• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofi (Halaman 93-98)

87 resulting in losses to farmers in the form of crop failures that food needs and welfare of the

2. TINJAUAN PUSTAKA

Iklim dan Perubahan Iklim

Cuaca adalah keadaan atmosfer dalam waktu yang singkat (1 x 24 jam) serta dalam cakupan wilayah yang relatif kecil. Cuaca yang tercatat secara rutin akan memunculkan seri data cuaca. Sehingga data cuaca dalam jangka waktu yang lama (30 tahun) dan dijadikan sebagai acuan penentuan iklim suatu wilayah yang lebih luas. Iklim adalah gabungan nilai statistik dari banyak data cuaca dengan waktu yang lama. Hal ini akan berakibat pada keseimbangan iklim yang dikarenakan perubahan-perubahan terhadap cuaca,

dimana cuaca adalah penyusun iklim (Tjasyono, 2004).

Perubahan iklim adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu yang panjang. Ini merupakan sistem yang berkesinambungan sejak keberadaan bumi dari masa lampau sampai sekarang.Perubahan iklim tidak hanya dikarenakan ulah manusia, namun juga dikarenakan faktor alamiah. Banyak ilmuan yang berpendapat bahwa gas-gas rumah kaca yang dihasilkan akan memerangkap panas dari matahari yang akhirnya akan menaikkan suhu bumi. Catatan yang lebih rinci tentang fluktuasi iklim masa lalu lebih

dapat diandalkan untuk

mengidentifikasikan penyebab dan mekanisme perubahan variabilitas iklim. Jadi, hanya ketika fluktuasi iklim masa lalu dipahami akan mungkin untuk sepenuhnya mengantisipasi atau meramalkan variasi iklim di masa depan (Downing 1999). Beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengetahui karakter iklim adalah analisis inti es, lingkaran pohon, koral, serbuk sari, dan endapan gua.

Tingkat pemanasan pada temperatur permukaan bumi rata-rata pada 50 tahun terakhir hampir mendekati dua kali lipat dari rata-ratanya pada 100 tahun terakhir. Selama 100 tahun terakhir, temperatur permukaan bumi rata-rata naik sekitar 0.740 C. Jika konsentrasi GRK dominan di atmosfer, karbondioksida, meningkat dua kali lipat dari masa pra- industri, hal ini akan memacu pemanasan rata-rata mencapai 30 C. Akhir tahun 1990an dan awal abad 21 merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya arsip data modern. Lapisan es pada Benua Arktik rata-rata telah berkurang sebanyak 2.7% per dekade.

Kondisi iklim saat ini adalah suhu yang terus naik, pola hujan yang terganggu, angin yang tidak stabil, serta musim yang telah mengalami gangguan terkait perubahan iklim akan menyebabkan kekeringan di pusat petanian, banjir di daerah-daerah yang dulunya kering, implikasi akibat adanya angin topan,

89

gelombang radiasi panas yang meningkat, perubahan yang merugikan dalam siklus hdrologi, kenaikan permukaan laut (http://unfccc.int).

Sistem Pertanian Pranata

Mangsa

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer manusia, sehingga pemenuhan kebutuhan pangan menjadi satu prioritas tertentu. Pangan adalah hasil produk dari kegiatan pertanian. Kondisi ketersediaan pangan sangatlah ditentukan oleh produktivitas sistem pertanian yang dilakukan oleh penduduk. Sistem pertanian yang telah digunakan cukup bervariasi. Orang Jawa memiliki sistem pertanian yang dikaitkan dengan kepercayaan terhadap ketepatan waktu mengolah tanah, bercocok tanam, bahkan hari baik atau jelek untuk kegiatan panen hasil pertanian. Sistem pertanian yang ada pada masyarakat/orang Jawa dikenal dengan istilah pranata mangsa. Sistem pertanian pranata mangsa merupakan salah satu kearifan lokal orang Jawa dalam membaca tanda-tanda alam untuk menentukan perhitungan musim yang akan digunakan dalam mengelola lahan pertanian.

