• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Pertanian di Desa Polling Anak-anak

3.1. Sejarah Pertanian di Desa Polling Anak-anak 1. Kondisi Pertanian Pada Awal Berdirinya Kampung

3.1.5. Periodesasi Pertanian Tahun 2000-2011

Pada Periode 2000-2011terdapat satu jenis tanaman baru yang dikembangkan oleh warga desa dan besar pengaruhnya bagi sistem pertanian warga yaitucoklat(kakao).Tanaman coklatini banyak diminati petani di Desa Polling Anak-anak dan berkembang mulai tahun 2006.Beberapa warga menebang pohon kopi robusta miliknya untuk diganti menjadi tanaman coklat.Tanaman coklat pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Olopan Sirait di Desa Polling Anak-anak pada tahun 2001.Beliau membeli bibit coklat dari Kota Sidikalang lalu menanamnya di ladang miliknya.

Warga lain melihat tanaman coklat milik Pak Sirait tumbuh baik dan subur, sehingga warga ingin menanam coklat juga. Keinginan warga semakin besar ketika melihat pohon coklat milik Pak Sirait yang baru berumur 2½ tahun sudah mulai berbuah.Beberapa warga mulai membeli bibit coklat ke Sidikalang dan mulai menanamnya di ladang mereka.Ketertarikan warga desa terhadap

tanaman coklat semakin tinggi, hal ini disebabkan pada tahun 2006 adanya Program Penyuluhan Pertanian dari Dinas Pertanian Dairi datang ke Desa Polling Anak-anak dan memberi penyuluhan bagaimana cara bertani coklat dengan baik. Pada kegiatan tersebut warga banyak mendapat pelajaran dan pengetahuan baru mengenai sistem bertani coklat yang baik. Sehingga saat ini coklat menjadi primadona di Desa Polling Anak-anak, hal ini seperti dikatakan Bapak M.Tambun yaitu, 90% dari seluruh KK di Desa Polling Anak-anak ini menanam coklat dengan luas lahan yang berbeda-beda.

Perkembangan tanaman coklat di Desa Polling Anak-anak menyebabkan danpak terhadap tanaman-tanaman lain. Hal ini disebabkan lahan yang sebelumnya ditanam tanaman lain harus diganti dengan tanaman coklat. Jenis tanaman budidaya baru pada periode ini dapat dilihat dari tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5. Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anakpada periode 2000-2011 No Nama lokal(bahasa

pak-pak/toba)

Bahasa

indonesia Bahasa latin

1 Coklat Coklat Thebroma cacao

2 Durian Durian Durio zibethinus

3 Pinang pinang Areca catechu

4 Sibua Padi Oryza sativa

5 Kopi Kopi Robusta Coffea canephora

6 Salak salak Salacca zalacca

7 Kemiri Kemiri

8 Manggis Manggis Garcinia mangostana

9 Duku Duku

10 Gadong Hau Ubi Kayu Manihot esculenta

11 Jagung Jagung Zea mays

12 Cabai Cabai Capsicum annum

13 Kulit Manis Kulit Manis Cinnamomum zaylanicum Sumber: Wawancara dengan warga, November 2011 dan hasil penelususan interne

Kegiatan pertanian di Desa Polling Anak-anak dari periode awal berdirinya kampung ( 1940-an) hingga tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6: Kegiatan Pertanian Di Desa Polling Anak-anak No Periodesasi Kegiatan pertanian Jenis tanaman budidaya Keterangan 1 Periode Awal berdirinya kampung (tahun 1940) - Memanfaatkan hasil

- Belum ada Pada periode ini warga yang ada di kampung ini hanya memanfaatkan hasil hutan yang sudah tersedia sebelumnya. 2 Periode pertanian

tahun 1949-1969

- Menetap dengan cara membuka lahan baru yang awalnya hutan

- Kopi robusta - Durian

Warga mulai membuka hutan dan membuka lahan pertanian dan pemukiman. Tanaman dominan pada periode ini kopi robusta dan durian. 3 Periode pertanian tahun 1970-1989 - Menetap - Konversi - Tanam campur - Kopi robusta - Durian - Nilam - Jagung - padi

Luas hutan semakin berkurang karena dijadikan lahan pertanian. Tanaman dominant pada periode ini kopi robusta, durian, jagung. 4 Periode pertanian tahun 1990-1999 - Menetap - Konversi - Tanam campur - Kopi robusta - Durian - Nilam - Jagung - Salak - Manggis

Tanaman dominan pada periode ini yaitu kopi robusta, durian, jagung, salak. 5 Periode pertanian tahun 2000-2011 - Menetap - Konversi - Tanam campur - Kopi robusta - Durian - Jagung - Salak - Manggis - Coklat

Banyak lahan kopi robusta dikonversi menjadi coklat. Tanaman dominan pada periode ini yaitu kopi robusta, durian, salak, coklat.

