c. Sifat Pembangunan
3. Titik berat dan susunan utama pembangunan
Sesuai dengan tudjuan pokok, bahwa pembangunan harus memberi
kemakmuran kepada 9 5% dari rakjat, maka seharusnja titik berat pem
biajaan diarahkan kesitu.
a. M asjarakat Desa.
Didalam taraf pertama perlu kita perhatikan masjarakat desa, karena desa adalah landasan dari masjarakat negara kita. Kita semua maklum, bahw a masjarakat desa dari dahulu sampai 13 tahun merdeka tetap rendah tingkat hidu'pnja. Terutama di Djawa dimana penduduk sangat padat, pembagian tanah sangat ketjil, rakjat hidup dalam kemiskinan. M asjarakat desa masih hidup dalam zaman prae-kapitalisme. Produksi hanja ditudjukan kepada mentjukupi kebutuhan sendiri: motief ekonomi tidak d ik e n a l; berpikir setjara tradisionil dan unsur-unsur tradisi masih terlalu besar mempengaruhi hidup perekonomian masjarakat desa. Pembentukan modal tidak mungkin, paling tinggi kekajaan berupa tanah, ternak dan perhiasan jang nanti terpetjah-petjah ke'pada warisnja kalau suatu keluarga meninggal. Maka mudah mereka mendjadi mangsa lintah darat, warung-warung asing, sistim idjon dan lain-lain. Selamatan- selamatan dan rupa-rupa upatjara tradisionil menambah lemahnja hidup ekonomi masjarakat desa. Aspek 'physik, sjarat-sjarat kesehatan (makan, pakaian dan perumahan) jang serba kurang, melumpuhkan mereka.
Berlawanan dengan itu hidup subur perusahaan-perusahaan besar asing jang sifatnja kapitalis jang tak memberi kcsem'patan untuk tum- buhnja masjarakat desa. Keadaan ini telah berubah, tetapi hanja sedikit dan tidak seimbang dengan tambahan penduduk, hingga tingkat hidup tetap rendah.
Dengan adanja desa jang tetap melarat dengan daja beli jang rendah tidak mungkin pembangunan berdjalan lantjar. Itulah sebabnja maka kemakmuran harus ditudjukan kepada m asjarakat desa. Perlu ko'perasi- koperasi dibangun, misalnja :
1. Koperasi Penggarapan T an a h ,
2. Koperasi Pembelian Alat-alat P ertanian,
3. Koperasi Pembelian Rabuk,
4. Koperasi T ransport,
5. Koperasi Kebutuhan Sehari-hari,
6. Koperasi Kredit Lumbung.
M engadakan kredit sistim jang baik terutam a bagi mereka berkoperasi. Perusahaan ketjil (gamping, genting, batu m erah dan^seba- gainja) hendaknja djangan dimiliki perseorangan, tetapi supaja dimiliki desa. Pun masjarakat desa harus turut m em perlipat-gandakan produksi
usaha negara. .
-b. U saha Negara.
Kalau masjarakat desa sebagai landasan m asjarakat Indonesia perlu pembangunan setjepat-tjepatnja maka untuk mengimbangi itu perlu \Msafcia-usaVia negara dalam projek-projek besar jang betul-betul untuk kepentingan rakjat dipergiat guna mempertjepat proses kem akm uran ra k jat jang merata.
I n d u s t r i.
Industri berat perlu menda'pat perhatian dalam rentjana djangka pandjang, sebab industri berat merupakan landasan bagi industrialisasi Indonesia dimasa depan. Industri sedang dan ketjil jang tak membutuh- kan permodalan banjak harus dimobilisir dengan pertimbangan :
1. menampung tenaga buruh sebanjak-banjaknja (pasal 36 U ndang-
undang D asar Sem entara),
2. mengganti kekurangan-kekurangan tenaga kita sementara (modal,
tehnisi dan lain-lain) sambil menunggu modernisasi jang memakai waktu.
