• Tidak ada hasil yang ditemukan

matahari yang ketahui di titik kedua.

Dalam dokumen Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofi (Halaman 194-198)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data intensitas radiasi matahari di Bukit Kototabang periode 2009-2013 disajikan pada Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa bahwa rata-rata intensitas radiasi matahari bulanan

di Bukit Kototabang adalah sebesar 346.4 W/m2. Dimana rata-rata intensitas radiasi

matahari tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan intensitas sebesar 377.0 W/m2 dan

rata-rata intensitas radiasi terendah terjadi pada bulan Desember dengan intensitas sebesar 305.8 W/m2.

Gambar 1. Rata-Rata Intensitas Radiasi Matahari di Bukit Kototabang periode 2009-2013

Energi listrik yang dihasilkan solar panel dengan menggunakan data intensitas radiasi matahari dengan intensitas minimum 100 W/m2 dan maksimum 1000 W/m2 diperlihatkan pada Gambar 2. Jika nilai intensitas radiasi matahari berada di bawah batas minimum maka energi listrik yang dihasilkan adalah nol sedangkan jika intensitas radiasi matahari memiliki nilai di atas batas maksimum maka energi listrik yang dihitung adalah energi listrik yang dihasilkan dengan intensitas radiasi 1000 W/m2.

Dari Gambar 2 terlihat bahwa rata- rata energi listrik bulanan di Bukit Kototabang adalah sebesar 27.48 Watt. Hal ini berarti dengan solar panel seluas satu meter persegi di Bukit Kototabang mampu menghasilkan energi listrik sebesar 27.48 Watt setiap harinya. Sedangkan rata-rata energi listrik tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 30.2 Watt dan terendah terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata intensitas radiasi sebesar 23.7 Watt.

190

Gambar 2. Rata-Rata Energi Listrik di Bukit Kototabang Periode 2009-2013

Energi listrik yang dihasilkan solar panel dipengaruhi oleh intesitas radiasi matahari. Hal ini dapat diketahui dengan menghitung nilai korelasi antara kedua variabel tersebut. Dengan menggunakan deret waktu (time series) dari tahun 2009 sampai tahun 2013 diperoleh nilai korelasi antara rata-rata intensitas radiasi matahari dengan rata-rata energi listrik sebesar 0.95952.

Berdasarkan nilai korelasi tersebut berarti intensitas radiasi matahari dengan energi listrik di Bukit Kototabang memiliki

hubungan korelasi kuat positif yang dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut memiliki kriteria korelasi sangat kuat dan berbanding lurus. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat maka energi listrik yang dihasilkan juga meningkat dan sebaliknya ketika intensitas radiasi matahari menurun maka energi listrik yang dihasilkan juga menurun.

Hubungan kedua variabel tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Rata-Rata Intensitas Radiasi Matahari dan Energi Listrik Periode 2009- 2013

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa energi listrik yang dihasilkan berbanding lurus dengan

intensitas radiasi matahari di Bukit Kototabang. Berarti ketika jumlah intensitas intensitas radiasi matahari tinggi maka

191

tinggi dan sebaliknya ketika intensitas radiasi matahari rendah maka energi listrik yang dihasilkan juga rendah. Hal tersebut terjadi pada semua bulan kecuali pada bulan Oktober (dapat dilihat pada gambar 3)

Pada bulan tersebut intensitas radiasi matahari dan energi listriknya memiliki sifat

yang berkebalikan dimana ketika intensitas radiasi matahari meningkat maka energi

terjadi karena pada bulan Oktober intensitas radiasi yang diterima di Bukit Kototabang lebih banyak kejadian dengan intensitas radiasi matahari di bawah 100 W/m2

sehingga energi listrik yang dihasilkan lebih sedikit.

Pola intensitas radiasi matahari berkaitan dengan pola curah hujan di Staisun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4. Rata-Rata Intesitas Radiasi Matahari Dan Pola Curah Hujan SPAG Bukit Kototabang Tahun 2009-2013

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa intensitas radiasi matahari memiliki pola yang berkebalikan dengan pola curah hujan. Berarti ketika jumlah curah hujan tinggi maka intensitas radiasi matahari di Bukit Kototabang rendah, sedangkan ketika jumlah curah hujan sedikit maka intensitas radiasi matahari di Bukit Kototabang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas radiasi matahari yang diterima permukaan bumi dipengaruhi oleh salah satu unsur cuaca yaitu curah hujan.

Berdasarkan hasil pengolahan dapat diketahui bahwa pemanfaatan energi radiasi matahari di Bukit Kototabang sangat efektif karena hubungan antara energi listrik dan intensitas radiasi matahari yang berkorelasi sangat kuat. Selama periode

tahun 2009 sampai 2013, bulan Mei merupakan bulan yang paling efektif karena menghasikan energi listrik yang sangat tinggi dan bulan Desember merupakan bulan yang kurang efektif karena menghasilkan energi listrik yang paling sedikit. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu unsur cuaca yaitu curah hujan yang dapat mempengaruhi intensitas radiasi matahari dan energi listrik yang dihasilkan di Bukit Kototabang.

4.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di Bukit Kototabang tahun 2009-2013 dapat disimpulkan rata-rata

192

energi listrik bulanan yang dihasilkan di Bukit Kototabang dengan luas solar panel satu meter persegi adalah sebesar 27.48 Watt dengan energi listrik tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 30.2 Watt dan energi listrik terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 23.7 Watt, intensitas radiasi matahari mempengaruhi jumlah energi listrik yang dihasilkan di Bukit Kototabang dimana ketika intensitas radiasi matahari maksimum maka energi listrik yang dihasilkan juga maksimum dan sebaliknya serta pemanfaatan energi matahari di Bukit Kototabang sangat efektif. Bulan Mei merupakan bulan yang paling efektif karena energi listrik yang dihasilkan tinggi sedangkan bulan Desember merupakan bulan yang kurang efektif karena energi listrik yang dihasilkan rendah yang berkaitan dengan curah hujan di Bukit Kototabang.

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, A. 2003. Concept of Modern Physics, Printed at Pashupati Printers pvt, New Delhi, p.62- 66.

Company, Hanwa. 2008. Full Square Monocrystalline Solar Cell.

Akses April 2014,

https://www.q-panels.com/

Jaring News. (2012, Oktober 6). Indonesia

Masih Tergantung pada

Energi Fosil. Diakses April 17,

2014, dari

http://jaringnews.com/.

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistik. Edisi Ketiga. Bandung: Alfabeta.

Sears, Zemansky. 1991. Fisika Untuk Universitas Optik dan Fisika Modern. Binacipta, Jakarta. Septiadi dkk.2009. “Proyeksi Potensi

Energi Surya sebagai Energi Terbarukan (Studi Wilayah

Ambon dan Sekitarnya)”.

Jurnal Meteorologi dan Geofisika.Vol.10 No.1 Juli 2009. BMkG, Jakarta.

Supardi. 2012. Aplikasi Statistik dalam Penelitian.Ufuk Publishing house, Jakarta.

Tjasjono, Bayong. 2007. Meteorologi

Indonesia Volume 1

Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer . BMKG, Jakarta.

Wibawa. Dan Darmawan, Andy.

“Penerapan Sistem Photovoltaik sebagai Suplai

Daya Listrik Beban

Pertamanan” .Jurnal EECCIS Vol.2, No. 1.Juni 2008.

Wibisono,Yusuf.2005. Metode Statistik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

193

PROFIL UNSUR CUACA STASIUN METEOROLOGI

Dalam dokumen Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofi (Halaman 194-198)