• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PETANI KOPI

(Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Poling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

D I S U S U N OLEH:

FIRMAN JANUARI TAMBUNAN 060905048

Departemen Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN

PETANI KOPI

(Variasi Polat Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hokum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 21 Juni 2012

(3)

ABSTRAK

PETANI KOPI, Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi(Firman Januari

Tambunan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 22 daftar pustaka (buku) dan 8 artikel (internet), 12 tabel dan 28 gambar-gambar

penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang variasi pola tanam kopi robusta oleh petani kopi di Desa Polling Anak-anak. Penelitian ini melihat bahwa petani mempertahankan lahan untuk kopi robusta, mengurangi luas lahan kopi robusta dan mengganti sebahagian lahan kopi dengan tanaman lain sehingga tercipta variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak. Selanjutnya tulisan ini juga menelusuri bagaiman sistem pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-ana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif dengan pendekatan kognitif dengan sistem pengklasifikasian (folk taxonomi) secara emic view. Dengan metode tersebut akan dilihat pengetahuan lokal (local knowledge) dari petani dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dengan mengamati segala kegiatan petani di ladang dan bentuk variasi tanam kopi yang terdapat di ladang mereka serta ikut berladang bersama dengan petani kopi. Wawancara yang dilakukan kepada petani kopi robusta khususnya kepada informan kunci mengenai permasahan penelitian. Kemudian peneliti juga menggunakan study literature dalam melengkapi data skunder. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara emic view serta mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah penelitian.

Variasi pola tanam kopi robusta di desa tersebut dibuat petani karena terkandung nilai historis dan nilai ekonomis dari kopi robusta. Sumber- sumber pengetahuan petani dalam membuat variasi pola tanam kopi robusta melalui; informasi dari luar, pengetahuan turun-temurun dan hasil dari coba-coba. Hal ini terlihat dari bentuk pola tanam yang berbeda-beda antara petani terhadap kopi robusta. Dimana bentuk pola tanam secara garis besar dibagi menjadi 2(dua) yaitu; pola tanam kopi robusta tunggal dan pola tanam kopi robusta campur. Pola tanam tunggal dibagi menjadi; tanaman kopi robusta tua dalam satu lahan, kopi robusta tua dengan tanaman pelindung dan tanaman kopi robusta muda dengan tanaman pelindung. Untuk pola tanam campur dapat dibagi lagi menjadi; tanaman kopi robusta dicampur dengan “tanaman tua”, tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman palawija dan tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman holtikultura.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat serta kasih dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ PETANI KOPI” ( Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak, di antaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU dan juga sebegai Dosen yang sangat banyak member ilmu pengetahuan pada saat perkuliahan. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP. sebagai Sekertaris Departemen Antropologi FISIP USU, terima kasih atas didikannya selama ini. Terkhusus buat Ibu Dra. Sri Alem Br. Sembiring, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang selalu memberi masukan, saran, pengetahuan baik formal maupun non-formal sehingga skripsi ini bisa selesai. Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan selain ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.Sri Alem Br. Sembiring, M.Si atas bekal ilmu yang sangat berharga yang Ibu berikan kepada saya, semoga apa yang telah Ibu berikan kepada saya akan mendapat balasan yang jauh lebih besar dari TuhanYang Maha Kuasa. Begitu juga Kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc,Sc selaku dosen pembimbing akademik saya yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada saya. Kepada seluruh Dosen dan staf pegawai di Antropologi FISIP USU, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas didikan dan bantuannya selama saya mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi FISIS USU.

(5)

dan membantu penyelesaian berbagai masalah kehidupan saya, sekali lagi “Thanks Brother, you are the BEST… “

Kepada sahabat-sahabat saya, Rikky E. Syahputra, Wilfrid Syahputra S, Badai Adra, M. Ziad Ananta, Denny N. Silaen, Elmanuala Pasaribu, Oemar Abdillah, Charles Gultom, Daniely Aroz, Hemalea, Heksanta, Desy Zulfiani, Sri Novika, Erika, Helena, Rebecca, dst..

Kepada Kak Anis Amalia (udah manis cantik pula) dan Kak Julika Ika, kalian berdua sudah menjadi sosok kakak bagi saya. Kepada apparaku Herry Sianturi S.Sos, Maja Barus S.Sos, Ronald Gea S.Sos, Eva Manurung S.Sos, Tuti Naibaho S.Sos, dan tulangku Herry Manurung S.Sos dan Sandrak Manurung S.Sosterima kasih banya untuk semuanya. Kepada seseorang yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini, tetapi akhirnya saya tidak bisa menuliskan namamu, saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Tuhan akan membalas semua kebaikanmu. Kepada adik-adik stambuk 2008 yaitu Kak Maria, Helen Luchen, Harni, Dea Anindita, Putri, Vina, Nelson Perdi (yang sangat membantu) dan yang lainnya.

Kepada Kepala Desa Polling Anak-anak yaitu, Bapak M. Tambun beserta keluarga yang menganggap saya seperti keluarga sendiri dan member tempat tinggal bagi saya ketika sedang melakukan penelitian skripsi di Desa Polling Anak-anak. Begitu juga kepada kel. Bapak E. Tambun yang juga mengizinkan saya tinggal dirumah dan menganggap saya sudah seperti keluarga sendiri. Jasa dan kebaikan dari keluarga Bapak M. Tambun dan E. Tambun semoga mendapat balasan yang lebih besar dari Tuhan Yesus. Begitupun kepada seluruh warga Desa Polling Anak-anak yang sudah menganggap saya seperti warga disitu.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Firman Januari Tambunan, lahir pada

tanggal 1 Januari 1987 di Medan, Sumatera Utara.

Beragama Kristen Protestan, anak ke enam dari

enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Marudin

Tambunan dan Ibunda Sannur Panjaitan.

Riwayat Pendidikan formal penulis: SD

Negeri 060915, Medan (1993-1999); SMP Negeri 9, Medan (1999-2002); SMA

Brigjend Katamso, Medan (2002-2005); Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2006-2012).

Riwayat Organisasi: Ketua Inisiasi Antropologi FISIP USU tahun 2008,

Sekertaris INSAN ( Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi ) tahun 2008-2009,

Wakil Ketua INSAN ( Ikatan Dongan SAbutuha Antropologi ) tahun 2009-2010.

Kegiatan Seminar: Panitia Seminar Internasional “Wacana Hubungan

Etnik Budaya Dan Integrasi Antara Malaysia Dan Indonesia” Mei 2010. Panitia

Brainstorming / Curah Pendapat Materi Antropologi di Dalam Mata Pelajaran

Ilmu-ilmu Sosial tahun 2008. Seminar Penerima Beasiswa Sunlife Finace di Biro

Rektor USU tahun 2009.

Kegiatan Penelitian: Fasilitator SIA ( Social Impact Asessment)

Kerjasama LP-USU dengan PTPN III di Kebun Rantau Prapat tahun 2010, Kebun

Sei Dadap tahun 2010, Kebun Hapesong tahun 2010, Kebun Pijor Koling tahun

(7)

Torop 2011. Fasilitator SIA (Social Impact Assesment) Kerjasama LP-USU

dengan PTPN IV di Kebun Gunung Bayu tahun 2011 dan Kebun Adolina tahun

2011.

Asisten Peneliti Pembangunan Transmisi Jaringan PLN Brandan-P. Susu

kerjasama PUSLIT-USU dengan PLN Persero tahun 2011, Asisten Peneliti

pembuatan Dokumen UKL-UPL PT. OTP Geothermal Penyabungan bekerjasama

dengan PUSLIT-USU tahun 2011, Asisten Peneliti pembuat Dokumen UKL-UPL

kegiatan Pengeboran minyak bumi dan gas alam PT. RENCO Company

bekerjasama dengan LPPM-USU tahun 2011, Asisten Lapangan penyusunan

dokumen UKL-UPL kegiatan pengeboran semen di Kec. Marike tahun 2011.

Asisten Lapangan Kegiatan penyusunan AMDAL pembangunan GI PLN

Nagan Raya- Tapak Tuan Kerjasama dengan LP-USU tahun 2011, Asisten

Peneliti kegiatan penyusunan Dokumen AMDAL Pembangunan Jaringan

Transmisi PLN RIAU-JAMBI kerjasama Konsultan Swasta dengan pihak PLN

Persero tahun 2012, Asisten Peneliti penyusunan Dokumen AMDAL PLTA

ASAHAN IV kerjasama dengan LPPM-USU tahun 2012 dan kegiatan penelitian

(8)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya

telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “PETANI KOPI” ( Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima

Pungga-pungga Kabupaten Dairi).

