Peternakan dan perunggsan adalah mata pencaharian tambahan yang penting bagi para petani di desa Hutajulu. Peternakan misalnya bukan saja dilakukan untuk menambah sumber keuagan suatu rumah tangga tetapi juga membantu, merabuki tanah perladangan dan beberapa tanah yang dipersawahan masyarakat yang dipergunakan untuk menarik baja.
Binatang yang diternakan di desa Hutajulu adalah kerbau, babi, ayam, dan lain sebagainya. Jenis kerbau yang dipelihara petani adalah kerbau yang berwarna keabu-abuan. Ciri khas dari kerbau yang ada di desa Hutajulu itu mempunyai badan besar dan mempunyai ekor yang panjang dan dan mempunyai tanduk.
Untuk memelihara kerbau diperlukan tenaga kerja yang banyak, oleh karenanya banyak pemilik kerbau yang tidak mempunyai anak laki-laki akan menitipkan kerbaunya kepada anak laki-laki kerabatnya yang sudah besar untuk merawatnya. Upahnya adalah dengan cara papahatton, yaitu perjanjian bahwa bila kerbau tersebut setelah dewasa dan dijual, hasilnya akan dibagi dua; separuh untuk pemiliknya dan separuh lagi bagi perawatnya. Dan itu tidak berlaku pada kerbau betina yang dipelihara petani. Jika kerbau tersebut betina dan hendak dipelihara, maka anak pertama untuk pemilik, anak kedua untuk perawat, anak ke tiga untuk pemilik dan anak ke empat untuk perawatnya dan demikian seterusnya.
Memelihara kerbau cukup berat, karena setiap hari perawatannya harus memotong rumput dua kali sehari untuk diberikan ke kerbau sebagai makanannya. Pemotongan rumput dilakukan petani di benteng-benteng persawahan, diladang. Selain pemotongan rumput petani setiap harinya harus membawa kerbau ke sungai-sungai untuk meminumkannya atau memandingkannya tetapi jika petani tidak sempat membawa kerbau tersebut, petani bisa
memberikan minuman yang di bawah dari rumah atau minuman diambil petani dari sungai dengan memakai ember.
Orang yang diserahi memelihara kerbau biasanya adalah anak laki-laki petani yang masih sekolah dasar (SD) dan sekolah menegah pertama (SMP). Anak-anak perempuan biasanya hanya disuruh untuk membawa rumput-rumput yang sudah dipotong anak laki-laki. Tetapi jika di dalam satu rumah tangga petani tidak ada lagi anak laki-lakinya yang sekolah dasar (SD) dan sekolah menegah pertama (SMP) maka anak perempuan keluarga tersebut yang turun tangan untuk mengerjakan pemotongan rumput dan membawanya ke tempat kerbau.
Hal yang berbeda terdapat pada pemeliharaan babi. Pemeliharaan babi lebih banyak dikerjakan oleh para wanita karena pemeliharaan babi ada kaitannya dengan memasak. Makanan babi harus diolah terlebih dahulu dengan cara memasak. Makanan dasar babi yang dipelihara desa Hutajulu adalah umbi-umbian beserta dedauanannya, daun talas, jipang, singkong. Semua jenis tanaman ini akan dimasak petani secara bersamaan. Sebelum dimasak semua bahan-bahan tersebut dipotong kecil-kecil oleh petani dan dimasak hingga sampai matang dan lembut. Ketika makanan tersebut sudah masak maka makanan dimasukkan petani ke ember untuk didinginkan. Setelah dingin makanan tersebut akan dicampurkan kembali dengan dedak bekas penggilingan padi dan sisik-sisik ikan yang sengaja dibeli petani dari pasar (onan).
