• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Umat/Masyarakat dalam Lima Kategori Bidang Perhatian Program Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang

DAN TEORI COMMUNITY EMPOWERMENT

KONSEP EVOLUSI CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY BERDASARKAN FOKUS PERHATIAN

5.3.2. Partisipasi Umat/Masyarakat dalam Lima Kategori Bidang Perhatian Program Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang

Periode Tahun Anggaran 2011-2012 sampai dengan 2014-2015.

Pada bagian sub bab ini, Rerata pemanfaatan dana APP berdasarkan lima kategori bidang perhatian selama periode tahun anggaran 2011-2012 sampai dengan 2014-2015 akan ditelaah dari perpektif partisipasi umat/masyarakat sebagai penerima manfaat program. Seperti yang telah dipaparkan dalam studi dokumen di bab IV, data mengenai hal tersebut mengarah pada fakta bahwa prosentase terbesar pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang digunakan untuk kategori karitatif kemanusiaan, yaitu sebesar 34,71%. Prosentase terbesar kedua

dipergunakan untuk kategori pengembangan sosial ekonomi sebesar 28,49%. Berturut-turut kemudian kategori motivasi dan animasi sebesar 18,64%, kategori pendidikan 16,84% dan kategori bencana alam dan musibah 1.32%.

Pada bab terdahulu sudah dipaparkan bahwa partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan kesediaan secara sukarela dari seseorang untuk membantu kegiatan pembangunan yang berlangsung di daerahnya. Partisipasi yang dilakukan dengan sukarela tersebut akan membuat masyarakat merasa turut menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Masyarakat selaku obyek pembangunan harus pula ditempatkan sebagai subyek pembangunan, yang mampu menetapkan tujuan dalam mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses pembangunan untuk meningkatkan taraf hidupnya (Mulyadi, 2011:6 - 21).

Selanjutnya, pada sub bab 5.3.1. juga sudah dipaparkan bahwa Program Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang untuk kategori pengembangan sosial ekonomi atau disebut juga kategori pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan bekerja sama dengan Tim PSE dalam berbagai tingkatan. Berdasarkan data lapangan, aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan dalam pengembangan sosial ekonomi umat/masyarakat di Keuskupan Agung Semarang dapat dibedakan menjadi empat tipe pelayanan14. Aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan dalam pengembangan

14

Lihat skema 5.1 mengenai Tipe Pengelola Dana APP Kategori Pengembangan Sosial dan Ekonomi Program Pemanfaatan dana APP Keuskupan Agung Semarang.

172

sosial ekonomi umat/masyarakat yang terjadi hampir di sebagian besar paroki di Keuskupan Agung Semarang adalah aktivitas pelayanan tipe 1 dan tipe 2. Aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan tipe 3 dominan ditemukan di paroki-paroki yang masuk dalam wilayah teritorial Kevikepan Surakarta dan aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan tipe 4 hanya ditemukan dalam jumah yang sangat kecil dengan kadar yang beragam pula dalam hal kualitas pendampingan dan pelatihan.

Dilihat dari perspektif konsep pemberdayaan masyarakat aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan tipe 1 dan 2 belum dapat dikategorikan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. Kegiatan dalam tipe ini lebih bersifat charity. Kecenderungan bantuan jenis ini menimbulkan ketergantungan, timbulnya sifat malas, konsumtif, dan semakin jauh dari kemandirian (Anwas: 2014, hal. 10). Dari perspektif yang sama Aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan tipe 4 inilah yang paling mendekati konsep pemberdayaan masyarakat. Konsep ini mendorong adanya pelibatan dan partisipasi umat/masyarakat supaya program yang dilakukan menyentuh dan menjawab kebutuhan umat/masyarakat (Resnawaty: 2012, hal. 156).

Dari data dokumen mengenai prosentase terbesar pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang yang digunakan untuk kategori karitatif kemanusiaan

dan data lapangan mengenai aktivitas pelayanan Tim PSE Paroki/Tim PSE Lingkungan dalam pengembangan sosial ekonomi umat/masyarakat di Keuskupan Agung Semarang yang dominan di posisi tipe 1 dan tipe 2 di atas dapat diprediksi bahwa partisipasi umat/masyarakat penerima manfaat Program Pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang sangat kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwas (2014, hal.60) bahwa keterlibatan sosial yang bersifat charity atau filantropi memiliki kecenderungan untuk menempatkan masyarakat hanya sebagai obyek dari suatu program pembangunan masyarakat bukan sebagai subyek yang secara aktif dilibatkan untuk berpartisipasi aktif mulai dari tahapan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi.

