• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETETAPAN R A K J A T SEMENTARA R E P U B U K IN D O N ESIA. *. N o. I/M P R S / m a d j e l i s p e r m u s j a w a r a t a n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETETAPAN R A K J A T SEMENTARA R E P U B U K IN D O N ESIA. *. N o. I/M P R S / m a d j e l i s p e r m u s j a w a r a t a n"

Copied!
288
0
0

Teks penuh

(1)

KETETAPAN

m a d j e l i s

p e r m u s j a w a r a t a n

R A K J A T SEMENTARA

d

R E P U B U K IN D O N ES IA

* . N o . I/M P R S /1 96 0

■ --- — ■

(2)
(3)
(4)
(5)

I n /

-k

a j n .

M A DJELIS P ERMUS J A W A R A T A N

R A K JA T S E M E N ! A R A

REPUBLIK IN D O N E S IA

N o . l/M P R S /1 9 6 0

M.P.R.S. dan DEPARTEMEN PENERANGAN

(6)
(7)

I C E T E T A P A N M A D JE L IS PERM ITS J A W A R A T A N R A K JA T S E M E N T A R A R E P U B L IK I N D O N E S I A N o. I/M P R S /1 9 6 0 I S I N J A : H alam an

I. Kata pengantar Pim'pinan M .P.R.S... 9

II. Ke'putusan Presiden R.I. No. 127/1961 ... 15

III. Amanat N egara Presiden Soekarno : 10 Nopember 1960 ... 21

IV. Ketetapan M.P.R.S. No. I/M P R S /1 9 6 0 ... 35

Lampiran ke-1 (Pasal I) : ... 39

GARIS-GARIS BESAR D A R IPA D A H A L U A N N E G A R A Lampiran ke-2 (Pasal II) : ... 93

GARIS-GARIS BESAR D A R IP A D A H A L U A N PEM BA- N G U N A N Lampiran ke-3 (Pasal III) : ... 149

Pedoman pertama pelaksanaan Manifesto Politik Republik Indonesia : — D JA L A N N JA R E V O L U S I KITA. Pedoman kedua pelaksanaan Manifesto Politik Republik 203 Indonesia : — M E M B A N G U N D U N IA KEMBALI. V. Amanat sambutan Presiden Soekarno: 7 Desember 1960 ... 267

(8)

---f AK. HUKUM dan PENG. HASJ. fa nggal

(9)

P.J.M. Presiden/PangL'ma Tertinggi Aiigkatan Perang P E M I M P I N BESA R R E V O L U S I IN D O N E S IA .

(10)
(11)

P A N T JA -T U N G G A L PIM PEVAN M .P .R .S .

K e tu a , C h a iru l S a le h W a k il K e tu a , D . N . A id it W a k il K e tu a , B rig -. D je n . W ilu jo P u s p o ju d o .

(12)
(13)

I C A T A P E N G A N T A R P I M P I N A N

M A D ]EL IS P E R M U S J A W A R A T A N RA K JA T S E M E N T A R A R EPU B LIK I N D O N E S IA '

I.

Mengantarkan penerbitan dari ketetapan- M.P.R.S., baiklah

kiranja kita mengingatkan kembali kedjadian bersedjarah pada tanggal 10 Nopember 1960, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, ketika digedung Madjelis Pcrmusjawaratan Rakjat di Bandung dilakukan pem- bukaan Sidang Pertama dari Madjelis Permusjawaratan Rakjat Semen- tara (M.P.R.S.), hingga mendjadi lengkaplah Lembaga2 .ketatanegaraan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945, jang sedjak Dekrit Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Pe~ rang tertanggal 5 Djuli 1959 berlaku lagi sebagai dasar-hukum untuk hidup-ketatanegaraan dan kemasjarakatan Bangsa Indonesia.

Nama Lembaga Ketatanegaraan Tertinggi Republik Indonesia itu

dalam istilah Undang2 Dasar 1945 adalah : Madjelis Permusjawaratan Rakjat, jang merupakan pendjelmaan seluruh Rakjat Indonesia sebagai pemegang Kedaulatan Rakjat untuk raelaksanakan hikmat-kebidjaksana- an dalam permusjawaratan/perwakilan untuk mewudjudkan Amanat Penderitaan Rakjat.

Amanat Penderitaan Rakjat itu dilukiskan dalam Pembukaan dari Llndang2 Dasar 1945, jang menundjukkan garis-bimbingan Revolusi Nasional Indonesia untuk menudju kepada N egara Republik Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Dalam waktu 27 hari, M.P.R.S. telah menjelesaikan tugas-karjanja seperti dipikulkan diatas pundaknja oleh perundang-undangan N egara, dan pula dalam batas waktu sesuai dengan harapan Presiden/Panglim a Tertinggi Angkatan Perang seperti tersim'pul dalam Amanat N egara tanggal 10 Nopember 1960. Dengan memandjatkan do’a — pudji terima kasih jang tak-terhingga kehad’apan Tuhan Jang M aha Esa, M.P.R.S.

b e r s a m a - s a m a dengan seluruh Rakjat Indonesia bersjukur-gembira atas hasil-karjanja Madjelis Tertinggi Republik Indonesia seperti tertjantum dalam Ketetapan M.P.R.S. No. I dan II/M P R S /1960.

Jang dimaksud dengan Ketetapan M.P.R.S. No. I/M P R S /1 9 6 0 adalah ketetapan M.P.R.S. tentang ^Manifesto Politik Republik Indonesia sebragai garis*2 besar daripada haluan N e g a ra ’*, sedang jang dimaksud

(14)

tapan M.P.R.S, No, II/M P R S /1 9 6 0 adalah ketetapan tentang " G A M S 3 BESAR POLA P E M B A N G U N A N N A S I O N A L o E M i i ^ T A BE.RE. T JA N A T A H A P A N P E R T A M A 1961-1969”, sebagai hasil-penelaahan dan penelitian M.P.R.S. terhadap Garis2 Besar Pola P em bangunan. ter-.

masuk Pola Projek seperti termuat dalam Buku kesatu ji 1 - • c

III dari Rantjangan D asar U ndang2 Pembangunan Nasional Berentjana karja Depernas, jang telah d:-njatakan pada umumnja s dengan Amanat Pembangunan Presiden dan M an festo Po it! , c a n jc»

oleh karenanja diterima baik dengan ketentuan untuk iseniparnc. '

dengan ketetapan2 dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 9 dan ^ampiran Atas dasar kedua Ketetapan M.P.R.S. »tu tcrtjapaitah ^ e*n ^ . . ‘pa ; garis-pasti Revolus' Indonesia jang terang dan tandas unt^ ” nie!,i.nlur.

Negara Indonesia jang merdeka, bersatu, berdaulat, a^ ^ T^nrpnTC-KTr)0-

Dan mendjadi djelaslah oleh karenanja bagi seluruh ^ N A

-SIA dan seluruh D U N I A garis-konsepsionil mengenai SIO N A L IN D O N E S IA untuk menudju kepada : makmur berdasarkan Pantja-Sila” , atau : S O S I A L IS M E

Tertjapainja karja M.P.R.S. jang gemilang dalam v. aktu jang p- ^

dek itu adalah berkat semangat M.P.R.S. jang selalu erpegang 'e,

pada sembojannja :

..Sepi hing pamrih, rame hing g aw e” , dengan senantiasa melaksa- nakan kelima azas musjawarah dalam wudjud .

(1) RASA-merasa guna m e m p e r h a t i k a n suasana psikologis lmgkungan dan sesama;

(2) T E N G G A N G - m e n e n g g a n g untuk melaksanakan gairat djiwa ber- murah-hati atau toleransi;

(3) TIMBANG-menimbang guna mentjari keadilan; (4) AKAL-sehat guna mendapatkan kebenaran;

(5) ICHLAS-rela jang meringankan kehendak dan menimbulkan kebera-nian untuk membatasi diri, bahkan dj ka p e r l u , menjamping an *e pentingan-sendiri demi kepentingan-bersama, jakni : K epentmgan Nasional Indonesia.

Revolusi Nasional Indonesia ternjata telah menjegarkan kembali unsur2 Demokrasi Indonesia a s l i ! T e r’pantjang teranglah kini unsur -o drati Kepribadian Bangsa Indonesia, jang masih tetap hidup-subur sepan- djang masa di-tengah2 tjipta-rasa dari sekalian bangsa2 dalam tata-hukum pergaulan ummat-manusia !

Azas-azas musjawarah dan mufakat dalam rangka D emokrasi T er- pimpin untuk mewudjudkan hikmat-kebidjaksanaan itu telah terbukti njata dalam kalangan kekeluargaan M.P.R.S. ! Semoga dengan bukti tersebut tergerak-bangunlah seluruh Rakjat Indonesia untuk menjegarkan kembali pusaka-berharga N A L U R I I N D O N E S I A sepandjang-masa itu guna ber- gerak-serentak dibawah bimb^ngan Pem m'pin Besar Revolusi Indonesia melaksanakan Ketetapan2 M.P.R.S. sebagai Garis2 Besar H aluan R ev o ­ lusi kita.

(15)

H asrat Rakjat Indonesia untuk membangun negara dan masjarakaL- njn menurut Ketetapan2 M.P.R.S. No. I dan I I /M P R S /1 9 6 0 telah dimu- in: dengan Ajf.nan Tjangkul Pertama dari P.J.M. Prcs-'den./Panglima Ter!.:ngg; Angkatan Perang/Pemimpin Besar Revolusi Indonesia pada ianggal 1 Djanuari 1961.