Intensifikasi/Extensifikasi terhada'p :
1- Perusahaan-perusahaan jang tidak berdjalan,
2. perusahaan-perusahaan/pabrik-pabrik jang belum bekerdja dengan
full capacity,
3. mendirikan 'pabrik-pabrik komplementer disamping pabrik-pabrik
jang sudah ada (pabrik tebu, pabrik beras, dan lain-lain).
Disamping tiara-tjara mekanis untuk sementara perlu tjara seder-hana asal mentjukupi kebutuhan rakjat banjak. Djuga kwaliteit jang tjukup untuk kebutuhan rakjat misalnja tekstil.
Mekanisasi tanpa pembangunan industri hanja akan menambah im* port belaka dan memperberat devisen negara. Industri mempcrkuat dasar atau sendi-sendi sektor 'pertanian. pertambangan, transport dan pula Angkatan Perang kita. Industrialisasi akan membebaskan negara kita dari terus menerus menggantungkan diri pada import dari luar negeri. Kemadjuan sektor agraria diimbangi dengan kemadjuan sektor industri akan mendjadikan Indonesia satu negara jang betul-betul kuat dan sen- tausa.
c. Usaha partikelir.
Didalam sidang M U N A P 1957, pernah ditegaskan, bahwa banjak dalam angkatan muda Indonesia ada inisiatip jang sehat, tetapi kelcu- rangan modal. Bahwa memang ada hanja sedikit djumlahnja dan seba gian besar membutuhkan kredit djangka pandjang dari Pemerintah. Kalau demikian, apakah tidak scbaiknja kalau modal dari pada rakjat itu dipakai sendiri oleh Pemerintah untuk pembangunan perusahaan- perusahaan negara, djadi untuk umum. Djika 'perlu dengan orang-orang partikelir sebagai pimpinan dan atau perusahaan tjampuran. Pengusaha- pengusaha partikelir jang da'pat berdiri sendiri, memiliki perusahaan/ industri dengan hanja bantuan kredit usaha, dibolehkan berdiri terus.
Pengusaha-pengusaha partikelir jang tidak tjuku'p modal, tetapi ba njak inisiatip dapat disalurkan keperusahaan negara untuk mengabadikan kepada kepentingan umum menurut sjarat U.U.D.S. pasal 28 : Pengu- saha-'pengusaha partikelir jang hanja dapat hidup atas perlindungan Pemerintah senantiasa, hanja merugikan rakjat banjak.
Untuk golongan ketjil ini, rakjat seluruhnja djadi dirugikan. Peme rintah nasional manakah jang dapat membangun dengan tjara demikian itu ? Telah ditegaskan, bahwa kapitalis Indonesia sudah ketinggalan djaman. Kalau toch golongan ini masih getolereerd maka lambat laun harus menjesuaikan diri dengan rentjana Pemerintah.
Kenjataan bahwa masih adanja :
!• perusahaan-perusahaan besar asing ;
2. perusahaan-perusahaan ketjil asing jang djumlahnja besar dan kuat.
3. belum lengka'pnja alat-alat dalam n e g a ra ;
maka disamping melengkapi diri, memperkuat usaha desa dan usaha negara, sektor partikelir nasional dapat bergerak dalam fungsi membantu usaha-usaha pembangunan. Demikian pula usaha-usaha partikelir asing harus membantu usaha-usaha 'pembangunan, tetapi lambat-laun harus me ninggalkan Indonesia. Dengan madjunja masjarakat desa dan usaha-usaha negara, usaha-usaha partikelir nasional dengan sendirinja akan menem- patk an ’ fungsinja dalam m a s j a r a k a t Indonesia setjara komplementair. Dengan demikian achirnja tiap-tiap anggota masjarakat Indonesia akan menempatkan dirinja dengan fungsi jang tertentu didalam masjarakat jang adil dan makmur. Untuk melaksanakan itu perlu faktor-faktor ter sebut dibawah ini mendapat 'perhatian.