• Tidak ada hasil yang ditemukan

Djadi, djelaslah bahwa Revolusi Indonesia bukanlah Revolusi bor- djuis model tahun 1789 di Perantjis, dan bukan pula Revolusi proletar model tahun 1917 di Rusia. Kewadjiban Revolusi Indonesia bukan m en­ dirikan kekuasaan kaum kapitalis untuk menindas R akjat pekerdja dan bukan pula mendirikan kediktatoran- kaum proletar.

Mengingat sifat Revolusi Indonesia jang nasional dan demokratis, maka revolusi Indonesia adalah Revolusi bersama dari semua klas dan golongan jang menentang imperialisme-kolonialisme. Pendeknja, Revolusi Indonesia harus mendirikan kekuasaan Gotong-Rojong, kekuasaan dem o­ kratis jang dipimpin oleh hikmah kebidjaksanaan, jang mendjamin te r— konsentrasinja seluruh kekuatan Nasional, seluruh kekuatan Rakjat.

(4) T entang hari depan Revolusi Indonesia.

Dari Manifesto Politik dengan mudah ditarik kesimpulan, b a h w a J

hari depan Revolusi Indonesia bukanlah menudju kekapitalisme, dan i

sama sekali bukan menudju ke feodalisme.

Tentang hal ini Manifesto Politik mendjelaskan bahw a hari depannja j

Revolusi Indonesia didahului oleh penentuan t u d j u a n - d j a n g k a - p e n d e k dan :«

tudjuan-djangka-pandjang; 'pendjelasan itu berbunji sebagai berikut : ( M a - ;

nifesto Politik hal. 47).

,,Tudjuan djangka-pendek jang saja hadapkan kepada saudara-sau­ dara ialah : program Kabinet Kerdja jang amat sederhana itu, — sandang-pangan, keamanan, melandjutkan perdjoangan anti-imperial- isme —, ditambah dengan mempertahankan kepribadian kita dite- ngah-tengah tarikan-tarikan kekanan dan kekiri, jang sekarang se- dang berlaku kepada kita dalam pergolakan-dunia menudju kepada

satu imbangan baru.

Dan tudjuan kita djangka-pandjang ialah : m asjarakat jang adil dan >

makmur, melenjapkan imperialisme dimana-mana, dan mentjapai dasar-dasar bagi perdamaian-dunia jang kekal dan ab ad i’T.

Djadi : hari de'pan Revolusi Indonesia adalah m asjarakat adil d an ^

makmur atau sebagai sering dikatakan oleh Presiden Soekarno ,,Sosialis- me a la Indonesia” , jaitu Sosialisme jang disesuaikan dengan kondisi— kondisi jang terdapat di Indonesia, dengan alam Indonesia, dengan Rakjat

Indonesia, dengan adat-istiadat, dengan psikologi dan kebudajaan Rakjat

Indonesia.

r^ejltai}9[ ^ ar* depan Revolusi Indonesia, sebagai kelandjutan dari Dasar d an Tudjuan Revolusi Indonesia dalam Manifesto Politik dikatakan sebagai berikut :

,,Rakjat dimana-mana dibawah kolong langit ini, tidak mau ditindas o eh bangsa-bangsa lain, tidak mau diexploatir oleh golongan-golong- an apapun, meskipun golongan itu adalah dari bangsanja sendiri.

,.Rakjat dimana-mana dibawah kolong langit ini menuntut kebebasan dari kemiskinan, dan kebebasan dari rasa-takut, baik jang karena antjaman didalam-negeri, maupun jang karena antjaman dari luar negeri.

„ R a k j a t d i m a n a - ma n a dib.awah kol ong langit ini m e n u n t u t k e b e b as a n u n t u k m e n g g e r a k k a n s etj ara k o ns t ru kt i f ia punj a aktivitet-sosial, u n t u k mem'pertinggi k e b a h a g i a a n i ndividu d a n k e b a h a g i a a n m a s j a ­ r a k at .

,,Rakjat dimana-mana dibawah kolong langit ini menuntut kebebas­ an untuk mengeluarkan pendapat, jaitu menuntut hak-hak jang la- zimnja dinamakan demokrasi” . (hal 42).