Babi diberi makan dua kali sehari; yaitu pagi hari dan sore hari. Yang memberikan babi makan ke kandang biasanya adalah anak perempuan atau ibu rumah tangga tetapi ketika petani perempuan tidak dirumah yang mungkin masih bekerja diladang atau ada kegiatannya diluar dan anak perempuan petani pergi ke sekolah maka diganti dengan anak laki-laki atau kepala rumah tangga. Kandang babi di desa Hutajulu terletak di belakang rumah petani yang berjarak 10 meter kurang lebih. Kandang kerbau dengan babi dibuat petani terpisah. Untuk
pemiliharaan babi, petani desa Hutajulu tidak ada membedakannya seperti ; harus lebih banyak memelihara babi jantan daripada babi bertina. Para petani akan memelihara secara bersamaan baik babi betina dan babi jantan. Babi yang dipelihara masyarakat desa Hutajulu adalah babi hitam polos yang ukuran tubuhnya dapat mencapai satu meter, kupingnya kecil, ekornya kira-kira 30 cm.
Binatang seperti babi mempunyai arti ekonomi untuk petani karena ketika babi sudah memiliki berat 100 kg maka petani sudah siap melakukan penjualan untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Babi yang dipelihara petani juga dianggap petani menjadi tabungan misalnya ketika di dalam sebuah keluarga ingin mengadakan sebuah pesta (baik kelahiran, kematian, pernikahan dan pesta lainnya), maka babi yang dipelihara petani ini menjadi daging yang disajikan untuk masayarakat yang menghadiri pesta tersebut. Sehingga dapat memperkecil biaya pengeluaran petani untuk membeli daging.
Tidak semua masyarakat Hutajulu memelihara binatang seperti kerbau dan babi karena memelihara binatang seperti ini tidak keharusan masyarakat desa ini. Petani melakukan peternakan kerbau dan babi sebagian didasari kesenangan saja. hal yang sama juga dikemukakan oleh Op. Rida Bakara (70) mengatakan berupa:
Ahu dang manggula tu hauma alana haumaku ungga diula anakku, jadi ahu holan manggula di ladang nama dohot mamahatton babi di pudinijabunami on. Boasa mamahatton babi ahu, nahubereng dona seang akka gadong dohot ador nadi kopian makana jadi hu tuhor anak ni babi sian onan baru hu patton ma sahat tu sainari.( saya tidak lagi melakukan pertanian di sawah karena sawah saya sudah kuserahkan kepada anak-anaknya saya, saya hanya melakukan pekerjaan di ladang sama memelihara babi di belakang rumah saya, lagian kenapa saya melakukan pemeliharaan babi karena di ladang saya ada banyak umbi-umbian singkong sayang jika dibuang saja gara-gara itu saya membeli anak babi di pasar untuk di pelihara) Unggas yang paling banyak dipelihara di desa Hutajulu adalah ayam kampung. Hampir semua masyarakat Hutajulu memiliki ayam dirumahnya tetapi dengan jumlah yang sedikit. Ayam yang dipelihara petani tersebut juga jarang dijual petani ke pasar (onan) melainkan hanya untuk dimakan saja, sama seperti telurnya ayam tersebut diperuntukkan
untuk dikonsumsi oleh keluarga petani. Ayam kampung yang dipelihara petani biasanya akan diberikan makanan berupa nasi sisa yang tidak dimakan lagi dan jagung jika petani memilikinya dan paling sering diberikan petani untuk ayam adalah beras-beras yang kecil dimana beras tersebut merupakan sisa-sisa pembersihan beras yang dikomsumsi keluarga petani (monis).
