• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENULIS PUIS

Dalam dokumen AYO, MENULIS APA SAJA ! TAHUN 2011 (Halaman 41-50)

Kalian tentu telah mengetahui bahwa maha karya seperti Mahabarata, Ramayana, Hamlet, ditulis dalam bentuk puisi. Ternyata dari

karya-karya itu kita dapat menarik kesimpulan, puisi itu untuk mengungkapkan pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan kehidupan misalnya cinta kasih, kerinduan terhadap sesuatu, kakaguman, ketidak setujuan, tekanan, dan sebagainya.

Dalam masyarakat Indonesia, puisi ternyata sudah dikenal sejak dahulu. Kalau kita pelajari hampir seluruh kehidupan masyarakat lama tergambar dalam bentuk puisi. Puisi tertua kita kenal ada mantra, pantun dan syair. Lalu kapan orang berpuisi ? puisi diciptakan dalam nuansa perasaan yang menuntut pengucapan jiwa yang spontan dan padat, mengungkapkan diri sendiri. Peristiwa yang sangat menyentuh dapat menggugah seseorang dalam menciptakan puisi.

Nah, kalian pun dapat menggubah puisi. Yang penting ada peristiwa yang sangat menyentuh jiwa, ungkapkanlah dengan bahasa yang ada, padat, kata-kata yang indah dan tepat mewakili maksud kalian.

Coba perhatikan contoh puisi berikut ini ! Di Puncak Gunung Lawu

di puncak gunung lawu

kuteriakkan namaMu, kekasihku ! menggema di kebiruan langit melintas kaldera luas

di ketinggian 3265 dpl

ku teriakkan namaMu, kekasihku ! ya Alloh, ya Robbi

sujud syukurku tuk karuniaMu ini

puisi di atas cukup sederhana bukan ? Isinya tentang ungkapan perasaan penulis yang sangat bersyukur telah mampu mendaki puncak gunung lawu.

Lebih lanjut mengenai mengarang puisi, ada baiknya kita mengenal puisi agar bekal kalian cukup untuk memulai menulis puisi.

Struktur puisi/struktur yang membangun sebuah puisi ada 2 macam yaitu struktur fisik dan struktur batin. Kita akan membahasnya secara singkat saja.

Struktur fisik puisi meliputi : 1.1. Penyimpangan bahasa

Bahasa dalam puisi sering menyimpang dari kelaziman penggunaan bahasa. Penyimpangan bahasa meliputi :

a. Penyimpangan leksikal

Kata-kata yang digunakan sering berbeda dengan kata-kata sehari- hari. Kata-kata digunakan sesuai dengan pengungkapan jiwa penulis puisi.

Makna sebuah kata dalam puisi tidak selalu sama.

Misalnya makna warna hitam dalam sebuah puisi belum tentu sama dengan kata hitam pada puisi lain.

c. Penyimpangan fonologis

Untuk kepentingan rima penulis puisi sering melakukan penyimpangan bunyi.

Misalnya Chairil Anwar dalam puisi “Aku” mengganti kata “Perih” dengan puisi “Peri”.

d. Penyimpangan morfologis

Penulisan puisi sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. W.S. Rendra melakukan penyimpangan itu seperti dipakai kata ; lelawa, mungkret, ngangkang, dan sebagainya.

e. Penyimpangan sintaksis

Kata-kata dalam puisi bukan membangun kalimat. Kadang sulit ditentukan mana yang merupakan kesatuan kalimat, kadang-kadang kalimat tidak diawali dengan huruf besar dan diakhiri tanda titik. f. Penggunaan dialek

Pengguna bahasa ddaerah seringkali dipakai untuk mengungkapkan isi hati secara tuntas.

Misalnya kata : banget, mantep, tobil, dan sebagainya.

Register adalah ragam bahasa yang digunakan kelompok profesional dalam masyarakat. Seringkali register (dialek profesi) tidak diketahui secara luas oleh pembaca.

Misalnya kata : sungkem, den mas, simbok, dan sebagainya. h. Penyimpangan historis

Penyimpangan ini berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan dimaksudkan untuk mempertinggi nilai estetis.

Misalnya kata dewangga, bahana, lebuh, dansebagainya i. Penyimpangan grafologis

Penulisan kata-kata, kalimat, larik dan baris, sengaja dilakukan penulis puisi untuk memperoleh nilai estetik.

1.2. Sintaksis dalam puisi

Larik-larik dalam puisi hendaknya ditafsirkan sebagai suatu kesatuan sintaksis walaupun kaidah sintaksis diabaikan. Seringkali penulis puisi membuat pola yang aneh, lain dari pada yang lain untuk menunjukkan kreativitas dan identitasnya.