. . T u n tu t an - t u n t u t a n R a k j a t I n d o n e s ia a d a l a h d emi ki an d j uq al a h !” (hal 42).

D a s a r d a n T u d j u a n da r i p a d a Revolusi, seperti di dj el as ka n diatas, t idak boleh d i a m e n d e m e n at au dimodulir.

(5) Tentang Musuh-musuh Revolusi Indonesia.

Mengenai musuh-musuh jang sebenarnja dari Revolusi Indonesia adalah sangat penting, agar djangan sampai musuh didjadikan teman dan teman didjadikan lawan dalam revolusi. Semangat daripada Manifesto Politik ialah semangat melawan iinperialisme disemua lapangan. Djadi tidak disangsikan lagi, bahwa musuh Revolusi Indonesia adalah imperial- isme.

Dalam Manifesto Politik djelas dinjatakan, bahwa kita melawan imperialis Belanda karena imperialis ini mendjadjah Irian. Barat. Djelas djuga dinjatakan, bahwa ,,Pengambilan-alih perusahaan-perusahaan Belanda dalam rangka perdjuangan pembebasan Irian Barat adalah satu langkah jang amat penting sekali. Tetapi belum semua modal Belanda diambil-alih, belum semua perusahaan Belanda dinasionalisir. Padahal sikap Belanda dalam hal Irian Barat tetap membandel dan bahwa ,,djika Belanda dalam soal Irian Barat tetap membandel, djika mereka dalam persoalan claim nasional kita tetap berkepala batu, maka semua modal Belanda, termasuk jang berada dalam perusahaan-perusahaan tjampuran, a k a n habis-tammat riwajatnja samasekali dibumi Indonesia” ! (hal. 61).

Musuh Revolusi Indonesia bukan hanja imperialis Belanda, tetapi djuga im'perialis-imperialis lain jang mentjoba-tjoba memperdajakan Re­ publik Indonesia, jang membantu kaum kontra-revolusioner dan men- djalankan sabotase.

T entang ini dikatakan dalam Manifesto Politik: „Terhadap modal asing jang bukan Belanda ditegaskan bahwa mereka harus mentaati ketentuan-ketentuan Republik. Djangan mereka mendjalankan peranan jang negatif. Djangan mereka mentjoba-tjoba memperdajakan Republik. Djangan mereka membantu gelap-gelapan kepada kontra-revolusi, djangan

mereka mendjalankan sabotase-sabotase ekonomi (hal. 61). Djadi im­

perialis mana sadja jang mentjoba-tjoba memperdajakan Republik, jang membantu kontra-revolusi atau mendjalankan sabotase-sabotase ekonomi adalah musuh-musuh Rakjat Indonesia.

Dalam Manifesto Politik djuga didjelaskan sebagai musuh2 Rak­ jat Indonesia termasuk „golongan-golongan blandis” , golongan-golongan reformis, golongan-golongan konservatif, golongan-golongan kontra revolusioner, golongan-golongan bunglon dan tjutjunguk” (halaman 31).

Dengan demikian djelaslah, bahwa jang mendjadi. musuh-musuh R e­ volusi Indonesia adalah i kaum imperialis Belanda dan kaum imperialis lainnja jang bersikap bermusuhan terhadap Republik serta pembantu- pembantu imperialis.

Dengan ditetapkannja apa jang mendjadi Persoalan-persoalan P okok xevolusi Indonesia berdasarkan isi Manifesto Politik, maka ada pegangan resmi bagi tiap-tiap orang revolusioner Indonesia dalam aktivitetnja se- ari-hari. Ini adalah rel tempat revolusi kita berdjalan, ini adalah p e­ gangan untuk inenjusun Program Revolusi. Ini sesuai dengan maksud embali ke Undang-undang D a s a r Proklamasi, jaitu untuk mengembali- kan ,,Bangsa Indonesia kepada relnja Revolusi” (M anifesto Politik hal. 56).