Sedangkan binatang peliharaan lainnya adalah anjing. Sebenarnya binatang ini adalah binatang yang berguna bagi keamanan desa terutama rumah masyarakat dan ladang petani karena binatang ini yang menjaga rumah dan ladang majikannya dari ganguan pencuri, baik manusia maupun hama. Anjing juga akan diberikan pemiliknya makan seperti nasi, ikan,daging dan yang lainnya. Anjing akan dimakan masyarakat jika mereka mengginginkanya. Kucing juga bisa ditemukan di desa ini karena ada beberapa masyarakat masih memelihara kuncing sampai sekarang. Alasan masyarakat desa Hutajulu memelihara kucing ialah untuk mencegah tikus datang kerumah masyaraka
5.2. Membuka Warung (Berjualan)
Di desa Hutajulu ada lebih lebih 10 keluarga yang membuka warung tetapi penulis hanya bisa menjelaskan 10 saja misalnya; Keluarga Grace Sinaga, Keluarga Rifael Lumban Gaol, Keluarga Mega Sinaga, Keluarga Parsaulian Sinaga, Keluarga Op Ririn Sinaga, Keluarga Saurmatua lumban gaol, Keluarga Siska Lumban Batu, Keluarga Elhot Situmorang, keluarga Amni Lumban Gaol, keluarga Harjo Lumban Gaol, dan yang lain-lain. Barang yang dijual 10 warung ini ada yang berbeda dan ada juga yang sama. Seperti di warung keluarga Grace Sinaga, warung Parsaulian Sinaga, warung keluarga Saurmatua Lumban Gaol, barang yang dijual hampir sama yaitu minuman, makanan seperti kue-kue buatan pabrik dan kerupuk yang harganya mulai dari Rp.500 sampai Rp.10000. Sabun, deterjen, sapu, ember bedak rokok, permen,tas,sepatu dan yang lainnya. Barang yang dijual diwarung-warung ini
dibeli keluarga tersebut dari pasar (onan) dan diencer kembali oleh pembuka warung kembali di desa. Pemilik warung biasanya menambahkan harga barang tersebut supaya mereka bisa mendapatkan keuntungan sebagai pendapatan tambahan.
Sedangkan warung keluarga Elhot Situmorang, warung Siska Lumban Batu, warung keluaga Rifael Lumban Gaol lebih cenderung menjual sayur-sayuran, tomat, cabai, bawang (merah, putih), jahe, ikan kering, tahu ,tempe, kelapa, dan keluarga ini juga menjual ayam potong dan ditambah lagi kerupuk-kerupuk. Sayur, tomat, cabai yang dijual di warung ini biasanya didapatkan pembuka warung dari petani di desa yang menanam tanaman tersebut dan ditambah lagi dari pasar (onan). Pemilik warung lebih sering membeli barang seperti bawang (merah, putih) kelapa, ayam dan ikan kering dari pasar (onan). Sama seperti diwarung petani yang sudah dijelaskan diatas pemilik warung juga menaikkan harga barang dagangannya dari harga yang mereka beli dari sebelumnya untuk mendapatkan keuntungan.
Sedangkan warung keluarga Mega Sinaga hanya menjual minuman seperti teh manis, minuman kopi dan mie. Warung ini juga hanya buka pada hari sabtu, senin dan minggu, karena menurut keluarga ini bahwa petani sering mengunjungi warung hanya di tiga hari itu saja. Dan hari lainnya para petani lebih banyak menggunakan waktunya untuk bekerja baik diladang, dihutan dan dipersawahaan.
Sedangkan untuk warung keluarga Amni Lumban Gaol biasanya hanya menjual buah-buahan seperti jeruk, salak, tomat. Selain menjual barangnya di desa ini keluarga Amni Lumban Gaol juga menjual buah-buahan jualannya di pasar (onan) pada hari jumat. Barang yang dijual keluarga ini diperoleh dari toke besar yang menjual buah, seperti pedagang dari Berastagi yang sudah memiliki ikatan langganan dengan ibu tersebut. Dan keluarga ini kembali menjual ke petani lainnya dengan menaikkan harga untuk mendapatkan pendapatan.
Membuka warung tidak terlalu mengguntukkan bagi petani. Pada hari-hari biasa keadaan warung sangat sepi. Warung biasanya akan ramai jika ada di desa tersebut ada pesta
itupun jika yang pesta tersebut dekat dengan warung milik petani. Yang lebih sering mengujungi warung adalah laki-laki untuk membeli rokok,dan minum diwarung, ditambah lagi dengan anak-anak kecil yang membeli kerupuk-kerupuk dan makanan lainnya.
