• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jadi Pimpinan itu bukan hanya bisa perintah, harus bisa diperintah. Jadi saya diperintah oleh Ketua Komisi untuk bicara.

Pak Menteri beserta seluruh jajarannya, Kepala BNPP beserta seluruh jajarannya,

Rekan-rekan Anggota Dewan yang saya hormati. Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh, Salam sejahtera buat kita semuanya.

Pertama saya ingin memberikan apresiasi kepada pemerintah, terutama khususnya kepada kita punya arsitek yang sudah memberikan desain-desain yang sangat luar biasa yang memberikan kebanggaan buat kita punya bahwa inilah Indonesia yang bisa kita banggakan.

Yang kedua, juga terima kasih kepada pemerintah dan hari ini kita duduk kembali bersama untuk membahas progress dan rencana yang akan dibuat dalam mendukung mewujudkan keinginan kita semua. Bukan hanya Presiden, melalui pariwisata yang akan sudah menjadi keputusan bagi kita semuanya.

Melihat mendengar presentasi yang membanggakan ini, saya hanya ingin menyampaikan pak ada beberapa hal. Pertama, investasi yang besar ini supaya bagaimana bisa memberdayakan produk dalam negeri. Yang kedua, kalau dia belum dibuat dalam negeri, bagaimana diinventarisir supaya produk-produk yang tidak dibuat dalam negeri itu bisa dibuat di dalam negeri. Saya ingin mengingatkan ini sebelumnya, saya jelaskan saya ini Wakil Ketua DPR yang membidangi Inkorinbang, industri dan pembangunan yang membawahi Komisi IV, V, VI dan VII.

Jadi kenapa saya hadir, saya ingin melihat bagaimana progress dan saya mau lihat dampak kepada yang lain. Apakah investasi ini juga memberikan dampak investasi-investasi yang lain? Karena pemerintah ingin mendorong investasi dan juga lapangan kerja. Apa lagi kita juga sedang akan membahas omnibus law yang untuk mendorong investasi dan meningkatkan

lapangan kerja di Indonesia. Itulah kenapa saya hadir untuk memantau melihat.

Tadi juga sudah disampaikan oleh kawan-kawan, jangan sampai investasi pemerintah yang juga pembiayaannya juga ada melibatkan dana dari luar negeri. Ini juga digunakan untuk produk-produk impor, tidak merangsang investasi di dalam negeri sendiri, padahal investasi dalam negeri sendiri sudah menjadi keputusan pemerintah supaya memprioritaskan industri dalam negeri.

Tadi juga kawan-kawan katakan bahwa bagaimana dampak dari pada dengan investasi ini kepada investasi-investasi dalam negeri sendiri baik itu UKM maupun IKM. Jadi ini juga menjadi hal yang penting supaya menjadi catatan supaya jangan karena murahnya kita impor dari luar, sementara dalam negeri juga tidak memberikan nilai tambah yang maksimal dari investasi ini.

Yang kedua, setelah barang ini jadi, siapa yang mengelola? Jangan sampai ini setelah kita buat nanti setelah 5 tahun ini akan karena tidak ada maintenance, tidak ada pengelolaan yang jelas akhirnya menjadi barang-barang yang hanya menjadi monumen saja.

Ini yang perlu diketahui apakah ini dikelola oleh pemerintah pusat, atau pemerintah daerah atau BUMN atau swasta? Saya kira ini sebagaimana yang sudah disampaikan Presiden dalam pertemuan di dengan pengusaha muda supaya didorong kepada para pengusaha-pengusaha lokal muda supaya mereka bisa ikut bertanggungjawab.

Termasuk tanggung jawab bukan bisnisnya, tapi mengelola, maintenance-nya dan lain sebagainya, karena maintenance-nya ini akan biaya yang besar yang akan ditanggung oleh pemerintah, jadi lebih baik diberikan kepada pengusaha-pengusaha. Apa lagi tadi disampaikan bahwa ada Mall yang tidak dilalui oleh penumpang itu karena bagaimana sebetulnya marketing-nya? Nah inilah yang saya kira swasta yang perlu kita libatkan untuk itu.