Ketertarikan untuk menulis tentang variasi pola tanam kopi robusta di

Desa Polling Anak-anak karena saya melihat adanya variasi yang terjadi di ladang

petani terhadap kopi robusta. Dimana tanaman kopi robusta yang dulunya

merupakan komuditi utama di desa ini, sekarang luas lahan untuk kopi robusta

hanya tinggal 30% dari luas lahan kopi dulunya. Hal lain yang membuat

ketertarikan penulis adalah dimana warga yang sekaligus petani kopi tetap

mempertahankan tanaman kopi mereka, walaupun luas lahannya berbeda-beda,

ada yang menyisahkan sedikit dan adapula menyisahkan lahan kopinya luas.

Dalam skripsi ini, saya menulis apa yang ada di ladang petani, bagaiman

awal-mulanya variasi pola tanam mulai terjadi dan bagaimana perjalanan variasi

pola tanam tersebut, hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Dalam melihat pola

tanam yang terjadi di desa, saya menggunakan “kaca mata” antropologi untuk

melihat bentuk variasi yang ada dan mengklasifikasikannya kedalam beberapa

(9)

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan tentang pertanian kopi khususnya mengenai variasi pola tanan kopi

robusta dan membuka wawasan pembaca mengenai permasalahan serupa yang

ada di daerah lain.

Akhirnya saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan

kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman saya. Sebagai penulis skripsi

ini, saya dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan maupun

sumbangan pemikiran yang bersifat membangundari berbagai pihak untuk

menyempurnakan skripsi inn.

Medan, 26 Maret 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPANTERIMAKASIH ... iii

RIWAYATHIDUP ... v

KATAPENGANTAR ... vii

DAFTARISI ... ix

DAFTARTABEL ... xiii

DAFTARGAMBAR ... xiv

BABIPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Lokasi Penelitian ... 9

1.6 Tinjauan Pustaka ... 9

1.7 Metode Penelitian ... 15

1.7.1 Observasi ... 15

1.7.2 Wawancara ... 17

1.7.3 Studi Literatur ... 19

1.7.4 Membangun Raport ... 19

1.8 Analisis Data ... 24

BAB II GAMBARAN UMUM DESA POLLING ANAK-ANAK ... 26

2.1 Identifikasi Desa ... 26

2.1.1 Lokasi dan Cara Mencapai Desa Polling Anak-anak ... 26

(11)

2.1.3 Keadaan Penduduk Desa Polling Anak-anak ... 34

2.2 Pola Pemukiman Desa Polling Anak-anak ... 36

2.3 Sampah dan Drainase ... 38

2.4 Sarana dan Prasarana Desa Polling Anak-anak ... 39

2.5 Tata Ruang Pertanian dan Hutan DEsa Polling Anak-anak ... 41

2.5.1 Pertanian ... 41

2.5.2 Hutan ... 42

2.6 Kelembagaan Desa Polling Anak-anak ... 43

2.7 Kegiatan Sosial dan Agama Masyarakat Desa Polling Anak-anak ... 44

2.7.1 Kegiatan Sosial ... 44

2.7.2 Kegiatan Agama ... 45

2.8 Sumber Daya Alam Desa Poling Anak-anak ... 46

BAB III KEGIATAN PERTANIAN DI DESA POLLING ANAK-ANAK.… 48 3.1 Sejarah Pertanian di Desa Polling Anak-anak ... 48

3.1.1 Periodesasi pertanian sebelum tahun 1940-an ... 48

3.1.2 Periodesasi Pertanian Tahun 1940-an ... 51

3.1.3 Periodesasi Pertanian Tahun 1970-an ... 54

3.1.4 Periodesasi Pertanian Tahun 90-an ... 57

3.1.5 Periodesasi Pertanian Tahun 2000-an ... 59

3.3 Dinamika Kejayaan Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak ... 62

3.2.1 Masa Awal Harga Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak ... 62

3.2.2 Masa Keemasan Kopi Robusta ... 63

(12)

3.2.4 Masa Kopi Robusta Saat ini ... 66

3.2 S istem Pertanian Kopi di Desa Polling Anak-anak ... 72

3.3.1 T ahap Persiapan Bibit ... 72

3.3.2 Tahap Persiapan Lahan ... 73

3.3.3 T ahap Perawatan ... 74

3.3.4 T ahap Pemanenan ... 80

BAB IV VARIASI POLA TANAM KOPI ROBUSTA DAN NILAI KOPI ROBUSTA MENURUT WARGA DESA POLLING ANAK-ANAK ... 84

4.1 Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Tunggal ... 85

4.1.1 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dalam Satu Lahan ... 85

4.1.2 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dengan Tanaman Pelindung ... 88

4.1.3 Pola Tanam Kopi Robusta Muda dengan tanaman pelindung ... 91

4.2 Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Campur ... 94

4.2.1 Pola Tanam Kopi robusta dengan Tanaman Tua ( Durian, Coklat, Salak, Manggis, Jengkol ) ... 94

4.2.2 Pola Tanam Kopi Robusta dengan Tanaman Palawija ... 99

4.2.3 Pola Tanam kopi Robusta dengan Holtikultura ... 101

4.3 Nilai Kopi Robusta Bagi Warga Desa Polling Anak-anak ... 104

4.3.1 Dalan Hangoluan ... 104

4.3.2 Gabe Mambahen Mamora ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

5.1 Kesimpulan ... 110

(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN:

 Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Desa Polling Anak-anak  Daftar Hadir Kegiatan FGD (Fokus Group Discus)

(14)

DAFTAR TABEL dan GRAFIK

Tabel 2.1 Pergeseran penduduk dari Pak-pak ke Toba di Desa Polling

Anak-anak ... 34

Tabel 3.1 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada pada awal tahun 1940-an ... 50

Tabel 3.2 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1940-1969 54 Tabel 3.3 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1977-1989 57 Tabel 3.4 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1990-1999 ... 59

Tabel 3.5 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 2000-2011 ... 60

Tabel 3.6 Kegiatan pertanian di Desa Polling Anak-anak ... 61

Tabel 3.7 Dinamika kejayaan kopi robusta ... 71

Tabel 3.8 Kegiatan pertanian kopi di Desa Polling Anak-anak ... 83

Tabel 4.1 Variasi pola tanam kopi di Desa Polling Anak-anak ... 103

Grafik 3.1 Harga kopi per kilogram dalam satuan rupiah dari masa awal sampai sekarang ... 70

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foto transek/ gambaran keadaan Desa Polling Anak-anak ... 37

Gambar 2.2 Foto pemukiman di Dusun I ... 38

Gambar 2.3 Foto pemukiman di Dusun II ... 38

Gambar 2.4 Foto pemukiman di Dusun III ... 38

Gambar 2.5 Foto bentuk hutan yang ada di Desa Polling Anak-anak ... 42

Gamabr 2.6 Diagram Venn( hubungan kelembagaan yang ada di Desa Polling Anak-anak) ... 43

Gambar 2.7 Foto kalender musim pertanian yang ada di Desa Polling Anak-anak ... 46

Gambar 2.8 Foto potensi Desa Polling Anak-anak, dilihat dari segi pertanian, peternakan maupun mata pencaharian ... 47

Gambar 3.1 Foto pohon durian milik Bapak K. Panjaitan yang berumur ±80 tahun ... 52

Gambar 3.2 Foto pohon kopi milik Bapak M. Tambun yang berumur ±80 tahun ... 52

Gambar 3.3 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk akar ... 78

Gambar 3.4 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk batang ... 78

Gambar 3.5 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk ranting ... 79

Gambar 3.6 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk ranting ... 79

Gambar 3.7 Foto daun kopi yang terkena penyakit busuk daun ... 80

Gambar 3.8 Foto daun kopi yang terkena penyakit busuk daun ... 80

Gambar 3.9 Foto kopi yang sudah siap panen ... 81

Gambar 4.1 Foto tanaman kopi robusta tua dalam satu areal ... 88

Gambar 4.2 Foto tanaman kopi robusta tua yang dilindungi dadap ... 90

Gambar 4.3 Foto tanaman kopi muda yang dilindunggi dadap ... 93

Gambar 4.4 Pola tanam campur kopi milik Bapak K. Panjaitan ... 97

(16)

Gambar 4.6 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan pinang, manggis

dan coklat ... 99

Gambar 4.7 Pola tanam tanam campur kopi dan jagung milik Bapak M. Tambun ... 100

Gambar 4.8 Foto pola tanam campur kopi robusta dan jagung ... 101

Gambar 4.9 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan ubi kayu ... 101

Gambar 4.10 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan pisang ... 102

(17)

ABSTRAK

PETANI KOPI, Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi(Firman Januari

Tambunan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 22 daftar pustaka (buku) dan 8 artikel (internet), 12 tabel dan 28 gambar-gambar

penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang variasi pola tanam kopi robusta oleh petani kopi di Desa Polling Anak-anak. Penelitian ini melihat bahwa petani mempertahankan lahan untuk kopi robusta, mengurangi luas lahan kopi robusta dan mengganti sebahagian lahan kopi dengan tanaman lain sehingga tercipta variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak. Selanjutnya tulisan ini juga menelusuri bagaiman sistem pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-ana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif dengan pendekatan kognitif dengan sistem pengklasifikasian (folk taxonomi) secara emic view. Dengan metode tersebut akan dilihat pengetahuan lokal (local knowledge) dari petani dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dengan mengamati segala kegiatan petani di ladang dan bentuk variasi tanam kopi yang terdapat di ladang mereka serta ikut berladang bersama dengan petani kopi. Wawancara yang dilakukan kepada petani kopi robusta khususnya kepada informan kunci mengenai permasahan penelitian. Kemudian peneliti juga menggunakan study literature dalam melengkapi data skunder. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara emic view serta mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah penelitian.