Prediksi terkait partisipasi umat/masyarakat penerima manfaat Program Pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang yang sangat kurang didukung oleh data kuantitatif maupun data kualitatif mengenai tingkat partisipasi penerima manfaat Program Pemanfaatan dana APP Keuskupan Agung Semarang di Kevikepan Kedu sampel. Romo Moderator Pengembangan Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu dalam beberapa kali pertemuan menekankan bahwa saat ini di wilayah teritorial Kevikepan Kedu baru ada satu program di tingkat Kevikepan yang dimulai dari assessment mengenai kebutuhan umat/masyarakat, perencanaan yang partisipatif, implementasi yang partisipatif dan juga monitoring dan evaluasi

yang partisipatif. Pada tahapan pertanyaan mengenai indikator kuantitatif15 partisipasi penerima manfaat program, Romo Moderator Pengembangan Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu juga menyebutkan jumlah yang tidak pasti terkait dengan program pembuatan demplot untuk skala kepentingan umat/masyarakat se-Kevikepan Kedu. Hanya dikatakan mulai ada pelaku-pelaku baru yang muncul tetapi belum konsisten dalam hal kehadiran dan isu-isu yang diperjuangkan. Untuk indikator kualitatif16, terlihat ada peningkatan dalam hal kapasitas umat yang tumbuh untuk mengorganisasi aksi yang berkaitan dengan isu pertanian organik. Begitu pula dalam hal meningkatnya dukungan yang tumbuh dari umat. Semakin banyak umat yang terlibat dalam kegiatan pelatihan pertanian organik, pemasaran maupun pembelian hasil-hasil pertanian di demplot. Umat/ masyarakat belum terlibat secara penuh dalam pembuatan kebijakan dan keputusan. Masih ada kecenderungan tergantung pada Romo Moderator Pengembangan Sosial Ekonomi. Untuk Program pengembangan sosial ekonomi di tingkat paroki di kevikepan Kedu, data lapangan memastikan belum ada paroki yang secara penuh menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengembangan sosial dan ekonomi yang memungkinkan adanya partisipasi umat/masyarakat. Akses dana APP untuk kategori pemberdayaan masyarakat masih menonjol dikelola dengan pola pengelolaan tipe 1 dan tipe 2. Kegiatan pendampingan dan

15

Lihat Lampiran 3 dan 4 mengenai kisi-kisi dan pokok kerangka acuan penelitian lapangan Program Pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang.

16

Lihat Lampiran 3 dan 4 mengenai kisi-kisi dan pokok kerangka acuan penelitian lapangan Program Pemanfaatan dana APP di Keuskupan Agung Semarang.

175

pelatihan dominan dilaksanakan di tingkat kevikepan dengan materi yang ditentukan oleh penentu kebijakan tertinggi di Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi dan Tim PSE Kevikepan Kedu.

Tingkat partisipasi penerima manfaat Program Pemanfaatan dana APP Keuskupan Agung Semarang di Kevikepan Yogyakarta sampel secara umum memberikan deskripsi yang sama dengan penerima manfaat dana APP di Kevikepan Kedu sampel. Data lapangan mengenai akses dana APP untuk kategori pemberdayaan masyarakat yang masih dikelola dengan pola pengelolaan tipe 2 dan tipe 3 memberikan penanda bahwa partisipasi umat/masyarakat penerima manfaat belum tumbuh. Partisipasi hanya memungkinkan terjadi apabila kegiatan pengembangan sosial ekonomi dilakukan dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (Mulyadi: 2011, hal.17).

Satu hal yang menjadi daya pembeda, Kevikepan Yogyakarta sudah memiliki Tim PSE yang terpisah dengan Panitia APP. Kedua Tim ini bekerja sesuai dengan job description masing-masing17. Pertemuan untuk koordinasi di kedua kepanitiaan ini juga berbeda. Panitia APP Kevikepan Yogyakarta memiliki voulenteer18 yang berkantor setiap hari dan pertemuan koordinasi dilakukan satu kali dalam setiap minggunya. Voulenteer Tim PSE Kevikepan Yogyakarta

17

Lihat halaman 78 sampai dengan 83.

18

Panitia APP dan Tim PSE di tingkat kevikepan di seluruh Keuskupan Agung Semarang belum ada yang memiliki karyawan tetap. Semua bekerja dalam kategori voulenteer.

176

berkoordinasi satu kali dalam setiap bulannya. Dari deskripsi ini dapat kita peroleh pemahaman bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kevikepan Yogyakarta lebih banyak. Tim PSE Kevikepan Yogyakarta memiliki program pendampingan dan pelatihan yang tertuang dalam program kerja yang dengan ketat dilaksanakan sesuai dengan agenda tertulis. Pendampingan dan pelatihan bagi penerima manfaat program masih dilaksanakan berbasis kevikepan bukan berbasis paroki.