III. U S A H A -U S A H A P O K O K (P rogram Umum)

Sebab-sebab kegagalan Revolusi kita selama 14 tahun (terutam a da- lam periode survival dan periode investment) : K arena kompromis, penje- lewengan-penjelewengan dari djiwa, dasar dan tudjuan Revolusi. Bumi mendjadi subur untuk bertumbuhnja segala matjam aliran konvcn- sionil, konservatif reaks.oner dan kontra-revolusioner serta liberalisme. Dan karena empat dualisme jang sudah berkali-kali disinjalir P residen Soekarno :

1) dualisme antara Pemerintah dan pimpinan Revolusi;

2) antara masjarakat adil dan makmur atau masjarakat kapitalis;

3) Revolusi sudah selesai atau belum selesai;

demokrasi'Sme dem° krasi untuk Rakiat ataL1 Rakiat untLlk

lu sin ^ Sa^T-^an tjara mentiaPa * tudjuan Revolusi : T jaran ja harus revo-

kan ^a ^a' ^ ara -*an9 reformistis dan kompromistis harus

ditinggal-d a n ' Flf lm ^ ,a ,ne harus diganti dengan sistim Demokrasi Ter'piinpin

np^ia o erpimpin. Demokrasi terpimpin adalah dem okrasi

Indo-kekeltiarn ari 2aman P u r b a k a la . Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi tatur H a u f11, ta ? ^ a anarchinja liberalisme dan tanpa autokrasinja dik- toolino da ^ me j sanakan Demokrasi Terpim'pin harus dilakukan re"

oo'mg dan herordening serta kordinasi disegala bidang.

selama Revolusi kita berarti kita menjadari bahw a

pada dasaV A* ^ 1,Pen^e| ewen9an'Pe nje^ew engan dan harus keinbali ke tus 1945 DprifT U ^uan jan9 kita proklamasikan pada tanggal 17 Agus-

1945 maka e, an herlakunja kembali U ndang-undang D a s a r

jang Wbenarnja. W eV a U n d r 9kina,? Re™ lusi kita ^ e n tja p a i tudjuannja

san jang kuat iaitn A n9'undang D asar 1945 mempunjai 2 landa-

J ng Kuat, jaitu landasan idiil dan landasan materiil.

ialah \ b a L u a n asduruhkR a ^ t S1T a ,ReYolusi s e P erti kita idam-idamkan tidak mampu akan mentiaDai hn anpa bantuan seluruh Rakjat K abinet

Revolusi maka diadakan usaha u L h !tp,un ^ ’u9a - U ntu k berhasilnja

A. Bidang Politik :

1. M engadakan retooling disemua lapangan.

Retooling daripada semua alat ‘perdjuangan dan Konsolidasi daripada semua alat perdjuangan sesudah retooled.

Retooling badan eksekutif, jaitu Pemerintah, kepegawa.'an dan lain sebagainja, vertikal dan horizontal.

Retooling badan legislatif, jaitu D.P.R. Retooling semua alat kekuasaan Negara, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Polisi,

2. Sistim liberalisme diganti mendjadi Demokrasi Terpimpin.

3. Mengadakan penjederhanaan kepartaian dan mengadakan U n ­

dang-undang Pemilihan Umum baru. B. Bidang Ekonomi :

1. Retooling alat-alat produksi dan alat-alat distribusi.

Semuanja direorganisasi, dibelokkan setirnja kearah 'pelaksanaan fasal 33 Undang-undang Dasar ’45, dengan mempergunakan relnja Demokrasi Terpimpin.

2. Semua alat vital dalam produksi dan semua alat vital dalam

distribusi harus dikuasai atau sedikitnja diawasi oleh Pemerin­ tah.

3. Segala modal dan tenaga jang terbukti progresif dapat diikut-

sertakan dalam pembangunan Indonesia.

4. Tenaga modal ,,funds and forces" bukan asli jang sudah menetap di Indonesia, jang menjetudjui, lag! pula sanggu'p membantu terlaksananja program Kabinet Kerdja, akan mendapat tempat dan kesempatan jang wadjar dalam usaha-usaha kita, dan dapat disalurkan kearah pembangunan perindustrian, misalnja inisiatif partikulir.

5. Mentjoret sama sekali „hak eigendom" tanah dari hukum per-

tanahan Indonesia, dan hanja kenal hak milik tanah bagi orang Indonesia, sesuai dengan fasal 33 Undang-undang D asar 45.

C. Bidang Sosial :

M enetapkan pentingnja ,,kesadaran sosial , dari lima kesadaran :

a. Kesadaran nasional.

b. Kesadaran bernegara.

c. Kesadaran berpemerintah.

d. Kesadaran berangkatan Perang.

e. Kesadaran sosial.