Agar seluruh RAKJAT IN D O N E S IA tanpa pengetjualian dapat senantiasa mengikuti dan meneliti dengan seksama Ketetapan No. I dan II/M P R S /1 9 6 0 sebagai garis konsepsionil dalam Pembangunan Masjara- kat dan Negara. dikeiuarkanlah oleh Pimpinan M.P.R.S. Keteta'pan No. I/M P R S /1 9 6 0 dan Ketetapan M PR S No. II/M P R S /1 9 6 0 L E N G K A P . dimana termasuk didalamnja djuga 17 Djilid Pola Pembangunan Nasional Semesta Berentjana. untuk mendjadi S U M B E R IN D U K dan S U M B E R R E S M I mengenai kedua Ketetapan M.P.R.S, tersebut,

Jakin, bahwa untuk mempeladjar; kedua Ketetapan M.P.R.S. dalam bentuk jang se-lcngkap^nja ;tu tidak semua orang mempunjai tjukup wak- tu dan kemampuan, maka disampinq edisi jang lenqka'p itu, oleh Pim­ pinan M.P.R.S, dikeluarkan „R IN G K A S A N K E T E T A P A N M.P.R.S, No. I dan II/M P R S /1 9 6 0 ”, jang berisi pokok2 azasi dari kedua Ketetapan M-P.R-S. tersebut untuk ke'perluan Rakjat Indonesia dan dunia luar de­ ngan scluas-luasnja.

Untuk penerbitan kedua matjam Ketetapan M.P.R.S. No. I dan II/ M P R S/1960 ini dikeiuarkanlah Keputusan Republ k Indonesia No. 127/ 196!. Dalam penjelenggaraannja, Pimpinan M.P.R.S. bekerdja-sama de­ ngan Pemerintah Republik Indonesia dan para Pertjetakan Indonesia. Hendaknja kedua matjam penerbitan ini senantiasa mendjudi S lIM B E R P E N E L I T I A N dan P E G A N G A N P E N A F S IR A N tentanq garis-kon- ssosionil ID IO L O G I N A S IO N A L dan T JIT A - BANGSA^ I N D O N E ­ SIA !

Bandung, 1 Djuni 1961 Pimpinan

Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Republik Indonesia

Ketua

(Chaerul Saleh)

(16)
(17)

PEN JE R A H A N K E T E T A P A N M.P.R.S.

(18)
(19)

K E P U T U S A N P R E S ID E N R E P U B L IK I N D O N E S I A No, 127 T A H U N 1961,

KAMI, P R E S ID E N R E P U B L IK I N D O N E S IA . M em batja: .

Surat Pd. Ketua Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara ter- tanggal 22 M aret 1961 No. 0 6 90/0/M P R S /61;

M enim bang:

a. bahwa Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara telah menugas-

kan dengan kekuasaan penuh kepada Presiden/Panglima Tertinggi/ Pemimpin Besar Revolusi Indonesia untuk melaksanakan 'putusan2- nja seperti termaktub dalam Ketetapan No. I /M P R S /1 9 6 0 Pasal IV dan Ketetapan No. II/M PR S/1960 Pasal 10;

b. bahwa demi kelantjaran pelaksanaan Ketetapan2 tersebut diatas di-

perlukan penerangan jang se-luas2nja kepada seluruh Rakjat Indo­ nesia dan dunia luar mengenai isi dan makna Keteta'pan2 M.P.R.S. tersebut diatas agar Ketetapan2 M.P.R.S. tersebut dapat diketahui dan difahami oleh Rakjat seluruhnja;

c. bahwa untuk keperluan penerangan tersebut diatas diperlukan pe-

njusunan, pentjetakan, penjebaran bahan2 penerangan dan dimana 'perlu djuga penjalinannja kedalam bahasa2 asing;

bahwa untuk keperluan usaha tersebut pada c. perlu diadakan ke- tentuan-ketentuan mengenai usaha dan biajanja;

M e n g in g a t:

1. Pasal 4 ajat 1 U ndang2 D asar:

2. Ketetapan No. I/M P R S /1 9 6 0 'pasal IV dan Ketetapan No. II/

M PR S/1960 pasal 10 ;

3. Musjawarah Presiden/M andataris dengan Pimpinan Madjelis P er­

musjawaratan Rakjat Sementara tertanggal 21 M aret 1961. M e m u t u s k a n :

M e n eta p k an :

P e rta m a : Menjetudjui usul Pimpinan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara tentang penjusunan bahan2 penerangan tentang Kete- tapan-ketetapan M.P.R.S. dengan perperintjian sebagai b e r ik u t:

a. Keteta'pan No. I dan II/M P R S /1 9 6 0 dengan lengkap, dimana

ter-niasuk didalamnja 17 Djilid dari Pola Pembangunan Nasional

(20)

b. Ringkasan dari jang tersebut pada a diatas;

K e d u a : Untuk mendjaga ketelitian dalam penjusunan bah an 2 pene- rangan dan pula untuk mempertahankan keresmian dan keasliannja, maka penjusunan bahan2 penerangan tersebut harus dilaksanakan dan diseleng- garakan oleh M.P.R.S. sendiri dengan disjahkan oleh Pimpinan M .P.R .S.

K e tig a : Pentjetakan dan penjebaran bahan2 penerangan tersebut dilaksanakan dan diselenggarakan oleh D epartem en P en eran g a n dengan bantuan semua Departemen2 Pemerintah Republik Indonesia dan pula Front Nasional dibawah pengaw asan M.P.R.S., dengan ketentuan bah- wa 'penjebaran bahan penerangan tersebut se-kurang2nja diselenggara­ kan melalui saluran2 sebagai berikut :

a. melalui saluran Pamongpradja sampai dengan Tjamat;

b. melalui saluran A ngkatan Bersendjata sa.mpai dengan Kesatuan

di-daerah Ketjamatan;

c. melalui pendidikan sampai dengan Sekolah2 Landjutan P ertam a ; d. melalui saluran Departemen Luar N egeri untuk P erw akilan2 Republik

Indonesia diluar negeri dan masjarakat luar negeri;

e. melalui saluran F ro n t Nasional sampai dengan Rantingnja;

f. saluran2 lain dalam lingkungan Pemerintahan dan m asjarakat pada

umumnja, jang dapat membantu dan melantjarkan penjebaran b a h an 2 penerangan tersebut ketangan rakjat dengan se-luas2nja;

K eem pat: Untuk mentjukupi keperluan tersebut pada pokok ketiga, sebagai langkah permulaan diperkiralcan akan diperlukan matjam dan djumlah bahan penerangan sebagai b e r ik u t:

a. Ketetapan No. I dan II/M P R S /1 9 6 0 dengan lengkap, term asuk

17 Djilid dari Pola Pembangunan Nasional Semesta Berentjana T a - ha'pan Pertama 1961 — 1969 sedjumlah : 1.500 (seribu lima ratus) unit untuk keperluan pusat-pusat Depertemen, Pem erintahan D aerah, Angkatan Bersendjata, Perwakilan R-I. diluar Negeri, Lem baga2 Pendidikan Tinggi dan Kebudajaan serta Penelitian, F ro n t N asional dan lain2 pusat kegiatan kenegaraan serta kemasjarakatan lainnja menurut ketentuan P residen/M andataris dan Pimpinan M .P.R.S. ;

b. Ringkasan dari bahan penerangan tersebut pada a diatas sedjumlah

5.000.000 (lima djuta) buah untuk keperluan penerangan seluruh rakjat pada umumnja;

C' ^ erc^emahan dari Ringkasan tersebut pada b dalam djumlah dan

kedalam bahasa2 asing menurut ketentuan P r e s id e n /M a n d a ta ris dan Pim'pinan M.P.R.S. dengan bantuan Menteri Luar negeri;

K elim a: Dalam rangka penjusunan Ringkasan dari Pola Pemba-n 9u^ aPemba-n NasioPemba-nal Semesta BerePemba-ntjaPemba-na T ah a p aPemba-n Pertam a 1961 — 1969,

„ouku Ringkasan Pembangunan Semesta” , jaitu : perasan hasil-karja

(21)

kata pimpinan Presiden tertanggal Djakarta, 1 Djanuari 1961, supaja ditindjau dan disusun kembali untuk mcndapatkan kelengka'pan dalam isinja, terutama berhubungan dengan isi serta makna seperti termaktub dalam lampiran2 dari Ketetapan No. II/M P R S /1 9 6 0 ;

Keenam : Menjetudjui usul Pimpinan M.P.R.S. mengenai pengelu-aran biaja untuk penjusunan, pentjetakan dan penjebpengelu-aran bahan ‘pene­ rangan terpebut diatas sebagai tambahan Anggaran Belandja N egara 1961, jang djumlah serta perperintjiannja lejpih landjut akan diatur oleh Menteri Pertama dan Menteri Keuangan Republik Indonesia;

K etudjuh: Sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan negara gu- na menutup pengeluaran tersebut pada pokok keenam, menjetudjui usul Pimpinan M.P.R.S. untuk memungut pembajaran sebagai harga pem- belian bahan2 penerangan tersebut diatas dengan ketentuan jang akan diatur lebih landjut oleh Menteri Pertama dan Menteri Keuangan ber- sama2 dengan Menteri Penerangan;

K edelapan: Menugaskan kepada Menteri Penerangan Republik Indonesia untuk menjelenggarakan pertjetakan bahan2 penerangan ter­ sebut diatas dan mengkordinir penjebarannja dibawah pengawasan Pim­ pinan M.P.R.S.;

Kesembilan : Surat keputusan ini berlaku mulai hari ditetapkan. Ditetapkan di Djakarta, pada tanggal 13 April 1961. Presiden Republik Indonesia,

S O E K A R N O .

Sesuai dengan jang asli. Sekertaris Djenderal M.P.R.S.

( M r M unadjat Danusaputro)

(22)
(23)
(24)
(25)

ILL

A M A N A T N E G A R A P R E S I D E N S O E K A R N O 10 N O P E M B E R 1960.

Saudara-saudara sekalian.

Sebagai dikatakan oleh Pedjabat Ketua, maka pada ini hari akan dibuka Sidang pertama daripada M.P.R.S. D an pada saat itu saja, Insja Allah akan mengutjapkan amanat jang oleh Pedjabat Ketua dinamakan Amanat Negara.

Saudara-saudara, hari ini bukan sadja penting oleh karena sidang pertama daripada M.P.R.S. dibuka, Insja Allah, tetapi djuga oleh karena sebagai Saudara2 mengetahui hari ini adalah Hari Pahlawan, jang pada hari ini kita menghormati, memperingati djasa-djasa pahlawan2 kita, pahla- wan-'pahlawan dalam perdjoangan kita mentjari pelaksanaan daripada segenap tjita-tjita kita.

