• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Alur Kerja Program Pemanfaatan Dana APP Keuskupan Agung Semarang

PROGRAM PEMANFAATAN DANA APP DI KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

4.3. Mekanisme Alur Kerja Program Pemanfaatan Dana APP Keuskupan Agung Semarang

Seperti yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, masa Pra-Paskah selain merupakan masa untuk olah kesalehan pribadi juga merupakan masa untuk mengembangkan solidaritas kemanusiaan dengan menghimpun dana dari umat selama masa puasa. Dana yang terkumpul disebut Dana Aksi Puasa Pembangunnan Nasional. Dana Aksi Puasa Pembangunan merupakan wujud keterlibatan umat Katolik dalam membangun dan menegakkan Kerajaan Allah dengan menghayati solidaritas Kristus kepada manusia dengan menderita dan wafat di kayu salib. Dengan kata lain, Aksi Puasa Pembangunan adalah gerakan pengambilalihan dalam penderitaan dan wafat Tuhan Yesus demi kesejahteraan, kedamaian, dan keadilan sosial bagi semua manusia. Dengan Aksi Puasa Pembangunan diharapkan terjadi gerakan pemberdayaan masyarakat yang merupakan wujud dari pelayanan yang mengutamakan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (Pedoman Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang, 2009:17)

Hasil kotak Aksi Puasa Pembangunan yang dilakukan selama masa Pra-Paskah dan Minggu Palma dari paroki-paroki yang terletak di wilayah teritorial Keuskupan Agung Semarang setelah dikurangi 25%6 dari jumlah

6

Jumlah ini akan digunakan untuk Program Pemanfaatan Dana Aksi Puasa Pembangunan yang dikelola di tingkat Paroki.

79

keseluruhan dan biaya pelaksanaan untuk selanjutnya akan dihimpun di Keuskupan Agung Semarang. Bersama dengan keuskupan-keuskupan yang lain, Keuskupan Agung Semarang akan mengirim 15 % ke Panitia Program Pemanfaatan Dana APP Nasional di Jakarta, 10 % untuk Dana Solidaritas Antarkeuskupan Konperensi Wali Gereja, 5% untuk Karitas Indonesia Konperensi Wali Gereja dan 45% untuk pembinaan dan pengembangan karya sosial ekonomi di keuskupan masing-masing. Di Keuskupan Agung Semarang, dari jumlah 45 % tersebut, 25% dikelola oleh empat kepanitian Pemanfaatan Dana APP di tingkat kevikepan dan 20 % sisanya dikelola oleh Panitia Pemanfaatan Dana APP Keuskupan Agung Semarang. Prosentase pembagian kolekte APP di Keuskupan Agung Semarang dapat dilihat dalam diagram 4.1.

Berdasarkan Buku Pedoman Aksi Puasa Pembangun Keuskupan Agung Semarang (2009), Dana APP diharapkan dapat memberikan dukungan baik dalam bidang pelayanan karitatif maupun bidang pelayanan pemberdayaan dan pengembangan ekonomi. Selanjutnya, penerima manfaat yang mengakses dana APP dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. penerima manfaat perorangan yang bersifat karitatif,

2. penerima manfaat perorangan yang bersifat pemberdayaan dan pengembangan sosial ekonomi,

3. penerima manfaat kelompok yang bersifat pemberdayaan dan pengembangan sosial ekonomi,

4. sekolah/yayasan/lembaga pendidikan.

Dana APP diakses oleh penerima manfaat dengan mengirim proposal yang ditujuan kepada Panitia Aksi Puasa Pembangunan. Terkait dengan hal ini, tujuan proposal bisa ke Panitia APP di tingkat Paroki, Panitia APP di tingkat Kevikepan maupun Panitia APP di tingkat Keuskupan.

DIAGRAM 4.1

PEMBAGIAN KOLEKTE DANA APP DI KEUSKUPAN AGUNG AGUNG SEMARANG

Sumber: Dokumen Laporan Pemanfaatan Dana APP di KAS

Proposal yang dikirim disertai dengan lembar rekomendasi. Proposal kegiatan yang diajukan kepada Panitia APP di tingkat Keuskupan oleh umat/masyarakat umum rekomendasinya dibuat oleh Romo Paroki tempat kegiatan tersebut dilangsungkan atau oleh Panitia APP Paroki yang diketahui oleh Romo Paroki. Proposal kegiatan yang diajukan kepada Panitia APP di tingkat Kevikepan oleh umat/masyarakat umum rekomendasinya dibuat oleh Ketua PSE Lingkungan/Panitia APP Paroki/Panitia PSE Paroki/Tim DanPaMis Paroki atau Romo Paroki. Proposal kegiatan yang diajukan kepada Panitia APP baik di tingkat Kevikepan maupun di tingkat keuskupan oleh lembaga/yayasan rekomendasinya dibuat oleh lembaga atau ketua yayasan yang bersangkutan (Dokumen Laporan Pemanfaatan Dana APP).

