• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ., M.M.): Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh,

(RAPAT: SETUJU) Ketoknya mesti kencang ini

F- PKB (NENG EEM MARHAMAH ZULFA HIZ., M.M.): Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh,

Salam sejahtera untuk kita semuanya,

Om swastiastu.

Wakil Ketua DPR yang saya hormati beserta Ketua Komisi V dan Wakilnya, Dan Bapak Menteri Perhubungan PUPR beserta jajaran,

Juga Bapak Deputi Basarnas dan beberapa dari BUMN, Pelindo, Garuda, Juga ada dari swasta dari Lion Group terima kasih atas kehadirannya,

Juga Anggota DPR RI Komisi V.

Pertama saya bahagia sebenarnya ketika melihat paparan apa yang disampaikan oleh Bapak Menteri itu tadi. Harapan kita dengan lima destinasi wisata ini yang kemudian di tahun 2020 itu tuntas. Berharap ya harapan yang paling utama adalah bagaimana masyarakat sekitar destinasi wisata tersebut di daerah-daerah tersebut juga kesejahteraannya juga meningkat, itu harapan pertama saya. Oleh karena itu bagaimana agar semua destinasi wisata yang ada ini juga menjadi media untuk promosi terhadap destinasi wisata di sekitarnya. Baik destinasi wisata desa maupun lokal yang lainnya, harapan kita seperti itu.

Oleh karena itu terkait infrastruktur dan konektivitas pendukungnya juga harus ada. Tidak hanya dari bandara terhadap tempat wisata yang menjadi andalan itu, tetapi juga terhadap tempat-tempat wisata sekitarnya itu juga harus diperbaiki, harus dibangun. Terutama mungkin jalan-jalan yang baik jalan nasional, provinsi, maupun kabupaten itu juga ikut dibangun fasilitas keselamatan di jalannya PJU dan lain sebagainya, itu juga harus dibangun.

Di samping itu juga terhadap tempat-tempat yang menjadi andalan lokalnya. Karena apa? Jangankan para wisatawan mancanegara, kita saja, saya saja misalnya kalau datang ke suatu tempat wisata maka kita ingin sekali melihat sosiokultur kebudayaan yang ada di daerah tersebut yang menjadi kekhasan masyarakat. Maka hal-hal ini juga saya kira perlu ada, perlu dibangun infrastrukturnya. Maupun sosial budayanya itu juga perlu kemudian dimanivestasikan juga pak dan perlu juga dimudahkan fasilitas-fasilitas untuk mencapai ke sana seperti itu.

Saya tadi juga melihat paparan dari Pak Menteri PUPR, di situ juga ada fasilitas untuk mendukung homestay atau pun juga ada juga bypass dan lain sebagainya. Nah ini juga yang sering sekali kita ini tidak menjadi

perhatian, sering sekali membangun-membangun terutama yang rumah-rumah mungkin ya. Rumah-rumah-rumah masyarakat walaupun itu milik masyarakat, maka kalau di daerah destinasi wisata unggulan maka itu juga harus disesuaikan dengan kekhasan lokal pak kalau bisa.

Jangan kemudian semuanya tembok seperti yang mungkin sekarang dilaksanakan, tetapi kekhasan-kekhasan lokal itu juga perlu diwujudkan. Karena itu juga tentu akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan mancanegara maupun juga wisatawan lokal kita negara kita antar provinsi dan lain sebagainya.

Jadi mungkin itu saja pak mohon ini juga menjadi perhatian ya, termasuk juga transportasi kekhasan transportasi lokal yang ada di tempat-tempat tersebut juga jangan diberangus pak, bila perlu justru diperbaiki dipercantik seperti itu. Kalau ada transportasi yang biasa dilakukan oleh daerah-daerah di mana tempat wisata itu ada. Mungkin itu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT / KETUA KOMISI V DPR RI (LASARUS, S.SOS, M.Si./ F-PDIP):

Terima kasih Bu Eem.

Sekarang Pak Sudewo mau? Ya silakan. F-P.GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Terima kasih.

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua. Wakil Ketua DPR yang saya hormati,

Pimpinan Komisi V yang saya hormati,

Bapak Ibu sekalian Anggota Komisi V yang saya hormati, Pak Jadi izin pak Jadi senior saya, ketemu lagi,

Menteri Perhubungan dengan seluruh jajarannya, Menteri PUPR dengan seluruh jajarannya,

Basarnas dan ada beberapa BUMN di sini saya lihat dari Angkasa Pura I, Dari Garuda dan mungkin banyak lagi yang tidak bisa saya sebut satu per satu.

Terima kasih.

Ini kepada semua baik Menteri Perhubungan maupun Menteri PUPR ya, barangkali Basarnas juga. Sesungguhnya kami menginginkan ada satu gambaran yang utuh bagaimana kondisi infrastruktur yang ada di 5 prioritas kawasan wisata ini. Bagaimana kondisi infrastrukturnya ya, bagaimana moda

transportasi menjangkau sampai objek wisata tersebut, waktu tempuhnya bagaimana dan kendala yang dihadapi kondisi sekarang ini seperti apa?

Saya hanya sedikit bisa membayangkan untuk objek wisata Borobudur karena saya sering ke sana, tapi itu pun meskipun saya sering ke sana tapi hanya sedikit saya bisa membayangkan. Mestinya potretnya itu secara komprehensif apa lagi untuk super prioritas wisata yang lain yang keempat itu. Saya belum pernah ke Mandalika, hanya sekali di Labuan Bajo, sekali di Danau Toba yang di Sulawesi Utara malah tidak sama sekali.

Alangkah baiknya apabila Pak Menteri PUPR dan Menteri Perhubungan dalam pemaparan materinya itu menjelaskan secara gamblang bagaimana situasi kondisi di sana. Sehingga kami juga bisa mengkritisi, mencermati apa yang dibutuhkan untuk ke depannya dalam rangka menunjang super prioritas tersebut, tetapi karena Pak Menteri langsung mengalokasikan program-programnya dengan anggaran-anggarannya, sungguh kami tidak bisa membayangkan apakah program-program tersebut memang sudah tepat untuk dilakukan di sana.

Saya menilainya positif saja bahwa itu tepat, karena sudah masuk dalam Undang-undang APBN Tahun 2020, tetapi untuk ke depannya saya harapkan ada pemaparan yang lebih utuh, roadmap-nya jelas. Sekarang ini apa yang dibutuhkan untuk tahun anggaran ke depan apa yang dibutuhkan? Sehingga final itu apa saja yang sudah yang harus lengkap secara sempurna bahwa super prioritas ini menjadi sebuah kenyataan sebagaimana yang diimpikan oleh Presiden kita.

Tadi yang disampaikan oleh Menteri Perhubungan bahwa dalam rangka sampai dengan Borobudur itu akan dibangun transportasi kereta baik itu dari Bandara Yogya, baik itu dari Bandara Ahmad Yani Semarang maupun Adi Sumarno Solo. Saya melihatnya sekilas ini baik, tetapi mohon dicermati mengapa kita ini beban pembangunan infrastruktur tidak hanya untuk pada super prioritas itu saja.

Agar postur APBN kita itu tidak ada gap, tidak ada kesenjangan dengan sektor-sektor yang lain. Betul bahwa itu perlu perhatian, perlu ada prioritas pembangunan infrastruktur untuk menuju ke sana, tetapi kalau kita berbicara dalam konteks pembangunan secara nasional, harus kita lihat pula sektor-sektor yang lain.

Jangan sampai di situ banyak anggaran yang kita alokasikan ke situ, tetapi sektor yang lain menjadi timpang menjadi kurang, ini tentu kita tidak menginginkan. Dan jenis transportasi yang dipilih oleh Menteri Perhubungan ini hendaknya dikoordinasikan juga dengan Kementerian Pariwisata. Persoalannya apa? Karena tidak semata-mata soal pariwisata ini hanya masalah transportasi. Tidak hanya semata-mata satu tempat dari bandara sampai kepada tempat yang dituju ke super prioritas itu taruhlah kepada Borobudur.

