• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Pertanian di Desa Polling Anak-anak

3.1. Sejarah Pertanian di Desa Polling Anak-anak 1. Kondisi Pertanian Pada Awal Berdirinya Kampung

3.2.4. Masa Kopi Robusta Sekarang

Kenaikan harga kopi robusta mengalami krisis moneter yang menyebar hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Meskipun harga kopi sudah naik, tetapi masih belum cukup untuk kebutuhan hidup petani karena disaat harga kopi mulai naik, harga kebutuhan bahan pokok juga sedang naik pula.Seperti yang diungkapkan Ibu N.Gultom percuma saja harga kopi naik kalau semua harga kebutuhan lainnya naik juga.Tidak cukuplah harga jual kopi untuk membeli kebutuhan sehari-hari lainnya, maunya kalau harga sembako naik, harga kopi harusnya naik lebih tinggi lagi.”

Untuk masa sekarang, harga kopi mulai naik kembali. Harga kopi di desa ini pada bulan Januari 2012 sekitar Rp. 20.000 – Rp.22.000, dimana hal ini cukup membuat sebagian petani merasa menyesal karena tidak merawat kopinya. Hal tersebut disampaikan oleh bapak M. Tambun karena melalui perbincangan yang sering ia lakukan bersama petani lain di kedai tuak sehabis pulang kerja. Bapak M. Tambun juga berencana memupuk kopinya agar produksinya bisa lebih banyak lagi.

Distribusi kopi pada masa ini masih tetap sama seperti pada masa sebelumnya, masih menggunakan peran agen dan toke. Agen yang menerima kopi dari petani sebagian juga masih orang yang sama, tetapi Bapak Pantun Panjaitan tidak menjadi agen kopi lagi dan hadir 2 orang agen yang lain yaitu

Bapak Viktor Tambunan dan Ibu Poibe br. Manurung. Untuk harga juga masih tetap agen yang menentukan tetapi berdasarkan harga tampung dari toke, misalnya harga dari toke Rp. 20.000 maka dari petani toke membeli dengan harga Rp.19.000 – Rp. 19.500.

Harga kopi pada saat ini mulai meningkat dan mulai menunjukkan masa depan yang cukup cerah bagi petani yang masih mengelola tanaman kopi robustanya dengan baik. Walaupun belum bisa mengimbangi harga kopi di saat masa keemasan kopi robusta, setidaknya petani sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya apabila memiliki ladang kopi yang sudah berproduksi sebanyak ± 10 rante menurut penuturan bapak E.Tambun33

Keinginan petani untuk merawat tanaman kopi yang sudah sempat ditinggalkan, tampaknya sudah ada pada beberapa petani di desa ini. Dari seluruh petani kopi yang ada di desa ini, beberapa sudah mulai merawat dan mengolah ladang kopinya dengan baik diantaranya; Bapak E. Tambun, Bapak Sirait, Bapak Silalahi dan Bapak J.Sitorus. Hasil dari perawatannya sudah mulai tampak,

sekitar awal tahun 1998. Pada sekitar tahun tersebut, harga kopi menjadi Rp. 13.000,- per kg. Akan tetapi, pada masa itu juga Indonesia

“Asal ada saja ladang kopi kita yang sudah menghasilkan seluas 10 rante, cukup itu saja yang urus sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Buktinya, lihat saya dengan ladang kopi yang saya miliki seluas 10 rante dan 3 rante diantaranya adalah tanaman kopi yang muda sehingga hasilnya jauh lebih baik dari kopi yang sudah tua, dari situ saya bisa menyediakan uang untuk keperluan sehari-hari keluarga minimal Rp.1.000.000 tiap minggunya dan apabila pas lagi panen raya, hasilnya bisa sampai dua kali lipat.”

33

. Merupakan salah seorang petani kopi memiliki 5 orang anak, yang sudah membuktikan bahwa dengan hasil produksi ladang kopi seluas 10 rante, dia tidak perlu mencari pekerjaan sampingan, dia hanya perlu mengurus ladang kopinya dengan baik.

dimana hasil panen kopi mereka mulai meningkat dibandingkan ketika kopi mereka tidak terawat.

Grafik dibawah ini menunjukkan pergerakan harga kopi mulai dari masa awal kopi robusta mulai dikenal hingga masa sekarang:

Grafik 3.1 Harga kopi per kilogram dalam satuan rupiah dari masa awal sampai sekarang.

Grafik 3.2 Harga kopi per kilogram dalam satuan kilogram beras dari periode awal sampai sekarang

Dari grafik 3.1 terlihat bahwa harga kopi tertinggi adalah saat sekarang ini yaitu pada posisi harga Rp.22.000. Menurut warga Desa Polling Anak-anak harga tertinggi adalah pada saat masa keemasan hal ini ditunjukkan dari harga 1 Kg kopi yang sama harganya dengan 20Kg beras pada saat itu yang ditunjukkan dari grafik 3.2. Sehingga dapat disimpulkan bahwah bagi warga Desa Polling Anak-anak penentu harga kopi dilihat dari nilai tukar biji kopi terhadap beras.

keterangan:

0-25.000 = Harga kopi dalam Rupiah( Rp ) Awal : 1 Kg Kopi = Rp. 400 Keemasan : 1 Kg Kopi = Rp. 4.000 Kehancuran : 1 Kg Kopi = Rp. 400 Sekarang : 1 Kg Kopi = Rp.22.000

Keterangan:

0-25 = jumlah dalam kilogram (Kg)

Awal : 1 Kg Kopi = Rp. 400 = 5 Kg Beras Keemasan : 1 Kg Kopi = Rp. 4.000 =20 Kg Beras Kehancuran :1 Kg Kopi = Rp. 400 = 1 Kg Beras Sekarang : 1 Kg Kopi = Rp.22.000 = 4 Kg Beras

Tabel 3.7: Dinamika kejayaan kopi robusta

No Periode/ Masa Distribusi Kondisi Harga Keterangan 1 Masa awal kopi robusta

tahun 1970-an

- belum ada agen. - warga berjalan kaki

ke desa lain untuk menjual kopi.

- harga stabil dan tidak ada pergeseran yang besar.

- harga kopi antara Rp.300-400/Kg

- petani merasa cukup puas - tanaman kopi

terawat

2 Masa keemasan kopi robusta tahun 1985-1986

- sudah ada 3 orang agen pengumpul di desa.

- toke datang membeli kopi dari agen pengumpul di desa.

- harga kopi

meningkat drastis. - harga kopi antara

Rp.2.000-4.000/Kg - petani merasa sangat puas. - tanaman kopi dirawat dengan baik.

3 Masa kehancuran kopi robusta tahun 1987-1988

- masih tetap ada 3 orang agen pengumpul di desa.

- toke datang membeli kopi dari ketiga agen pegumpul.

- harga kopi anjlok - harga kopi di antara Rp.400-800/ Kg - petani shock - tanaman kopi tidak dirawat lagi, bahkan banyak yang ditebang

4 Masa kopi robusta sekarang tahun 2010-1012

- agen pengumpul di desa tingga 2 orang.

- toke tetap datang ke desa membeli kopi dari agen pengumpul.

- harga mulai naik - harga di kisaran Rp. 18.000-22.000/Kg. - petani belum merasa puas. - tanaman kopi mulai dirawat lagi.

3.3. Kegiatan Pertanian Kopi di Desa Polling Anak-anak

Dokumen terkait