Juga saya kira kalau tenaga kerja demikian dan satu lagi karena ini industri dalam negeri, saya sangat concern kepada Krakatau Steel yang sekarang dalam menghadapi kesulitan. Apakah bisa pemerintah dalam pembangunan infrastruktur juga ikut mendorong Krakatau Steel punya peran di untuk penggunaan barang-barang steel?

Kemudian juga Pak Menteri karena karet kita lagi turun harganya, apakah karet dalam negeri kita ini bisa dipergunakan untuk memperkuat aspal kita? Karena banyak pembangunan infrastruktur, apakah bisa digunakan bahan baku karet ini untuk kebutuhan sebagai bahan untuk membangun infrastruktur?

Dan yang terakhir, ini karena ada kawan-kawan Papua tadi yang minta destinasi segala, saya kira yakin kalau pemerintah punya concern kepada

semua daerah pariwisata. Yang paling penting untuk Papua PON tahun ini bisa sukses atau tidak. Jadi itu juga saya minta kepada pemerintah pada Menteri PUPERA dan Menteri Perhubungan bagaimana persiapan juga untuk mendukung suksesnya PON pada tahun ini di Papua itu sendiri. Demikian. Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT / KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.SOS, M.Si./ F-PDIP):

Baik, terima kasih Pak Wakil Ketua DPR, Pak Rachmat Gobel.

Seperti kita ketahui kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional itu cukup lumayan ya. Data yang kita dapat per 2018 kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB itu 4,50%. Kemudian tahun 2019 naik menjadi 4,80%. Kemudian pada tahun 2014 telah mencapai 9% atau sebesar 946,9 Triliun dari PDB kita dan 2014 telah mencapai 120 Triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebanyak 11 Juta orang. Ini data yang kita dapat dari Kementerian Pariwisata kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian nasional.

Saya tidak ingin mengulang lagi pendapat teman-teman yang tadi sudah disampaikan. Tadi saya diskusi kecil dengan Pak Pimpinan Komisi dan Pak Wakil Ketua DPR sepertinya kita perlu ada rapat lanjutan pak, terkait dengan apa yang tadi Pak Wakil Ketua DPR sampaikan, ini bagaimana ke depannya. Kita akan undang nanti duduk bersama di sini bagaimana pun adalah tanggung jawab Komisi V dalam sisi infrastruktur. Karena kami pasti ditanya untuk apa ini dibangun semua? Dan kita dari Komisi V juga wajib tahu ini kita sifatnya mendukung kebijakan pemerintah.

Tadi Pak Hamka sudah sampaikan bahwa bukanlah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bukanlah Menteri Perhubungan yang menetapkan 5 kawasan ini menjadi kawasan strategis pariwisata nasional.

Ini adalah program Presiden yang sudah Presiden canangkan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ditunjuk bersama Kementerian Perhubungan untuk membangun segenap infrastruktur yang diperlukan di kawasan ini dan ini karena kedua kementerian ini adalah mitra kerja Komisi V dan kita wajib membicarakannya lebih dalam terkait anggaran yang sudah cukup besar. Tadi kami hitung saja kasat mata dari data yang sudah dipaparkan di sini per 2020 ini kalau digabung dua kementerian ini sudah hampir 10 Triliun di 5 kawasan pariwisata ini.

Nah tentu menjadi pertanyaan besar bagi kita ini investasi yang begitu besar seperti apa nanti kelanjutannya? Siapa yang akan memeliharanya? Apakah ini diserahkan lagi kepada pemerintah? Dan ini pasti memerlukan biaya maintenance yang tidak kecil.

Oleh karenanya kami memandang perlu nanti tadi Pak Wakil Ketua DPR juga sudah setuju kita akan agendakan rapat bersama di sini tentu ini

melalui proses. Nanti kami serahkan sepenuhnya kepada Pak Wakil Ketua DPR bersama Pimpinan DPR yang lain untuk kiranya mengundang secara bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mitra kerja Komisi V itu kami bisa undang secara langsung.

Kemudian Kementerian Perhubungan juga kami bisa undang secara langsung. Kalau Kementerian Pariwisata dan BKPM kami tidak bisa mengundang secara langsung di sini. Pak Wakil Ketua DPR mohon izin nanti kami akan bikin surat secara resmi supaya ini nanti bisa kita bahas. Tidaklah kita hanya selesai pada pembangunan ini saja tanpa tahu tindaklanjutnya nanti seperti apa dari investasi yang begitu besar ini.

