• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harus selalu lebih baik dari pertanian Rakjat untuk tjontoh.

Dari uraian-uraian tersebut diatas djelaslah adanja tudjuan jang mutlak jang harus kita pakai sebagai pedoman didalam kita membangun, jaitu menudju kemasjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila atau sosialisme a la Indonesia; pembangunan jang dapat memberi kemak­ muran kepada djustru bagian rakjat Indonesia jang terbanjak, jaitu jang 95 c/c bukan jang 5% sadja jang nota bene termasuk dalam orang-orang jang berada dan terdiri dari sebagian besar orang-orang asing.

Sebagai konsekwensi dari tudjuan itu, maka tidak dapat disetudjui adanja sifat-sifat kearah kapitalisme dan liberialisme. Siapa sadja, baik pendjabat Pemerintah maupun pemimpin-pemmipin rakjat dan para arsi- tek-arsitek jang bertugas untuk membikin pola itu harus mempunjai tang- gung djawab akan terlaksananja tjita-tjita jang merupakan amanat rakjat seluruhnja.

C. P O L A PEM BIAJA AN

Pola ketiga tentang anggaran belandja untuk membelandjai pem­ bangunan seperti direntjanakan dalam pola pertama dan kedua adalah berisi angka-angka ru'piah jang sangat penting.

Dibentuknja Dewan Perantjang Nasional tidak sadja merupakan kedjadian jang sangat penting, melainkan djuga adalah satu kedjadian jang bersedjarah bagi Anggaran Belandja Republik Indonesia. Dengan terbentuknja Dewan Perantjang Nasional kita memasuki taraf baru dalam tata-tjara pembangunan negara dan bangsa. Ini berarti, bahwa penga­ laman dirnasa jang lalu dengan pembuatan rentjana pembangunan tidak boleh terulang lagi satu plan 'pembangunan jang tidak mendjadi plannja massa, tapi hanja merupakan suatu plan akademis belaka jang tidak difa- hami oleh sebagian besar rakjat Indonesia. Bukan itu sadja, rentjana 'pembangunan dimasa jang lalu bukan untuk pembangunan semesta, dan dalam perentjanaan dan pelaksanaannja tidak ada 'pula kordinasi satu daerah dengan daerah lainnja, antara satu kementerian dengan kemen- terian lainnja, malahan tidak ada kordinasi antara satu dengan lain djawatan didalam satu kementerian. Keadaan jang demikian ini adalah satu keadaan jang harus diatasi bersama. D ari angka-angka dalam pola pembiajaan, Parlemen akan dapat melihat rangkaian Anggaran Pemba­ ngunan dengan Anggaran Negara dan Alokasi Daerah.

Berbeda dengan diwaktu jang lalu, kini kita telah membangunkan D ew an Perantjang Nasional jang komposisi keanggotaannja terdiri dari achli-achli akademisi bersama dengan wakil-wakil golongan fungsionil buruh, tani dan lain2. Dengan begitu Dewan Perantjang Nasional akan

da'pat me n gk omb in a s i dibidang perentjanaan pembangunan dua peng­

alaman dari para achli Anggaran Belandja pembangunan dipusat dan daerah dengan pengalaman pembangunan dari golongan fungsionil se­ bagai sjarat penting untuk berhasilnja menjusun blue-print masjarakat adil dan makmur berdasarkan Pantjasila.

D ew an Perantjang Nasional, mempunjai tugas membuat blue-print masjarakat adil dan makmur, satu m asjarakat jang berte n tan g an dengan struktur ekonomi, politik dan sosial dari pada m asjarakat liberal In d o ­ nesia pada waktu sekarang. Blue-print itu diw udjudkan dalam U n dang- undang Pembangunan Nasional jang berentjana.

D engan begitu rentjana pem bangunan dalam 'pelaksanaannja tidak bergantung pada silih bergantinja Kabinet. Setiap Kabinet h a ru s melak­ sanakan U ndang-undang P em bangunan Nasional, k aren a U n dang-U n- dang itu jang pada mulanja dibuat oleh D ew an P erantjang N as.onal harus disahkan oleh Madjelis Perm usjaw aratan Rakjat sebagai bad an legislatief tertinggi dalam tata-kenegaraan Repulbik Indonesia.

Sebagai badan perentjanaan, maka D e w a n P erantjang N asional dan setiap anggotanja harus terpimpin oleh idee m asjarakat adil dan makmur. Karena itu setiap tindakan kita dan setiap perentjanaan jang dibuat oleh D ew an P erantjang Nasional harus inendjurus p a d a satu titik pada idee jang memimpin kita, idee m asjarakat adil dan makmur, tjita-tjita dari seluruh rakjat Indonesia sebagai tersirat dalam Proklam asi K em er­ dekaan Indonesia 17 A gustus 1945.