Dalam memperingati segenap tjita-tjita k :ta, tidak boleh tidak, kita harus ingat kepada jang diwaktu achir2 ini selalu saja namakan Amanat penderitaan Rakjat. Rakjat Indonesia, sedjak ia kehilangan kemerdekaan- nja, jakni sedjak Indonesia didjadjah oleh pendjadjahan asing jang ber- abad2 lamanja, mendjadilah satu rakjat jang menderita, menderita politik, mender.ta ekonomi, menderita sosial, menderita kulturil, bahkan djuga menderita dalam rasa hati kemanusiaannja. M aka djikalau kita berkumpul pada ini hari, pada hari jang amat 'penting ini, penting kataku tadi, oleh karena hari ini adalah Hari Pahlawan dan hari pembukaan sidang per­ tama dari M.P.R.S., - M.P.R., lembaga jang mutlak dituntut oleh Un- dang-Undang D asar ’45. M aka tidak-boleh-tidak kita harus mengenang- kan akan penderitaan rakjat itu, D an sebagai tiap-tiap rakjat jang mende­ rita, maka rakjat Indonesia ingin melepaskan diri daripada 'penderitaan itu. D an dalam usaha untuk melepaskan diri daripada 'penderitaan itu, se- kali lagi rakjat Indonesia mendjalankan penderitaan2, korbanan2 jang amat pedih. Untuk mengachiri penderitaan, rakjat Indonesia mendjalankan pen­ deritaan.

Ini tampaknja adalah satu paradox, tetapi paradox sedjarah, historical paradox. Penderitaan Rakjat jang dilakukan oleh Rakjat untuk melepas­ kan diri daripada penderitaan, sudah d*kenal oleh kita semuanja.

Dikenal oleh kita semuanja dalam bejituk pahlawan2 jang gugur, jang mereka itu arwahnja 'pada ini hari kita per-'ngati dan pahlawan2 jang gugur ini, bukan sadja jang gugur sedjak kita memasuki taraf phy- sical-revolution didalam usaha kita untuk melepaskan diri kita daripada penderitaan, tetapi pahlawan jang gugur djuga sebelum adanja physical- revolution kita itu. Pahlawan2 jang gugur dalam abad ke-17, pahlawan" jang gugur didalam abad ke-18, pahlawan2 jang gugur didalam abad

(26)

ke-19, pahlawan2 jang gugur dalam apa kita namakan G erakan Nasional. Dan bukan sadja pahlawan2 jang gugur, tetapi kita pada ini hari djuga memperingati semua pahlawan2 jang telah menundjukkan kepahlawanan- nja diatas padang pelaksanaan dharma-bakli terhadap Ibu Pertiwi.

Bukan sadja terbajang dihadapan mata chajal kita pahlawan2 dari Sultan Agung Hanjokro Kusumo, atau pahlawan2 dari Trunodjojo, a|a u pahlawan2 dari Sultan Hasanuddin, atau pahlawan2 dari Pangeran Di ponegoro, atau pahlawan2 dari Tengku Tjik Ditiro, atau Imam Bondjol, bukan hanja pahlawan2 itu jang gugur dimedan pertempuran atau tidak gugur d.medan pertem'puran, tetapi djuga pahlawan2 kita didalain G e ra ­ kan Nasional, jang mereka itu bernama dan kita beri nama pahlawan, oleh karena mereka telah mempersembahkan dharma-baktinja serta kor- banannja jang pahit-pedih diatas persada Ibu Pertiwi. Terbajang di- muka mata chajal kita, ratusan-ribuan pemimpin2 kita daripada G erakan Nasional itu, jang meringkuk didalam pendjara.

Terbajang dihadapan mata chajal kita, pemimpin2 kita jang mende- rita pahit-pedih di-tempat2 pembuangan. T erbajang dimata chajal ki a pemimpin2 kita, jang dengan muka bersenjum menaiki tiang 'penggan- tungan. Terbajang dimata chajal kita pemimpin2 kita, jang menadahi pelor daripada sekuadron2 pendrelan. Terbajang dimuka chajal mata kita de- ritaan daripada rakjat kita, jang untuk perdjoangan itu mengorbankan segala2nja. Ada jang mengorbankan harta-bendanja, ada jang mengorban­ kan isi hati ketjintaan mereka, jang mendjadi tiang daripada djiwa me- reka itu. Pendek kata mengorbankan segala-galanja.

Dan mereka ini pahlawan pula, oleh karena sebagai tadi dikatakan oleh Pedjabat Ketua M.P.R.S., mereka mendjalankan sesuatu itu sepi ing paxnrih. Pahlawan bukan hanja crang jang gugur dimedan pertempu- ran.

Pahlawan adalah semua orang jang berkorban, menderita, untuk kepentingan sesama orang, tidak untuk ke'pentingan diri sendiri.

Dan djikalau kita menanjakan kenapa mereka itu mendjadi pahlawan, kenapa mereka itu berkorban, kenapa mereka itu sukarela menderita, bahkan menderita dengan muka jang bersenjum? Tak-lain tak-bukan ia- lah oleh karena mereka itu sadar dan insjaf meng-emban A m anat I en- deritaan Rakjat. Rakjat Indonesia jang telah mendjadi rakjat jang men­ derita ingin melepaskan dirinja daripada penderitaan itu. Dan, sebagai tadi saja katakan, untuk melepaskan dirinja daripada penderitaan itu, rakjat Indonesia dan pemimpin2nja mendjalankan dengan ichlas penderi- taan-penderitaan.

Oleh kare.na itu maka mereka pantas kita beri nama pahlawan dan mereka pantas kita hormati dan djiwa kita pada saat sekarang ini mandjatkan do a kehadirat Allah s.w.t. agar su'paja penderitaan mereka itu, korbanan mereka itu, diterima oleh Allah s.w.t. dengan pahala jang se-tinggi2nja. Oleh karena itulah mereka bernama 'pahlawan, pa-ha-la-wan. Orang jang pantas menerima pahala daripada Allah s.w.t.

Dan kita jang duduk disini, anggota3 daripada M.P.R.S. kita 'pantas menanja pada diri kita sendiri, insjafkah kita djuga ke'pada A m anat

(27)

Pen-deritaan Rakjat itu ? Insjafkah kita bahwa Amanat PenPen-deritaan Rakjat itu bukan sadja di-emban oleh pahlawan2 jang telah gugur atau pahla\van3 jang menderita didjaman jang lampau ? Insjafkah kita bahwa Penderitaan Rakjat itu djuga harus di-emban oleh kita semua jang pada ini hari ber- kumpul d'dalam gedung jang bersedjarah ini? Jang kita ini mcnurut Un- dang-Undang Dasar ’45 antara lain diwadjibkan untuk menentukan garis besar daripada haluan N egara ?

Saja minta kepada scmua anggota M.P.R.S. per-tama2 dan lebih dahulu, supaja scmua anggota M.P.R.S. menjedari scdalam-dalamnja, mc- nginsjafi scdalam-dalamnja bahwa kita ini masing2 dan koleklif mcng-em- ban Amanat Penderitaan Rakjat. Terbajanglah Saudara2 dalam ingatan saja djalannja perdjoangan rakjat dimasa jang lampau.

9 Tadi dikatakan oleh Pedjabat Ketua M.P.R.S. bahwa dengan adanja

M.P.R.S. ini telah terpenuhi tuntutan daripada U ndang-Undang D asar '45 cliatas lapangan perlembagaan ketatanegaraan. Memang U ndang2 D a ­ sar '45 menentukan harus adanja Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Undang2 Dasar ’45 adalah U ndang2 D asar daripada satu negara. U ndang2 Dasar ’45 bukan sekedar Undang-Undang Dasar daripada sesuatu per- kum'pulan, tetapi U ndang2 Dasar daripada satu negara.

Dalam hal ini Saudara2, kenangkanlah djalannja perdjoangan kita sampai kita datang kepada bernegara. Ja, dulu sebelum imperialisme da- tang disini, kita memiliki negara2. D an kemudian, sesudah imperialis da­ tin g disini kita memiliki pula negara2 jang pada hakekatnja tiada mem- punjai penuh atribut2 lagi sebagai negara, oleh karena atr.but2nja itu telah ditjabut oleh 'p.hak pendjadjah. Tetapi penderitaan rakjat mem- buat kita bergerak mendjalankan penderitaan2 dalam abad ke^l 7, 18, 19 hingga pada permulaan abad ke-20 kita, sebagai tadi saja katakan, me- ngindjak diatas padangnja Gerakan Nasional, timbulnja serikat2 dan perkumpulan2. Tetapi pada bagian pertama dari'pada serikat2 dan perkum- pulan-perkumpulan kita itu belum kita dengan tegas mengatakan, bahwa perdjoangan kita menudju ke'pada terbentuknja negara, melainkan hanja kepada ditahun kira2 1926. Tegas terpantjang didalam ingatan kita, bah­ w a kita tidak bisa terhindar melepaskan diri daripada penderitaan3 ini, penderitaan politik, penderitaan ekonomi, penderitaan sosial, penderitaan kulturil dan lain2 sebagainja, bahwa kita tidak bisa melepaskan diri kita daripada penderitaan2 ini, djikalau kita tidak mentjapai lebih dahulu Indonesia Merdeka, kemerdekaan politik.

Dulu sebelum tahun 1926, 1927 itu, berdjalanlah fikiran salah dida­ lam kalangan bangsa Indonesia, bahwa kita bisa melepaskan diri kita daripada penderitaan2 politik, ekonomi, sosial, kulturil itu dengan mem- perbaiki ketjerdasan kita, memperbaiki taraf ekonomi kita dan lain2 se­ bagainja. H al ini misalnja saja uraikan dengan tegas dalam pidato saja sebelum proklamasi, jaitu pidato jang dikenal orang dengan nama Lahir- nja Pantja Sila.