P e n g e d j a - w a n t a h a n kesadaran sosial itu ialah :

1. Semangat Persatuan.

2. Semangat Gotong-Rojong jang dinamis.

3. Semangat „ho lopis kuntul baris".

Ordening politik-ekonomi-sosial pada hakekatnja adalah inti atau djiwa dari Revolusi kita, dan konsepsi-hidup jang mendjiwai R evo­

lusi itu adalah kekuasaan jang pokok dari kehidu'pan nasional kita. Bidang Mental dan Kebudajaan :

1. Revolusi kita bukan hanja Revolusi materiil, tetapi djuga R evo­

lusi mental,

2. Kita harus berani membongkar alat-alat jang lama dan mem-

bangun jang baru untuk meneruskan perdjuangan diatas rel revolusi.

3. Revolusi kita tidak hanja meminta sumbangan keringat atau

disiplin, tetapi djuga tidak kurang penting ialah kebutuhan un­ tuk mentjiptakan fikiran-fikiran dan konsepsi-konsepsi baru.

4. Kita harus berdjuang menentang imperialis kebudajaan dan

Pemerintah harus melindungi dan mendjamin berkem bangnja

kebudajaan nasional. Bidang K eam a n an :

1. Mengkordinasi antara alat-alat N e g a ra dan D epartemen-depar-

temen, baik didalam Neggri maupun di Luar Negeri.

2. Mengikut-sertakan Rakjat dengan :

a. mengintensifkan organisasi-organisasi keam anan Rakjat;

b. wadjib latih bagi pemuda-pemuda dan veteran ta ra f demi

. taraf;

c. milisi darurat diseluruh Indonesia.

3. Penertiban dan penjehatan alat-alat kekuasaan N egara, baik

teknik maupun ideologis, untuk mempertinggi disiplin dan pro- duktivitet kerdjanja.

4. Undang-undang Keadaan Bahaja harus dim anfaatkan setjara

bidjaksana untuk menerobos kematjetan atau kesesatan berbagai Usaha Pemerintah, dalam rangka pelaksanaan Program P em e­ rintah dalam keseluruhannja.

5. Memperhebat operasi-operasi keamanan dengan pengerahan kekuatan alat-alat negara dan Rakjat setjara maximal, d engan :

a. mempergunakan djalan mem'pertjepat hasil-hasil dan mengu-

rangi korban-korban;

b. memperlakukan dengan w adjar para pemberontak jang insaf

kembali dan menjerah tanpa sjarat, dan ichlas ingin kembali kepangkuan Republik Indonesia ’45.

Pembentukan Badan-badan Baru :

1. Dewan Pertimbangan Agung, jang berkewadjiban memberi

dja-waban atas pertanjaan Presiden, dan berhak memadjukan usul ke-pa a Pemerintah, atas prinsi'p perlu-mutlaknja bantuan R akjat uat segala urusan ke-Negaraan dan kemasjarakatan dan atas si a - a ekat kepribadian Bangsa Indonesia jang berinti gotong- rojong*

2. Dew an Perantjang Nasicnal, untuk merantjangkan pola masja- rakat jang adil dan makmur dan membuat blueprint dari pada suatu masjarakat Indonesia jang berkeadilan sosial.

3. Bapekan : „Badan Pengaw as Kegiatan A paratur N e g a ra ” untuk mengawasi kegiatan A paratur N egara, baik vertikal maupun horizontal, agar terdjamin efi'siensi kerdja jang maximal.

4. Madjelis Permusjawaratan Rakjat jang terdiri dari anggota-

anggota D.P.R. ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan jang diangkat oleh Presiden.

5. Front Nasional jang dimalcsudkan untuk mengadakan alat 'peng- gerak masjarakat setjara demokratis, jang diperlukan pertama- tama dibidang pembangunan, menudju kepada terbangunnja sa­ tu masjarakat adil dan makmur, menudju kepada penjelesaian

Revolusi. Pelaksana :

W alaupun Manifesto Politik adalah sangat penting karena telah mendjawab Persoalan-persoalan Pokok Revolusi dan telah menge- mukakan Usaha-usaha Pokok untuk menjelesaikan Revolusi Indo­ nesia, tetapi realisasinja sangat tergantung pada orang-orang jang diberi tugas untuk melaksanakannja.