Variasi pola tanam kopi robusta di desa tersebut dibuat petani karena terkandung nilai historis dan nilai ekonomis dari kopi robusta. Sumber- sumber pengetahuan petani dalam membuat variasi pola tanam kopi robusta melalui; informasi dari luar, pengetahuan turun-temurun dan hasil dari coba-coba. Hal ini terlihat dari bentuk pola tanam yang berbeda-beda antara petani terhadap kopi robusta. Dimana bentuk pola tanam secara garis besar dibagi menjadi 2(dua) yaitu; pola tanam kopi robusta tunggal dan pola tanam kopi robusta campur. Pola tanam tunggal dibagi menjadi; tanaman kopi robusta tua dalam satu lahan, kopi robusta tua dengan tanaman pelindung dan tanaman kopi robusta muda dengan tanaman pelindung. Untuk pola tanam campur dapat dibagi lagi menjadi; tanaman kopi robusta dicampur dengan “tanaman tua”, tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman palawija dan tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman holtikultura.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kopi adalah sejenis

dari biji1.Berdasarkan hasil dari bl

dari benua Afrika.Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi

pada waktu itu masih dalam taraf percobaan. Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat

perhatian sepenuhnya pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat

berkembang dan berproduksi baik dan jenis tanaman kopi yang dibawa adalah

kopi arabika2

Merurut wordpress, kopi ada 4 jenis, yaitu kopi arabika (Coffea arabica), kopi robusta (Coffea canephora), kopi liberika (Coffea liberica) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei) hanya saja di Indonesia yang dikenal hanya dua jenis saja yaitu jenis arabika dan robusta

.

3

Di wilayah Sumatera masuknya tanaman kopi di daerah pegunungan

sekitar Aceh Tenggara dan Sidikalang .

4

1

lalu menyebar ke beberapa daerah lain di

wilayah Sumatera jenis tanaman kopi. Hasil produksi kopi Belanda yang ada di

(19)

Indonesiadapat disalurkan ke negara-negara Eropa yang merupakan konsumen

terbesar kopi5

Seperti kebanyakan wilayah di Sumatera,kopi arabika sudah banyak

ditanam di sidikalang.Hal ini dapat dilihat dari kopi robusta sudah mulai banyak

ditinggalkan oleh banyak masyarakat dan menggantinya dengan tanaman kopi

ateng

.

Menanam kopi, menjadi pilihan banyak masyarakat di Indonesia,

khususnya untuk jenis kopi arabika. Kopi arabika jenis ateng menjadi pilihan

banyak petani karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan kopi-kopi lain

yaitu proses penanaman hingga panennya hanya membutuhkan waktu ± 2tahun.

Daerah-daerah yang menjadi penghasil kopi arabika antara lain; Sumatera Utara,

Aceh, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur dan lain sebagainya. Indonesia

menjadi produsen ke-empat terbesar di dunia untuk penghasil kopi saat ini.

6

Kabupaten Dairi (khususnya Sidikalang) dahulunya sangat terkenal

sebagai penghasil kopi yang berkualitas.Kopi Sidikalang adalah olahan dari kopi

robusta yang sampai saat ini masih diproduksi penduduk di Kabupaten Dairi,

walaupun hanya tinggal sebagian kecil saja.Oleh sebabitu, kopi Sidikalang tidak .Umumnya untuk tanaman kopi robusta yang dikelola petani kopi adalah

tanaman kopi yang sudah cukup tua (usia tanaman kopi robusta > 10 tahun). Akan

tetapi, ada juga disebagian daerah yang memilih mempertahankan tanaman kopi

robusta daripada menebangnya dan menggantinya dengan tanaman kopi ateng

maupuntanaman lain.

5

(20)

termasuk sebagai salah satu dari tujuh kopi terbaik Indonesia saat ini. Ketujuh

kopi terbaik saat iniyaitu ; Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon

Aceh Tengah, Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara, Java Coffee

dari dataran tinggi Ijen Jawa Timur, Toraja/Kalosi Coffee dari dataran tinggi Tana

Toraja Sulawesi Selatan, Bali Coffee dari dataran tinggi Kintamani Bali, Flores

Coffee dari dataran tinggi Manggarai Nusa Tenggara Timur, dan Balliem

Highland Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.7

Desa Polling Anak-anak, KecamatanSilima Pungga-pungga, Kabupaten

Dairi merupakan salah satu desa penghasil kopi robusta yang terbesar di

Kabupaten Dairi saat ini.Desa ini yang memiliki luas wilayah ±216 ha(Hektar),

±25 hamasih merupakan pertanian kopi robusta serta terdapat ±100 ha tanaman

tumpang sari yang terdiri dari tanaman kopi, coklat, durian, kemiri dan lainnya Saat ini, hanya beberapa desa di beberapa kecamatan Kabupaten Dairi

yang penduduknya masih mengelolah pertanian kopi robusta. Adapun beberapa

desa yang masih mengelolanya antara lain; Desa Parongil Kecamatan Silima

Pungga-pungga, Desa Sinar Pagi Kecamatan Pardomuan, Desa Laumil

Kecamatan Tiga Lingga, Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima

Pungga-pungga dan beberapa desa lainnya.

8

Penduduk Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga,

Kabupaten Dairi mayoritas bermatapencarian sebagai petani.Di desa tersebut

komoditi utama yang dihasilkan adalah; kopi, coklat, durian, kelapa, jagung, .

7

(21)

kemiri dan hasil tanaman palawija lainnya. Warga desa ini pada tahun 1980-an

hampir semua menanam kopi robusta, akan tetapi saat ini terlihat beberapa pola

penanaman kopi robusta yang bervariasi. Beberapa warga tetap mempertahankan

tanaman kopi robusta di lahan pertaniannya, beberapa warga lain mengganti

sebahagian kecil luas lahan kopi robustanya dan beberapa warga lainnya

mengganti relatif lebih luas tanaman kopi robustanya dengan tanaman

lain.Fenomena ini menimbulkan beberapa pertanyaan, seperti; mengapa mereka

tetap menyisakan lahan untuk tanaman kopi robusta walaupun hanya sebagian

kecil dari luas lahan yang mereka punya (<10% luas areal tanah masing-masing

warga), apakah tanaman kopi robusta memiliki nilai khusus bagi mereka, atau

karenakopi robusta memiliki nilai historis dalam sejarah kehidupan warga di desa

ini, apa alasan mereka mempertahankan tanaman kopi robusta dan apa pula alasan

mereka mengganti tanaman kopi robusta dengan tanaman lain ?

Keragaman pola tanam dalam satu lahan pertanian telah menjadi

ketertarikan tersendiri di dalam penelitian Antropologi.Salah satu studi

Antropologi yang telah meneliti variasi pola tanam yaitu Purwanto (1998:69-82)

yang melakukan penelitian terhadap variasi pola tanam pada pertanian padi

sawah. Purwanto menjelaskan bahwa terjadinya variasi pola tanam dalam satu

areal lahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:- faktor sosial; dimana petani

harus menyeragamkan tanaman padi yang ditanamnya dengan yang ditanam oleh

kebanyakan petani lainnya, -faktor ekologis; dimana petani harus dapat memilih

tanaman padi apa yang cocok untuk kondisi iklim sekarang, misalnya untuk jenis

(22)

padi super membutuhkan jumlah air yang jauh lebih banyak dibandingkan untuk

padi lokal, -faktor situasional

Permasalahan yang muncul pada saat ini menyangkut budidaya tanaman

kopi menarik perhatian banyak pihak.Saat ini permasalahan mengenai kopi sudah

mulai dikaji dengan menggunakan Analisis SWOT

; dimana keadaan petani menjadi penentu ketika

mereka harus menanam padi jenis apa, karena untuk menanam padi jenis super,

petani harus menyediakan pupuk yang cukup banyak agar hasil produksi menjadi

maksimal, sedangkan untuk padi lokal, tidak membutuhkan pupuk dan rasanya

juga lebih enak.

Penelitian diatas dapat menjadi acuan dalam penelitian variasi pola tanam

kopi karena belum ada penelitian khusus mengenai variasi pola tanaman kopi.

Mungkin saja faktor penyebab terjadinya variasi pola tanam pada tanaman padi

sawah belum tentu sama dengan variasi pola tanam pada tanaman kopi.

9

.Dimana hal yang paling

utama dibahas menyangkut meningkatkan produksi kopi di pasar dunia serta

membudidayakan kopi yang berkualitas untuk meningkatkan kesejateraan para

petani kopi.Keempat aspek dalam Analisis SWOT tersebut sangat penting dikaji,

dimana setiap aspek mempunyai potensi dalam meningkatkan produksi kopi,

khususnya di tanah air10

Permasalahan lain yang menarik dalam proses budidadaya kopi yaitu

melihat karakteristik tanaman kopi dan pengaruh iklim terhadap produksi kopi.

Dimana dengan mengetahui karakteristik tanaman kopi tersebut dapat diketahui .

9

(23)

usia tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal, serta dengan perubahan

iklim yang tidak menentu seperti sekarang ini dapat mengakibatkan produksi kopi

jadi terganggu. Untuk itu dibutuhkan upaya dari para petani kopi dalam merawat

dan menjaga agar hasil panen kopi tetap maksimal11

Kedua tulisan di atas menyangkut proses pengelolaan kopi dan bagaimana

kehidupan keluarga petani kopi secara sosial ekonomi. Sehingga penelitian yang

akan dilakukan menjadi menarik karena ada aspek yang lain yang dapat dilihat .

Dari permasalahan yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji

permasalahan-permasalahan di atas. Dimana pola-pola tanam dan alasan-alasan

petani kopi robusta mempertahankan, mengurangi luas tanaman kopi robustanya

dan menggantinya dengan jenis-jenis tanaman lain menjadi fokus kajian ini.

Penelitian tentang kopi sudah cukup banyak dilakukan, seperti dalam

Girsang (2009) membahas tentang kehidupan sosial ekonomi keluarga petani kopi

di Kabupaten Simalungun.Dimana aspek yang dikaji oleh Girsang menyangkut

pola kehidupan petani kopi, sistem sosial petani kopi dan sistem ekonomi

keluarga petani kopi di desa tersebut. Selain itu, Istayah(2001) membahas

mengenai proses pengambilan keputusan untuk tetap mempertahankan

pengelolaan pertanian kopi di Desa Bandar Alam Lama, Kec. Muara Dua Kisam

Kab.DKU Sumatera Selatan.Dimana menurut Istayah, dalam proses pengambilan

keputusan, petani dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu; permintaan pasar dan

subsistensi, cuaca, pengetahuan, waktu, tenaga kerja, bibit dan modal kredit.

11

(24)

pada petani kopi yang ada di Desa Polling Anak-anak yaitu mengapa muncul

keragaman pola bertanam kopi robusta di desa tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini yaitu

:“Mengapa warga Desa Polling Anak-anak membuat pola tanam yang bervariasi

atas tanaman kopi robusta; mempertahankan, mengurangi luas lahan tanaman kopi

robusta dan mengganti sebagian lahan pertanian kopi robusta dengan tanaman

lain, sehingga terjadi variasi pola tanam pada pada lahan pertanian mereka ?”

Untuk menjelaskan masalah utama di atas, peneliti dapat mengacu kepada

beberapa pertanyaanpenelitian yaitu :

1. Bagaimana sejarah pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ?

2. Bagaiman kegiatan pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ?

3. Bagaimana variasi pola tanam kopi robusta yang dilakukan oleh warga

Desa Poling Anak-anak ?

4. Apa alasan warga Desa Polling Anak-anak tetap mempertahankan

tanaman kopi robusta mereka, walaupun luas areal untuk kopi robusta

hanya sedikit ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan tujuan

untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana aktifitas masyarakat para

(25)

sebelumnya hanya menanan kopi robusta menjadi mencampurnya dengan

tanaman lain seperti tanaman coklat, durian dan tanaman palawija oleh para petani

kopi robusta di Desa Polling Anak-anak, Kec. Silima Pungga-pungga, Kabupaten

Dairi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai suatu proses untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah didapat melalui proses perkuliahan selama ini dan

nantinyadapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan

yang berkaitan dengan tulisan ini. Penelitian ini juga diharapkan sebagai referensi

serta pengkaryaan studi di Departemen Antropologi dan juga melatih penulis

untuk membuat karya ilmiah serta sebagai salah satu bahan kajian yang dapat

diperdalam lagi oleh para peneliti lainnya.

Penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi ataupun menambah

wawasan petani kopi lainnya yang berbeda sistem pengelolaan lahan pertaniannya

dengan petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak.Untuk para petani kopi

yang berada di Desa Poling Anak-anak, dengan dilakukannya penelitian ini maka

mereka dapat mengetahui pola tanam yang ada di desa serta mereka bisa saling

bertukar pengetahuan antara petani yang satu dan yang lainnya. Begitu juga

kepada orang lain maupun pihak industri kopi, hasil penelitian ini dapat menjadi

(26)

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima

Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.Alasan pemilih lokasi tersebut karena di desa

tersebut merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani, dan di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mengelola

kopi robusta sebagai sumber mata pencaharian serta melihat adanya keragaman

pola penanaman kopi robusta di Desa Polling Anak-anak.

1.6. Tinjauan Pustaka

Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi

masyarakat Indonesia.Sekalipun di berbagai daerah ekosistem wilayahnya ada

yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian

masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat.Menurut

Supriyati & Hermanto (1995), sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan

Domestik Bruto(PDB) sekitar 21,55% ( Adimihardja, 1999: 4)

Konsep petani dalam masyarakat pedesaan cukup beragam dan bervariasi

tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya.Petani tidak

mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk

pedesaan yang bekerja sebagai petani saja.Artinya, petani adalah orang yang

bercocok tanam (melakukan budidaya) di lahan pertaniannya (Scott,1994).

Masyarakat petani juga tidak terlepas dari kota-kota sekitarnya, mereka saling

berhubungan dan mereka merupakan sampalan dari budaya kota (Kroeber dalam

(27)

Wolf (1983:9) juga mendukung pendapat di atas, bahwa sekalipun

orang-orang pada umumnya sudah sangat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan

mereka akan pangan dan barang, mereka harus menyelenggarakan

hubungan-hubungan sosial dengan sesama mereka. Karena pada umumnya masyarakat tidak

bisa dipisahkan dengan lingkungannya dan hal ini juga sesuai dengan hakikat

manusia sebagai mahluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa ada bantuan dari

orang lain.

Konsep petani yang dimaksud dalam penelitiaan ini yaitu yang sesuai

dengan pendapat scott diatas yaitu petani ialah orang yang bercocok tanam di

lahan pertaniannya. Alasan menggunakan konsep petani tersebut, karena di Desa

Poling Anak-anak mayoritas petani hanya mengolah lahan pertanian milik mereka

sendiri.

Goodenough (dalam Nur Syam, 2007) menjelaskan bahwa dalam meneliti

sebuah masyarakat, peneliti harus melihat aktivitas-aktivitas sosial, kelompok

sosial juga bahasa yang digunakan dalam oleh masyarakat yang diteliti. Untuk

memperoleh semua itu, peneliti harus bisa mengerti bahasa setempat sehingga

dapat berkomunikasi dengan para informan untuk “mengorek” isi kepala mereka

tentang permasalahan yang sedang diteliti, baik itu tentang konsep masyarakat,

pola pikir maupun mitos-mitosnya.

Hal diatas memang sngat penting, khususnya untuk kajian cognitive anthropologyyang menjelaskan bahwa “Kebudayaan bukanlah fenomena material, tidak terdiri atas benda-benda, perilaku dan emosi, melainkan ia lebih merupakan

(28)

bentuk benda-benda dan hal-hal, model-model untuk mempersepsi,

menghubung-hubungkan dan selebihnya menafsirkan” Goodenough (dalam Spradley,1997)

Konsep kebudayaan menurut Spradley (1997:5) yaitu pengetahuan yang

diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan

melahirkan tingkah laku sosial.Kemudian lebihjelasnya lagi Spradley

menjelaskannya dalam Kognitif Antropologi yang menjelaskan bahwa

kebudayaan merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam

memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal serupa yang akan dilihat oleh peneliti

pada petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak mengenai bagaimana

pengetahuan masyarakat tersebut dalam melakukan variasi tanaman dalam satu

areal lahan. Selanjutnya, dengan menggunakan metode pengklasifikasian (folk taxonomy) Spradley akan diklasifikasi jenis-jenis tanaman yang ada dalam satu lahan pertanian pada masyarakat desa tersebut.

Spradley(1997)mendefenisikan kebudayaan “sebagai sistem pengetahuan

yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan

untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun

strategiperilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka12

Lebih lanjut Spredley(1997) menjelaskan bahwa kebudayaan berada dalam

pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya

tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut

menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari

pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat. Tugas seorang Antropolog adalah .