Oleh karenanya nanti di kesimpulan rapat kita akan buat kita akan agendakan rapat gabungan yang melalu proses sebagaimana diatur dalam Tata Tertib DPR yang waktu dan tempatnya sudah pasti di sini dan waktunya akan kita sampaikan setelah koordinasi. Sesuai Tata Tertib DPR kita sampaikan kepada Komisi-komisi yang menjadi mitra kerja dari Kementerian Pariwisata dan mitra kerja dari Badan Koordinasi Penanaman Modal terkait dengan pelibatan swasta dalam menggerakkan pariwisata nasional.

Bapak dan Ibu sekalian, Raja Ampat, kemudian Derawan di Kalimantan Timur itu juga daerah-daerah yang potensial dan daerah-daerah lainnya. Tentu pemerintah tidak serta merta semuanya sekaligus. Lima ini melalui proses yang panjang saya yakin di pemerintah melalui analisa-analisa yang juga matang untuk mendongkrak dulu pertumbuhan di masing-masing sektor ini dan ke depan ketika daerah ini sudah selesai. Tentu daerah-daerah lain ini bisa diinterpretasi sebagaimana kawasan dari 5 ini ditetapkan menjadi kawasan strategis pariwisata nasional.

Lebih lanjut kami persilakan Pak Menteri. INTERUPSI F-PDIP (Ir. SUDJADI): Interupsi sebentar pak.

Saya usul ditambah yang diundang Kementerian P dan K karena kaitannya dengan candi-candi itu perizinan, kemudian ATR karena kami mengalami di Borobudur itu ada yang nyelonong bilang itu tanah purba dan sebagainya. Jadi supaya Menteri ATR sama Menteri P dan K yang bidang kebudayaan itu juga turut hadir.

Terima kasih.

KETUA RAPAT / KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.SOS, M.Si./ F-PDIP):

Baik, nanti Pak De mungkin yang pertama ini tadi sudah kita bicarakan sih, mungkin itu teknis yang terkait dengan infrastrukturnya ini, terkait dengan infrastrukturnya.

INTERUPSI F-PDIP (Ir. SUDJADI):

Ketua, kalau izin itu tidak keluar tidak bisa dibangun, karena misalnya kalau di Borobudur itu dulu kan itu Danau Purba, terus ada Area Purba. Nah ini Area Purba itu yang bisa menentukan itu purba atau tidak itu ATR dan Dikbud.

Terima kasih. Ini kepentingan dari Dapil saya. KETUA RAPAT (LASARUS, S.SOS) :

Baik Pak De, kita akomodir nanti kita masukkan dalam kesimpulan rapat lebih lanjut nanti wewenangnya Pimpinan DPR untuk menentukan siapa yang boleh hadir dan tidak dalam rapat ini. Kita usulkan plus Gubernur di 5 kawasan wisata ini, jadi sekaligus kita duduk bersama di sini. Karena kalau tidak disambut baik oleh pemerintah daerah, nanti juga sia-sia pembangunan ini karena berada dalam wilayah pemerintah daerah masing-masing wilayah KSPN yang tadi kita sampaikan.

Saya persilakan Pak Menteri PU dulu, tadi Menteri Perhubungan papar duluan. Ini saya minta Menteri PU dulu menyampaikan masukan dan saran dari teman-teman tadi mana yang bisa ditanggapi pak. Karena saya rasa singkat saja Pak Menteri, kita kan masih ada agendakan nanti di rapat selanjutnya untuk memperdalam KSPN, lima KSPN ini saya pikir Pak Menteri jawab yang penting-penting saja. Kalau yang terkait di luar dari KSPN ini kita akan ada Rapat Kerja khusus nanti terkait anggaran dan seterusnya dan itu nanti arenanya pak.

Saya persilakan Pak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. MENTERI PUPR RI (MOCHAMAD BASUKI HADIMULJONO):

Terima kasih Bapak Pimpinan. Bapak Wakil Ketua DPR,

Ketua dan Wakil Ketua Komisi V,

Ibu Bapak Anggota Komisi V yang terhormat.

Sebelum saya menanggapi, izinkan saya juga mengusulkan kalau ada Rapat Gabungan mungkin Menteri BUMN. Karena di sana ada tourism development corporation di Danau Toba, di Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan sebagainya, tadi pertanyaan siapa yang mengelola nanti, mungkin ke sana. Terima kasih bapak.

Yang pertama bapak tentang kenapa menjadi 5 prioritas. Saya kira seperti pak, saya me-rever pada Pak Suryadi dari Nusa Tenggara Barat bahwa pariwisata ini merupakan jawaban dari untuk memperkecil ketimpangan antar daerah. Kenapa pariwisata? Karena yang lebih cepat meng-create lapangan kerja dengan biaya yang lebih murah. Semua ada

lebih dari 10 KSPN sebetulnya, kalau tadi dibilang oleh Pak Roberth, Raja Ampat itu tidak termasuk dalam 10 saya kira mungkin beliau daftar dari yang lain, karena itu masuk di situ.

Jadi kenapa 5, 5 bukan berarti super prioritas harus yang ini tok tidak, itu hanya a small matter of programming. Jadi kami atas arahan Presiden program itu jangan dibagi rata, misalnya tadi misalnya 10 Triliun, mau dibagi 10 atau dibagi 14-15 jadi tidak jadi nanti semuanya. Jadi ini 5 dan ini dikasih waktu hanya 2020, tahun depan ini sudah tidak di-anu lagi, sudah pindah lagi yang ke 5 lagi.

Jadi dipindah, jadi pemerataannya bertahap bukan dibagi rata, supaya kelihatan hasilnya dan cepat dirasakan oleh rakyat. Saya kira itu Bapak dan bukan berarti yang tidak termasuk 5 ini didiamkan, karena Mandeh, dulu siapa yang tahu Mandeh? Tidak ada yang tahu di Sumatera Barat, sekarang dia sudah menjadi kawasan destinasi wisata, karena kita bangun jalan barunya, kawasannya, sekarang menjadi destinasi. Jadi saya kira itu bapak.

Wakatobi pasti jelas masuk, Raja Ampat pasti masuk, kalau tidak masuk pasti salah. Raja Ampat kaya gitu masa tidak masuk dari prioritas ya pasti masuk bapak. Tana Toraja juga ya, Tana Toraja pasti juga kita, tidak masuk pun kita sekarang bangun terus itu. Lapangan terbangnya juga mau dibangun oleh beliau, jadi saya kira jangan missleading mohon maaf itu hanya masalah programming, hanya masalah programming saya yang tahu persis. Karena programnya bukan dibagi rata tapi pemerataan yang bertahap, jadi jadi, hanya dikasih waktu 1 tahun ini harus jadi.

Dan untuk wisata bapak, bukan hanya infrastruktur karena pertama yang harus diperbaiki infrastrukturnya. Makanya bukan promosinya. Setelah infrastrukturnya amenities dan event-nya, baru setelah itu mau promosi besar-besaran ya, supaya kalau itu tidak siap pak datang sekali tidak akan datang lagi dia, itu yang kita jaga betul gitu.

Ya kaya Toraja dulu misalnya jadi promosinya kan wisata mengerikan, karena sekali datang tidak datang lagi, sekarang jadi kopi di atas awan gitu ya dirubah namanya supaya orang juga tidak imajinasinya kuburan. Mohon maaf ini mohon maaf, sehingga orang takut ke sana. Sekali datang tapi sudah tidak datang lagi, tidak pernah datang dua kali. Nah ini sekarang lagi dicari caranya dan ini saya kira itu bapak tentang pariwisata.

Kemudian yang lainnya bapak, kalau yang tadi Nusa Tenggara Barat. Kalau keterlibatan pengusaha lokal, ini kami juga kemarin terima kasih Pak Anang bisa datang di Bandung waktu peresmian Terowongan Nanjung, sekaligus penandatanganan kontrak lelang dini Kementerian PUPR sebanyak 33 Triliun, itu surprise, tidak surprise, 95% pengusaha lokal. Ditanya satu-satu oleh Presiden, pengusaha lokal semua pak.