Pemanfaatan dana APP di bidang pengembangan sosial dan ekonomi di semua tingkat ditangani oleh Tim PSE. Secara nasional ditangani oleh Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Konperehensi Waligereja Indonesia atau disebut sebagai Komisi PSE KWI. Sedangkan pelaksanaannya di setiap keuskupan ditangani oleh Komisi PSE Keuskupan. Komisi PSE di Keuskupan Agung Semarang dalam ketugasannya dibantu oleh Komisi PSE Kevikepan, yaitu Komisi PSE Kevikepan Semarang, Komisi PSE Kevikepan Kedu, Komisi PSE Kevikepan Yogyakarta dan Komisi PSE Kevikepan Surakarta. Untuk kepentingan koordinasi paroki-paroki dalam wilayah tertentu yang menjadi bagian dari suatu kevikepan,

setiap Komisi PSE Kevikepan dipecah lagi menjadi beberapa Tim Kerja PSE Rayon. Penggerak dan penyelenggara karya pastoral bidang PSE di tingkat yang paling dasar terselenggara di paroki-paroki yang disebut Tim Kerja PSE Paroki yang beranggotakan Tim PSE Lingkungan sejumlah lingkungan yang berada dalam wilayah teritorial sebuah paroki.

Ketugasan Tim Kerja PSE Lingkungan sangatlah vital dan penting karena lingkungan merupakan komunitas basis yang mempunyai banyak peluang untuk bertemu dan mengenal satu sama lain. Tim Kerja PSE Lingkungan berperan sebagai motivator dan inspirator yang memfasilitasi dan menciptakan gerakan karya kasih dan solidaritas dalam kerangka penguatan ekonomi dan kesejahteraan bersama. Penerima manfaat Program Pemanfaatan Dana APP dalam kategori pengembangan sosial dan ekonomi di tingkat Paroki merupakan hasil rekomendasi dari TIM PSE Lingkungan. Demikian juga dengan Program Pemanfaatan Dana APP di tingkat Kevikepan, merupakan rekomendasi dari Tim PSE Paroki yang diusulkan dan disetujui oleh Tim PSE Lingkungan.

Terkait dengan hal di atas, maka Tim Kerja PSE Paroki memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan para penggerak di Tim Kerja PSE Lingkungan. Tim Kerja PSE Paroki juga berfungsi sebagai koordinator dalam penyelenggaraan pelatihan-pelatihan dan penyedia fasilitas yang diperlukan untuk pengembangan dinamika sosial ekonomi. Seperti yang telah disinggung di

paragraf sebelumnya, dalam konteks ini, Tim Kerja PSE Paroki juga selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan Komisi PSE Kevikepan terutama dalam hal rekomendasi calon penerima manfaat Program Pemanfaatan Dana APP di tingkat Kevikepan dan pendampingan kepada penerima manfaat Program Pemanfaatan Dana APP di tingkat Kevikepan untuk kategori pemberdayaan masyarakat.

Komisi PSE Kevikepan dalam perannya tidak melayani umat secara langsung tetapi pada porsi memberi inspirasi, motivasi, fasilitas, subsidi dan kesempatan agar terjadi gerakan-gerakan di Paroki. Fungsi sebagai koordinator jaringan antarparoki dalam hal ini lebih dominan. Demikian juga dengan Komisi PSE Keuskupan, Tim Kerja Komisi PSE Keuskupan tidak melayani umat secara langsung. Ketugasannya sama dengan Komisi PSE Kevikepan. Perbedaannya hanya terletak pada keluasan wilayah teritorialnya.

Flow chart mekanisme akses Dana APP oleh penerima manfaat Program

Pemanfaatan Dana APP berbasis paroki dan Struktur Tim Kerja PSE di Keuskupan Agung Semarang dapat dideskripsikan dalam gambar 4.1 dan gambar 4.2 berikut ini.

Sumber: Diolah oleh Bernadetta Rini Susanti dari Berbagai Sumber

GAMBAR 4.2

STUKTUR TIM KERJA PSE KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG

Sumber: Diolah oleh Bernadetta Rini Susanti dari Berbagai Sumber

Dalam Pedoman Pastoral Tim Kerja Paroki (2009:37) disebutkan bahwa tim ini dibentuk untuk menanggapi kebutuhan sosial umat dan masyarakat melalui pelayanan-pelayanan langsung dan usaha-usaha menegakkan keadilan sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan iman kristiani. Pelayanan diarahkan kepada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Prioritas dari pelayanan PSE di Keuskupan Agung Semarang adalah kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Bidang pelayanan PSE secara garis besar dapat dipaparkan sebagai berikut (Pedoman Pastoral Tim Kerja PSE Paroki, 2009:38-54).

