• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI PERHUBUNGAN RI (BUDI KARYA SUMADI): Terima kasih Pak Ketua Komisi V

Yang terhormat Wakil Ketua DPR, Ketua Komisi V,

Wakil Ketua Komisi V dan Wakil atau Anggota Komisi V, Bapak Ibu sekalian dan Hadirin.

Pertama kali sekali pun tidak langsung berkaitan dengan 5 prioritas ini, saya ingin menjawab tentang tiket terjangkau. Pertama kali saya ingin mengingatkan bahwa Komisi V ingin mengundang Komisi VII untuk mau bicara tentang avtur. Karena sampai saat ini di tempatnya Pak Herson itu avturnya masih mahal, jadi kalau penerbangan mau ke pulau-pulau itu biasanya mereka mahal karena lebih mahalnya 20% gitu.

Di salah satu rekomendasi kita adalah ada membuat harga itu lebih ekonomis dan juga rebalancing sehingga harga-harga yang di Indonesia Timur itu akan turun. Jadi tempatnya Pak Roberth ke Pak Daniel juga akan mendapatkan suatu harga yang relatif sama dengan di sini sehingga harga lebih.

Mengenai tiket terjangkau, kami sebenarnya sudah rapatkan pertama kali arahan Presiden memang karena yang paling terdampak itu adalah tiga daerah. Satu itu Sulawesi Utara, yang kedua itu Kepulauan Riau, yang ketiga baru Bali. Nah oleh karenanya memang kita akan mengupayakan wisatawan lokal seperti yang diusulkan oleh Pak Eddy Santana, termasuk kami juga diminta untuk mengadakan kegiatan-kegiatan di minimal tiga tempat itu. Jadi bundling antara tiket dengan hotel itu dilakukan atas arahan Presiden.

Yang kedua avtur sekali lagi. Avtur seperti yang kami sampaikan kalau Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, Pertamina dan penggunanya adalah Garuda dan Lion ikut, terjadi suatu kesimpulan yang baik mestinya ya.

Terus yang berikutnya rekomendasi kita seperti yang sudah saya sampaikan berkali-kali adalah menjual tarif murah di hari-hari Senin sampai Kamis. Dan terakhir ini kami diskusi dengan Garuda dan Lion itu menjual tiket 3 bulan sebelumnya, karena sekarang ini occupancydari pada penerbangan kita rata-rata 70%. Jadi kalau 10 atau 20% mereka bisa jual dengan

harga-harga yang murah tentunya occupancy -nya akan naik. Jadi event harganya itu kurang dari harga pokok itu bisa menambah pendapatan.

Yang kedua saya secara khusus ingin menjelaskan lelang Bandara Komodo konotasinya akan dikuasai asing. Sama sekali tidak benar, namun demikian saya secara pribadi secara kelembagaan menghargai pendapat bapak ibu sekalian tentang kehati-hatian tersebut. Kami sangat hati-hati sekali.

Nah oleh karenanya kami mensyaratkan bahwa satu kepemilikannya itu harus 51 lokal dan pada kenyataannya juga pemenang ini 80% Indonesia Cardig ya, Changi itu hanya 20% ya. Yang kedua, operasi bandara itu diberikan kepada badan usaha lokal ya, jadi Bubu yang akan kita berikan itu badan usaha lokal, jadi internasional tidak bisa. Yang ketiga adalah aerification-nya itu tetap dikelola oleh Airnav, itu BUMN dan kita pastikan justru aerification itu yang paling menentukan di satu bandara. Nomor empat adalah Bea Cukai, Bea Cukai tetap aktif dan yang terakhir adalah Imigrasi.

Jadi dari sekian peran itu ada 5 peran, peran mereka adalah pengelolaan itu pun cuma 20% dan biasanya Changi lebih banyak mengelola yang berkaitan dengan land site atau yang di gedung, kalau di air side dia tidak ikut dan yang penting adalah bahwa apa yang menjadi dasar kita satu tentu investasi.

Bapak-bapak, Kementerian Perhubungan itu punya 43 Triliun, tapi belanja modalnya cuma 30 Triliun. Sisanya ada subsidi macam-macam itu 30 Triliun. Jadi kalau kita dapat 1 Triliun dari swasta, saya pikir cukup lumayan untuk menambah. Supaya apa? Supaya uang yang dimiliki oleh APBN bisa membangun bandara-bandara di kampungnya Pak Roberth sama Pak Daniel atau di Aceh gitu ya kita bangun di sana. Kalau tidak, masuk di sini semuanya. Jadi itu yang anu dan yang penting adalah traffic. Kita harapkan traffic dari luar negeri terutama dari Singapura akan banyak sekali.

Yang ketiga saya akan menjelaskan mengapa menggunakan Batik bukan Garuda. Jadi bukan salahnya Garuda, bukan salahnya Batik, tapi karena China memberikan izin kepada maskapai yang sudah memiliki izin di kota itu dan yang hanya memiliki itu adalah Batik dan Sriwijaya, Garuda tidak punya, jadi Garuda tidak punya.

Nah oleh karenanya karena Sriwijaya tidak memiliki pesawat wide body kita tunjuk Batik dan Alhamdulillaah Batik setuju. Frankly speaking kalau mau nolak, nolak mereka. Jadi kalau kasar-kasar itu sedikit nginjak kakilah ya. Jadi ya terima kasih Pak Daniel saya ucapkan karena secara komersial tidak bagus karena dia harus melakukan suatu penjelasan pada masyarakat pesawatnya sudah dipakai orang yang kena corona itu jelek sekali.