(2012), sistem pertanian pranata mangsa terbagi menjadi empat musim, yaitu musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim hujan (mareng), musim kemarau (ketiga), dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh). Kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat Jawa sangatlah komplek. Pengetahuan masyarakat Jawa terhadap dunia yang bersifat rasional dan irrasional memiliki kompleksitas yang cukup tinggi (Wurianto, 2009). Pemahaman-pemahaman yang mendalam dibutuhkan dalam analisis sistem pertanian pranata mangsa. Dasar penentuan musim didasarkan pada datang dan perginya curah hujan, sehingga faktor curah hujan menjadi faktor utama dalam penentu pranata mangsa.

Pranata mangsa sebagai kalender surya mulai disejajarkan dengan kalender Gregorius (Masehi). Masyarakat dapat mengetahui perpindahan mangsa dengan pedoman pada rasi bintang dan indikator masing-masing mangsa. Kesejajaran periode masing-masing mangsa dengan periode dalam kalender Gregorious tertera dalam tabel 1.

Tabel 1. Kesejajaran Pranata Mangsa dengan Kalender Gregorious Mangsa Periode (hari) Periode Gregorius

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 41 23 24 25 27 43 43 26-27 25 24 23 41 22/6-1/8 2/8-24/8 25/8-17/9 18/9-12/10 13/10-8/11 9/11-22/12 23/12-2/2 3/2-28(29)/2 1/3-25/3 26/3-18/4 19/4-11/5 12/5-21/6

Perpindahan mangsa dengan dasar kedudukan dan kenampakan rasi bintang penunjuk dan indikator masing-masing mangsa. Adapun indikator tersebut tertera dalam Tabel 2.

90

Tabel 2. Indikator Setiap Mangsa di Pranata Mangsa

Mangsa Indikator Tafsir Bintang Penunjuk

1 Sotya murca saka embanan Dedanuan gugur Sapi gumarang

2 Bentala rengka Permukaan tanah

retak Tagih

3 Suta manut ing bapa

Tanaman yang menjalar (ubi) tumbuh dan mengikuti penegaknya (lanjaran) Lumbung

4 Waspa kemembeng jroning kalbu

Sumber air banyak

yang kering Jaran dawuk 5 Pancuran emas sumawur ing

jagad Mulai musim hujan Banyak angrem 6 Rasa mulyo kesucian Pohon buah-buahan

berbuah Gorong mayit 7 Wisa kentar ing maruta Munculnya banyak

penyakit Bima sakti

8 Anjrah jroning kayun

Periode kawin beberapa macam

hewan

Wulanjar ngirim

9 Wedaring wacana mulya Gareng (tonggreget)

berbunyi Wuluh

10 Gendhing minep jroning kalbu Beberapa macam

ternak bunting Waluku

11 Sotya sinarawedi Telur burung menetas dan induknya menyuapi anaknya (ngloloh) Lumbung

12 Tirta sah saking sasana Orang sukar

berkeringat Tagih

Sistem Penginderaan Jauh Satelit

TRMM

Data TRMM adalah data precipitasi (hujan) yang didapat dari satelit meteorologi TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Data dari satelit TRMM mempunyai neberapa sensor yang menyusun kinerjanya, sensor tersebut terdiri dari PR (Precipitation Radar), TMI (TRMM Microwave Imager), dan VIRS (Visible and Infrared Scanner), CERES (Clouds and the Earth’s Radiant Energy System), dan LIS (Lightning Imaging Sensor). Ada beberapa satelit meteorologi selain satelit TRMM, yaitu : Satelit DMSP (Defense Meteorological Satellite Program)

dengan sensor SSM/I (Special Sensor Microwave Imager). Satelit Aqua dengan sensor AMSR-E (Advanced Microwave Scanning Radiometer-Earth Observing System). dan satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dengan sensor AMSU-B (Advanced

Microwave Sounding Unit-B).

Pengembangan satelit TRMM ini merupakan hasil kerjasama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Jepang yang diluncurkan pada tahun 1996.

