c. Sifat Pembangunan
2. Menaikkan produksi
Tetapi ini bukanlah kesulitan-kesulitan jang tidak da'pat diatasi. Untuk mengatasinja ialah dengan djalan meninggikan produksi per kapita disamping usaha-usaha sampingan jang lain, jaitu produktiviteit tenaga, antusiasme bekerdja, serta penekanan (onderdrukken) terhada'p tengkulak, woeker dan lain-lain. Kenaikan produksi dapat ditjapai dari dua segi, ialah :
1. Perluasan tanaman, pembukaan tanah baru, penanaman
tanah-tanah kosong dan lain-lain.
2. Peningkatan produksi tiap h a -n ja. Dengan djalan 'perbaikan-per-
baikan tjara kerdja, pemakaian pupuk, perbaikan pengairan, teras- ering, penggunaan mesin-mesin, seleksi dan pemilihan bibit-bibit baru, dan lain-lain.
Tetapi peningkatan penghasilan buat seluruh kaum tani belum meru pakan djaminan bahwa kaum tani sebagai perseorangan akan naik 'pula tingkat hidupnja.
Djuga perluasan areal dan perbaikan technis belum tentu akan mem berikan hasil jang memuaskan, kalau kita melupakan faktor tenaga kerdja faktor petani itu sendiri sebagai manusia.
Sebagai manusia 'petani djuga mempunjai harapan, dan mempunjai pula rasa gembira dan rasa ketjewa. Kaum tani harus jakin bahwa dia bekerdja untuk masa depannja.
Petani tak akan gembira bekerdja, mengerdjakan (memburuh) ta- nahnja orang lain, kalau dia tidak mendapat upah atau bagian jang lajak. Djuga dia tidak akan gembira memupuk atau menjangkul lebih dalam, kalau sesudah panen, tanah garapannja diberikan oleh pemilik
tanah kepada Iain otang jang disukainja. Djuga dia tidak akan sungguh* sungguh bekerdja menggarap tanahnja, kalau pada musim pancn hasilnja sudah mendjadi milik orang lain (woeker jang ngidjon).
Sebab itu peningkatan produktivitet kerdja sangat erat hubungannja dengan :
a. Sektor agraris,
b. Sosial ekonomis.
Dalam sektor agraris diperlukan adanja :
1. Pemberian tanah (transmigrasi, lokal, regional atau kelain pulau).
2. Penentuan batas luas pemilikan dan pembagian tanah-tanah kelebihan
(tanah-tanah kosong, tjadangan) kepada buruh tani dan tani tak bertanah.
Dalam sektor sosial ekonom is:
1. Perlindungan terhadap buruh tani, penaikan upah, m engadakan per
djandjian kerdja (lebih baik setjara kolektif).
2. P enurunan/perubahan sistim deelbouw dan upah dengan sewa atau
upah uang.
3. Perlindungan terhadap penghisapan woeker, ngidjon dengan bantuan
kredit jang mudah dan murah.
Masalah kredit. .
Tentang sistimnja jang terutama dititik beratkan kepada sistim ,,K re dit dengan djaminan produksi .
Teta'pi perlu didjelaskan sekali lagi bahw a pokok-pokok terpenting dalam kredit ini ada 3 ia la h :
1. Besarnja kredit sesuai dengan hasil jang akan dikeluarkan. Djadi
tentu harus ada perbedaan antara penanaman fanili, tembakau, padi, polowidjo dan lain-lain. Pun didalam djaminan pembajaran kembali hal ini dapat dipertanggung djawabkan, sedang djuga sipetani hanja mempunjai kemungkinan ketjil untuk menggunakan setjara tidak wa- djar.
2. Murah, mudah dan djangka pandjang. Ini perlu untuk membebaskan
kaum tani dari hutang baru, jang didapatnja dari woeker. Kredit jang kaku hanja akan menambah beban, sebab sipetani tetap akan mendjadi langganan jang setia dari lintah darat.