1. Pengumatan Spiritualitas PSE

Pengumatan spiritualitas PSE ini juga sering disebut animasi dan konsientisasi. Diharapkan dengan animasi dan konsientisasi tumbuh suatu kehidupan sosial yang menerangi serta menghormati inisiatif dan kegiatan-kegiatan bersama; lahirnya kesadaran dan sikap keterlibatan sosial dalam cinta kasih; tumbuh dan berkembangnya solidaritas antarmanusia; serta semakin bersemangatnya para penggerak dan aktivis sosial ekonomi kemasyarakatan sehingga dinamika dan kreativitas dalam karya pelayanan dan pemberdayaan masyarakat semakin signifikan dan relevan.

2. Pelayanan Karitatif

Pelayanan karitatif merupakan pelayanan karena kasih karena situasi khusus, dimana pertolongan harus segera diberikan. Prioritasnya adalah orang

miskin atau berkesusahan karena bencana alam atau musibah yang membutuhkan bantuan untuk mencukupi kebutuhan pokoknya baik makan, pakaian maupun tempat tinggal. Untuk kepentingan ini ada kewajiban dalam Gereja Katolik untuk menyisihkan sebagian dana kolekte dan persembahan guna membantu umat dan masyarakat miskin. Di Keuskupan Agung Semarang saat ini besarnya prosentase Dana Papa Miskin (Danpamis) adalah 15 % dari kolekte dan persembahan.

3. Pengembangan Masyarakat

Keterlibatan Gereja dalam pembangunan manusia dengan mengupayakan kekuatan untuk mengentaskan kemiskinan. Gereja menyadari akan panggilan ini dan melalui komisi PSE berusaha menemukan cara-cara yang efektif guna melibatkan diri dalam mengentaskan kelompok masyarakat miskin melalui upaya:

a. pengembangan pertanian lestari,

b. pengembangan usaha kooperatif dalam konteks kemandirian melalui lembaga keuangan mikro,

c. pengembangan wirausaha,

d. pengembangan lingkungan hidup menuju keutuhan ciptaan, e. pengembangan ekonomi rumah tangga,

f. pengembangan sosio-budaya masyarakat.

4. Pengembangan Jaringan Kerjasama

Arus Globalisasi yang sudah merambah di seluruh dunia terutama menyangkut relasi sosial ekonomi. Akibat dari arus globalisasi antara lain munculnya berbagai kesenjangan. Salah satu upaya menanggulangi persoalan ini adalah dengan mengembangkan kerja sama dengan banyak pihak yang berkepentingan.

5. Penelitian dan Pengembangan Karya Pastoral PSE

Partisipasi Gereja dalam pembangunan masyarakat yang mandiri ditantang untuk semakin realistis berdasarkan fakta kebutuhan masyarakat. Pengenalan masyarakat atas dasar petunjuk-petunjuk dan faktor-faktor yang tepat sangat membantu perumusan program yang sesuai dengan kondisi hidup masyarakat.

6. Pemantapan Struktur Pelayanan PSE

Struktur pelayanan komisi PSE mulai dari tingkat nasional sampai tingkat umat basis kristiani menunjukkan sikap mengabdi bagi kepentingan masyarakat. Struktur pelayanan PSE harus dipandang sebagai wujud solidaritas kristiani berhadapan dengan keprihatinan sosial ekonomi masyarakat. Tim kerja Komisi PSE di tingkat keuskupan, kevikepan, paroki, stasi, wilayah maupun lingkungan perlu terus menerus membenahi corak dan cara pelayanan sehingga fungsi pelayanan menjadi nyata dan bermanfaat bagi

peningkatan taraf kesejahteraan kelompok/pribadi masyarakat. 7. Hari Pangan Sedunia (HPS)

Kehadiran gerakan HPS dalam hidup menggereja pada saat ini semakin meluas. Gerakan ini juga memperlihatkan pertumbuhan kemampuan untuk membuka diri pada perubahan sosial yang terkait dengan persoalan pangan masyarakat. Pada akhirnya kemurahan hati untuk berbagi semakin memperkuat gerakan HPS sebagai suatu gerakan moral dalam persekutuan gerejawi yang merangkul semua orang yang berkehendak baik.

4.4. Capaian Kinerja Program Pemanfaatana Dana APP di Keuskupan