Tetapi sjukur Alhamdulillah, baik sebagai akibat daripada djalannja tjita-tjita dan kejakinan2 sendiri, maupun setjara empiris, kira2 pada ta­ hun 1926, 1927 datanglah satu kejakinan baru jaitu, bahwa kita hanja bisa mengachiri 'penderitaan2 kita ini kalau kita mentjapai Indonesia

(28)

deka. D an dengan terlahirnja kejakinan ini, mulai bulatlah kejakinan kita. bahwa kita lebih dahulu harus mendirikan N egara Indonesia. Sebelum tahun 1926, 1927 ha] negara itu belum bers'emajam didalam ingatan dan fikiran kita, tetapi sedjak tahun 1926, 1927 dengan tegas mendjulang- lah kelangit kejakinan i n i : lebih dahulu dirikan N egara Indonesia di" dalam Negara Indonesia itu kita akan berusaha mengachiri penderitaan2 kita, mengachiri 'penderitaan politik, mengachiri penderitaan ekonomi, mengachiri penderitaan kulturil, mengachiri penderitaan sosial, meng­ achiri penderitaan2 lain.

Dan kejakinan 1926, 1927 ini, memberi impetus pula kepada usaha kita, ke'pada penderitaan kita, kepada kesediaan dan keridohan kita un­ tuk menderita, kepada keichlasan kita untuk menderita, sehingga apa jang dinamakan Gerakan Nasional makin lama makin menggema, makin lama makin menggempa dan kita achirnja pada tanggal 17 Agustus 1945 menjatakan, bahwa kita telah mendirikan negara jang kita namakan Republik Indonesia.

Tatkala pemimpin2 kita telah melihat fadjar dilangit T im ur menjing- sing. bahwa kejakinan mutlak perlunja negara ini telah m endekat men- djadi realitet, jaitu diwaktu jang kita kenal dengan nama w aktu djaman Djepang, djadi sebelum Proklamasi. Didjaman Dje'pang itu S au d ara2, pemimpin2 kita jang meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat itu, di­ waktu djaman Djepang itu, telah bukan sadja menjongsong fadjar jang akan menjingsing, akan datangnja negara Indonesia dengan kegembiraan hati, tetapi menjongsongnja pula dengan usaha mempersiapkan d a ta n g ­ nja negara jang merdeka itu. A ntara lain dipersiapkan dasar2 negara jang akan datang, jaitu jang kemudian terkenal dengan Pantja-Sila.

Disinf tempatnja saja dengan tegas mengulangi lagi buat seribu ka- linja, bahwa kemerdekaan kita bukan hadiaK dari Djepang, bah w a ke- merdekaan kita adalah hasil daripada perdjoangan rakjat Indonesia jang ber-puluh2 tahun. Didalam kita mendjalankan usaha dan perdjoangan un- - tuk membuat kejakinan negara itu suatu realitet, dalam kita mendjalankan usaha itu kita telah mempersiapkan sendiri hal-hal jang mutlak 'perlu untuk negara jang merdeka, antara lain untuk negara Indonesia jang merdeka dianggap perlu adanja dasar, jaitu jang sekarang terkenal de­ ngan Pantja Sila.

Dan pemimpin2 kita djuga mempersiapkan U nd an g 2 D asarnja, di­ katakan orang bahwa kita mempersiapkan U n d a n g ' D a s a r Republik I n ­ donesia itu dibawah todongan bajonet. M em ang benar demikian, Sau- dara-saudara, dibawah todongan bajonet daripada tentara pendudukan. Pemimpin2 kita jang sedar meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat itu mempersiapkan Undang2 Dasar Republik Indonesia. D an U n d a n g 2 D a s a r mi jang kemudian disahkan oleh pemimpin2 kita satu hari sesudah Pro- amasi 'pada tanggal 18 Agustus 1945 jang sekarang sudah kondang termasjhur dengan nama U ndang2 D asar ’45, jang sedjurus w ak tu kita tmggalkan kemudian, tetapi jang pada tanggal 5 Djuli 1959 didekritkan oleh Presiden bahwa kita kembali lagi kepada U n d a n g 2 D asar '45 itu.

Djikalau Saudara-Saudara membatja Undang-Undang D a s a r 45 itu

(29)

ialah, apa jang diamanatkan oleh rakjat didalam ia punja penderitaan jang berwindu-windu, bcrabad-abad. M aka oleh karena itu ada baiknja barangkali saja batjakan lebih dahulu 'preamble daripada Undanq-Undancr Dasar itu :

Bahwa sesungguhnjja Kemerdekaan itu ialah liak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka pendjadjahan diatas dunia harus dihapus- kan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan

D an perdjoangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakjat Indonesia kedepan pintu gerbang N eg ara Indonesia, jang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan malanur.

Atas berkat Rachmat Tuhan Jang M aha Kuasa dan dengjan didorongkan oleh keinginan Luhur, supaja berkehidupan kebangsa- an jang bebas, maka Rakjat Indonesia menjatakan dengan ini ke- merdekaannja,

Kemudian .daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah N egara Indonesia jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjah- teraan umum, mentjei’daskan kehidupan bangsa dan ikut melak- sanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamai- an abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebang- saan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang D asar N egara R e ­ publik Indonesia jang berkedaulatan rakjat dengan berdasarkan ke­ pada :

Ke-Tuhanan Jang M a h a Esa, Kemanusiaan jang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia,

dan Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat /cebidjaksanaan d a­ lam Permusjawar atan/Perw akilan serta dengan mewudjudkan su­ atu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakjat Indonesia.

Preamble ini Saudara-saudara, saja ulangi lagi, mentjerminkan de-

ngan tegas dan djelas Amanat Penderitaan Rakjat. Tertjerminkan dengan

djelas didalam kata pembukaan ini tiga kerangka sebagai jang saja utjap- kan didalam pidato saja pada tanggal 17 Agustus 1959, jang kemudian terkenal dengan kata pidato Manipol. Tiga k e r a n g k a : satu negara ke- satuan, didalamnja satu masjarakat jang adil dan makmur didalam rang- kaian persahabatan2 dengan semua bangsa didunia. Preambule ini, dibuat dan dirantjangkan, kemudian disahkan oleh pemimpin kita sebelum kita mengadakan proklamasi 17 Agustus 45.

Apa sebab ? Kataku tadi ialah oleh karena pemimpin2 kita pada wak- tu itu semuanja merasa meng-emban Amanat Penderitaan Rakjat. Se- hingga didalam preambule ini ditjerminkan olehnja apa jang diamanatkan oleh rakjat dengan deritaannja itu ke'pada kita semua. Tiga kerangka ternjata tertulis didalamnja. Dan bukan sadja tiga kerangka ini, sebagai S audara-saudarapun mengetahui didalam preambule ini telah tertjermin pula- dasar-dasar daripada negara jang akan datang, dan jang kemudian datang, dan jang terkenal dengan nama Pantja Sila.

(30)

Tetapi pemimpin-pemimpin kita bukan sekedar mentjerminkan ketiga kerangka oleh karena telah diamanatkan rakjat, telah mentjerminkan Pantja Sila, oleh karena Pantja Sila memang adalah mutiara-mutiara jang sedjak djaman dahulu ter'pendam didalam kalbunja bumi Indonesia, dan jang kemudian digali kembali mendjadi Pantja Sila, tetapi p e m i m p i n - p e m i m pin kitapun dalam membuat, merantjangkan dan kemudian m engesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia itu sendiri telah me- mikirkan perlembagaan daripada N egara Indonesia M erd e k a itu. A n ta ra lain ditentukan bahwa didalam N egara Re'publik Indonesia harus akan ada satu M ADJELIS P E R M U S J A W A R A T A N R A K JA T . Jang seka- rang kita ini sebagai Madjelis Perm usjaw aratan R akjat Sem entara ber- kumpul bersama sebagai pe-realisasi daripada ketentuan U n d an g -U n d a n g Dasar itu.

Tidaklah kita takdjub, Saudara-saudara, akan pekerdjaan p e m i m p i n - pemimpin kita dimasa jang lampau itu ? Sebelum kita m e m ' p r o k l a m i r k a n Indonesia merdeka, mereka telah menggambarkan A m anat P e n d e r i t a a n

Rakjat didalam tiga kerangka : Preambule. Sebelum kita m engadakan proklamasi 17 Agustus ’45, mereka telah mengetahui bahw a didalam bumi Indonesia adalah lima mutiara jang harus digali kembali dan harus kembali dan harus dipersembahkan kembali kepada bangsa Indonesia. Sebelum kita mengadakan proklamasi 17 A gastus ’45, sebelum kita mem- punjai negara, mereka telah mengetahui bahw a djikalau negara ini ingin hidup sebagai satu negara jang memenuhi Amanat P enderitaan Rakjat, harus antara lain diadakan Madjelis Perm usjawaratan Rakjat. Madjelis Permusjawaratan Rakjat sebagai satu kekuasaan jang tertinggi didalam ketatanegaraan Re'publik Indonesia. Jang Madjelis Permusjawaratan R a k ­ jat ini terdiri daripada (demikianlah tertulis didalam pasal-pasalnja) M a ­ djelis Permusjawaratan Rakjat t e r d i r i atas anggota-anggota D ew an Per- wakilan Rakjat, ditambah dengan utusan-utusan dari D a e ra h 2 dan g o l o - ngan-golongan menurut aturan jang ditetapkan dengan U ndang-undang.

Saudara2, meskipun Saudara2 hanja M.P.R. Sementara, madjelis S a u ­ dara terdiri daripada anggota2 D ew an P erw akilan Rakjat Gotong,-Rojong plus utusan2 dari daerah2 dan golongan2.