12

(29)

’mengorek’ isi pikiran masyarakat untuk menjelaskan konsep mereka tentang

bertani kopi robusta dengan cara menggunakan metode folk taxonomy. Dimana, peneliti akan melakukan pengklasifikasian terhadap jenis-jenis tanaman yang

bervariasi pada satu areal pertanian. Dengan demikian maka dapat dilihat

gambaran yang terjadi pada masyarakat Desa Polling Anak-anak yang hanya

mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam mengelola lahan pertanian kopi

robustanya. Sehingga dari pengetahuan yang mereka dapat dari sistem pertanian

yang turun-temurun, menyebabkan mereka masih mempertahankan kopi robusta,

walaupunsaat ini penghasilan dari pertanian kopi robusta bukan menjadi

pendapatan utama dari penduduk Desa Polling Anak-anak.

Dengan menggunakan metode klasifikasi (Folk Taksonomi) akan mengklasifikasi pengetahuan masyarakat desa tentang kopi robusta, apa kaitannya

dengan nilai-nilai historis, variasi tanam, alternatif tanaman pengganti dan hal-hal

lainnya yang berkaitan dengan pertanian kopi robusta yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Polling anak-anak.

Masyarakat Desa Polling Anak-anak yang mayoritas adalah petani

mungkin saja mempunyai konsep atau ide tersendiri dalam hal pengelolaan kopi

robusta, yang secara tidak langsung menjadi acuan dalam tindakan mereka untuk

mengelola pertanian, baik kopi robusta maupun tanaman alternatif pengganti kopi

lainnya. Disini peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran apa saja yang

dilakukan masyarakat terhadap pertanian saat ini yang berkaitan dengan

(30)

diladang para petani dan bagaimana masyarakat melakukan variasi pola tanaman

campuran.

Pengetahuan masyarakat tentang pertanian sangat berguna untuk

mempertahankan hasil panen mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Yunita

bahwa pengetahuan lokal (local knowledge) selalu berada didalam proses adaptasi dalam lingkungan dunia yang terus berubah. Perubahan-perubahan ekologi, sosial

dan ekonomi merupakan hal yang wajar, bahkan kini berlangsung dalam dinamika

yang meningkat secara cepat” selanjutnya Yunita menegaskan , maka dibutuhkan

kemampuan para petani untuk dapat beradaptasi sesuai dengan perkembangan

dunia maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar

(Adimihardja,1999:182).

Masalah variasi pola tanam sudah mulai banyak diteliti oleh para

peneliti.Yunita termasuk salah satu yang meneliti variasi pola tanam campur pada

pertanian padi sawah.Selain itu ada juga variasi pola tanam campur pada tanaman

kentang13

“Sembiring .

Selain Yunita, salah seorang peneliti yang meneliti tentang variasi pola

tanam yaitu Sembiring, yang berpendapat: 14

13

Balai Peneliti Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Dalam

(http://www.scribd.com/doc/15249535/Profil-komoditas-kentang) 14

. Seorang Dosen Departemen Antropologi FISIP USU yang melakukan penelitian tentang “Periodesasi Waktu Berdasarkan Pengalaman Petani ; Kajian Antropologi Mengenai Periode

(31)

Masyarakat Desa Poling Anak-anak melakukan pola tanam yang

bervariasi, untuk jenis tanaman kopi robusta.Variasi yang dilakukan berupa

perbedaan luas areal tanam serta variasi campuran tanaman dalam satu areal

kebun.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa alasan yang terdapat pada

masyarakat Desa Poling Anak-anak.alasan dan pandangan masyarakat desa

merupakan hal yang ingin diketahui oleh peneliti.

Sistem pengolahan lahan pertanian kopi dapat dipengaruhi beberapa

hal.Sistem klasifikasi mungkin juga dapat mempengaruhi variasi pola tanam yang

terjadi pada masyarakat Desa Poling Anak-anak. Hal ini juga dikemukakan oleh

Sembiring(2005) bahwa klasifikasi tanaman berdasarkan perawatan tanaman di

Desa Gurusing ada tiga yakni; tingkat kerumitan perawatan, modal perawatan,

keahlian perawatan tanaman. Hal ini bias saja ditemukan dalam permasalahan

yang ada pada masyarakat petani kopi robusta di Desa Poling Anak-anak ataupun

akan ada temuan klasifikasi yang lain yang berbeda dengan temuan di Desa

Gurusinga.

Melalui pengamatan yang terfokus pada rangkaian peristiwa dalam

rentang waktu tertentu dengan perhatian pada hubungan yang saling terkait antar

satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, peneliti berharap dapat menjawab

masalah penelitian dan memahami bagaimana perubahan dalam fenomena yang

(32)

1.7. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif yang sifatnya deskriptif15

15

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempeljari permasalahan-permasalahan dalam masyarakat, situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu

. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan data

kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan

permasalahan yang akan dibahas nantinya. Wawancara yang dilakukan

menggambarkan kondisi kehidupan sosial masyarakat petani kopi yang di

Sidikalang, serta bagaimana proses pengelolaan lahan pertanian oleh petani kopi.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) mendefenisikan

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara holistik atau menyeluruh.

1.7.1. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek secara langsung

maupun tidak langsung. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematis terhadap gejalah-gejalah yang diteliti dan dibantu

dengan alat dokumentasi gambar yaitu kamera. Observasi yang akan dilakukan

adalah observasi partisipasi, dimana peneliti hanya melihat aktivitas para petani

kopi dan tanaman apa saja yang ditanam petani serta variasi yang terjadi pada pola

(33)

Tujuan penggunaan metode observasi ialah untuk melihat wujud konkrit

dari hasil kegiatan masyarakat Desa Poling Anak-anak kususnya dalam hal

mengelola pertanian kopi mereka. Selain itu, tujuan utama observasi yang

digunakan adalah untuk melihat dan mendeskripsikan variasi pola tanaman kopi

oleh masyarakat desa .

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa bentuk variasi pola tanam kopi

robusta di Desa Polling Anak-anak berbeda-beda antara petani.Petani memilih

pola variasi sesuai dengan keutuhan dan kemampuannya dalam mengelola lahan

pertaniannya.Bentuk-bentuk variasi yang ada terlihat jelas di ladang warga,

dimana mereka mencampur beberapa jenis tanaman dalam satu areal

lahan.Misalnya, dalam satu lahan terdapat kopi-coklat-durian, kemudian ada juga

kopi-cabai-durian dan percampuran lainnya.

Nilai kopi juga bisa dilihat dengan melakukan observasi di ladang-ladang

warga, dimana seluruh warga yang ada di Desa Polling Anak-anak masih

menyisahkan tanaman kopi robusta di ladangnya.Walaupun luas lahan untuk kopi

robusta berbeda-beda, ada yang luas dan ada yang sedikit.Dari pengamatan

tersebut dapat dilihat bagaimana peran kopi bagi warga Desa Polling Anak-anak

sehinnga mereka masih tatap mempertahankannya.

Data lain yang dapat diperoleh dengan melakukan observasi ketika

mengamati pola pemukiman dan pola pertanian waga desa. Dari pola pemukiman

kita dapat melihat tata ruang desa, keadaan penduduk dilihat berdasarkan tempat

tinggal, kondisi lingkungan sekitar desa dan tata ruang hutan desa.Untuk pola

(34)

terdapat di desa, baik yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan oleh

warga desa.

Observasi juga penting sekali ketika melihat kegiatan pertanian kopi yang

dilakukan oleh warga Desa Polling Anak-anak yang meliputi tahap penanaman,

perawatan, pemanenan dan pengolahan kopi menjadi biji yang siap untuk dijual.

Selain itu, dengan observasi dapat diketahui kondisi pohon kopi yang terkena

penyakit maupun terserang hama dan bagaiman cara petani menanggulangi/

membasmi hama tersebut.

1.7.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan beberapa

pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu orang orang yang memberikan jawaban

dari pertanyaan yang diajukan (Moleong, 1998: 115). Wawancara yang akan

dilakukan adalah wawancara mendalam (deep interview), dimana pertanyaan akan berfokus kepada pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang

dilakukan secara berulag-ulang untuk menghidari kemungkinan informan

berbohong(Russell,1994). Penelitian ini juga akan menggunakan alat bantu yaitu

voice record dan catatan untuk mencatat hasil wawancara tersebut.

Selama melakukan wawancara nantinya, peneliti harus dapat menciptakan

rapport yang baik antara peneliti dengan informan.Karena dengan adanya rapport

yang baik maka informasi/data yang diberikan oleh informan lebih jelas dan dapat

(35)

timbal-balik dan kedekatan antara informan dengan peneliti sangat dibutukan dalam

melakukan wawancara.

