• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.2. Paradigma Penelitian dan Triangulas

Dalam kerangka menempatkan secara tepat posisinya di dalam penelitian, peneliti yang menggunakan sebuah metode penelitian tertentu harus mengetahui dan memahami paradigma yang memayungi metode yang diterapkannya tersebut. Pemahaman terhadap posisinya tersebut, akan membantu peneliti dalam

menempatkan penelitian dan pemikiran-pemikirannya pada posisi yang tepat dan memiliki alasan-alasan atas setiap pertanyaan yang berkaitan dengan posisinya tersebut. Bagian ini adalah kajian tentang paradigma penelitian yang menaungi atau menjadi landasan pemikiran tesis ini.

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba dan Lincoln, 1988: 80- 115). Mengacu pada definisi paradigma tersebut, dapat kita ketahui bahwa paradigma ilmu itu beragam, ini didasarkan pada pandangan dan pemikiran filsafat ilmuwan yang berbeda-beda. Dimana, masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang tersendiri mengenai hakikat sesuatu serta mempunyai ukuran-ukuran tertentu tentang kebenaran. Perbedaan aliran filsafat yang dijadikan pijakan berpikir oleh para ilmuwan , berakibat pada perbedaan paradigma yang dianut, baik menyangkut tentang hakikat apa yang harus dipelajari, obyek yang diamati maupun metode penelitian yang digunakan.

Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan skema konseptual penelitian, melainkan juga pada pendekatan yang melandasi semua proses dan kegiatan penelitian (Creswell, 2009: 7-28). Dalam praktek penelitian ilmiah, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk menjawab permasalahan penelitian yang timbul sebagai suatu fenomena yang harus dicari jawabannya, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Pendekatan kuantitatif sering dinamakan pendekatan tradisional, positivistik, scientific dan pendekatan konfirmatif. Selanjutnya pendekatan kualitatif sering dinamakan sebagai pendekatan baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research (Sugiono. 2014: 35).

Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu bersifat tunggal -hanya meneliti fenomena yang teramati saja-, dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk pengumpulan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi sampel tersebut diambil (Sugiono. 2014: 36).

Filsafat postpositivesme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik -meneliti fenomena yang teramati dan perasaan-, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah . Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri (Sugiono. 2014: 37). Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan tiga cara: (1) wawancara mendalam, wawancara dengan format pertanyaan terbuka; (2) observasi langsung; dan (3) pemanfaatan dokumen tertulis, termasuk sumber-sumber tertulis dari hasil wawancara terbuka pada kuesioner, buku harian seseorang dan catatan program (Patton, 1991: 1). Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability (Sugiono. 2014: 38) .

Menurut Newman dan Benz, kedua paradigma tadi tidak harus diposisikan sebagai antitesis atau dikotomi yang saling bertentangan; keduanya hanya merepresentasikan hasil akhir yang berbeda, namun tetap dalam satu continuum (dalam Creswell, 2009: 3). Keduanya bisa digunakan bersamaan untuk meningkatkan kualitas penelitian dan meminimalkan bias-bias yang muncul dalam suatu pendekatan penelitian (Creswell, 2009: 22). Melalui kajian kritis dan pengalaman praktik-praktik penggunaan berbagai pendekatan penelitian lapangan, ternyata kedua pendekatan penelitian tersebut dapat dikombinasikan atau digabungkan. Pendekatan penelitian kombinasi akan berguna bila pendekatan kuantitatif atau pendekatan kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian atau dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi akan dapat memperoleh pemahaman yang paling baik apabila dibandingkan dengan pemakaian pendekatan tunggal (Creswell, 2009: 17-28).

Penerapkan kombinasi dua pendekatan sekaligus dalam satu proyek penelitian dikenal sebagai pendekatan kombinasi. Pendekatan kombinasi merupakan sebuah pendekatan penelitian, dimana peneliti mengumpulkan dan menganalisis data, mengintegrasikan temuan, dan menarik kesimpulan secara secara inferensial dengan menggunakan dua pendekatan atau metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu studi (Sugiono. 2014: 42). Saat ini dikenal istilah-istilah lain yang berbeda tetapi mengacu pada pendekatan kombinasi ini, seperti integrasi, sintetis, metode kuantitatif dan kualitatif, multimetode dan metodologi campuran (Creswell, 2009: 307).

Membangun pengawasan dan keseimbangan dalam rancangan penelitian dengan menggunakan pendekatan ganda disebut dengan triangulasi (Patton, 1991: 98). Denzin (1978) telah menengarai adanya empat tipe dasar triangulasi: (1) triangulasi data, yaitu penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian; (2) triangulasi investigator, apabila dalam sebuah penelitian menggunakan beberapa evaluator atau ilmuwan sosial yang berbeda; (3) triangulasi teori, yaitu penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; dan (4) triangulasi metodologis, ketika digunakan metode ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal.

Penelitian tesis ini dilakukan oleh satu orang peneliti dan tidak bertujuan untuk menggunakan sebuah teori dari disiplin ilmu tertentu untuk menjelaskan

sebuah fenomena dalam disiplin ilmu yang lain. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menerapkan trianggulasi data dan metodologi. Data penelitian ini dikumpulkan dari sejumlah sumber yang berbeda dengan teknik pengumpulan data yang berbeda, termasuk dalam mengumpulkan arsip dokumentasi, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Program Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang, dan observasi langsung dengan mengunjungi Kantor Panitia APP Keuskupan Agung Semarang baik di tingkat pusat, kevikepan maupun di tingkat paroki sampel penelitian. Trianggulasi metodologi diterapkan dengan menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif.