rasa lelah petani selama ini akan terbayar. Kebahagian yang demikian juga dirasakan oleh petani di desa Hutajulu, musim panen merupakan pertanda berakhirnya masa sulit dan akan berganti dengan masa penuh dengan bertambahnya pendapatan.

Masa panen kopi biasanya dilaksanakan pada usia kopi sudah berumur 3 tahun ke atas. Pada usia 3-4 tahun hasilnya masih sangat sedikit didapatkan petani, tetapi pada usia 5 tahun ke atas, hasil panen terus bertambah seiring bertambah besarnya batang kopi. Panen raya kopi di desa Hutajulu ini dua kali dalam setahun, tepatnya pada bulan April sampai Mei, dan Oktober sampai November. Selebihnya kopi dapat dipanen dengan jangka satu kali dalam dua minggu tetapi hasilnya tidak seperti pada panen raya.

Pada saat panen raya biasanya kopi harus dipetik setiap minggunya, karena apabila tidak dipetik buah kopi akan jatuh ke tanah dan apabila tidak segera diambil petani akan melakukan pekerjaan marsitenanigalot ( marsitenanigalot = pekerjaan yang khusus untuk mengambil buah kopi yang berjatuhan ke tanah) maka akan tumbuh menjadi kopi yang baru.

Pada saat panen raya tiba, biasanya petani akan menghasilkan kopi sebanyak 3 -7 kaleng setiap minggunya, kadang-kadang para petani sudah merasa kewelahan, karena banyaknya buah kopi yang harus dipetik. Apalagi para pekerja tidak banyak seperti yang dijelaskan diatas bahwa para petani laki-laki biasanya lebih banyak melakukan aktivitas pertanian di dalam hutan yaitu hutan kemenyan. Petani laki-laki biasanya akan berada di desa ketika para petani perempuan meminta mereka tinggal di desa untuk membantu mereka pada saat panen padi dan panen kopi.

Dalam pemanenan biji kopi secara umum dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan menggunakan kursi dan tangga, tangga dan kursi digunakan apabila batang pohon kopi sudah mulai tinggi dan sudah susah dijangkau oleh tangan petani. Petani juga

akan sering melakukan penarikan ke ranting-ranting pohon tanpa harus merusak batang kopi dan biji kopi. Biji kopi yang dipetik biasanya akan dikumpulkan petani didalam ember atau karung yang sudah disediakan oleh petani.

foto 17 dan 18 : Batang kopi yang akan dipanen dan biji kopi yang sudah dipanen yang sudah dimasukkan kedalam ember.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Apabila petani sudah selesai melakukan pemetikan dan sudah mengumpulkan biji secara keseluruhan, maka petani akan melanjutkan ke tahap penggilingan (pisahan biji dengan kulitnya) dengan menggunakan mesin pengililing. Mesin penggiling yang ada di desa Hutajulu adalah mesin penggiling yang masih menggunakan tangan. Penggunaan mesin penggiling ini memang sedikit rumit dan diperlukan tenaga khususnya dibagian tangan dalam penggunaanya. Kapasitas buah kopi yang bisa digiling dengan menggunakan alat ini hanya berkira 3-4 karung (1karung = 45-50kg).

Setelah penggilingan biji kopi selesai, biasanya petani tidak langsung mencucinya, petani akan membiarkan kopi yang sudah digiling terrendam dengan air selama satu malam, supaya lendir yang lengket pada biji kopi yang baru digiling tersebut akan lepas. Sehingga ketika ke esokan harinya, ketika kopi akan dicuci dan lebih cepat bersih dan mudah. Ibu Dulifa Pasaribu (38) mengatakan berupa:

Molo nungga sae digiling hami kopi naditapunai, biasana dang langsung disusi hami, dirondam hami jolo dohot aek, asa lendirnadi kopii tanggal sude. Baru pas manussi songot pagi kopi nadigiling hatop ias sian angka lendirna dohot muda. Baru molo dirondam gabe hemat iba tu aek. (Biji kopi akan direndam dahulu setelah selesai penggilingan sekitar satu malam, sehingga besoknya ketika kami melakukan pembersihan biji kopi cepat lepas dari lindirnya, kalau kami tidak merendam biji kopi maka biji kopi yang kami bersihkan besoknya akan susah lepas dari lendir-lendirnya, biji kopi yang tidak direndam juga membuat kami harus memakai banyak air untuk membersihkannya tetapi ketika sudah merendamnya satu malam saja itu mempermudah kami melepaskan lendir dan mengurangi air yang kami pakai).

Biji kopi yang sudah dibersihkan maka akan di jemurkan petani.pejemuran kopi hanya memelurkan waktu 2-3 jam. Jika biji kopi tersebut sudah mengering maka petani sudah bisa menjual biji kopi. Penjualan biji kopi di desa Hutajulu akan memakai literan sebagai alat perkiraan petani.

Foto 19 dan 20 : Kopi yang baru selesai pinggilingan dan kopi dalam penggeringan Sumber : Dokumentasi pribadi

3.4. Tenaga Kerja

Pada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, tenaga merupakan sumber daya manusia yang paling utama dalam pengelolaan lahan pertanian. Untuk itu seluruh potensi dan sumber daya yang ada di dalam keluarga di usahakan untuk dapat dimaksimalkan penggunaannya. Keadaan ini juga terjadi pada petani di desa Hutajulu, mereka sangat

mengandalkan sumber daya tenaga keluarga yaitu ayah, ibu dan anak -anaknya. Karena keluarga intilah yang menjadi tombak dalam pengolahan lahan pertanian. Hal ini terlihat pada kegiatan atau aktivitas mereka sehari-hari dimana ayah dan ibu berangkat ke ladang secara bersama-sama (jika si ayah tidak bekerja di dalam hutan) dan siangnya akan disusul anak-anak petani ketika sudah pulang dari sekolah.

Tenaga dari anak-anak akan terlihat pada panen raya tiba, apabila di dalam satu keluarga tersebut memiliki tiga (3) anak atau lebih akan sangat mambantu petani. Bukan cuma dimasa panen raya kopi, anak-anak sangat membantu di masa tanaman kopi dalam perawatan mulai dari pembersihan kopi dari rumput-rumput yang tumbuh, pada saat pembuatan kompos dan pada saat petani melakukan penambahan tanah ke batang kopi. Tenaga anak-anak sangat membantu petani hal ini sangat jelas terlihat pada anak-anak ketika sedang libur sekolah.

Selain tenaga keluarga inti, petani juga memakai tenaga petani lainnya. Tenaga petani lainnya juga dipakai petani dengan melakukan marsirimpak/marisurupan14. Kegiatan ini lebih sering terlihat pada pemanen hasil tepatnya panen raya kopi. Selain kegiatan marsirimpak/marsiurupan petani ini di desa Hutajulu bisa melakukan penyewaan tenaga petani. Tenaga petani tersebut dibayar dengan uang oleh penyewa. Satu hari tenaga petani akan di bayar Rp.50.000 yang dimulai bekerja pada jam 08.00-jam 18.00. Baik pada petani laki-laki maupun petani perempuan.

3.5. Pemasaran Kopi, Penentuan Harga. 3.5.1. Pemasaran Kopi

Dalam pemasaran kopi biasanya petani akan memasarkan kopi ke penggumpul desa yang sudah ada di desa ini walaupun petani ada juga yang langsung membawa kopinya ke Onan. Onan merupakan pasar tradisional yang berada di kota Doloksanggul. Onan pada desa

14

Hutajulu ini jatuh pada hari jumat. Dihari jumat inilah petani akan menjual hasil pertaniannya selain kopi.