Saudara dikumpulkan 'pada ini hari, dikota Bandung jang bersedjarah ini, digedung jang bersedjarah ini, pada hari jang selalu bersedjarah ini, untuk memenuhi apa jang ditentukan pula didalam pasal 3 dari U n d a n g 2 Dasar kita, jaitu : Madjelis Permusjawaratan Rakjat menetapkan Un- dang-Undang Dasar dan g a r:s-garis besar daripada haluan N egara. Te- api o eh karena Saudara-saudara adalah M.P.R.S. = Madjelis P erm u­ sjawaratan Rakjat Sementara, jang anggota daripada D ew an Perwakilan

3 anggota jang terpilih oleh Rakjat, maka*bagian

perta-ariPa a tugas pasal 3 ini, jaitu menetapkan U ndang-U ndang D asar,

<n 3 -1 ^q11^ j kePada Saudara-saudara untuk ditetapkan. Saja

mem-persi a an audara hanja menentukan garis-garis besar daripada haluan

negara sa ja. aja tidak mempersilakan Saudara2 untuk menetapkan Un-

ang n ang ^sar, sebab kita sekarang ini telah mem'punjai U

ndang-n^ an9 D asar Revolusi, jaitu U ndang-U ndang D a s a r

m M 8P 8 3r Undail9-U n dang Dasar 1945 inilah Saudara berada.

(31)

5 Djuli 1959, Undang-Undang D asar 1945 berdjalan lagi. Madjelis P e r­ musjawaratan Rakjat Sementara berada oleh karena kita sedjak tanggal 5 Djuli 1959 telah berdiri kembali diatas U ndang-U ndang D asar itu. M.P.R.S. — maka oleh karena itu saja tidak mempersilakan Saudara- saudara untuk menetapkan satu Undang-Undang D asar baru, melainkan hanja menentukan garis-garis besar daripada haluan negara sadja.

Saja ulangi perkataan saja tadi itu : alangkah men-takdjubkan visie dan penglihatan daripada pemimpin2 kita ‘pada waktu itu, jang bukan sa­ dja menjedari tiga kerangka, jang bukan sadja melihat lima mutiara, tetapi djuga telah mengerti dengan djelas bahwa harus didalam N e g a ra Repu* blik Indonesia itu ada satu Madjelis Tertinggi jang oleh pemimpin2 itu dinamakan Madjelis Permusjawaratan Rakjat, jang bersidang tidak tiap2 hari, tetapi menurut Undang2 Dasarpun sedikitnja sekali dalam lima tahun. D an Madjelis Permusjawaratan Rakjat ini menentukan garis-garis besar sadja daripada haluan negara. D an Madjelis Permusjawaratan R ak­ jat ini memilih mandataris, memilih seorang jang dikuasakan olehnja un­ tuk melaksanakan garis-garis besar daripada haluan negara jang ditentukan olehnja itu. Mandataris jang bernama Presiden. D an mandataris ini menundjuk pembantu-pembantunja, jang didalam istilah biasa dinamakan ‘para Menteri. Dan disamping itu ada D ew an Perwa- kilan Rakjat, jang Dewan Perwakilan Rakjat ini terutama sekali, sebagai saja katakan didalam pembukaan D ew an Perwakilan Rakjat tempo hari, membantu mandataris dan pembantu2nja ini didalam pekerdjaan mengu- rus negara sehari-hari, terutama sekali dilapangan perundang-undangan dan didalam lapangan Anggaran Belandja daripada Negara.

Oleh karena kita ini merasa memikul Amanat Penderitaan Rakjat dan Amanat Penderitaan Rakjat itu bukan sekedar agar supaja kita 'politis mendjadi lagi satu N egara jang merdeka, satu N eg ara jang berbentuk Republik, satu Negara jang berwilajah kekuasaan antara Sa- bang dan Merauke, tetapi djuga ingat kerangka jang nomor dua, jaitu satu masjarakat adil dan makmur, oleh karena kita mengetahui bahw a masjarakat jang adil dan makmur itu sebagai saja katakan didalam pi- dato-pidato saja achir-achir ini, tidak dapat djatuh dari langit sebagai air embun diwaktu malam, tetapi harus kita selenggarakan, harus kita bina dan harus kita rentjanakan lebih dahulu, maka kita telah memben- tuk pula satu Dewan Perantjang Nasional jang termasjhur dengan nama singkat Depernas. Depernas itu kita tugaskan untuk membuat 'pola pem- bangunan. Pola pembangunan diatas dasar Amanat Penderitaan Rakjat. Pola pembangunan jang mempolakan pembangunan masjarakat adil dan makmur sebagai diamanatkan oleh penderitaan rakjat itu. Pola pemba­ ngunan jang dus harus bersifat S O S IA L IS M E B E R D A S A R K A N P A N ­ TJA-SILA.

Inilah tugas jang kami berikan kepada D epernas pada waktu itu : buatkan didalam waktu singkat satu pola pembangunan, pola pembangu­ nan sosialis berdasarkan Pantja Sila. Inilah sesuai dengan kepribadian Indonesia, inilah jang diamanatkan oleh penderitaan rakjat. Buatkan pola jang demikian itu didalam waktu jang singkat.

D an Depernas telah bersidang didalam gedung jang sama ini, — 9 e* dung jang S audara2 sekarang duduk didalamnja — dan De'pernas telah

(32)

bekerdja dengan gesit dan giat, dan kinilah tempatnja saja b u at kedua kalinja menjatakan salut kehormatan saja kepada D epernas umumnja, kepada Ketua Depernas chususnja, jaitu Prof. M r. M uh. Yamin, jang didalam waktu singkat telah dapat menjelesaikan satu pola pem bangunan jang sebaga'i Saudara ketahui, — tetapi belum dalam detailnja, sekedar dari kabar dan w arta —, satu 'pola pem bangunan jang am at lua s dan lengkap sekah. Dan oleh karena pembangunan adalah satu bagian dari­ pada Amanat Penderitaan Rakjat, oleh karena m asjarakat adil dan mak- mur adalah satu bagian daripada apa jang dideritakan oleh rakjat, m aka saja akan mempersilahkan Saudara2 djuga menindjau hal pem bangunan itu.

Tetapi sebagai djuga haluan negara jang didalam U n d a n g -U n d a n g detail, tidak memasuki kepada hal-hal jang didalam pidato ,,Lahirnja Pan- haluan negara, saja disini’pun akan mempersilakan S a u d a ra 2 n an ti me- nentukan garis-garis besar daripada pem bangunan sebagai bagian d a ri­ pada -garis-garis besar haluan negjara, jang ditentukan oleh LIndang Undang Dasar adalah tugas dari pada Madjelis P erm usjaw aratan Rakjat.

Dua kali saja menekankan kata saja p ada p erkataan garis besar. Saja mempersilahkan Saudara2 menentukan garis besar daripada haluan negara dan sebagai bagian daripada itu gar's besar dari'pada pem bangun­ an.

Apa arti garis besar ? Garis besar berarti tidak memasuki kepada detail, tidak memasuki kepada hal-hal jang didaiam 'pidato ,,Lahirnja Pan- tja Sila” saja namakan ndjelimet. Saja minta S audara bekerdja d e n g a n gesit, menentukan sekedar garis2 besar daripada haluan negara, garis2 besar daripada pembangunan m asjarakat adil dan makmur.

D an garis2 besar dari pada haluan negara itu sebenarnja 'pun sudah ada. Tinggal nanti saja sekedar mempersilahkan S au d ara2 menindjau garis2 besar daripada haluan negara jang sudah ada itu dan djikafau Saudara2 setudjui, memperkuatkan garis besar daripada haluan negara jang sudah ada itu.

Apa jang saja maksudkan dengan garis besar haluan negara jang sudah ada? Saudara2 mengetahui bahw a baik saja sendiri maupun kemu­ dian Dewan Menteri jang dinamakan Pemerintah bersam a saja, maupun Dewan Pertimbangan Agung, maupun D ew an P erantjang Nasional, te­ lah menentukan bahwa apa jang dinamakan M anifesto Politik adalah garis besar daripada haluan negara. Tinggal sekarang saja berkata : se­ benarnja garis besar daripada haluan negara sudah ada, jaitu M anifesto Politik dan Usdek.

Disini tempatnja saja mau terangkan, bahw a U sdek itu bukan suatu

^a Manifesto Politik, tetapi Usdek itu adalah perasan

dari-TT sehingga pada hakekatnja M anifesto Politik

ada-a s e ' sc*ek adalah Manifesto Politik, bukan dua hal jang terpisah

satu sama lam.

Djikalau saja berkata : sebenarnja kita telah mempunjai haluan ne- gara, maka saja berkata demikian itu berdasarkan pasal I V A turan Pe- ralihan Undang Dasar ’45 jang b e rb u n ji: Sebelum Madjelis Perm usja­ w aratan Rakjat. Dewan Perwakilan Rakjat dan D ew an Pertim bangan Agung dibentuk menurut U ndang2 D asar ini, — djadi sebelum S a u d ara2

(33)

ada sebagai Madjelis —, segala kekuasaanja didjalankan oleh Presiden dengan bantuan — bantuan —sebuah Komite Nasional.