Dalam konsep wisata ada yang namanya objek wisata penyangga. Wisatawan maupun wisata lokal bisa saja menyukai objek wisata-objek wisata penyangga yang itu justru menjadi penunjang tercapainya target untuk prioritas objek wisata itu sendiri. Jadi bisa jadi pilihannya Pak Menteri Perhubungan akan dibangunnya kereta dari bandara-bandara menuju ke Borobudur belum tentu menjadi sesuatu yang efektif.

Jadi kami harapkan pilihan infrastruktur ini juga mempertimbangkan asas-asas efektivitas dan efisiensi. Ada asas keadilan bahwa kita berbicaranya tidak hanya berbicara untuk super prioritas wisata, tapi kita berbicara dalam konteks pembangunan nasional.

Yang berikutnya, kami mengingatkan saja kepada Menteri PUPR, kepada Menteri Perhubungan terutamanya bahwa wisata ini merupakan satu andalan pendapatan negara. Kita mindset-nya adalah keekonomian, bagaimana kita menggenjot suatu pariwisata, kita berbicara super prioritas ini, tapi bagaimana pula kita bisa mendapatkan outcome yang lebih dari pada yang kita investasikan, yaitu dalam bentuk pembangunan infrastruktur itu sendiri. Jangan kita genjot infrastruktur sebesar-besarnya, tetapi outcome-nya tidak imbang, karena pariwisata itu adalah persoalan pendapatan bukan persoalan pembelanjaan anggaran negara.

Bagaimana devisanya dan segala macam, bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi lokal dan lain sebagainya, ini harus kita lihat. Ada satu simulasi keekonomian ini visible atau tidak? Bahwa kita mengalokasikan anggaran untuk dukungan infrastruktur di super prioritas ini dengan outcome yang akan kita capai, ini harus kita cermati. Jangan sampai kita banyak pengeluaran anggaran untuk infrastruktur, tapi pada kenyataannya target pariwisata tidak akan tercapai. Ini perlu ada koordinasi yang komprehensif supaya pariwisata betul-betul menjadi pendapatan andalan negara.

Saya tidak maksudnya tidak setuju dengan apa yang direncanakan oleh Menteri Perhubungan dan Menteri PUPR, tapi paling tidak ke depannya mempertimbangkan hal-hal yang semacam ini. Kemarin ada hal yang dikritisi oleh kawan dari Komisi lain bahwa infrastruktur kita anggaranya bertambah, anggarannya itu lebih dari pada periode sebelumnya dari tahun-tahun sebelumnya, tapi faktanya target pariwisata tidak tercapai, itu jangan sampai terjadi di kemudian hari lagi.

Kemudian untuk Basarnas, Basarnas ini mohon dipertimbangkan super prioritasnya ada di Borobudur mengapa Kantor SAR-nya ada di Yogya, ada di Semarang, ada di Cilacap. Nah ini perlu dikritisi ini mengapa harus berada di tiga tempat ini? Kalau memang Borobudur menjadi super prioritas ya ada Kantor SAR khusus yang berada di situ dan itu untuk super prioritas yang lain mestinya Kantor SAR melekat di situ. Persoalan Kantor SAR di luar dari super prioritas akan dibangun akan ditempatkan silakan, tidak jadi masalah, barangkali ada pertimbangan khusus, dilihat dari pada rekam bencana yang terjadi selama ini, tetapi untuk tempat super prioritas wisata ini mestinya Kantor SAR ditempatkan di situ dengan segala perangkatnya dengan segala

personilnya. Kalau kita ingin memang memprioritaskan ada sesuatu yang menjadi perhatian tentang super prioritas ini.

Saya kira itu Pimpinan, saya tidak berbicara lebih dari pada kontek rapat pada kali ini, dan barangkali ini perkenalan perdana saya di Komisi V.