Para petani selalu mengatakan bahwa tidak perlu jauh-jauh untuk memasarkan hasil pertanian mereka keluar desa atau keluar kota karena penggumpul desa sudah banyak ditemukan di desa setiap harinya, jika ingin melakukan penjualan hasil kopi. Mengenai harga pasaran biji kopi, penggumpul akan menyamakan harga dengan toke kota yang berada di pasar. Menurut penggumpul desa, harga kopi ketika menjual di onan memang lebih mahal dari pada di penggumpul yang berada di desa, tetapi penggumpul tetap menyamakan harga yang ada di onan kepada petani, karena dengan seperti itu para petani akan bersedia menjual kopinya dan petani yang menjual akan menjadi langganan tetap mereka setiap minggunya jika petani melakukan pemetikan kopi.

Dalam hal ini para pengumpul-penggumpul kopi di desa ini biasanya akan terjadi adanya semacam kompetisi untuk mendapatkan biji kopi hasil pertanian para petani. Bahkan tidak jarang para agen memiliki cara-cara tersendiri untuk menarik simpati petani agar para petani mau menjual hasil petanian mereka kepadanya misalnya dengan mengizinkan adanya peminjaman uang kepada para petani. Para petani di desa ini akan meminta pinjaman uang kepada penggumpul walaupun pada saat peminjaman petani tidak menjual kopinya dan penggumpul akan memberikan pinjaman tersebut. Hal ini sering dilakukan penggumpul untuk menjalin hubungan kepada petani sehingga ketika petani menjual kopi pada minggu berikutnya secara otomatis petani akan menjualnya kepada penggumpul yang mereka pinjam uangnya.

Petani yang tidak memiliki utang kepada penggumpul biasanya akan membuat para penggumpul akan selalu berhati-hati dalam hal penetapatan harga kepada petani, apabila petani merasa dirugikan tentang masalah harga, petani bisa saja mencari penggumpul yang lain yang mampu membeli dan menawarkan melebihi harga yang ditawarkan penggumpul

pertama. Selain itu petani dapat menahan hasil pertanian mereka sampai beberapa hari untuk melihat harga yang lebih tinggi lagi. Tidak jarang juga petani selalu mempunyai beberapa penggumpul untuk tempat menjual kopinya walapun mereka sudah mempunyai memiliki ikatan ke penggumpul lainnya. Jika petani bigung ingin menjual kemana karena petani memiliki lebih dari satu penggumpul, petani akan membagi dua hasil kopinya atau petani akan menjual hasil panen kopi kepada penggumpul yang membayar hasil kopinya lebih tinggi.

3.5.2. Penentuan Harga Kopi

Dalam penentuan harga antara penggumpul yang satu dengan yang lainnya saling memiliki ketergantungan. Demikian halnya dalam penentuan komisi ditentukan oleh toke yang bersangkutan sesuai dengan besar kecilnya kopi yang diperoleh oleh penggu mpul. Penggumpul yang membeli kopi dari petani akan kembali menjualnya ke toke kota yang ada di onan di Doloksanggul. Toke yang ada di onan akan kembali menjual ke toke besar yang mungkin datang dari Medan atau dari daerah lain.

Berdasarkan informasi dari informan, pemasaran selanjutnya setelah dari toke yang besar adalah menggirimkannya ke Medan atau ke kota lainnya. Selanjutnya kopi akan diolah misalnya bubuk kopi. Kopi yang dijadikan bubuk bermanfaat bagi masyarakat misalnya sebagai obat penurunan panas, mengobati luka tergores benda tajam, luka bakar, sampai luka koreng yang sudah terinfeksi15. Selain itu kopi ini juga dapat diolah dalam bentuk makanan, minuman, permen dan lain sebagainya.

Harga kopi di Humbang Hasundutan tidak menentu yang artinya bisa turun bisa naik. Harga kopi perliter saat penulis melakukan penelitian adalah Rp.20.000-25.000 dimana pada saat ini kopi tidak panen raya, tetapi pada saat panen raya tiba harga kopi akan naik dari

15

harga biasanya yaitu Rp. 25.000-28.000. Karena ketika panen raya kopi tiba maka harga kopi akan kembali naik.

Foto 21 : Penjualan kopi kepada penggumpul tingkat desa Sumber : Dokumentasi pribadi

Dokumen terkait