Blue-print pembiajaan pem bangunan harus dibuat oleh D e w a n P e ­ rantjang Nasional meliputi seluruh segi kehidupan dan penghidupan b a n g ­ sa, baik usaha untuk memperbaiki rakjat sehari-hari maupun usaha pem- angunan besar-besaran, misalnja pem bangunan dalam bidang agraria, in ustrialisasi, transmigrasi, angkatan 'perang, pendidikan, kebudajaan,

e.c atan, perundang-undangan, ibukota dan sebagainja. M em ang s angat

era ugas ewan Perantjang N asional dalam menjusun tripola pemba-

tugas itu adalah am anat dan djeritan seluruh bangsa lpr.a>rir|Sla-^fn? Jutaan itu untuk membina Indonesia jang m erdeka penuh,

P s a n ekuasaan politik, ekonomi dan kebudajaan asing, satu Indo- r _ i^tnja bebas dari sistim penghisapan kapitalis dan feodal, n ja ^ e n d ir i651'3 rakj"a tnja 1 0 0% mendjadi tuan atas rumah

halaman-i ^ ^ a.S4 acljaran filsafah Pantjasila maka dalam pergolakan Revolusi

banrTa tanun jang lampau maka rakjat Indonesia telah berdaja mem-

nesi^H satuan Republik Indonesia. D ihari depan rakjat

Indo-itu derfr? 6 3 hendak memberi isi kepada Proklamasi jang luhur

jang t e l a h ^ e r t j a p a ^ 11^ maslara ^ at ac^l ^an niakmur atas kem erdekaan

kehidunln^ru! 1 n^Sanua j 3n 'Pemban9unan semesta jang meliputi segala segi

litis, ekonomis d Pa.n dibutuhkan dasar-dasar dan sjarat-sjarat

po-rentiana 3n so^ial 3an g diperlukan sebagai masa persiapan atau

^ h — *■

nerus m e n q u s a h a k L ^ ^ k ' r£jkjat Indonesia tidak bosan-bosan terus me- sekarang harus men’ifenka ’3aJ ? ” 9an Persatua* nasional ; rakjat Indonesia

pimpin sebagai f c e l i k s a n a a n K “ meIaksanakan idee demokrasi ter-

Dalam bidang ekonomi dan pembangunan, kita harus memperkuat sektor ekonomi negara, menguasai export-import dan distribusi bahan- bahan kebutuhan hidup jang pokok. Segala daja upaja untuk mereali- sasi memenuhi kebutuhan sendiri dalam 'perekonomian dan terutama sekali dalam soal bahan makanan dan pakaian.

Dalam memperbesar produksi barang-barang konsumsi pokok itu, terutama ditundjukan pada beras sehingga terlaksana selfsupporting, serta mendatangkan tjukup bahan-bahan baku untuk ke'perluan industri dalam negeri seperti bahan-bahan baku untuk industri tekstil dan lain-lain. Pembangunan djangka pendek ini harus djuga ditudjukan pada mere- habilitasi irigasi, djalan-djalan raja, djalan kereta api, meluaskan djaring- djaring pelajaran antar nusa menjelesaikan projek-projek setengah djadi atau projek baru jang sedang dikerdjakan, dan mendirikan industri-indus- tri terutama industri guna mengolah sendiri bahan-bahan mentah jang dihasilkan Indonesia.

Soal lain jang sangat erat dengan suksesnja pembangunan tanah-air kita sangat erat hubungannja dengan masalah biaja pembangunan, A ng­ garan Belandja Negara. Dalam hal itu supaja ditindjau harus adanja pergeseran-pergeseran dalam menggunakan Anggaran Belandja, sehingga rentjana pembangunan djangka pendek jang sesuai dengan urgensinja da'pat dibiajai sebaik-baiknja dan diselesaikan setjepat-tjepatnja sebagai starting point untuk perentjanaan dan pelaksanaan pembangunan semesta jang meliputi segala segi kehidupan dan penghidu'pan bangsa. Penggunaan Anggaran Belandja setjara effektif hendaknja dilakukan disatu fihak mengintensifkan penghematan terhadap pengeluaran jang tidak perlu, pembasmian koru'psi, pemborosan dan penjelundupan, dan dilain fihak mengusahakan sumber-sumber penghasilan baru serta mengadakan kredit- kredit luar negeri jang bebas dari ikatan politik dan militer.

Masa persiapan atau kita namakan pembangunan djangka pendek, harus berhasil baik dengan sukses, supaja menimbulkan antusiasnie di- kalangan rakjat sebagai djaminan untuk mensukseskan pelaksanaan pem­ bangunan semesta. Djadi pada hari depan, maka pembangunan akan dapat dibatja dalam Undang-undang Pembangunan Semesta dan dalam Undang-undang Anggaran Belandja untuk pembangunan routine.