Satelit TRMM dapat mengolah data dari masing-masing sensor yang similiki menjadi berbagai data cuaca. Data cuaca yang dapat diolah diantaranya intensitas

91

dalam awan. Pengelolaan data-data tersebut akan memberikan peran yang penting dan berguna untuk berbagai kepentingan suatu daerah untuk pengembangan daerahnya. Data yang dihasilkan dari satelit ini dapat dikelola secara time series yang menmungkinkandata dapat diolah untuk prakiraan kondisi cuaca seperti curah hujan. Data hasil perekaman satelit TRMM dapat diolah dari tahun 1997, sedangkan untuk resolusi spasial dari satelit ini 2,2 km (http://trmm.gsfc.nasa.gov).

dapat dilakukan untuk pengembangan sistem pertanian di ndonesia (studi kasus

Kawasan Karangsambung).

Karangsambung yang berada di Kabupaten Kebumen memiliki sistem pertanian yang sudah lama diterapkan. Pengembangan pertanian di Karangsambung maupun di Pulau Jawa menerapkan sistem pranata mangsa untuk pengelolaan lahan pertaniannya. Sistem pranata mangsa ini sudah lama diterapkan dan dikembangkan oleh masyarakat Pulau Jawa semenjak pemerintahan Kerajaan Majapahit.

3.

METODOLOGI

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pranata mangsa sendiri mengenal 12 jenis mangsa/pembagian bulan dalam satu tahun untuk pengelolaan tanaman pertanian. Masing-masing bulan memiliki jumlah hari yang berbeda dan menggunakan pedoman sistem kalender

Jawa. Sistem pranata mangsa ini akan memberikan informasi kepada petani untuk awal masa tanam, masa panen, hama, dan berbagai macam informasi pertanian. Petani memanfaatkan pedoman untuk optimalisasi produksi pertanian dan menghindari terjadi kerugian akibat gagal oanen maupun serangan hama. Namun demikian, Download data curah hujan

Karangsambung (TRMM)

Pengolahan data TRMM Pranata Mangsa

Mengetahui peroide setiap musim

Menganalissi penyimpangan musim dari data TRMM dan

sistem Pranata Mangsa Menentukan awal dan akhir

92

perkembangan perubahan iklim di dunia membuat kondisi cuaca berubah membuat sistem pranata mangsa kurang efektif untuk diterapkan lagi. Hal ini disebabkan prediksi dari sistem ini dapat berubah-ubah baik bisa lebih awal maupun mundur musimnya.

Sistem pranata mangsa yang sudah lama diterapkan di Karangsambung maupun Pulau Jawa dapat dimodifikasi sistemnya. Modifikasi ini digunakan untuk memperbaiki sistem pranata mangsa yang selama ini sudah diterapkan tetapi berubah karena perubahan iklim. Modifikasi ini dilakukan dengan menggunakan satelit TRMM. Pemanfaatan satelit ini dapat memprediksi cuaca yang terjadi di suatu daerah seperti Karangsambung. Pemanfaatan dari satelit TRMM dapat memprediksi awal musim hujan maupun akhir musim hujan yang terjadi Karangsambung. Prakiraan dengan melihat tren awal dan akhir musim dapat dikombinasikan dengan sistem tanam pranata mangsa untuk menentukan jenis

tanaman pertanian yang terbaik untuk ditanam pada kondisi musim tersebut untuk meminimalisir terjadinya kerugian akibat gagal panen dan untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian.

Penelitian ini memanfaatkan data curah hujan harian yang diambil dari data TRMM tahun 2000-2014. Pengolahan data secara time series tersebut digunakan untuk menentukan prakiraan awal dan akhir musim penghujan yang terjadi di Karangsambung. Gambar 1 merupakan grafik yang menunjukkan kondisi nilai curah hujan di Karangsambung dari tahun 2000-2014, sedangkan tabel 1 merupakan hasil pengolahan data TRMM yang menunjukkan awal dan akhir musim hujan di Karangsambung. Hasil pengolahan data TRMM tersebut menunjukkan bahwa akhir musim penghujan di tahun 2015 awal musim hujan. Data TRMM ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pertanian di Karangsambung.

93

Dalam dokumen Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofi (Halaman 93-98)