3.2. Dinamika Kejayaan Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak 3.2.1. Harga Awal Menuju KejayaanKopi Robusta

Peran kopi robusta pada tahun 1970-an cukup besar bagi warga Desa Polling Anak-anak. Harga kopi robusta meningkat dan semakin dibudidayakan petani di Desa Polling Anak-anak pada tahun 1970-an. Pada saat itu harga kopi masih cukup stabil seperti dikatakan bapak V. Tambunan

“Harga kopi waktu tahun 1970-an kira-kira mulai harga Rp.200/kg. tapi pada saat itu harga 1 kg kopi sudah bisa beli beras 5 Kg. terus lama kelamaan naik dan semakin naik hingga pada tahun 1985-1986 menjadi puncaknya harga kopi disini. Tapi kalau dari awal tahun 1970-an sampai akhir tahun 1970-an harganya naiknya sikit-sikit, paling bisa sampai Rp. 450/Kg, tapi mau juga turun jadi Rp.300/Kg dan naik lagi jadi Rp. 400/ kg, ya begitu-begitulah harga kopi pada tahun1970-an. Ya, kalau untuk kebutuhan sehari-hari dari kopi cukuplah, untungnya ada penghasilan lain dari hasil panen durian.”

Tidak ada lonjakan harga yang cukup drastis pada tahun 1978-1982, hanya saja petani kopi di daerah ini merasa cukup dengan harga kopi pada masa-masa itu karena selain dari kopi mereka juga bisa mendapat hasil dari hasil panen lainnya seperti durian, padi, kacan-kacangan dan hasil panen lainnya. Hal itu terlihat dari haga kopi 1 Kg bisa membeli beras 5 Kg seperti yang dikatakan Bapak V. Tambunan diatas.

Distribusi kopi pada masa ini masih mengharuskan petani membawa biji kopi yang sudah kering ke onan(pekan mingguan) yang ada di Desa Lae Parira (saat ini sudah menjadi Kecamatan Lae Parira) yang berjarak sekitar 15km dan memerlukan waktu ± 2jam berjalan kaki karena belum ada angkutan umum pada saat itu dari Desa Polling Anak-anak menuju Lae Parira. Petani-petani kopi biasanya bersama-sama pergi menuju onan di Lae Parira Sambil manghuti hasil panen mereka berupa; kopi, kemiri,kacang tanah, jagung dan lain sebagainya

yang mereka anggap bisa untuk dijual di onan. Akan tetapi ada juga toke yang sudah datang ke kampung untuk membeli hasil panen mereka pada saat musiman yaitu pada musim durian. Pada musim durian, toke datang dari berbagai daerah, ada yang dari Kota Sidikalang, Kabanjahe dan Medan. Mereka langsung menjemput durian ke kampung ini dan membeli durian langsung kepada petani yang sudah menumpukkan durian-duriannya didepan rumah masing-masing.Petani menjual biji kopi yang dibawanya ke toke di pasar Lae Parira dan sambil membeli kebutuhan keluarga di onan. Harga kopi pada masa ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja atau istilahnya cukup-cukup makan saja. Hal ini seperti dijelaskan Ibu Siagian;

“Biasa kalau pergi maronan(kepajak) di kampung ini ibu-ibunya, jadi kami pergi ke Lae Parira, kami bawa biji kopi yang sudah dijemur dan dikupas ke pasar. Pergi ke onan sambil menghutikopi diatas kepala, misalnya ada kopi kita 20Kg, kita bisa pulang dengan belanjaan untuk seminggu kedepan.Karena disini onan cuma 1 kali seminggu dan masih adalah sisa uang untuk biaya keperluan lainnya dalam seminggu ini. Begitulah dulu kami harus capek untuk menjual kopi biar bisa belanja. Kalau sekarang sudah enak, toke sudah banyak, tiap kampung ada dan ada juga toke dari kota yang datang-datang ke desa untuk membeli hasail panen petani langsung.”

Dokumen terkait