P E N E M U A N K E M B A L I R E V O L U S I K IT A

A M A N A T P R E S ID E N R E P U B L IK I N D O N E S I A P A D A H A R I P R O K L A M A S I 17 A G U S T U S 1959

Saudara-saudara sekalian !

Hari ini adalah ,,Hari 17 A gustus”. 17 Agustus 1959.

17 Agustus, — tepat empatbelas tahun sesudah kita m engadakan Proklamasi.

Saja berdiri dihadapan saudara-saudara, dan berbitjara kepada saudara-saudara diseluruh tanah-air, bahkan djuga kepada saudara- saudara bangsa Indonesia jang berada diluar tanah-air, untuk ber*ama- sama dengan saudara-saudara memperingati, merajakan, mengagungkan, mengtjamkan Proklamasi kita jang keram at itu.

Dengan tegas saja katakan ,,mengtjamkan . Sebab, hari ulang-tahun ke-empatbelas daripada Proklamasi kita itu harus benar-benar membuka halaman baru dalam sedjarah Revolusi kita, halaman baru dalam sedjarah Perdjoangan Nasional kita.

1959 menduduki tempat jang istimewa dalam sedjarah Revolusi kita itu. Tem pat jang unik 1 A da tahun jang saja nam akan ,,tahun ketentuan , — a year of decision. A da tahun jang saja sebut ,,tahun ta n tangan , a year of challenge. Istimewa tahun jang lalu saja nam akan ,Jtahun tantangan” . Tetapi buat tahun 1959 saja akan beri sebutan lain. T ahun 1959 adalah tahun dalam mana kita, — sesudah pengalaman pahit ham ­ per sepuluh tahun — , kembali kepada U ndang-U ndang D asar 1945, — Undang-undang Dasar Revolusi. Tahun 1959 adalah tahun dalam mana kita kembali kepada djiwa Revolusi. Tahun 1959 adalah tahun penem uan kembali Revolusi. Tahun 1959 adalah tahun ,,Rediscovery of our Re­ volution”.

Oleh karena itulah maka tahun 1959 menduduki tem'pat jang isti­ mewa dalam sedjarah Perdjoangan Nasional kita, satu tempat jang unik ! Seringkali telah saja djelaskan tentang tingkatan-tingkatan Revolusi kita ini.

1945 — 1950. Tingkatan physical Revolution. Dalam tingkatan ini kita merebut dan mempertahankan apa jang kita rebut itu, jaitu kekuasa­ an, dari tangannja fihak imperialis, kedalam tangan kita sendiri. Kita merebut dan mempertahankan kekuasaan itu dengan segenap tenaga rohaniah dan djasmaniah jang ada pada kita, — dengan apinja kita’punja djiwa dan dengan apinja kitapunja bedil dan meriam. A ngkasa Indonesia pa a waktu itu adalah laksana angkasa kobong, bumi Indonesia laksana bumi tersiram api. Oleh karena itu maka periode 1945 — 1950 adalah periode Revolusi phisik. Periode ini, 'periode merebut dan mempertahan-

an kekuasaan, adalah periode Revolusi Politik.

T j a t a t a n . U n tu k p e n u n d ju k a n h a la m a n d ip e rg u n a k a n h a l a m a n - h a la m a n d a r i u u k u M a n ife sto P o litik , P e n e r b it a n C h u s u s D ep. P e n . N o. 76.

1950 — 1955. Tincjkatan ini saja namakan tingkatan ..survival". Survival artinja tetap hidup, tidak mati. Lima tahun physical revolution tidak membuat kita rebah, lima tahun bertempur, menderita, berkorban- badaniah, lapar, kedjar-kedjaran dengan maut, tidak membuat kita binasa.

Badan penuh dengan luka-luka, tetapi kita tetap berdiri. Dan

antara 1950 — 1955 kita sembuhkanlah luka-luka itu, kita sulami mana jang bolong, kita tutup mana jang djebol. Dan dalam tahun 1955 kita dapat berkata, bahwa tertebuslah segala penderitaan jang kita alami dalam periodenja Revolusi phisik.