Pemilik warung merupakan petani yang masih aktif mengerjakan sawahny, ladangnya dan pertanian lainnya. Sepuluh (10) warung ini akan buka jam 08.00 pagi sampai 10.00 padi dan kembali buka ketika jam 17.00 sore sampai jam 22.00 malam hari. Hal ini selalu terlihat pada semua warung didesa ini kecuali warung milik keluarga Mega Sinaga. Tetapi jika ada keluarga pemilik warung tersebut tidak bekerja diladang, disawah dan dihutan maka mereka yang tidak bekerja yang akan membuka warung tersebut dan menjaga satu hari warung sehingga warung tersebut bisa buka sepanjang hari.
Para pemilik warung mengatakan bahwa mereka sering mengalami kerugian daripada menerima keuntungan dari warung milik mereka karena jarangnya masyarakat membeli ke warung, karena petani sudah membeli keperluan rumah tangga pada hari pekan (jumat) di Dolok sanggul. Sehingga mereka hanya membeli barang ke warung ketika ada barang yang lupa mereka beli di pasar. Dan hal ini dikemukakan oleh Pak Siska Lumban Batu :
Namartiga-tiga on ikon hera namanaon hail do molo sabar iba badapotan iba, molo dang sabar dang dapotan, alana godang saigan niba jala godang do angka jolmaan on langsung belanja sahali godang sian onan, makana dang pola manuhor be sian warung.( ketika kita jualan ibarat kita lagi memancing, jika kita sabar kita bisa mendapatkan, jika tidak kita tidak mendapatkan apa-apa. Lagian banyak para petani ketika belanja langsung semua keperluan rumah tangga di beli dari pasar. Sehingga nanti para petani tidak akan membeli lagi ke warung. Jika mereka membeli mungkin mereka kelupaan membeli dari pasar. Itu aja yang kami harapkan untuk mendapatkan pembeli kepada kami).
5.3. Menjalankan Angkuatan Umum (Angkot)
Mencari nafkah dengan menjalankan angkutan umum sudah lama dijumpai di desa Hutajulu. Usaha ini sudah ada sejak 20 tahun yang lalu. Jumlah angkutan umum didesa ini adalah 7 buah angkutan. Angkutan yang ada di desa Hutajulu sangat mirip dengan angkutan
umum yang ada di kota Medan. Jika angkutan di Medan memiliki nomor, di desa Hutajulu angkutan umumnya tidak ada nomornya.
Para pemilik angkutan umum biasanya berprofesi sebagai petani. Mereka biasanya menjalankan angkutan umum ini ketika anak-anak sekolah menegah atas berangkat ke sekolah. Karena hanya anak sekolah menegah atas yang akan berangkat ke sekolah dengan angkutan. Sekolah menegah pertama dan sekolah dasar sudah ada didesa ini.
Angkutan umum ini akan ramai dipakai petani ketika hari jumat tiba. Yang mana hari jumat adalah hari pekan (onan) di kota Doloksanggul. Angkutan yang tuju ini akan bergiliran mengantar masyarakat ke pasar (onan), jika ingin belanja atau menjual hasil pertaniannya. Semua angkutan ini akan selalu menyamakan harga ongkos ke semua masayarakat. Ongkos ke kota Doloksanggul sekali pergi Rp. 10.000 dan pulang juga dengan harga yang sama. Setiap hari jumat angkutan umum yang dijalankan masyarakat ini bisa mendapatkan Rp. 500.000 tetapi pendapatan tersebut belum dipotong untuk pengeluaran petani yang ketika membawa angkutan selama hari itu juga. Pendapatan dari angkutan umum tersebut akan membayar uang bensin, uang makan/minum dan juga untuk membayar tenaga pembantu/konduktornya yang disewa pemilik untuk mengangkat barang dan belanjaan para petani ke atas angkutan umum.
Selain sumber-sumber pendapatan yang telah diuraikan di atas masyarakat Hutajulu juga mendapatkan tambahan uang dari kiriman-kiriman anak-anaknya di perantauan. Biasanya yang memperoleh kiriman yaitu orang tua yang mana anak-anaknya telah mempunyai penghasilan sendiri di tanah perantauan, penghasilan ini tidak rutin setiap bulannya diterima penduduk. Penghasilan dari anak rantau penduduk akan terasa dibulan January, April Dan Desember.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN