• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Informan Pertama (Afdelling I Dusun V Pondok Narunggit)

8. Informan Ke Delapan ( Anak Buruh Penderes Putus Sekolah)

4.3 Gambaran Pendidikan di Perkebunan

4.4.1 Apresiasi Karyawan Penderes Terhadap Pendidikan Anak

4.4.1.3. Mengawasi Perilaku Anak di Rumah

Manusia cenderung tidak patuh pada hukum baik secara tertulis maupun

tidak tertulis. Individu yang berperilaku tidak sesuai dengan peraturan maka akan berperilaku menyimpang. Anak yang sedang mengecap pendidikan rentan mengalami perilaku menyimpang sebab, mental anak masih rapuh dalam mengendalikan diri dari perilaku menyimpang. Orang tua memiliki kekhawatiran terhadap perilaku anaknya dalam bergaul terkhusus anak yang laki-laki rentan dengan perilaku kriminal sehingga membutuhkan orang tua untuk memperhatikan. Hal ini kehadiran orang tua memiliki peran yang signifikan mengawasi perilaku dengan cara menegur perilaku anak yang tidak baik dan diarahkan ke perilaku yang benar selayaknya seorang siswa. Begitu juga dengan buruh memiliki tanggung jawab memberikan waktu singkat dalam mengontrol waktu keberadaan anak di rumah dan perilakunya. Berbagai cara dilakukan orang tua untuk mengawasi perilaku anak seperti hasil wawancara dengan informan bapak Wiyono yaitu :

“Anak saya (20 tahun) tidak sekolah pun tetap saya buat disiplin dalam bermain, jam 22.30 Wib harus sudah pulang ke rumah. Kalau belum pulang juga saya telephone kalau gak aktif saya telepon kawannya, saya punya kontak teman-teman dekatnya

yang bisa saya hubungi untuk menanyakan keberadaannya dimana. Jadi harus ada hp untuk telpon, komunikasian ada di mana. Anak saya merokok gak, minum-minuman keras gak juga gak mau karena dari awal saya sudah kasih tau efek samping merokok dan minum, itu lebih dulu udah saya tanamkan kepada anak-anak” (Hasil Wawancara 23 Agustus 2015).

Hal ini disampaikan oleh informan lain yaitu, ibu Sri

“ anak saya berusia 18 tahun. Aku minta sama anak lajangku merokok janganlah, jadi dia ga merokok makanya badan mantap lah agak gendut, makannya dijamin lah anaku, kalau disekolah ada 2 orang anaku dan anak wawak satu kampung kami gak nakal disekolah, bergaulnya gak mau sama orang yang begini begono lah, kalau dirumah juga perilakunya baiklah.. Aku juga sering nanyak sama anaku yang SMKkalau pulang sekolah “ bang gak cabut kau tadi disekolahkan ? enggak loh mak, ia jangan cabut yah bang kasian loh bapak setengah mati kerjanya dikebon naik turun-naik turun kalau bandel anaknya cemana kan kecewa bapak tolong dijaga ya bg nama baik bapak, ia mak katanya”

Terlihat bahwa ketika orang tua mengawasi perilaku anak dengan intens akan mempengaruhi perilaku anak menjadi baik karena orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi anak dan memiliki kekuasaan tertinggi di keluarga untuk mengatakan teguran, nasehat, mencegah anak melakukan hal yang buruk. Sehingga anak dapat mempertahankan perilaku baik yang ditanamkan keluarga kepada anak yang sedang mengecap pendidikan. Supaya masyarakat tidak memberikan label buruk terhadap suatu keluarga, akan tetapi menerima label yang baik sesuai dengan harapan keluarga karena perilaku keluarga diterima di masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang terkandung dalam struktur masyarakat.

Ada beberapa informan yang mengawasi dan mengontrol anaknya melalui ancaman yang diberikan kepada anak. Seperti hasil wawancara jawaban yang disampaikan informan bapak Maruli Lumban Gaol :

“Saya betul-betul perhatikan keberadaan anak-anak kalau pukul 21.30-22.00 WIB anak bermain-main dan belum pulang kerumah, maka saya langsung mengunci pintunya dan tidak mengizinkan anak masuk, biar aja situ diluar siapa suruh main-mainn sampe malam anak masih dalam masa sekolah”

Hasil wawancara dengan informan lain hampir senanda dengan jawaban yang disampaikan Bapak Supangat yaitu:

“Ya sewaktu hampir marak narkoba, dulu ada anak dari desa lain atau anak perantauan masuk ke pondok kita selalu bawak keyek gitu yah narkoba, ganja, kita tauhu itu ada, saya kasih tau ke anak dan ku kasih ancaman ke anakku “awas ya, jangan coba-coba ngikuti keyek gitu, seandainya anak itu tertangkap polisi dan dipenjara kita bilang kami orang tua gak tanggung jawab kami biarkan aja di penjara. Makannya kami sebagai orang tua selalu mengontrol anak, yah mudah-mudahan anak tadi bisa dibilangin, kembali ke jalan yang lurus.Jadi harus dikasih ancaman supaya anak itu jerah, dalam bergaul berhati-hati. (Hasil Wawancara 14 Juli 2015 ).

Banyak cara dilakukan orang tua untuk menjaga perilaku anaknya dengan baik dan benar disesuaikan pada kondisi lingkungan masyarakat di kawasan perkebunan. Ada yang dengan cara memberikan batasan waktu, menekan bahkan mengancam anak dalam bergaul. Bukan maksud orang tua mengekang anak dalam bergaul , tetapi orang tua berusaha mengajarkan kebijaksanaan kepada anak dalam perilaku dalam bergaul. Setiap perilaku yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan sendiri dan itu tidak mudah maka dari itu anak harus berhati-hati dalam bergaul. Sanksi yang di perbuat orang tua kepada anak merupakan suatu sarana dalam mengontrol anak supaya mengendalikan perilaku anak terkhusus anak yang masih mengecap pendidikan. Anak yang masih mengecap pendidikan merupakan tanggung jawab terbesar orang tua mengawasi anak di rumah.

Peran orang tua mengawasi anak di masa mengecap pendidikan merupakan peran utama dalam keluarga. Terkadang orang tua menginterogasi dalam mengontrol perkembangan anaknya tidak cukup hanya di lingkup keluarga tetapi juga bekerja sama dengan pihak sekolah. Ketiga pihak yaitu pihak sekolah, masyarakat, dan keluarga membangun hubungan yang baik supaya terbentuk kerja sama memperhatikan pendidikan anak. Ketika masyarakat menemukan anak sekolah tidak berperilaku yang sewajarnya seorang berpendidikan maka masyarakat memiliki tanggung jawab dan peran dalam menegur dan menasehati anak sekolah. Orang tua memiliki hak untuk menanyakan perkembangan anaknya semasa pendidikan (idi, 2011). Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan para informan orang tua yang menganggap pendidikan anak sangat penting diperhatikan, orang tua akan membangun interaksi yang baik kepada guru supaya orang tua dapat menggali informasi seputar perkembangan anak. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Mujiono yaitu :

“Saya sering menegur seorang guru Pak Helmi, saya bilang “pak kenapa sih anak sekolah berkeliaran dirambungan (perkebunan tanaman karet), apakah disekolah diterapkan atau gimana?“. Pak Helmi mengatakan pak sedangkan anak perempuan saja sanggup melompati pagar tembok pak. Nah saran dari saya bagaimana kalau sekolah dibuat pagar, lalu saya bilang bagaimana kalau sekolah dipagari kawat duri. Bahkan diluar sekolah pun lelek tegur anak sekolah itu jika perilakunya gak sesuai dengan seorang siswa. Bukan untuk anak saya sendiri tetapi untuk anak itu dan menjaga citra sekolah ini supaya bagus kualitasnya. Sekarangkan sudah ada peraturan undang-undang untuk sekolah kepada lembaga sekolah tidak menerapkan kekerasan fisik kepada anak sekolah. Jadi kalau sola menegur saya sudah sering dan saya juga menegur guru Pak Wandi selaku guru agama”