3. Pemberian kredit tepat pada waktu dibutuhkannja. Umumnja ada
3 kali keperluan, dalam waktu-waktu :
a. W ak tu mulai garap (untuk biaja pertanian),
b. W a k tu patjeklik (untuk biaja hidup),
c. W a k tu panen, untuk menghindari desakan kaum tengkulak.
Untuk memberikan kemungkinan lebih besar kepada pelaksanaan rentjana tersebut diatas, maka haruslah diusahakan djenis tanaman jang
ebih terang. Keadaan sekarang adalah sebaliknja. M ungkin dalam artian e onomis, rakjat banjak, ada kemadjuan untuk sementara waktu, tetapi itu hanja dapat terlaksana selama produksi tanaman itu masih belum se- lmbang dengan konsumsi. Dimana-mana sekarang orang menanam se- olah-olah setjara anarkistis, tidak memikirkan dari segi teknis dan ke pentingan umum untuk djangka pandjang. T idak berdasarkan ilmiah.
Kita lihat orang menanam tebu, tembakau, dan lain-lain diatas ta nah jang tidak baik untuk tanaman tersebut dipandang dari sudut ilmu, atau penanaman 2 a 3 kali setahun dengan tidak ada penjesuaian de ngan musim dan tanah. Akibatnja, disatu pihak ada produksi melimpah- limpah dengan tidak mempunjai pasar dan keperluan jang mendesak se- dangkan dilain pihak ada kekurangan jang sangat mengenai sesuatu ma tjam produksi jang lebih diperlukan. Memang tidak adil kalau kita me- nganalisa kekurangan-kekurangan hanja dasj satu sudut sadja. Banjak segi-seginja jang memaksa kaum tani berbuat demikian. D an alasannja pun masuk akal, ialah untuk memburu keuntungan jang lebih besar, un tuk mentjuku'pi hidupnja jang kekurangan. Tetapi setjara umum, diatas dasar pendirian „ekonomi berentjana” seperti jang dimaksud dengan didirikannja Depernas, dengan berusaha mengatasi kepintjangan-kepin- tjangan jang ada, pertanian seharusnja djuga berentjana.
Sebagai telah diemukakan diatas, banjak sekali alasan-alasan meng- ngapa hal-hal jang kurang baik ini dapat terdjadi. Ini harus dianalisa dari segala sudut, setjara menjeluruh. Dari segi-segi ekonomi umumnj:a, dari segi 'penghidupan sisa-sisa feodalisme, dari segi2 penghisapan woe- ker, ngidjon dan lain-lain. Pokoknja dari seluruh sebab musabab mengapa rakjat mendjadi menderita.
Analisa hanja dari sudut teknis semata-mata akan mengaburkan penilaian, dan tidak akan memberikan hasil pemetjahan jang memuas- kan. Bahkan akan menambah penderitaan. Penjelesaian jang satu ber- sama dengan jang lain.Setjara integral. Perentjanaan jang 'pokok didalam segi-segi teknik, ialah adanja penentuan setjara ilmiah ,.daerah-daerah djenis tanaman sesuai dengan kebutuhan” .
Sesudah memberi garis kepada penjusunan pola kedua, maka Amanat ini meminta perhatian kepada penjusunan pola ketiga jang berisi 'peren tjanaan pembiajaan.
3. Industrialisasi
Industrialisasi dengan memperluas dan memperkuat industri negara sebagai tulang 'punggung dan memimpin perkembangan ekonomi negeri.
Industrialisasi Indonesia hanja dapat didasarkan atas kekuatan dalam negeri, sebab :
a. Adalah tidak mungkin kita merentjanakan atau mentjari pasal luar
negeri, karena sebagai negara muda tidak mungkin Indonesia mampu bersaingan dengan industri luar negeri jang sudah mempunjai tradisi dan pengalaman jang lama.
