• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

PENGUATAN RUANG PUBLIK YANG BEBAS

B. Implementasi Dialog Centre for Dialogue and Cooperation amongs Civilisation (CDCC) Dalam Rangka Penguatan Ruang Publik Yang

2. Membangun Dialog Politik

Apabila penulis mengacu definisi civil society menurut Zbigniew Rau, Han Sung-Joo, dan Kim Sunhyuk, mereka pada intinya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan civil society merupakan kondisi masyarakat yang mengandalkan ruang, di mana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung mempunyai ruang yang bebas dari pengaruh dan kekuasaan Negara. Ruang publik yang individu atau masyarakat miliki mampu mengartikulasikan isu-isu politik dan gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan independent.

CDCC merupakan bagian dari civil society yang berupaya melakukan penguatan ruang publik, oleh karena itu dalam melakukan setiap kegiatannya selalu bercirikan independent dan bebas dari pengaruh pemerintah dalam mengontrol dan mengawasi jalannya pemerintahan.

Sejalan dengan pernyataan Abdul Mu’ti selaku direktur eksekutive CDCC mengutarakan bahwa CDCC mempunyai nilai perjuangan yang bersifat terbuka, seperti kutipan wawancara di bawah ini,

“CDCC berusaha mendorong bagaimana semua orang memiliki kesempatan dan memiliki keberanian untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau gagasan secara terbuka. Setiap diskusi-diskusi yang diadakan CDCC mengundang berbagai macam elemen masyarakat yang secara organisasi dan agama yang berbeda tetapi semua memiliki keberanian untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran secara terbuka dan tanpa adanya ketakutan dan kekhawatiran dalam berpendapat, oleh karena dalam diskusi- diskusi yang diadakan oleh

CDCC kadang-kadang sarat dengan kritik terhadap pemerintah atau masyarakat yang tidak sesuai dengan cita ideal dari sebuah masyarakat yang memiliki moralitas dan komitmen yang tinggi terhadap kemanusiaan”.68

Sesuai dengan pernyataan Abdul Mu’ti, CDCC dalam melakukan dialog-dialog yang berkaitan dengan hal-hal politik CDCC selalu mengkritisi tindakan pemerintah yang tidak sesuai dengan tujuan bangsa. Dalam melakukan kritis terhadap pemerintah, CDCC membentuk dan memfasilitasi para tokoh-tokoh agama dan aktivis untuk membicarakan hal-hal kenegaraan dengan melakukan dialog.

Sebagai wujud dari nyata dari konsep yang ditawarkan CDCC melakukan kritik dan masukan terhadap pemerintah sebagai wujud nyata CDCC bagian dari

civil society. Dalam dialog yang berkaitan ukhuwah politik Islam, CDCC memfasilitasi tokoh-tokoh Islam umtuk berdialog mengenai keberadaan Islam di Indonesia yang dirasakan hanya Islam simbolis. Seperti yang diutarakan Ilham Munzir,

“Dalam melakukan dialog CDCC berusaha menciptakan ukhuwah politik Islam dengan cara bersatu nya partai-partai Islam”69

Sejalan dengan ungkapan Din Syamsudin dalam dialog, Din Syamsudin meminta semua partai politik Islam untuk terus melakukan konsolidasi, sehingga dapat mengisi reformasi di Indonesia. Din Syamsudin berharap jangan sampai Islam hanyalah sebagai simbolis, Islam tapi “tidak bisa apa-apa” oleh karena itu

68

Wawancara pribadi dengan Abdul Mu’ti, Jakarta 8 Sepetember 2010

Din Syamsudin berpendapat konsolidasi antar partai politik Islam, termasuk dari lingkaran partai berbasis Islam harus terus didorong.70

Seperti yang diutarakan oleh Ilham Munzir Tujuan dialog ini merupakan usaha yang dilakukan CDCC dalam upaya membentuk wacana poros tengah, yang tujuannya hanya ingin agar Islam dapat mengisi masa reformasi yang terjadi di negara ini. Islam diharapkan harus bisa memainkan perannya di masa sekarang untuk memperbaiki bangsa. Islam jangan sampai hanya jadi Islam simbolis, Islam tapi tidak bisa apa-apa untuk memperbaiki kondisi bangsa yang maikin terpuruk ini.71

Poros tengah ini kedepan diharapkan bisa mengembangkan lingkaran simpul kebangsaan. Tujuan lingkar simpul kebangsaan ini untuk mencari kesamaan antara simpul-simpul Islam (parpol Islam serta Ormasnya) dan juga simpul dengan kalangan lain untuk membangun bangsa ini kearah yang lebih baik.