Djadi sebelum Saudara2 ada sebagai Madjelis — dan pada waktu saja mengutjapkan pidato 17 Agustus '59 Saudara2 sebagai Madjelis belum ada — pada waktu itu menurut pasal I V A turan Peralihan seqala kekuasaan didjalankan oleh Presiden. P ada waktu itu saja meijdjalankan kekuasaan itu dengan sah. Pada waktu itu saja sebagai Presiden ne- megang kekuasaan penuh menentukan haluan negara ialah sebagai saja gambarkan dalam pidato 17 Agustus '59, jang kemudian oleh sidanq Dewan Menteri diamini, jang kemudian oleh Depernas diamini ianq kemudian oleh Dewan Pertimbangan Agung diamini. M aka ditindjau daripada sudut pasal IV Aturan Peralihan daripada Undang2 D asar '45 ini, sebetulnja kita telah mempunjai garis besar daripada haluan N egara jang dinamakan Manifesto Politik dan Usdek. Oleh karena itu maka saja bcrkata kepada Saudara2, saja mengusulkan Saudara2 mcmperkuat garis2 besar haluan Negara jang bernama Manifesto Politik dan Usdek ini. D an djikalau saja berkata demikian, pun saja tidak berdiri sendiri Dewan Pertimbangan Agung d.dalam sidangnja kemarin dulu, __ Saudara-saudara mengetahui bahwa Lembaga Negara jang lain ber­ nama Dewan Pertimbangan Agung dan Dewan Pertimbangan Agung ini memberikan pertimbangan2 ke'pada saja —, mengambil satu resolusi, — resolusi jang diarahkan kepada saja oleh karena Dewan Pertimbangan Agung adalah Dewan jang memberi pertimbangan kepada saja sebagai Presiden, tentang Manipol sebagai garis besar haluan negara H*an pola pembangunan semesta kepada Presiden, sebagai berikut :

Dewan Pertimbangan Agung dalam sidangnja jang ke-5 tahun 1960. M e n g in g a t:

1. Amanat Penderitaan Rakjat jang haus pada perEai'kan Nasib;

2. Pasal 3 Undang2 D asar 1945 jang menentukan salah satu tugas

M.P.R. ialah menentukan garis2 besar haluan Negara;

3. Amanat P r e s i d e n pada sidang pleno pertama Depernas mengenai

p e m b a n g u n a n semesta bercntjana pada tanggal 28 Agustus 1959; 4. B a s i l D e p e r n a s t e n t a n g p o la 'p e m b a n g u n a n s e m e s t a b e r d a s a r k a n :

a. U n d a n g 2 No. 80 t a h u n 1958.

b. P e n e t a p a n Presiden No. 4 tahun 1959.

5 Perlu segera dilantjarkan pembangunan disegala bidang;

Menimban.g:

1. bahwa Dewan Pertimbangan Agung dan Kabinet telah memutuskan

Amanat Presiden tanggal 17 Agustus jang dikenal sebagai M a ­ nifesto Politik Republik Indonesia adalah garis2 besar haluan Neqa-ra;

2. Penetapan Presiden No. 1 tahun 1960 tanggal 29 Djanuari 1960;

3. boliW1 a bag an tLrbesar lvakjat Indonesia telah mcnerinia dan mcni-

perlakukan Manipol sebagai garis2 besar haluan Negara;

(34)

M em utuskan:

1. supaja Presiden mem£>ertimbangkan kepada M.P.R.S., supaja segera

memutuskan memperkuat penerimaan rakjat terbanjak pada Manipol dan perperintjiannja sebagai garis2 besar haluan N eg ara jang wa- djib dilaksanakan oleh setiap orang w arga-negara Indonesia;

2. supaja Presiden mengusulkan kepada M.P.R.S. a g a r M .P .R .S , me-

nerima amanat Presiden tentang Pem bangunan Semesta Berentjana jang diutjapkan dan jang tertulis jang disam'paikan kepada D epernas

; pada tanggal 28 Agustus 1959 sebagai garis2 besar haluan pola pem ­

bangunan semesta;

3. su'paja Presiden mengusulkan kepada M .P.R.S. ag ar M .P.R.S, rnene-

rima garis2 besar Pembangunan hasil karja Depernas, manakala ia sesuai dengan Amanat Presiden tentang Pem bangunan Semesta Be­ rentjana pada tanggal 28 Agustus 1959 itu;

4. supaja Presiden mengusulkan kepada M .P.R.S. memberikan m andat

penuh kepada Presiden untuk dimana perlu membawa persoalan 'pe­ laksanaan pola 'pembangunan kepada D.P.R.-G.R.

D jakarta, 8 N opem ber 1960. S audara2 maka itulah, saja dengan dukungan 'penuh dari pada D e ­ wan Pertimbangan Agung, sekarang mengusulkan kepada S a u d ara2 ag ar supaja menerima atau mengambil keputusan mengenai garis besar h a ­ luan N egara, memperkuat penerimaan rakjat terbanjak mengenai M a ­ nipol dan perperintjiannja. D an dibidang pembangunan, garis2 besar 'pem­ bangunan — jang saja persilakan S audara2 tentukan sebagai bagian d ari­ pada garis2 haluan Negara —, supaja S audara2 menerima am anat saja tentang Pembangunan Semesta Berentjana jang saja utjapkan dan ditulis dan jang disampaikan kepada Depernas pada tanggal 28 Agustus 1959 sebagai gans-garis besar haluan pola pembangunan semesta. Saja minta Saudara Ketua nanti berikan kepada semua anggota pidato ini — pidato 28 Agustus 1959 —.

Dan djikalau Saudara-saudara sudah menerima am anat saja kepada Depernas tanggal 28 Agustus 1959, bahw a inti am anat itu adalah garis besar daripada pembangunan jang benar-benar berdasarkan atas A m anat penderitaan Rakjat, garis besar daripada pembangunan jang benar-benar audara terima dan setudjui, djikalau Saudara telah demikian, S au d ara antas saja persilakan mengadji pola D epernas jang telah disusun oleh

epernas didalam sidang-sidangnja jang tjepat-kilat dalam gedung ini.

•’ Sa^a kar0a nieminta kepada Saudara-saudara menindjau garis-

na^nl ^ f r^Pada P°la pembangunan sadja. Sekali lagi saja, minta dja-

mi <• 3 auc~ara' sai*dara terdjun kedalam persoalan detail, jang akan me-

n a wa tu lama sekali, oleh karena M.P.R.S. menurut U n d a n g - U n d a n g

spi/h*" v ataU menurut U ndang-U ndang D a s a r '45 memang

IlnHn3,1 ^ ninta ^ enentukan garis-garis besar sadja. T id ak ada U

ndang-• ^ . f 8?* 45 kita mengatakan bahwa M.P.R. harus menentukan

kpf-iinP <G a *-au 9 a r is-garis ndjlimet, tetapi sekedar garis-garis besar.

h pembangunan, Saudara-saudara, A m anat

(35)

lekas-S a u d a r a - s a u d a r a b a r a n g k a l i m en qe t a h ui b a h w n h k™-, • j .j , si dang D e p e r n a s tempo hari i a l a h : Insja Al lah s w ( £a ” S3ja. ai?

pada tanggal 1 Djanuari 1961,50 hari lagi. telah m e n c i a i u n k ^ ' r / l. !

p e r ta m a bagi p e m b a n g u n a n semest a ini di P e q a n q s a a n T i m C? r J, 9

kita mengadakan Proklamasi 17 Agustus 1945. ' t emPa t

Djadi tindjaulah pola pembangunan bikinan Depernas ini aoakah pola pembangunan bikinan Depernas ini sesuai apa tidak dengan amanat ,ang Pres.den berikan pada tanggal 28 Agustus 1959. Djikalau Saudara berkata, „Jah sesuai , maka sebagai diharapkan oleh Dewan Pertimba­ ngan Agung didalam putusannja jang ketiga, jaitu supaja Pres^den me- ngusulkan kepada M.P.R.S., agar M.P.R.S. menerima garis-garis besar

pembangunan hasil karja Depernas, manakala ia sesuai dengin Ama

Pres.den tentang pembangunan semesta berentjana tertanggal 28 Agustus Saudara-saudara, dus, sebetulnja Saudara-saudara punja 'pekerdjaan itu ja berat, tetapi gampang djuga, sekadar garis-garis besar sadja janq Saudara hams tiudjau. Malahan, pada waktu Saudara menindjau garis- garis besar daripada pembangunan ini, jaitu garis-garis besar pembangu­ nan pada tanggal 28 Agustus 1959, mungkin sekali, mungkin sekali saja nialah beri tanibahan bahan kepada Saudara-saudara. Bukan sadja bahan jang akan saja berikan kepada S a u d ara-sau d ara berupa pola bikinan Depernas jang „sebegini” pandjangnja, tetapi saja djuga, Insja Allah S.w.t kemungkinan besar sekali, akan memberikan kepada Saudara-sau- dara bahan daripada sidang-sidang Dewan Menteri mengenai pembangu- nan. Sebab Dewan Menteri didalam sidang-sidangnja, para Menteri Itu djuga sudah n.emndjau pola Depernas ini. Sebab Depernas adalah pem- bantu daripada Pres.den da„ Menteri-menteri, maka pola pembangunan bikinan Depernas m, dit.ndjau oleh para Menteri dan para Menteri berhubungan dengan itu membuat satu tjatatan, jang tjatatan itu Insja Allah S.w.t, kemungkinan besar nanti pada waktu Saudara-saudara nanti delibereer mengenai garis-garis besar 'pembangunan, pola pembangunan bikinan Depernas akan saja berikan kepada Saudara-saudara Dula s e h an ai

tambahan bahan-bahan pertimbangan. P faeoa9ai

Saudara-saudara, maka dengan demikianlah Saudara-saudara sudah djelas, sebagai tadi saja katakan, pekerdjaan Saudara-saudara adalah berat dan mulia, tetapi sebenarnja tidak begitu berat dan m u lia,__mala­ han saja minta kepada Saudara-saudara Jang Mulia, tetapi tidak terlalu berat, — saja minta kepada Saudara-saudara djanganlah bertele-tele. Saudara-saudara tahu bahwa Konstituante jang bersidang didalam gedung ini, bertele-tele sehingga achirnja ter'paksa saja bubarkan Konstituante itu. Tetapi kemudian didalam gedung ini pula, Depernas bersidang, dan Depernas menebus, menebus noda, jah, noda jang djatuh kedalam tubuh rakjat Indonesia. Noda, oleh karena bangsa Indonesia didalam revolusi tidak boleh bertele-tele, padahal Konstituante bertele-tele. N oda ini di- tebus oleh Depernas. Didalam tempo jang singkat Depernas telah me- njusun ia punja 'pola. Oleh karena itu sebagai saja tadi katakan, saja menjatakan saluut kehormatan kepada Depernas umumnja, chususnja ke­ pada Ketuanja, jaitu Prof M r Muh, Yamin.

(36)

Ingat Saudara-saudara, sebagai tadi saja katakan, pembangunan se­ mesta harus lekas berdjalan, garis besar haluan N egara harus lekaf: disahkan atau d/perkuat oleh Saudara-saudara. Kita sudah memiliki N e ­ gara 15 tahun Jamanja, Negara memerlukan tegas haluannja, pem bangu­ nan memerlukan tegas garis-garis besarnja.