Kegunaan metode ini adalah untuk mendapatkan data ataupun informasi

yang dibutuhkan yang tidak dapat diperoleh dari melakukan observasi. Dalam hal

ini, sesuai dengan masalah penelitian contohnya, ketika peneliti ingin mengetahui

nilai-nilai apa saja yang terdapat pada kopi ataupun tanaman kopi bagi masyarakat

Desa Polling Anak-anak, peneliti dapat menggunakan metode wawancara untuk

mendapatkan data yang lebih dalam dan lebih akurat.

Wawancara ini sangat penting dalam penelitian ini, dimana ketika pada

awalnya peneliti datang ke desa, haruslah memperkenalkan diri dan

menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke desa tersebut sekaligus meminta

izin kepada Kepala Desa.Ketika mewawancari Kepala Desa Polling Anak-anak

yaitu Bapak M. Tambun, ternyata adalah petani kopi rousta.Dari wawancara awal

dengan Bapak M. Tambun, peneliti mendapat banyak data mengenai pertanian

kopi di Desa Polling Anak-anak.Dari wawancara tersebut peneliti menentukan

bahwa Bapak M.Tambun adalah informan pangkal dalam penelitian ini.

Wawancara berlanjut kepada warga-warga lain di Desa Polling Anak-anak

yang merupakan petani kopi robusta juga. Wawancara yang dilakukan peneliti

secara berulang-ulang untuk menghidari adanya kebohongan data yang diberikan

informan serta dengan menggunakan teknik snow ball untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan akurat.

Pada awalnya kendala yang dihadapi peneli pada saat wawancara adalah

(36)

Bahasa Toba yang biasa digunakan warga di Desa Polling Anak-anak.Setelah

tinggal dan berinteraksi dengan warga selama ±2 (dua) bulan, peneliti sudah bisa

berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa toba dengan warga tetapi tidak

begitu lancar.Dengan mengetahui bahasa daerah tersebut, meneliti dapat

mengetahui local knowledge dengan bahasa lokal oleh warga desa. 1.7.3. Studi Literatur

Dalam penelitian ini, peneliti akan membutuhkan banyak literatur yang

berhubungan dengan masalah penelitian yaitu petani kopi, variasi tamaman

campur dan yang lainnya yang sesuai dengan masalah penelitian. Karena

permasalahan yang peneliti ambil merupakan hasil atau upaya oleh masyarakat

petani kopi dari waktu yang lampau sampai sekarang dalam upaya mereka

memenuhi kebutuhan hidup mereka serta hubungan mereka dalam kehidupan

bermasyarakat.

Studi literatur ini dimaksudkan untuk kepentingan teori-teori yang relevan

yang dijadikan landasan berfikir dalam melihat masalah yang akan diteliti, yang

akan diperoleh melalui buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, dan

skripsi yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu data

skunder juga dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian seperti, data

Kecamatan Silima Pungga-pungga dan data potensi Desa Polling Anak-anak.

1.7.4. Membangun Rapport

Rapport (hubungan baik) antara peneliti dengan informan sangat diperlukan ketika kita melakukan penelitian khususnya dengan metode kualitatif.

(37)

“kaya” dan akurat. Karena dengan terjalinnya rapport maka kemungkinan

pemboongan informasi yang diberikan informan kepada peneliti akan lebih kecil.

Hal tersebut juga terjalin ketika peneliti melakukan penelitia di Desa Polling

Anak-anak.

Pada saat melakukan penelitian tentang variasi pola tanam kopi robusta di

Desa Polling Anak-anak, merupakan kali pertama peneliti datang ke Sidikalang.

Awalnya peneliti ingin meneliti kopi robusta di Kota Sidikalang, akan tetapi di

Kota Sidikalang pohon kopi robusta sudah hampir habis, kalaupun ada hanya

sisa-sisa yang dahulu dan hanya beberapa batang saja. Karena warga di Kota

Sidikalang sudah mengganti kopi robusta dengan tanaman lain sejak tahun

1990-an. Sekarang ini justru kopi ateng yang menjadi dominan dikelola warga di Kota

Sidikalang.

Mengetahui hal tersebut, peneliti pergi ke Kantor Camat Sidikalang dan

menanyakan kepada pegawai di kecamatan tersebut dimana daerah yang masih

banyak tanaman kopi robusta. Dari pegawai kantor camat tersebut peneliti

mendapat 3(tiga) pilihan yaitu Kecamatan Sumbul, Kecamatan Lae Parira dan

Kecamatan Silima Pungga-pungga. Akhirnya peneliti memilih untuk pergi ke

Kecamatan Silima Pungga-pungga untuk mencari desa mana yang akan menjadi

lokasi penelitian.

Pertama sampai ke Kantor Camat Silima Pungga-pungga saya langsung

bertemu dengan Bapak Sianturi(Camat Silima Pungga-pungga). Peneliti disambut

dengan ramah dan peneliti segera menyampaikan maksud dan tujuannya datang

(38)

Sianturi memberi tahu desa-desa di Kecamatan Silima Pungga-pungga yang masih

banyak tanaman kopi robusta. Desa-desa yang disebutkan Bapak Sianturi antara

lain; Desa Sirata, Desa Siboras, Desa Bonian dan Desa Polling Anak-anak. Ketika

peneliti sedang berbincang dengan Bapak Sianturi, tiba-tiba Bapak M.

Tambun(Kepala Desa Polling Anak-anak) datang untuk menyerahkan berkas

laporan yang diminta oleh Bapak Sianturi.

Kemudian Bapak Sianturi memperkenalkan saya kepada Bapak M.

Tambun tersebut sekaligus menanyakan sesuatu kepada Bapak M.Tambun

tersebut dengan menggunakan bahasa Toba ate, godang dope kopi di huta muna ?dan selanjutnya mereka berdua berbincang sejenak dan kemudian Bapak Sianturi mengatakan kepada peneliti untuk melakukan penelitian ke Desa Polling

Anak-anak saja, karena kebetulan Kepala Desanya sedang disini. Mendengar hal

tersebut, peneliti segera menyetujui hal tersebut dan kemudian peneliti

melanjutkan berbincang dengan Bapak M. Tambun.

Setelah mendapatkan desa yang akan menjadi lokasi penelitiannya,

peneliti pamit pulang ke Medan kepada Bapak M. Tambun dan Bapak Sianturi.

Peneliti juga menyampaikan bahwa 2(dua) minggu kemudian, peneliti akan

kembali ke Desa Polling Anak-anak untuk melakukan penelitian. Mendengar hal

tersebut, Bapak M. Tambun menyetujui hal tersebut dan sipeneliti pulang ke

Medan sore hari dan sampai di Medan malam hari. Pada pemberitahuan terakhir,

peneliti akan kembali ke Desa Polling Anak-anak 2(dua) minggu kemudian, akan

(39)

datang ke Desa Polling Anak-anak dan mulai melakukan penelitian di desa

tersebut.

Setelah menempuh perjalanan darat selama 6(enam) jam, sampailah

peneliti di Desa Polling Anak-anak.Peneliti segera menuju rumah Bapak M.

Tambun selaku Kepala Desa. Ternyata pada saat peneliti sampai di rumah Bapak

M. Tambun, kondisi Bapak M. Tambun ternyata sedang demam, sehingga dia

tidak pergi ke Kantor Balai Desa maupun ke Kantor Camat. Selanjutnya peneliti

berbincang dengan Bapak M. Tambun sampai sore hari. Kemudian Bapak M.

Tambun bertanya kepada peneliti “jadi rencana mau nginap dimana selama

penelitian?”. Peneliti bigung menjawab apa, dan segera peneliti berkata, “itulah

pak yang saya masih belum tahu”. Mendengar jawaban dari si peneliti tersebut,

Bapak M. Tambun menawarkan untuk tinggal dirumahnya, tetapi tidak ada kamar

yang kosong.Mendengar hal tersebut, penelitipun segera menyetujui tawaran

tersebut dan berkata, “tidak apa-apa pak, saya bisa kok tidur di ruang tamu.”

Penelitian berjalan dari hari kehari selama berbulan-bulan dan si peneliti

memperoleh banyak pengetahuan dan hal-hal baru yang sangat berguna bagi

peneliti.Selain mendapat pengetahuan dan data untuk menyelesaikan penelitian

ini, si peneliti juga mendapatkan pengalaman tentang hidup yang sangat

berharga.Karena, pengalaman ini tidak dapat diperolehnya dalam kuliah di

kampus tetapi disa didapat dari penelitian ini.

Peneliti dianggap seperti saudara bahkan keluarga dekat oleh beberapa

warga di Desa Polling Anak-anak.Hal ini mungkin karena interaksi yang begitu

(40)

M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun, kedua keluarga tersebut sudah

menganggap saya seperti bagian dari keluarga mereka, kerena si peneliti biasa

tinggal dan bermalan kalau tidak dirumah Bapak M. Tambun pasti di rumah

Bapak E. Tambun.