Terlihat bahwa orang tua siswa atau masyarakat perkebunan berperan dalam memperhatikan perkembangan anak dan kualitas sekolah. Terkadang

Lembaga Sekolah memiliki keterbatasan dalam mengontrol perilakunya anak sekolah sebab guru dan pihak sekolah secara kuantitas terbatas tetapi harus memperhatikan ratusan siswa. Namun disinilah fungsi masyarakat dan orang tua bekerja sama dengan lembaga sekolah berperan serta sebagai sumber informasi perilaku anak sekolah yang baik dan yang tidak baik disampaikan kepada pihak sekolah. Kritik dan saran dari masyarakat tentang anak sekolah disampaikan kepada pihak sekolah merupakan suatu evaluasi lembaga sekolah untuk merubah hal buruk menjadi yang baik guna memajukan perkembangan anak sekolah dan menjadikan sekolah berkualitas. Maka sekolah akan melakukan berbagai usaha untuk menjadikan kualitas anak masyarakat perkebunan. Sehingga orang tua atau masyarakat tidak ada keraguan untuk menitipkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri melalui sekolah. Karena orang tua menilai citra sekolah dengan baik dan memiliki pola pikir yang positif terhadap sekolah dan para guru.

Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian dengan informan diperoleh data, orang tua juga memiliki hak untuk menerima kabar baik atau kabar buruk terhadap anaknya yang sedang sekolah. Maka orang tua menanyakan kepada guru perilaku dan perkembangan anaknya di sekolah. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh ibu Sri

“satu kampung ini ada gurunya di SMK jadi sering saya tanya karena awakan pengen tahu anak awak di sekolah, nanti awak awasi dirumah ternyata disekolah mengecewakan. Apalagi bapaknya RT jadi harus dijagalah nama baik keluarga “ kekmana bu mendidik anakku bandal tidak dia di sekolah bu, gak kok bu anak ibu bagus, sopan kata gurunya hanya anak ibu lah yang sopan dan bisa kami pantau para guru. Jadi aku bilang sama anaku dijagalah nak nama baik bapak jangan sampe ngecewakan, jangan sampe dapat surat panggilan, bapak disegani orang di kampung kita malu lah kalau anaknya keyek gitu. Begitu juga pada anak saya SD ketika menjemput anak sekolah saya tanyain guru anak ku Ibu Lili kekmana belajarnya Dede anakku, kata ibunya wah bandal

bu, yah hajar aja bu kalau bandal di kelas hak guru kami tidak sakit hati, tetapi menghajar masih sewajarnya jangan sampe kebacotlah (kekerasan fisik), kalau dirumah itukan da hak kami membimbing anak.Jadi kami da mengenalah siapa aja guru anak-anak kami di sekolah, para guru kelas 1-6 sudah pada kenal juga lah sama saya, guru anak saya yang SMK juga kami udah saling kenal lah”

Jadi berdasarkan data wawancara orang tua dan guru sama-sama saling membutuhkan informasi untuk memajukan anak dalam pendidikan. Seorang guru memerlukan orang tua untuk berbagi secara pribadi seputar anaknya yang sekolah dan orang tua secara pribadi memerlukan seorang guru yang memiliki hubungan erat belajar anaknya. Orang tua di perkebunan dan guru anaknya saling menyampaikan informasi terkait perilaku anaknya di rumah atau sekolah dengan tujuan menjadi evaluasi antara orang tua dan guru secara pribadi. Orang tua akan mengajari anaknya di rumah menjadi lebih baik lagi sehingga di dalam pendidikan anaknya mengalami perubahan pola pikir, berperilaku dan mandiri. Dalam penelitian ini buruh penderes di perkebunan menjalankan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan cara memberikan berbagai bentuk apresiasi kepada anak yang sedang mengecap pendidikan.