1956. Mulai dengan tahun ini kita ingin memasuki satu periode baru. Kita ingin memasuki periodenja Revolusi sosial-ekonomis, untuk men­ tjapai tudjuan terachir daripada Revolusi kita, jaitu satu masjarakat adil dan makmur, ,,tata-tentrem-lcertarahardja”. Tidakkah demikian, saudara- saudara ? Kita berrevolusi, kita berdjoang, k:ta berkorban, kita berdansa dengan maut, toh bukan hanja untuk menaikkan bendera Sang M erah Putih, bukan hanja untuk mele'paskan Sang Garuda Indonesia terbang diangkasa ? „Kita bergerak” , — demikian saja tuliskan dalam risalah „Mentjapai Indonesia M erdeka” hampijr tigapuluh tahun jang lalu — : „Kita bergerak karena kesengsaraan kita, k.'ta bergerak karena ingin hidup lebih lajak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena ..ideaal” sadja, kita bergerak karena ingin tjukup makanan, ingin tjukup pakaian, ingin tjukup tanah, ingin tjuku'p perumahan, ingin tjukup pendidikan, ingin tjukup meminum sen dan cultuur, — 'pendek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib didalam segala bagian-bagiannja dan tja- bang-tjabangnja. Perbaikan nasib ini hanjalah bisa datang seratus procent, bilamana masjarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialis- me. Sebab stelsel inilah jang sebagai kemladean tumbuh diatas tubuh kita, hidup dan subur daripada tenaga kita, rezeki kita, zat-zatnja masja­ rakat kita. — Oleh karena itu, maka ‘pergerakan kita djanganlah perge- rakan jang ketjil-ketjilan. — Pergerakan kita itu haruslah suatu perge­ rakan jang ingin merobah samasekali sifatnja masjarakat” ...

Pendek-kata, dari dulu-mula tudjuan kita ialah satu masjarakat jang adil dan makmur.

M asjarakat jang demikian itu tidak djatuh begitu-sadja dari langit, laksana embun diwaktu malam. M asjarakat jang dem*kian itu harus kita perdjoangkan, masjarakat jang demikian itu harus kita bangun. Sedjak tahun 1956 kita ingin memasuki alam pembangunan. Alam pembangunan Semesta. D an saudara-saudara telah sering mendengar dari mulut saja, bahw a untuk pembangunan Semesta itu kita harus mengadakan perbe- kalan-perbekalan dan peralatan-peralatan lebih dahulu, — dalam bahasa asingnja : mengadakan „investment-investment” lebih dahulu. Sedjak ta ­ hun 1956 mulailah periode investment. Dan sesudah periode investment itu selesai, mulailah periode pembangunan besar-besaran. D an sesudah pembangunan besar-besaran itu, mengalamilah kita Insja Allah subha- nahu w a ta ’ala alamnja masjarakat adil dan makmur, alamnja masjarakat „murah sandang murah pangan” , „subur kang sarw a tinandur, murah kang sarw a tinuku”.

Saudara-saudara ! Djika kita menengok kebelakang, maka tampaklah dengan djelas, bahwa dalam tingkatan Revolusi phisik, segala perbu atan kita dan segala tekad kita mempunjai dasar dan tudjuan jang tegas-djelas buat kita-semua; melenjapkan kekuasaan Belanda dari bumi Indonesia, mengnjahkan bendera tiga-warna dari bumi Indonesia. Pada^ satu detik, djam sepuluh pagi, tanggal 17 Agustus, tahun 1945, Proklam asi diutjap- kan, — tetapi lima tahun lamanja Djiwa Proklamasi itu tetap berkobar- kobar, tetap berapi-api, tetap murni mendjiwai segenap fikiran dan rasa kita, tetap murni menghikmati segenap tindak-tanduk kita, te tap murni mewahjui segenap keichlasan dan kerelaan kita untuk menderita dan b e r­ korban. Undang-undang D asar 1945, — U ndang-undang D a s a r P ro k lam a­

si —, benar-benar ternjata U ndang-undang D asar P erdjoangan, b e n a r2

ternjata satu pelopor daripada alat-perdjoangan ! D engan D jiw a P ro k la ­ masi dan dengan Undang-undang D asar Proklamasi itu, perdjoangan berdjalan pesat, malah perdjoangan berdjalan laksana lawine Ja n 9 1Tia ^ lama makin gemuruh dan ta ’ tertahan, m'enjapu bersih segala penghalang .