Plan pembangunan nasional harus mendjadi miliknja seluruh rakjat Indonesia.

Supaja plan 'pembangunan ini sungguh-sungguh mentjapai sukses, kita harus sclalu ingat menarik peladjaran dari pengalaman-pengalaman dimasa jang lalu. Kita nantinja hanja mempunjai satu plan pembangunan sebagai hasil Dewan Perantjang Nasional. D an 'plan pembangunan ini harus merupakan plan massa, bukan plan dari sesuatu Kementerian, bukan plan dari sesuatu golongan, tapi plan Negara, plan milik nasional dari seluruh rakjat Indonesia. Agar plan ini bisa mendjadi miliknja rak­ jat Indonesia, maka dalam 'pembikinannja plan itu harus bersandarkan kepada kepentingan massa rakjat Indonesia dan bukan untuk kepentingan kaum imperialis asing.

P eriu 3ekali dilegaskan, b ah w a D e w a n P e ra n tja n g N asional dalam menjusun plan pembangunan harus selalu ingat, tidak boleh herorientasi p ad a kepentingan modal asing,tapi harus berorientasi p a d a kepentingan nasional rakjat Indonesia jang berdjuta-djuta banjaknja.

Dihada*pan D ew an P erantjang N asional tersedia kesem patan jang sangat luas untuk berbuat kebadjikan bagi pem bangunan ta n ah air kita. S ekarang bergantung kepada kita dan terutam a kepada D e w a n P e r a n ­ tjang Nasional untuk bekerdja sebaik-baiknja guna terselenggaranja dan tertjiptanja pola masjarakat adil dan makmur, m asjarak at sosialis In d o ­ nesia jang dirindukan oleh seluruh rakjat. Segala pen tju rah an tenaga dan pikiran dalam D ew an P erantjang N asional d an dikombinasi d engan saran-saran dari massa rakjat luas, D e w a n P e ra n tja n g N asional meng- godok segala pendapat itu dan djadilah plan pem bangunan jang mendjadi miliknja rakjat Indonesia. D engan demikian akan tertjapai pula d engan pelaksanaan U ndang-undang P em bangunan Semesta tjita-tjita ra k ja t In ­ donesia dalam bidang ekonomi dan sosial sebagai tersirat dalam Prokla- masi 17 Agustus 1945.

Pembangunan membutuhkan suatu keseluruhan A n g g a ra n Pemb*a- jaan misalnja untuk lima tahun, jang a k a n dibagi-bagi m enurut besarnja prosentasi bagi 'pembangunan projek. Kita ambillah b e b era p a misalnja angka-angka ini belumlah tetap, dan dinjatakan sekedar untuk meng- arahkan fikiran para anggota jang terhorm at.

Pembangunan I membutuhkan pembiajaan kira-kira 15 miljard r u ­ piah, djadi kira-kira 15 ribu djuta rupiah dalam h arg a rupiah kirakira

5 tahun dahulu, jaitu ketika rupiah mempunjai valuta lebih tinggi dari pada sekarang. H a rg a rupiah dahulu lebih tinggi dari w aktu sekarang, adalah sekian kali lebih tinggi dari pada sekarang. Sekiranja P em ­ bangunan II membutuhkan A n g g aran Pem biajaan kira-kira 200 ribu djuta

rupiah sekarang pada tahun 1959, maka angka 2 0 0 ribu djuta rupiah

ini akan dibagikan menurut prosentasinja kedalam bidang-bidang pem ­ bangunan jang memerlukannja.

Rantjangan sementara ini adalah disusun hanja sebagai tjontoh, dan Dewan Perantjang N asional h e n d a k l a h m enetapkan den g an diber> ulasan, manakah gabungan projek pembangunan, dan berapa besai pro­ sentasi pembiajaannja, dihitung dari djumlah A n g g aran Pembiajaan.

Djuga harus diperhatikan, bahw a A n g g aran Pembiajaan P e m b a n g u ­ nan kedua itu adalah lepas dari pada A n g g aran Pembiajaan Pem bangun- nan routine oleh Kementerian-kementerian pusat, lepas dari p ad a pem­ bangunan oleh Pemerintah daerah dan oleh 'partikelir. Selain dari pada

ewan Perantjang Nasional diharapkan, supaja harus berhciti-hati da- am menentukan anggaran pembiajaan itu, karena mengenai angka djum- Jah jang konkrit, tetap djuga hendaklah D ew an Perantjang N asional dalam menetapkan angka-angka itu djangan berasa inferior kepada b e­ sarnja pembangunan diluar negeri. Segala pekerdjaan D ew an P erantjang

JNasional dalam mengolah dan m e n e t a p k a n pembiajaan, hendaklah di­

laksanakan dengan teliti, saksama serta penuh rasa tanggung djaw ab kepada uang rakjat dan ke'pentingan rakjat.

P E N U T U P