Keluarga Bapak M. Tambun memiliki 2(dua) orang anak, yang sulung

duduk di Kelas I SMP dan yang bungsu duduk di Kelas II SD. Kedua anak

tersebut sangat baik dan mereka menganggap saya sebagai abang kandung

mereka.Hampir tiap malam peneliti mengejari kedua anak tersebut belajar, dan

terkadang kedua anak tersebut menemani si peneliti tidur di ruang tamu. Begitu

juga dengan keluarga Bapak E. Tambun yang memiliki 5(lima) orang anak,

mereka juga menganggap si peneliti seperti abang mereka. Rasa kekeluargaan

yang diberika kedu keluarga tersebut kepada sipeneliti membuat terjalin ikatan

kekeluargaan yang baik antara peneliti dengan informan.

Rapport yang terjalin dengan baik antara peneliti denan informan terlihat jelas dari aktivitas yang dilakukan peneliti ketika mewawancarai

informan-informan.Dimana informan member informasi dan data kepada peneliti sebelum

peneliti menanyakannya.Wawancara yang berlangsung biasanya santai dan tidak

berstruktur, karena topic perbincangan anatara peneliti dan informan tidak hanya

seputar masalah penelitian saja, tetapi bisa sampai ke “curhat”.

Begitu banyak pengalaman dan hal-hal yang menarik yang diperoleh

peneliti selama melakukan penelitian di Desa Polling Anak-anak.Hal tersebut

membuat si peneliti ingin kebali ke Desa Polling Anak-anak suatu saat nanti untuk

(41)

disana. Karena ketika ingin pulang dari Desa Polling Anak-anak si peneliti ingin

memberi sedikit uang(hitung-hitung uang makan selama tinggal di rumah Bapak

M. Tambun dan di rumah Bapak E. Tambun) si peneliti malah dimarahi oleh

kedua keluarga tersebut. Kedua Babaktersebut berkata “banyak rupanya uangmu

?kalau kau berhasil dan sukses, datang saja lagi ke kampung ini, itu sudah lebih

dari cukup buat kami.” Ketika mendengar kata-kata itu, si peneliti begitu terharu

dan merasa sangat bahagia karena sudah mendapat tambahan keluarga baru.

Peneliti berjaji dalam hati untuk kembali ke desa itu dan mengcapkan

terima kasih kepada seluruh warga di Desa Polling Anak-anak, khususnya kepada

keluarga Bapak M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun. Jasa ban kebaikan

mereka kepada peneliti selama di Desa Polling Anak-anak tidak ternilai harganya.

Serta, penelitian ini bisa selesai karna berkat mereka juga.

1.8. Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk mengatur dan mengkategorikan

data-data yang didapat dilapangan (field note). Hasil data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, atau lebih jelasnya lagi

dengan menggunakan metode kognitif yang menganalisis data secara folk taxonomi atau pengklasifikasian.Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang berisi hasil wawancara dan observasi. Setelah proses tersebut, langkah

selanjutnya adalah membuat laporan yang berisikan inti atau rangkuman dari hasil

(42)

Data yang telah dirangkum kemudian dibuat suatu

pengkategorian-pengkategorian data yang telah dikumpul, kemudian dianalisis dengan

menggunakan referensi ataupun teori yang kita gunakan. Pengkategorian ini akan

memudahkan peneliti dalam menganalisa data dan penulisan laporan penelitian.

(43)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Identifkasi Desa

2.1.1 Lokasi dan Cara Mencapai Desa Polling Anak-anak

Desa Polling Anak-anak yang menjadi lokasi penelitian saya merupakan

salah satu dari 16(enam belas) desa yang berada di Kecamatan Silima

Pungga-pungga16. Desa Polling Anak-anak terdiri dari 3(tiga) dusun yaitu; Dusun Polling, Dusun Impres dan Dusun Huta Ginjang. Desa Polling Anak-anak memiliki luas

wilayah ±220 Ha atau 2,2 Km2

Berdasarkan Data Potensi Desa Polling Anak-anak tahun 2009, bentang

wilayah desa ini umumnya berbukit, dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl dan

ketinggian wilayah desa tidak begitu merata di ketiga dusun yang ada. Oleh

karena wilayah yang berbukit, sehingga ada wilayah yang tinggi namun juga ada

yang rendah namun tidak terlalu jauh perbedaan ketinggiannya,serta suhu udara

yang ada di ketiga dusun desa ini sama, yaitu sekitar 28

. Batas desa ini yaitu; Sebelah Utara dengan

Kecamatan Siempat Nempu, Sebelah Selatan dengan Desa Longkotan, Sebelah

Timur dengan Kecamatan Lae Parira, dan Sebelah Barat dengan Kelurahan

Parongil.

0

C,kedalaman tanah jenis

ini berkisar antara 60 hingga 80 meter17

16

. Kecamatan Silima Pungga terdiri dari 16 desa yaitu; Lae Rambong, Lae Ambat, Lae Panginuman, Sumbari, Bakal Gajah, Uruk Belin, Siboras, Bonian, Bongkaras, Tungtung Batu, Longkotan, Parongil, Siratah, Polling Anak-anak, Palipi dan Lae Pangaroan.

17

. Data Potensi Desa Polling Anak-anak 2009

. Jenis tanah yang terdapat di wilayah

(44)

ketiga dusun yang termasuk dalam wilayah desa ini.Menurut warga desa tanah

jenis ini umumnya cocok sebagai lahan pertanian, hal ini terlihat jelas dari sumber

mata pencaharian masyarakat yang mayoritas merupakan petani. Tanah jenis ini

umumnya layak digunakan untuk menanam tanaman pangan seperti jagung dan

padi ladang namun penduduk hanya menanam jagung dan padi ladang dengan

luas lahan yang sangat kecil, karena jenis tanaman yang tetap menjadi pilihan

utama para penduduk desa sampai saat ini adalah tanamantua seperti; durian,

cokelat (kakao), salak, dan kopi robusta.

Kecamatan Silima Pungga-pungga berada di Provinsi Sumatera

Utara.Kecamatan tersebut merupakan salah satu dari 8(delapan) kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Dairi. Kecamatan ini memiliki luas kurang lebih 83,40 km2 dan berada pada ketinggian berkisar antara 700 - 1.100 meter di atas permukaan

laut dan kemiringan lahan daerahnya berkisar antara 0 -25 . Batas wilayah

Kecamatan Silima Pungga-Pungga yaitu; sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Siempat Nempuh, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lae

Parira, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan sebelah

barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Kata “Silima Pungga-pungga” berasal dari Bahasa Pakpak, yaitu “Mpung” yang artinya lima marga. Dulunya yang menempati wilayah Silima

Pungga-pungga ada 5(lima) marga yaitu; Marga Angkat, Marga Saing, Marga Padang,

Marga Saraan dan Marga Sambo. Sejalan dengan perkembangan jaman, dimana

(45)

percampuran etnis dan bahasa (toba) tersebut, maka terjadilah perobahan

penyebutan dari “Silima Mpung-Epung” menjadi “Silima Pungga-pungga” dan

berlaku sampai sekarang18

Jika terlambat untuk menaiki angkutan langsung diatas, dapat

menggunakan alternatif jalur kedua, yaitu dengan menaiki ketiga angkutan diatas

tetapi yang rutenya hanya sampai Sidikalang saja. Kemudian, dari Sidikalang

melanjutkan perjalanan lagi dengan mengunakan angkutan umum nomor 21 yang

stasiunnya berada di pasar sidikkalang(tepatnya lewat galon pertamina yang

berada di jalan Sidikalang-Parongil). Untuk biaya dengan menggunakan jalur

yang kedua ini, dari Medan-Sidikalang ongkosnya Rp.30.000, kemudian dari

Sidikalang ke Desa Polling Anak-anak ongkosnya Rp. 10.000.Angkutan umum .

Cara mencapai Desa Polling anak-anak dapat ditempuh dengan tiga

alternatif cara, yaitu; pertama dengan menggunakan angkutan umum dari medan

langsung menuju Desa Polling Anak-anak dengan menaiki mobil angkutan datra,

Sampri dan PAS. Ketiga stasiun angkutan tersebut berada di jalan padang bulan

(didepan Citra Garden) hanya saja, untuk rute yang langsung tersebut memilii

waktu-waktu tertentu, yaitu pagi antara pukul 08.00-09.00 WIB dan siang antara

pukul 13.00-14.00 WIB. Ketiga mobil angkutan tersebut bentuknya hampir sama

hanya warna yang berbeda, untuk jenis mobi ketiga angkutan tersebut adalah jenis

L-300. Biaya yang keluarkan dari medan menuju Desa Polling Anak-anak yaitu

untuk Datra dan PAS adalah Rp.35.000 sedangkan untuk Sampri Rp.30.000.