Pada acara ini dihadiri antar parpol Islam itu sendiri, antara lain menghadirkan Ketua Umum DPP Partai Bintang Reformasi (PBR), Bursah Zarnubi, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB), Hamdan Zoelva, serta Ketua MUI, Amidan.

Konsep poros tengah jilid 2 memang belum berhasil hingga saat ini, mungkin kegagalan tersebut karena masing-masing partai Islam mempunyai

70

CDCC News, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2011dari http:// www.cdccfoundation.org

kepentingan masing-masing, tapi setidaknya CDCC sudah berupaya menyatukan partai-partai Islam demi membangun bangsa ke arah yang lebih baik.

Dalam melakukan control terhadap pemerintah, CDCC menjelang pemilu selalu mengkritisi jalannya pemilu. Pemilu adalah agenda penting untuk mendorong demokratisasi yang sudah berjalan cukup baik di Indonesia guna melanjutkan proses reformasi di semua kehidupan bangsa. Oleh karena itu CDCC kepada pemerintah meminta untuk meningkatkan segala upaya agar pemilu dapat berlangsung sesuai jadwal, aman, tertib dan berkualitas. Sementara itu kepada KPU dan seluruh jajarannya, CDCC berharap agar mereka bertindak sebagai wasit yang jujur dan adil dengan menghindari setiap bentuk penyimpangan dan ketidakjujuran.

Sedangkan, kepada semua partai politik peserta pemilu dan segenap caleg untuk senantiasa berpegang teguh pada etika politik, jiwa sportivitas,dan semangat bersaing secara sehat tetap bersaing secara sehat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat juga diminta untuk berpartisipasi dalam mendorong terlaksana pemilu secara damai dan berkualitas. Hak politik masyarakat juga diminta CDCC untuk disalurkan sesuai dengan pilihan masing-masing.

Pada dialog yang berkenaan dengan pemilu, CDCC mengundang para tokoh lintas agama. meraka menyuarakan agar seluruh masyarakat Indonesia menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya dan meraka pun meminta KPU

untuk bersikap netral. Seperti yang diserukan oleh Din Syamsudin agar rakyat menggunakan hak politik dengan cerdas, merdeka, dan bertanggung jawab.72

Esensi dialog berkenaan pemilu adalah mendesak pemerintah untuk memberikan hak politik rakyat yang tidak bisa mengikuti pemilu karena alasan tertentu. Seperti yang diutarakan oleh Ilham Munzir,

“Menjelang pemilu CDCC selalu mengadakan diskusi dan dialog untuk mendesak pemerintah guna memberikan hak suara rakyat yang belum terdaftar pada DPT (Daftar Pemilu Tetap) dan sebagai alternatifnya dengan menunjukan KTP domisi masing-masing.”73

Sesuai dengan pernyataan di atas maka CDCC berusaha mewujudkan nilia-nilai demokrasi di Indonesia ini, karena menghargai hak-hak suara rakyat yang belum terakomodasi dengan baik karena hal hal yang mungkin disengaja atau tidak disengaja oleh pemerintah.

CDCC juga berharap melalui tokoh-tokoh agama, bagi seluruh rakyat Indonesia, diharap dapat mensukseskan seluruh rangkaian proses pemilu dengan menjaga persatuan kerukunan dan perdamaian. Seluruh umat beragama juga memanjatkan doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing supaya pemilu bisa berlangsung dengan lancar, damai dan beradab.