Segala alat perlembagaan jang tadi disebutkan oleh S audara Ketua, baik M.P.R., maupun D.P.A., maupun M andataris daripada M.P.R. jang bernama Presiden dengan ia punja pembantu-pcinbantu pclaksanaan m an­ dat daripada M.P.R. itu, maupun lembaga jang telah saja adakan jang ber- nama Depernas, semua lembaga-lembaga ini tak lain tak bukan hanjalah alat-alat revolusi.

Meskipun lembaga-lembaga ini ditjantumkan didalam U ndang-U n- dang Dasar ’45, toh saja berkata lembaga-lembaga ini sekedar alat rev o ­ lusi, bahkan Undang-Undang D asar ’45 adalah alat revolusi. Bahkan N e ­ gara adalah alat revolusi. N egara adalah sekedar satu bagian sadja dari­ pada Amanat Penderitaan Rakjat. N egara itu adalah satu alat untuk me- laksanakan Amanat Penderitaan Rakjat itu, jaitu satu m asjarakat adil dan makmur, satu hidup merdeka, satu hidup internasionul jang bersa- habat dan damai dengan semua bangsa. Saudara-saudara adalah alat revolusi dan djanganlah Saudara-saudara bertele-tele sebab sebagai tem­ po hari telah saja katakan kepada Konstituante : M et of zonder Konsti- tuante — dengan atau tanpa Konstituante — revolusi berdjalan terus. Perkataan itu saja ulangi sekarang kepada Saudara-saudara : M et of zonder M.P.R.S. — dengan atau tanpa M.P.R.S, — revolusi berdjalan terus. Revolusi berdjalan tanpa Presiden Soekarno. Revolusi berdjalan terus tanpa Kabinet Kerdja. Revolusi berdjalan terus met of zonder D.P.A. Revolusi berdjalan terus met of zonder D.P.R.-G.R. Revolusi berdjalan terus met of zonder M.P.R.S. Oleh karena itu saja minta kesedaran tentang hal ini ke'pada Saudara-saudara sekalian.

Garis besar sadja Saudara-saudara tentukan. D an pekerdjaan S a u d a ­ ra-saudara dipermudah dengan sudah adanja, M anipol dan Usdek. Garis- garis besar pembangunan Saudara tguitukan, sudah ada pola D epernas, mungkin sekali malahan saja beri tambahan bahan 'pertimbangan. T entu-

an sekedar garis-garis besar sadja.

Didalam hal garis-garis besar ini ada memang soal-soal prinsipieel, misa nja didalam hal 'pembangunan itu bagaimanakah s ’,kap kita terhadap

epa a peisoalan investment dan loan dari luar negeri ?

lua ^ satu J ia^ ian9 prinsipieel. A pakah kita membcnarkan investment p r e f e r llmi Indonesia ? Atau kita, sebagai sudah saja katakan,

ioint-enfp °^ n mvestment ? Apakah pendirian M.P.R.S. tentang

kah tidak ? A p a k t h M ap SetU<1,U ‘J6” 93,!1 ioint-enteI’Prise> a t a u ‘

U n m ,na , u a k a n m e n g a t a k a n , b a h w a g a r i s b e s a r p e m-Drise Hpnrra arUS i3 1 t a n P a a t a u dj ikalau per lu m e t j o i nt e n te r

-pada t r f n l 1" al/ Sin9 ? ^ag a'm an a pendirian M.P.R.S. terhadap ke- banqunan kir-i11 ^ro , ^ t‘on' s^ arin 9 ? Bolehkah kita didalam usaha

pem-gar's besar d a n ^ o k o V K S " poli.tik Pro d uction-s h a rin 9 ? Ini adalaK hal hal-hal jang demikian 'it^'H “ “ i-j ,Saudara PunJa P‘kiran sekedar atas

(37)

Apalagi soal angka-angka, Saudara-saudara, ja perlu Saudara menarik besar angka-angka, tetapi djangan sampai ndjlimet-ndjlimct, sebab angka- angka itu datang dari sia'pa ? Dari manusia-manusia pula. D aripada orang- orang jang bekerdja dari sesuatu biro, ia berkata bahwa angkanja buat itu sekian, ajtigka buat itu sekian. Saja minta Saudara-saudara djangan ndjlimet. Tetapi seperti saja katakan kepada D.P.R. tempo hari dan djuga kepada Konstituante, tiap-tiap Dewan harus mengtnsjafi bahwa dia adalah alat revolusi.

Tiap-tiap Dewan djanganlah mendjadi tem'pat berdebat sadja. Tiap- tiap Dewan djanganlah mendjadi tempat sekedar mengutjapkan pidato- pidato sadja. Tetapi saja mengharap dari’pada Dewan Perwakilan R ak­ jat, daripada Dewan Perantjang Nasional, daripada Konstituante tempo hari, supaja Dewan-dewan ini adalah Dewan-dewan jang menelorkan konsepsi-konsepsi.

Konsepsi-konsepsi bagaimana kita bisa memenuhi Amanat Penderi­ taan Rakjat. Jang diminta daripada Saudara-saudara, dus diminta djuga daripada M.P.R.S., adalah konsepsi. Saja tidak minta kepada Saudara saudara dan demikian pula Undang-undang Dasar ’45 tidak minta ke­ pada Saudara-saudara ke-ndjlimetan. Saja minta sekedar konsepsi, Un- dang-Undang Dasar ’45 minta sekedar garis besar. Saja minta dus ke­ pada Saudara-saudara individueel, supaja Saudara-saudara itu konseptor- konseptor, orang-orang jang mengeluarkan tjipta, orang-orang jang me- ngeluarkan rentjana baik politik maupun dilapangan pembangunan. Kon- septor-konse'ptor jang dikumpulkan didalam sidang besar jang bernama M.P.R.S.

Ini Saudara-saudara, pekerdjaan jang mulia, oleh karena memang tidak ada satu bangsa bisa menjesuaikan revolusi tanpa konsepsi. Re­ volusi adalah realisasi daripada konsepsi. Dan tidaklah kita telah ber- ulang-ulang berkata bahwa revolusi kita belum selesai. Konsepsi-konsepsi masih diperlukan. Adakah diantara Saudara-saudara seseorang jang ber­ kata bahwa revolusi kita sudah selesai ? Djikalau ada diantara Saudara- saudara jang mengatakan bahwa revolusi kita sudah selesai, tanja, tanja kepada rakjat, sudahkah revolusi kita selesai ? T iap2 orang dikafangan rakjat akan berkata : revolusi kita belum selesai. Sebab apa jang diama- natkan oleh rakjat didalam penderitaannja jang sepedih-pedihnja, ber- abad-abad, berpuluh-puluh tahun, ialah belum terpenuhi. D an oleh karena Amanat Penderitaan Rakjat ini belum terpenuhi, maka oleh karena itulah rakjat berkata : revolusi belum selesai. Kita masih didalam revolusi dan kita harus melandjutkan revolusi ini. D an revolusi ini adalah, sebagai tadi saja katakan, satu paradox : untuk melepaskan diri kita daripada

penderitaan, kita mendjalankan penderitaan-penderitaan. Untuk melepas­ kan kita daripada perbudakan, kita mendjalankan perdjoangan melawan perbudakan-'perbudakan itu meskipun perdjoangan itu meminta penderita­

an. *

Barangkali ada orang jang berkata : kenapa ini Presiden selalu me-, nqadjak pemimpin-pemimpin berevolusi, berevolusi ? Tidaklah sudah tju- kup penderitaan dalam revolusi itu ? Tidaklah tjukup 'penderitaan ? Ke­ napa Presiden selalu mengandjurkan : teruskan revolusi, teruskan revo-33

(38)

lusi, padahal tiap-tiap manusia mengetahui bahw a revolusi adalah pen* deritaan, adalah korbanan dimana pcrlu, adalah pcmerasan tcnaga dc- ngan belum tentu pada saat itu telah tertebusnja djandji daripada re v o ­ lusi itu ?

Djikalau ada orang jang berkata demikian kepadaku, aku akan men- djawab : selama belum ada seorang ibu datang kepada saja, b ah w a ia menjalahkan kepada saja, bahwa puteranja mendjalankan revolusi; se­ lama belum ada seorang ibu menuduh kepada saja bahw a saja mcmbuat puteranja itu berdjoang-berdjoang, berdjoang, bahkan menderita, m ende­ rita; menderita, bahkan berkorban; selama belum ada seorang ibu jang berkata demikian ke'pada saja, saja akan tetap berkata : revolusi Indonesia belum selesai.

Dan hal itu saja ulangi lagi kepada Saudara-saudara : Revolusi kita belum selesai. Saudara-saudara adalah alat revolusi. Bekerdjalah sebagai alat revolusi ! Tjekatan, gesit, tcgas, oleh karena rakjat m enunggu-nung-

gu akan satu hasil daripada perlembagaan N e g a ra ini, jaitu M .P.R.S. Dengan demikian Saudara-saudara, maka am anat jang saja berikan ini saja anggap sebagai peresmian pembukaan sidang pertam a daripada M.P.R.S. ini. Moga-moga T u h a n selalu memberkati kita.

Terima kasih.

Sesuai dengan tjatatan stcnografis Sekertaris Djenderal M .P.R.S.

(39)

IV. N A S K A H ASLI K E T E T A P A N M A D JE L IS P E R M U S J A W A R A T A N RA KJA T S E M E N T A R A R E P U B L IK I N D O N E S IA No. I /M P R S /1 9 6 0 tentang M A N I F E S T O P O L IT IK R E P U B L IK I N D O N E S I A s e b a g a i G A RIS-G A RIS B ES A R D A R IP A D A H A L U A N N E G A R A 35

(40)

MADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA.

Dalam rapat pleno ke-4 Sidang P ertam a pada tanggal 19 N opem ber 1960 di Bandung.