18

(46)

dari Sidikalang menuju Desa Polling Anak-anak dalam sehari hanya ada tiga,

tetapi ketika ada pekan di Sidikalang bisa hingga 5 kali sehari.Apabila kita sampai

di Sidikalang dan angkutan umum menuju Desa Polling Anak-anak sudah tidak

ada lagi, dapat menggunakan jasa angkutan becak motor dengan biaya antara

Rp.35.000 – Rp.50.000 tergantung negosiasi harga antara tukang becak motor

dengan penumpang.

Untuk jalur ketiga dapat menggunakan kendaraan pribadi dari medan

menuju Desa Polling Anak-anak dengan rute yang sama dengan angkutan umum

yang menuju Desa Polling Anak-anak. Adapun ketiga rute jalur diatas harus

melalui Medan-Sibolangit-Berastagi-Kaban Jahe- Merek- Sumbul-

Sidikalang-Kecamatan Lae parira-Desa Polling Anak-anak. Jalur yang dapat digunakan untuk

sampai ke Desa Polling Anak-anak hanya menggunakan jalan darat saja, karena

tidak ada alternatif jalur laut maupun jalur udara.Dari Medan menuju Desa Polling

Anak-anak membutuhkan waktu kisaran 5-6 jam, tergantung apakah jalanan

macet atau lancar serta kondisi jalan yang tidak menentu19

2.1.2 Sejarah Desa Polling Anak-anak

.

Sebelum menjadi Desa Polling Anak-anak, sebelum tahun 1940, daerah ini

disebut dengan Pamotongan20

19

Saat ini, ada beberapa titik jalan dari Medan menuju Desa Polling Anak-anak yang rusak dan dapat menghambat jalur trasportai, seperti di Kec. Tiga Panah, Kec, Merek, Kec. Sumbul dan di Kec. Lae Parira.

20

. Pamotongan dalam bahasa indonesia disebut Pemotongan.

dan saat itu daerah ini belum dihuni banyak

penduduk, hanya ada 2 warga Pak-pak yaitu marga Sambo. Ada 2 versi tentang

(47)

nama pamotongan dipakai karena daerah ini dahulu merupakan jalan potong yang menghubungkan Longkotan dan Sirata. Versi lain mengatakan bahwa nama

pamotongan sendiri dipakai karena berdasarkan cerita masyarakat, di wilayah ini dahulu pernah menjadi tempat pembunuhan dan korbannya dipotong-potong dan

dibuang di ke tombak21

Untuk membuang kesan menyeramkan dari wilayah tersebut, maka warga

bersama Camat dan Bupati berinisiatif untuk merubah nama desa ini agar warga

tidak menjadi takut untuk lewat. Maka pada sekitar tahun 1958, nama desa ini

diganti oleh Camat dan Bupati menjadi Desa Huta Ginjang, dan kemudian

diangkat kepala desa pertama yaitu Kostan Panjaitan. Nama Huta Ginjang sendiri yang ada di desa ini. Karena itu nama pamotongandipakai untuk menandai sebagai wilayah yang menyeramkan. Dikarenakan nama yang

seram itu, wilayah ini takut untuk dilewati warga sekitar.

Tanah desa ini awalnya merupakan tanah orang Pak-pak, namun lama

kelamaan suku Batak Toba menguasai seluruh wilayah desa ini dan pada sekitar

tahun 1947, warga Pakpak yang terakhir pindah dari desa ini ke wilayah Sopo

Komil / Longkotan. Warga Batak Toba menguasai seluruh tanah ini sesuai dengan

perumpamaan yang mereka pegang teguh, yaitu siat mamiding, naeng mamolak yang artinya pertama-tama menyesuaikan diri dengan yang sempit tetapi

lama-kelamaan kemudian berusaha memperluas. Satu perumpamaan lain lagi adalah

siat jari-jari, siat botohon yang artinya pertama-tama hanya seukuran jari, tetapi lama kelamaan berusaha mendapatkan seukuran lengan.

21

(48)

dalam bahasa Batak Toba memiliki arti kampung yang tinggi, karena desa ini

merupakan desa yang lebih tinggi dibanding Lae Parira maupun Parongil.

Dengan penggantian nama tersebut, kesan menyeramkan dari wilayah desa

tersebut mulai menghilang dan warga mulai banyak menempati atau tinggal di

desa tersebut dan desa tersebut pun mulai berkembang22

Nama Desa Polling Anak-anak berdasarkan cerita dari Bapak Togar

Sitorus, berasal dari sebuah tanaman semak yang jika tanaman itu tersentuh oleh

anak-anak, maka anak-anak itu akan menderita gatal-gatal. Sedangkan jika

terkena orang dewasa, maka tidak akan apa-apa. Bersama Bapak Togar Sitorus,

peneliti juga mencari kata Polding dalam kamus Bahasa Batak Toba, namun tidak

ditemukan artinya, sehingga warga desa berpendapat bahwa kata tersebut

merupakan bahasa Pak-pak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak

Cibro, nama Polling Anak-anak ini juga berasal dari bahasa Pakpak yaitu

“Polding” yaitu kumpulan. Dulunya desa ini merupakan daerah tujuan pendatang orang-orang dari wilayah Tapanuli. Sehingga nama Polding Anak-anak diartikan

sebagai tempat berkumpulnya anak-anak perantau dari daerah lain. Oleh karena

mayoritas anak perantau dari Tapanuli sehingga nama polding lama . Nama Huta Ginjang

tetap bertahan hingga T. Butar-butar menjadi kepala desa. Saat itu, nama desa

dirubah menjadi Polling Anak-anak karena warga Pak-pak kurang setuju dengan

nama desa sebelumnya, alasannya karena wilayah desa itu merupakan tanah orang

Pak-pak.

22

(49)

kelamaandiubah menjadi Polling dan nama Desa Polling Anak-anak terus

digunakan sampai saat ini23

1. K.K. Panjaitan (sekitar tahun 1958-1963) .

Sejarah jabatan Kepala Desa :

2. T. Butarbutar (mulai sekitar tahun 1963)

3. Bistok Sitorus (masa jabatan 8 tahun)

4. Charles Panjaitan (masa jabatan 5 tahun)

5. Manahan Sinurat (masa jabatan 1 tahun)

6. Marles Tambun (2010-sekarang)

Penduduk awal yang menempati wilayah desa ini adalah Suku Pakpak

bermarga Sambo. Mereka menetap di wilayah ini sejak lama karena wilayah

Kabupaten Dairi sebenarnya merupakan wilayah orang Pakpak. Sekitar tahun

1940-an mulai datang suku Batak Toba dari daerah Kabupaten Tapanuli Utara,

seperti dari wilayah Porsea yang bekerja sebagai pemborong untuk pembangunan

jalan. Orang Batak Toba yang bekerja sebagi pemborong tersebut melihat, bahwa

lahan di daerah ini bisa dikelola, sehingga ketika dia pulang ke Porsea dia

mengajak teman dan keluarganya yang lain untuk merantau ke Desa Polling

Anak-anak ini. Pertambahan penduduk di desa inipun semakin meningkat dan

tidak hanya orang dari daerah Tapanuli saja yang datang ke desa ini, ada juga

23

Gambar

Tabel 2.1: Pergeseran penduduk dari Pak-pak ke Toba di Desa Polling Anak-anak
Gambar 2.1: Foto transek / gambaran keadaan Desa
Gambar 2.2: Foto pemukiman
Gambar 2.5: Foto bentuk hutan yang ada di  Desa Polling Anak-anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki anggota keluarga dengan penderita hipertensi memiliki peran yang tidak baik dalam pemenuhan kebutuhan diet hipertensi.Dengan

Kompos tithonia dergan komposisi K3, K4 dan K5 dapat menyamai bahkan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dibandingkan dengan pemberian pupuk NPk.. Plumula

Bahasa Belanda biasa digunakan didalam dunia pendidikan dan pemerintahan yang dimana sering dipakai unuk percakapan antara kepala sekolah dengan para guru pengajar tetapi

Penelitian ini mengembangkan penelitian terdahulu dengan melakukan perbaruan yaitu penggunaan variabel etika auditor sebagai variabel moderating yang memoderasi

Kegagalan seorang pemimpin pendiri sering kali terjadi pada masa ini, di mana ia tidak berhasil menciptakan para pemimpin penerus, yang mampu memelihara budaya organisasi yang telah

Berdasarkan hasil penelitian identifi- kasi bakteri aerob pada makanan jajanan jagung bakar di pinggiran jalan Ring Road Manado, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah bakteri

tanah. %esi*+ *;e+ dapat ter,adi sebagai ,enis stabil yang larut dalam dasar danau danau dan sumber air yang kekurangan oksigen. /umber besi *;e+ antara lain berasal dan sumber

Untuk membuktikan pengendalian closed loop matrix converter sebagai drive motor induksi 3 fase, simulasi Simulink dilakukan menggunakan software Matlab dengan beban 4