Nah proses ini panjang, jadi dibalik kejadian itu Kementerian Perhubungan sangat intensif melakukan itu, bahkan menjelang pendaratan itu saya dan Dirjen Darat ada di Batam. Jadi kita diskusikan bagaimana proses pendaratan, bagaimana dari Batam menuju ke sana. Jadi kita intensif tapi

Alhamdulillaah kita di kabinet sangat kompak dengan leading sector adalah Menteri Luar Negeri dan Menteri Kesehatan kita berikan suatu itu. Garuda sudah berjanji nanti kalau memulangkan mereka-mereka ini Garuda yang akan melakukan. Ada Garuda di sini? Ya janji Pak Ivan ya? Garuda janji yang memulangkan daerah-daerah. Jadi sudah secara khusus menyampaikan juga Pak Menteri juga menyampaikan kepada saya.

Yang ketiga berkaitan dengan ketimpangan anggaran. Saya juga perlu jelaskan, dana yang dialokasikan pada project-project 5 prioritas itu 2,9 Triliun artinya kurang dari 10% dari anggaran Kementerian Perhubungan. Nah dana-dana itu terlihat besar karena ada dana-dana dari BUMN, dana-dana dari swasta dan dana PTP atau KPBU. Jadi kalau dari kami itu 2,9 Triliun, yang dari BUMN itu Bandara Silangit itu kira-kira 500 Miliar. Kulon Progo itu 12 Triliun, Lombok itu kira-kira 500 sampai 1 Triliun, Labuan Bajo 1,2 Triliun, Menado itu 800 Miliar. Jadi banyaknya dari swasta bukan dari kita, tapi memang inisiatif ini kita konsentrasikan di situ.

Nah kami juga akan menyampaikan bahwa terutama berkaitan dengan pertanyaan Pak Iwan dan Pak Hasan Basri, bagaimana kita mendistribusikan anggaran kita. Saya pikir kalau saya lihat-lihat, daerah yang mendapat cukup banyak anggaran itu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Papua, Sulawesi Tengah itu banyak, Sulawesi Utara ya. Kalau mengenai Sulawesi Selatan Pak Iwan Aras lebih dari 1,5 Triliun kita ke sana Kementerian Perhubungan, ada Kereta Api, ada Buntu Kunik, dan ada macam-macam ya.

Pak Roberth ya Pak Daniel Papua, anggaran kita itu 1,5 Triliun untuk Papua Pak, yang banyak itu untuk subsidi Pak dan bandara bapak itu kan banyak kecil-kecil, ada hampir 200 itu. Masing-masing kalau dapat 10 Miliar saja sudah banyak sekali itu Pak, tapi tetap concern Papua pak karena memang butuh kita take care Pak.

Ini ada pesan dari Dirut Damri, 20% dari trayek Damri itu ada di Papua Pak ya. Jadi ini perlu kita dan kami tetap konsisten pak walaupun besar tambah besar lagi pak ya. Agak senyum dia tidak seram lagi ya. Ya jadi itu hal-hal yang penting tidak bisa disamakan. Seperti Sulawesi Selatan Toraja, kami itu walaupun tidak terlihat, sistematis melakukan. Buntuk Kunik kita keluarkan kira-kira 400 Miliar.

Kami akan mengembangkan Bandara Bua, karena Buntu Kunik itu tidak mungkin 1.600, lebih dari 1.600 tidak mungkin karena mahal sekali. Pak Hamka kita akan kembangkan Bua menjadi lebih dari 2.000 supaya bisa mendarat itu pesawat yang jet, Pak Basuki bikin jalan 40 Kilo, jadi di sana menjadi suatu destinasi wisata yang baik gitu. Jadi kami koordinasi sekali dengan Kementerian Pariwisata dan kami ini cair sekali ini sekarang. Jadi nanti bisa diundang, kita bisa koordinasikan.

Seperti yang disampaikan tadi, kita juga membangun Tanjung Kelayang, Pulau Seribu, Banten, Bromo, Wakatobi, Raja Ampat dan sebagainya. Bahkan Pak Roberth, saya tahu persis bahwa teman-teman Raja

Ampat ingin memindahkan jangan di Raja Ampat tadi di satu pulau tertentu ya. Karena Raja Ampat memang tidak kita bisa kembangkan menjadi 2.000 Meter oleh karena tahun depan kita akan membahas Raja Ampat bagaimana bandaranya, bagaimana konektivitasnya kita lakukan dengan baik.

Nah bapak ibu sekalian, kami juga punya kegiatan-kegiatan kereta api yang padat modal itu akan kita dedikasikan di kota-kota besar. Kepada Pak Jadi saya jelaskan bahwa anggaran 1,2 Triliun is must pak harus pak, karena itu yang menghubungkan Tugu ke Bandara itu kira-kira 1 Triliun. Jadi mohon maaf kita memang belum bisa langsung ke Borobudur, tapi paling tidak antara Yogya sampai ke Bandara itu dengan adanya jalan itu menjadi 45 menit. INTERUPSI F-PDIP (Ir. SUDJADI):

Jadi maksud kami itu ini kan rakyat Borobudur kan sudah didengungkan 1,2 atau 1,3. Nah tetapi di dalam rincian tadi itu kan pekerjaan lama, jadi bukan jangan dimasukkan kawasan Borobudur, tapi program Joglosemar yang menyangkut bandara baru Yogya-Solo pak. Jadi artinya mohon dipisah supaya tidak di-anu. Saya tidak masalah, cuma kalau itu kan seolah-olah proyeknya masuk kawasan Borobudur, padahal dana itu adalah bagian dari Joglosemar, bandara baru Yogya dan Solo.

Maturnuwun Pak Menteri.