Nah jadi saya kira bapak itu hanya packaging-nya saja kita atur, tapi tidak bisa kita ini harus diikuti harus dapat pengusaha lokal. Itu semua tender, semua tender bapak, tapi kita hanya bahwa the classing-nya saja, kelasnya

saja yang kita atur supaya memang untuk para pengusaha lokal dan kemarin buktinya 95% itu adalah pengusaha lokal, dari Asmat dan dari Marauke dari Jayapura, dari Kendari datang. Ada 100 kami kemarin dari 1.300 paket yang ditandatangani yang kami datangkan 100 pengusaha dan semuanya BUMN-nya saya kira, dari yang kontrak dari 260 Miiliar sampai yang 4 Miliar pengusaha lokal semua. Itu pak ya, jadi saya kira kalau keterlibatan pengusaha lokal, kami sudah tidak membedakan lagi pengusaha lokal apakah yang tapi yang penting kelasnya yang menengah besar, dan itu harus semua dengan tender. Itu yang pengusaha lokal.

Kemudian kalau TKDN, bapak memang kami juga misalnya pembangunan jalan tol Yogya-Solo. Kalau elevated dia harus pakai baja, tapi add grade kita upayakan dia dengan rigid pavement jadi semen bisa masuk, baja bisa masuk. Jadi kami mengarahkan pada yang konstruksinya desainnya yang menyangkut ke sana.

Kemudian kembali lagi tadi yang di Bendungan Mujur. Bapak, jadi kalau air bersih untuk Mandalika ini ada dua alternatif, mau bikin Bendungan Mujur atau mau ngambil dari Pengga. Bendungan Mujur akan efektif kalau Meninting jadi ya kan pak? Karena Mujur itu akan disuplai oleh Bendungan Meninting itu baru selesai tahun 2022 atau 2023 berarti ini nunggu itu, padahal kita butuh air sekarang, jadi lebih cepat dari Pengga. Pasti nanti suatu ketika akan dibangun Mujur, tapi kita yang akan dibutuhkan sekarang ini untuk yang 1-2 tahun ini dari mana, dari Pengga pak oke. Sudah kami pikirkan pak alternatif-alternatif tersebut.

Kalau program kotaku kota tanpa kota kumuh di sekitaran di situ dan termasuk tadi juga di sepanjang. Kalau yang jalan bandara sampai ke Mandalika radius 5KM itu semua kena program tanpa kumuh. Bahkan di Mandalika sendiri itu di bawah desa sampingnya pasti sudah ada program tanpa kumuh, termasuk di Borobudur, itu kawasannya sudah kita perbaiki dulu sebelum ini masuk program ini. Jadi saya kira kita sudah tangani itu pak.

Jadi saya kira mungkin itu bapak yang perlu kami sampaikan. Pemeliharaan tadi saya kira menjadi pemikiran kami pada saat Ratas juga dipimpin Pak Presiden siapa nanti. Salah satunya TDC tadi pak apakah Danau Toba Tourism Development Corporation atau Lombok, jadi ada BUMN-nya di sana, tapi itu baru alternatif, belum diputuskan. Oke, saya kira sementara itu pak.

KETUA RAPAT / KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.SOS, M.Si./ F-PDIP):

Baik, terima kasih.

Sebelum ke Pak Menteri Perhubungan, Pak Basuki ada titipan tadi dari Pak Sukur, saya mesti sampaikan ini pak amanah, beliau tadi belum sempat ngomong sudah mesti kembali. Pintu masuk Danau Toba yang utama adalah Bandara Silangit Pak Menteri Perhubungan. Kemudian tadi diusulkan juga Jalan Lingkar Siborong-borong Pak ya, untuk mengurangi kemacetan di

sekitar yang sekarang memang ada titik macet yang disampaikan. Kemudian Muara salah satu pintu masuk ke Samosir dan Danau Toba.

Jadi itu pesan dari Pak Sukur Nababan, mungkin ini sebagian ke soal Silangit-langitnya kewenangan Pak Menteri Perhubungan dan soal jalan lingkar dan pintu masuk ke Danau Toba tadi kewenangannya ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Saya persilakan Pak Menteri Perhubungan.

MENTERI PERHUBUNGAN RI (BUDI KARYA SUMADI):