Pada pertemuan yang dilakukan oleh CDCC dihadiri oleh tokoh liintas agama, yaitu Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsudin, Ketua MUI Amidan, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Y Dwi Hartanto PR, Pendeta Gultom dari PGI, Lieus Sungkanarisma dari Budha, Rusli dari Walubi, Gustaf Dupe dari SKKJ, dan Lumban Raja dari BKSG.

72CDCC News, artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2011dari http://

www.cdccfoundation.org

Setelah pemilu berlangsung berjalan damai dan memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono sebagai President dan Wakil President, CDCC tetap melakukan kritik terhadap jalannya pemerintah seperti dialog tentang pentingnya oposisi, seperti diutarakan dalam kutipan wawancara di bawah ini,

“Setelah pemilu CDCC selalu membincangkan pentingnya oposisi. Karena melihat SBY berhasil mengakomodir sebagian partai-partai besar untuk berkoalisi masuk dalam pemerintahan, melihat hal ini CDCC ragu untuk terbentuknya pemerintahan yang baik karena tidak adanya check and balance sehingga sangat buruk terhadap demokrasi.” 74

Seperti yang kita ketahui bersama, setelah kemenangan partai Demokrat dan terpilihnya SBY sebagai president, seolah-oleh mereka yang paling berkuasa, dengan mengakomodir seluruh partai untuk koalisi terhadap pemerintahan, hal itu menurut hasil dialog merupakan hal yang kurang baik terhadap jalannya demokrasi di bangsa ini, karena tidak adanya check and balance.

Check and balance sangat diperlukan pada negara demokrasi seperti Indonesia, dengan adanya kontrol dan pengawasan maka pemerintah bisa berjalan tidak semaunya sendiri. Dengan adanya pengawasan maka setiap keputusan-keputusan akan memihak kepada masyarakat dan tidak otoriter hanya mementingkan kepentingan kelompoknya.

Pengawasan yang dilakukan oleh CDCC adalah dengan memfasilitasi dialog-dialog yang berkaitan dengan kebangsaan. Dialog-dialog yang dilakukan seperti dialog yang membahas tentang kasus Century yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lintas agama dengan topik bahaya korupsi terhadap kesejahteraan bangsa.

Dialog yang berkaitan dengan korupsi tersebut mengundang oleh Romo Beni, Abdul Mu’ti dan Bahtiar Effendi. Mereka menyepakati bahwa korupsi akan menghancurkan eksistensi bangsa Indonesia dari segala lini kehidupan. Lini moral kejujuran yang diharapkan bisa membangun bangsa hancur karena perampokan terhadap bangsa tetap berjalan. Lini kemanusiaan pun hancur karena para koruptor merampok harta negara, dengan perampokan itu berarti meraka merampas hak rakyat untuk menghirup udara kesejahteraan dan kemakmuran, sehingga meraka hidup dalam garis kemiskinan dan kebodohan karena ulah tangan para koruptor bangsa ini.

Konsep ruang publik merupakan tempat bagi publik untuk mengekspresikan kebebasan dan otonomi mereka. Ruang publik bisa berwujud kebebasan pers, bebebasan berpartai, kebebasan berakal sehat, kebebasan berkeyakinan, kebebasan berunjuk rasa, kebebasan membela diri, kebebasan membela komunitas, otonomi daerah, independensi, dan keadilan sistem hukum.

Berdasarkan konsep ruang publik diatas, maka CDCC juga bersama ormas keagamaan selalu mengkritisi jalannya pemerintahan dengan membentuk Gerakan Indonesia Bersih. Pada gerakan ini CDCC sebagai fasilitator. Puncak gerakan ini adalah dengan turun kejalan bersama mahasiswa, aktivis dan tokoh agama untuk memperingati hari korupsi sedunia dengan melakukan demonstrasi di depan Istana President dengan menyuarakan agar pemerintah yang dipimpin oleh SBY tegas dalam membrantas korupsi di bangsa ini dengan secara cepat untuk menangani kasus Century dan kasus korupsi lainnya yang terjadi di bangsa ini.