Seteiah m em bahas:

1. Amanat N egara jang diutjapkan oleh Presiden pada P em bukaan

Sidang Pertama Madjelis P ernjusjaw aratan Rakjat S em entara pada hari Pahlawan 10 Nopember 1960;

2. Amanat Presiden tanggal 17 A gustus 1959. jang berdjudul ..Pene-

muan kembali Revolusi kita" dan jang terkenal sebagai M anifesto Polit.k Republik Indonesia;

3. Keputusan D ew an Pertimbangan A gung „Perintjian M anifesto P o ­

litik Republik Indonesia 17 Agustus 1959” tertanggal 25 September 1959 No. 3 /K p ts /S d /II/5 9 , jang telah disetudjui oleh Presiden dalam ,,Kata P engantar” Manifesto Politik Republik Indonesia pada hari Pahlawan 10 Nopember 1959;

4. Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama D epernas mengenai

Pembangunan Semesta Berentjana pada tanggal 28 A g u s t u s 195

jang diutjapkan dan jang tertulis, jang mendjadi bagian daripada haluan N egara ;

5. Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 jang terkenal dengan

nama ,,Djalannja Revolusi Kita” jang mendjadi pedoman 'pertama daripada pelaksana Manifesto Politik Republik Indonesia;

6. Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 jang diutjapkan dimuka

Sidang Umum P.B.B. jang berdjudul „T o build the w orld anew

(Membangun dunia kembali); Menimbang :

bahwa p^erlu segera ditetapkan garis-garis besar daripada haluan Negara dengan bagian-baqiannja serta 'pedoman-pedoman pelaksanaan- nja;

M e n g in g a t: .

1. Amanat Penderitaan Rakjat jang tergambar dalam P em bukaan Un-

dang-Undang Dasar 1945;

2. Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi A ngkatan Perang/P em im pin

(41)

a. Pasal 1 ajat 2 jang menentukan bahwa ..Kedaulaf*,, ,

t a n g a n R a k j a t d a n d i l a k u k an s e p e n u h n ja oleh Ma d i r l i Vl D * ^ s j a w a r a t a n R a k j a t ; dJe\JS, P e r n i u

3. Undang-undang Dasar 1945;

b. Pasal 3 jo pasal I V Aturan Peralihan;

c, Pasal 2 ajat 3; i

4. Penetapan Presiden No. 2 tahun-1959*

. I,' ;'>{ Jt| ^

5. Penetapan Presiden No; 1 tahun 1960; T‘:

6. Bahwa Rakjat Indonesia diseluruh kepulauan N u s a n ta r, T„M

telah mener ma dan mempertahankan Manifesto P ollS k R t ' t T ? *

donesia serta perintjiannja; Kepublik

In-*

M e n d e n g a r :

Permusjawaratan dalam rapat-rapat M P R S nnrl ^

19 November 1960; P3t Pa da tanggal 17 s /d

‘ i *' ' ’ / M em utuskan:

N e g a ^ s e b a S T b e r i k u t ? 3" t“ tan9 9ariS'9 aris 'd an p ad a haluan

Pasal I. • :

.l-'i-Memperkuat Manifesto Politik Republik Indonesia1 serta perperintii

annja sebagai garis-garis besar dari'pada haluan Negara.

i^rincji-r

Pasal IL ~ N • ' >

Amanat Presiden pada Sidang Pleno Depernas mengenai Pemba­ ngunan Semesta Berentjana pada tanggal 28 Agustus 1959 jang diutjap- kan dan jang tertulis adalah garis-garis besar daripada haluan pem bangu­

nan.

Pasal III.

A manat Presiden tanggal ^17 Agustus 1960 jang terkenal dengan nama ..Djalannja Revolusi Kita” dan pidato Presiden tanggal 30 Septem­ ber 1960 dimuka Sidang Umum P.B.B. jang berdjudul „T o build the world anew" (Mcmbangun dunia kembali) adalah pedoman2 pelaksana­ an Manifesto Politik Republik Indonesia.

(42)

Menugaskan dengan kekuasaan penuh kepada P residcn/Panglim a Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi Indonesia untuk melaksanakan pu- tusan-putusan ini.

Pasal IV,

Ditetapkan dikota Bandung 'pada tanggal 19 N opember 1960, MADJELIS P E R M U S J A W A R A T A N R A K JA T S E M E N T A R A R E P U B L IK I N D O N E S I A Ketua, W ak il Ketua, (M r Ali Sastroamidjojo) W akil Ketua, (D. N. Aidit) W a k il Ketua, (K, H. Idham Ciialid) W a k il Ketua,

(43)

Lampiran ke-1 (Pasal I) t

G A R IS -G A R IS B E S A R

D A R IP A D A H A L U A N N E G A R A

Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959

ianq berdjudul ..Pencmuan Kembali Revolusi Kita” dan jang terkenal sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia

(serta perintjiannja).

(44)
(45)

P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A

K A T A - P E N G A N T A R

Dewan Pertimbangan Agung dalam Sidangnja ke-II /tang- gal 23, 24 dan 25 September 1959 dengan suara-bulat berpen- d a p a t bahwa pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 berke- p a l a ’’Penemuan kembali Revolusi k i t a ’’ adalah garis-garis * besar daripada haluan Negara, dan bahwa isi keseluruhan p i ­ dato tersebut perlu diperintji.

Saja, selaku Kepala Negara, Panglima Tertinggi dan perdana Menteri, men j e t.udjui sepenuhnja pendapat Dewan Per­ t i m b a n g a n Agung tersebut; djuga perintjian isi-Pidato ter­

s e b u t -- jang djuga dinamakan Manifesto Politik Republik, I n d o n e s i a -- s a j a s e t u d j u i . f c

K a r e n a itu saja harapkan supaja Manifesto Politik

ter-• diueladjari dan difahami oleh tiap warganegara

Indo-~ia» dan supaja .seluruh lapisan m a s ja ra ka t b e r sa ma -s a ma

r.e=-

alat-alat Negara, baik sipil maupun militair, mentju-

deng'-t-u

,

a h k a n s e g a l a tenaga dan p i k i r a n n j a guna p e l a k s a n a a n M a n i ­ festo P o l i t i k t e r s e b u t .- *

DJAKARTA, hari P a hl aw a n 1959.-'

Presiden/Panglima Tertinggi/Perdana Menteri/ Ke t ua Dewan Pe rt im b a n g a n Agung,

S O E K A R N O .

(46)
(47)

K E P U T U S A N D E W A N P E R T IM B A N G A N A G U N G T E N T A N G P E R IN T J IA N M A N I F E S T O P O L IT IK REPU BLIK IN D O N E S IA 17 A G U S T U S 1959 No. 3 /K p ts /S d /II/5 9 D E W A N P E R T IM B A N G A N A G U N G D A L A M S ID A N G II T A N G G A L 23, 24 D A N 25 S E P T E M B E R 1959,

M E M P E R H A T IK A N : a) Isi keseluruhan Manifesto Politik Republik

Indonesia 17 Agustus 1959;

b) pendapat-pendapat dan saran-saran para

anggota Dewan Pertimbangan Agung. : perlunja ada perintjian daripada Manifesto P o ­

litik Republik Indonesia 17 Agustus 1959; M E N IM B A N G

B E R P E N D A P A T : a) Manifesto Politik Republik Indonesia ada­

lah garis-garis besar daripada haluan N e ­ gara;

b) perlu disusun sistematika perintjian jang

sedapat mungk'n merupakan kesatuan taf- siran dari'pada dasar dan tudjuan Manifes­ to Politik Republik Indonesia 17 Agustus 1959 untuk mendjamin ketertiban pelak- sanaannja.

M e m u t u s k a n :

1. Bahwa Manifesto Politik Republik Indonesia 17 Agustus 1959 ada­

lah garis-garis besar haluan Negara.

2. Menjetudjui perintjian persoalan-persoalan pokok dan program umum

revolusi Indonesia, jang diambil dari Manifesto Politik tersebut se­ bagai bahan 'pertimbangan bagi Presiden jang urutannja terdiri d a r i ; I. P R E A M B U L E .

II P E R S O A L A N -P E R S O A L A N P O K O K R E V O L U S I I N D O ­ N E S IA ;

1) D asar/T udjuan dan Kewadjiban Revolusi Indonesia,

2) Kekuatan-kekuatan sosial Revolusi Indonesia,

3) Si fat Revolusi Indonesia,

4) Hari depan Revolusi Indonesia,

5) Musuh-musuh Revolusi Indonesia.

(48)

III. U SA H A -U SA H A P O K O K (P rogram U mum). A. Bidang Politik,

B. Bidang Ekonomi, C. Bidang Sosial,

D. Bidang M ental dan Kebudajaan, E. Bidang Keamanan,

F. Pembentukan badan-badan baru, G. Pelaksana.

Perintjian tentang I, II, III dilampirkan bersam a ini.

D jakarta, 25 September 1959.

T j a t a t a n :

U n tu k p e n u n d ju k a n - h a la m a n M A N IP O L d i p e r g u n a k a n h a l a m a n s d a r ip a d a b u k u ,.M a n ife s to P o litik R e p u b lik I n d o n e s ia ” , P e n e r b i t a n C liu su s N o. 7G.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik wawancara dan kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi jenis informasi akuntansi yang dimiliki, dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki, informasi

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Karimun adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Karimun yakni sebesar 4,80 persen, sedangkan yang terendah di

Langkah 6: Buat lembar hitungan (tally sheet) dengan memasukkan data angka ke dalam kelas yang telah ditentukan. Setelah pemasukan angka angka sedemikian

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Penyimpanan buah jambu biji tanpa perlakuan khusus hanya dapat bertahan sampai 4 hari saja sehingga diperlukan proses penyimpanan cara lain yaitu penyimpanan buah jambu biji

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan kerjasama Tim Dosen pada mata kuliah geometri analit. 2) meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dan 3)

11) Studi Penyusunan Pedoman Pembangunan Fasilitas Penunjang Dalam Rangka Keterpaduan Pelayanan Transportasi Perkotaan, studi ini dikerjakan melalui kerjasama dengan

Untuk menumbuhkan minat dan motivasi mahasiswa, dosen dapat memberi rangsangan dan dukungan moral dalam belajar writing dengan bantuan media internet yaitu Facebook