Data spesifik mengenai partisipasi umat/masyarakat di Kevikepan Yogyakarta ditemukan di Paroki Pakem. Pola pengelolaan kegiatan pemberdayaan masyarakat Paroki ini memungkinkan keterlibatan umat/masyaraat dalam proses komunikasi dua arah secara terus menerus. Paroki Pakem memiliki Panitia Dana Sosial Gereja Pakem (PDSGP) dalam struktur kepengurusan Dewan Paroki Santa Maria Assumpta Pakem yang mengelola Dana Sosial Gereja. Kepanitiaan merupakan fusi antara Tim Kerja Aksi Puasa Pembangunan, Tim Kerja Pendidikan, Tim Kerja Pengembangan Sosial Ekonomi dan Tim Kerja Kesehatan19 yang bertugas sebagai pengelola Dana Papa Miskin, Dana Aksi Puasa Pembangunan, Dana Pengembangan Sosial Ekonomi, Dana Bantuan Pendidikan, Dana Bantuan Kesehatan Paroki Santa Maria Assumpta Pakem dan Dana Pemberdayaan Masyarakat Karina-KAS.

19

Istilah Dewan Paroki dan berbagai tim kerja ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam Buku: Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang dan Penjelasannya.

177

PDSGP menerapkan aktivitas pemberdayaan masyarakat dengan memberikan ‘kail’ dan menciptakan kerja sama antarpenerima manfaat program untuk mencapai hidup yang lebih baik. Dalam kelompok-kelompok kecil, anggota masyarakat ditingkatkan kapasitasnya dalam pengelolaan lahan pertanian, peternakan dan pengelolaan ekonomi. Ikatan yang terbentuk dalam kelompok tersebut diharapkan akan mendukung proses kemandirian. Dukungan, bantuan, dan motivasi digali dan dibagi di antara anggota kelompok.

Sistem pinjaman guliran diterapkan dalam proses pendampingan di Paroki Pakem. Pelatihan-pelatihan terkait dengan profesionalitas sebagai petani juga diberikan kepada kelompok-kelompok dampingan. Mengadakan pelatihan, kunjungan atau studi banding ke daerah-daerah yang maju bidang pertaniannya adalah agenda yang melekat pada proses pendampingan. Karena hendak membangun semangat solidaritas, keterlibatan awam dalam tim paroki menjadi tumpuan program ini. Tim Paroki pun tidak hanya terdiri dari mereka yang seiman. Masyarakat beragama bukan Katolik dilibatkan dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat ini. Keterlibatan semakin banyak orang ini diyakini oleh PDSGP sebagai upaya menumbuhkan harapan bahwa setelah pendampingan selesai, aset-aset yang telah diberikan PDSGP dapat terus dikelola demi kebaikan dan kemajuan semakin banyak orang.

Selama hampir enam tahun masa pendampingan terhadap

kelompok-kelompok marginal, dari tahun ke tahun jumlah penerima manfaat dan keterlibatan umat/masyarakat dalam PDSGP semakin banyak. Kegiatan pengembangan sosial ekonomi di Paroki Pakem ternyata juga menjadi daya tarik bagi paroki-paroki dan kelompok-kelompok kategorial untuk melihat dan terlibat dalam pengelolaan aktivitas pemberdayaan. Frater-Frater dari Ordo CMF tanggal 9 - 13 Maret tinggal di Paroki Pakem untuk belajar tentang pengembangan sosial dan ekonomi umat. Tanggal 28 - 29 Mei 2016 sejumlah 50 orang Tim PSE Paroki dari 18 paroki se-Kevikepan DIY live in di Paroki Pakem dalam rangka belajar bersama mengenai aplikasi aktivitas pemberdayaan umat. 25 Romo Paroki dan 4 Diakon serta 2 pendeta, tinggal dan terlibat di Paroki Pakem dalam acara yang sama pada tanggal 9 - 10 Juli 2016.

Data spesifik pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang telah dipaparkan di atas pararel dengan teori mengenai pemberdayaan masyarakat yang menginformasikan bahwa melalui kegiatan pemberdayaan, individu dan masyarakat disadarkan akan potensi, kebutuhan, dan masalah yang ada pada diri dan lingkungannya. Selanjutnya mereka didorong untuk melakukan perubahan. Untuk kemudian muncul penguatan dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sehingga perubahan akan meningkat. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan serta pendampingan. Pada akhirnya keberhasilan proses ini ditandai adanya perubahan perilaku individu dan masyarakat ke arah

yang lebih baik, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan penerima manfaat program. Keberhasilan seluruh rangkaian aktivitas ini sangat bergantung pada partisipasi umat/masyarakat

5.3.3. Korelasi Kompetensi Agen Pemberdayaan dengan Jumlah Proposal