Sebab itu kita harus berani bersandarkan pada pasar dalam negeri, jaitu pada kemairfpitan rakjat membelinja.d imana 60 — 70% terdiri dari kaum tani. Sebab itu dalam masalah industrial.sasi Indonesia, adalah tidak mungkin kalau daja-beli rakjat tidak dinaikkan. Mengenai menaikkan daja-beli rakjat ini akan didjelaskan dalam bab IV.
b. Disamping tjukup pembelinja, industri memerlukan pula bahan men
tah (raw material) dan tenaga.
Bahan mentah hanja terdapat dari dua sumber, jalah hasil tambang atau sumber-sumber alam lainnja dan pertanian.
Dalam sektor pertanian nampak sekali belum m endapat perhatian semestinja. H al itu tertjermin dalam A nggaran Belandja N e g a ra atau'pun dalam sektor perkreditan. Pun ada satu soal pokok jang mesti diperhati- kan, bahwa dalam soal agraris kita belum mendapat kemadjuan jang se- wadjarnja. Sebab .industrialisasi Indonesia tidak mungkin berpisahan de ngan masalah agraris. Djelasnja, industrialisasi tidak mungkin terlaksana dengan tidak ada pemetjahan soal-soal agraris, jang membuka kem ungkin an untuk menaikkan daja bell rakjat.
4.
Agraria
Penentuan jang adil terhadap penguasaan tanah pertanian. T a n a h pertanian hanja ada d u a :
a. Pertanian Rakjat, maupun sendiri-sendiri atau b e r s a m a - s a m a ,
b. Pertanian Negara.
Tiap-tiap petani (dalam arti jang mengerdjakan sendiri) harus me miliki tanah jang sesuai dengan tingkatan hidup dan kemadjuan teknik dalam waktu itu. Tiap-tiap achir plan ini diadakan penindjauan kembali.
Pemilik tanah pertanian janq tidak dikerdjakan sendiri dalam batas waktu jang tertentu didjadikan :
— pertanian Negara, — dikerdjakan sendiri,
— didjadikan pertanian Rakjat (sebagai masa peralihan diadakan kon- trak kolektif dengan 'para penggarap).
D engan keterangan sebagai diatas ini maka pembatasan maximum pemilikan tanah pertanian, selalu disesuaikan tiap achir jaarplan :
a. taraf hidup dalam waktu itu;
b. kemadjuan productiviteit;
c. tebal tipisnja ^petani dalam sesuatu daerah.
Pemilikan atas tanah bukan tanah pertanian (perhew anan atau per-
1 anan dan lain-lain sedjenis) disesuaikan dengan pendirian bahw a itu
sangat perm untuk lainnja (untuk tempat tinggal dan pabrik-'pabrik) de ngan sendirinja dibatasi sesuai dengan keperluan.
5. Pimpinan.
Dikehendaki adanja pimpinan jang berani bertindak dengan teqas ^ r a , ber?ni merobah tradisi-tradisi, terutama tjara berpikir dialam kolo-nia col11!, a^ at Pe?^'aJa Pada diri sendiri. Idee demokrasi terpim'pin h endak nja selekas mungkin direaliseer.
i a n a ^ ™ ^ ™ ? ^ a^ ala\ s? atu dJalan guna mentjegah penjalah gunaan us aiJ djalan jang dapat menjelamatkan keadaan untuk
_ _ j„ pArkL.fSn,a J'u ketiita-tjita rakjat sebagai telah diamanatkan
pada Proklamasi 17 Agustus 1945. W alau p u n Indonesia berlainan ideo- logi misalnja dengan R.R.T. (Indonesia Pantjasila; R.R.T. Komunis), e api engan pimpinan tegas, seperti termaktub dalam demokrasi ter’pim-
P1-^1 .an an9unan terp.m'pin, maka Indonesia akan mentjapai tjita-
ji anja. 1 a per u untuk mentjapai tudjuan itu mendidik kader-kader