Padahal l i h a t ! Alat-alat jang berupa perbendaan (materiil)

waktu itu serba kurang, serba sederhana, serba dibawah minimum . e-

uangan tambal-sulam, A ngkatan Perang tjompang-tjamping, kekuasaan politik djatuh-bangun, daerah defacto Republik Indonesia kadang hanja seperti selebar pajung. Xetapi Djiw a Proklamasi dan U ndang-undang D asar Proklamasi mengikat dan membakar semangat seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai M erauke I Itulah sebabnja kita 'pada w aktu itu pantang mundur. Itulah sebabnja kita pada w aktu itu achirnja me- nang. Itulah sebabnja kita pada w aktu itu achirnja berhasil pengakuan kedaulatan, — bukan souvereiniteits-overdracht tetapi souvereiniteits-

erkenning — , pada tanggal 27 Desember 1949.

Demikianlah gilang-gemilangnja periode Revolusi phisik.

Dalam 'periode jang kemudian, jaitu dalam periode survival, sedjak 1950, maka modal perdjoangan dalam arti perbendaan (materiil) agak~ lebih besar daripada sebelumnja. Keuangan kita lebih longgar, A n gkatan Perang kita tidak tjompang-tjamping lagi; kekuasaan politik kita diakui oleh sebagian besar dunia internasional; kekuasaan de facto kita melebar sampai daerah dimuka pintu-gerbang Irian Barat. Teta'pi dalam arti modal mental, maka modal-perdjoangan kita itu mengalami satu kemun-

duran. Apa sebab ?

Pertama

oleh karena djiwa, sesudah berachirnja sesuatu perdjoangan

phisik, selalu mengalami satu kekendoran;

kedua

oleh karena pengakuan

kedaulatan itu kita beli berbagai matjam

kompromis,

Kompromis, tidak hanja dalam arti penebusan dengan kekajaan materiil, tetapi lebih djahat daripada itu : kompromis dalam arti m e n g o r­ bankan Djiwa Revolusi, dengan segala akibat daripada itu :

Dengan Belanda, melalui K.M.B., kita harus mentjairkan djiwa- revolusi kita; di Indonesia sendiri kita harus berkompromis dengan go- longan-golongan jang non-revolusioner : golongan-golongan blandis, golongan reformis, golongan konservatif,

golongan-golongan kontra-revolusioner, golongan-golongan-golongan-golongan bunglon d an tjutjunguk. Sampai-sampai kita, dalam mengorbankan djiwa revolusi ini, meninggal- kan Undang-undang D asar 1945 sebagai alat-perdjoangan !

Saja tidak mentjela K.M.B. sebagai taktik perdjoangan. Saja sendiri dulu mengguratkan apa jang saja namakan „tracee baru” untuk memper- oleh pengakuan kedaulatan. Tetapi saja tidak menjetudjui orang jang tidak menjadari adanja bahaja-bahaja penghalang Revolusi jang timbul sebagai akibat daripada kompromis K.M.B. itu. Apalagi orang jang tidak menjadari bahw a K.M.B. adalah satu kompromis ! O rang-orang jang de­ mikian itu adalah orang-orang jang pernah saja namakan orang-orang possibilis, orang-orang jang pada hakekatnja tidak dinamis-revolusioner, bahkan mungkin kontra-revolusioner. Orang-orang jang demikian itu sedikitnja adalah orang-orang jang beku, orang-orang jang tidak mengerti maknanja ,,taktik” , orang-orang jang mentjampur-bawurkan taktik dan > tudjnan, orang-orang jang djiwanja ,,mandek” .

Orang-orang jang demikian itulah, disamping sebab-sebab lain, meratjuni djiwa bangsa Indonesia sedjak 1950 dengan ratjunnja refor- misrne. Merekalah jang mendjadi salah satu sebab kemunduran modal

mental daripada Revolusi kita sedjak 1950, meskipun dilapangan

peralatan materiil kita mengalami sedikit kemadjuan. Kalau tergantung daripada mereka, kita sekarang masih hidu'p dalam alam K.M.B. ! Masih