Lihat sebait puisi berikut ini ! MERBABU

tuk kedua kalinya

kupijakkan kakiku pasti di puncak karya agungMu

merbabu 3142

puisi 4 larik tersebut sebetulnya bisa saja dijadikan satu kalimat saja.

1.3. Metode Puisi

Unsur-unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi (metode puisi) meliputi :

a. Diksi (pilihan kata)

Pilihan kata harus dipertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam membentuk rima, komposisi kata dalam konteks, dan nilai estetik yang ditimbulkan oleh puisi tersebut.

b. Pengimajian

Pengimajian disini dapat diperjelas dengan pengertian ; kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang tampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat kita rasakan, raba, sentuh (imaji taktil).

Pengimajian ditandai dengan penggunaan kata yang kongkret dan khas, digambarkan atas bayangan konkret apa yang dapat kita hayati secara nyata.

c. Kata konkret

Penulis puisi berusaha mengkonkretkan kata agar pembaca dapat membayangkan dengan lebih hidup apa yang ingin disampaikanya.

Pengkonkretan kata sangat penting dalam sebuah puisi supaya pembaca dapat seolah-olah melihat, mendengar, dan merasa apa yang dinyatakan penulis.

d. Bahasa figuratif (majas)

Bahasa figuratif digunakan untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata-kata yang digunakan bermakna kias/lambang.

e. Rima, Ritma, dan metrum

Bunyi dalam puisi dapat menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi (persajakan). Ritma adalah pemotongan baris menjadi frase yang berulang sehingga memperindah puisi.

Metrum berupa pengulangan tekanan kata secara tetap, metrum sifatnya statis.

f. Tipografi puisi

Tipografi disebut juga tata wajah puisi. Tipografi puisi dari dahulu sampai sekarang bermacam-macam. Yang umum memang seperti puisi yang kita kenal pada umumnya, bait-barisnya tersusun rapi/teratur. Tetapi dalam puisi kontemporer tipografinya lebih bervariasi, bahkan cenderung tidak lazim.

Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penulis puisi dengan perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi mencakup 4 hal.

a. Tema puisi

Tema sebuah puisi tentu harus dikaitkan dengan penulis puisinya. Kalian tentu sudah mengenal puisi dengan tema sama ditulis oleh orang yang berbeda.

b. Perasaan Penyair (penulis puisi)

Setelah memahami tema, ternyata tema sangat erat dengan latar belakang kehidupan penyair. Perbedaan sikap itu juga menimbulkan perasaan yang berbeda dalam menghadapi sesuatu.

c. Nada dan Suasana

Sebuah puisi diciptakan tentulah ditujukan kepada pembaca. Sikap penyair terhadap pembacanya akan terlihat dalam puisi ciptaanya. Sikap yang muncul seperti menggurui, menasehati, memuji, menyindir, dan sebagainya. Sikap penyair ini di sebut nada puisi. Sedangkan keadaan jiwa pembaca setelah membaca sebuah puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca disebut suasana nada dan suasana saling berkaitan erat.

d. Amanat

Sebuah puisi juga mempunyai amanat (pesan). Amanat dalam puisi tidak semudah menangkap amanat dalam prosa. Amanat dalam puisi dapat dipahami setelah kita memahami tema, rasa, nada puisi.

Jika tema berhubungan dengan arti karya sastra bersifat lugas, obyektif, dan khusus, amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna berhubungan dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situai dimana penyair mengimajinasikan karyanya. Setiap pembaca dapat menafsirkan makna dari sebuah puisi. Jadi, penafsiranya berbeda-beda.

Setelah memahami struktur fidik dan struktur batin puisi, sekarang cobalah membuat sebuah puisi. Misalnya saja kalian melihat pemandangan sore di pinggir sawah. Matahari akan masuk ke peraduanya. Mungkin terlihat berbagai warna di langit. Perasaan apa yang tumbuh saat itu ? Mungkin rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan, keteraturan yang tiada tara. Peristiwa- peristiwa yang mengagumkan itu dapat menggugah seseorang untuk berpuisi.

Selanjutnya ungkapkan pengalaman kalian itu dalam bentuk puisi. Perhatikan tipografinya, pilihan kata, keindahan bunyi, pengimajinasian, dan terakhir berilah judul puisi itu.

Setelah selesai, cobalah baca berulang-ulang. Ingat bahasa puisi sangat padat. Satu kata mungkin mengandung banyak pengertian. Satu larik dalam puisi mungkin dapat diuraikan dengan beberapa kalimat dalam prosa. Bacalah dengan suara nyaring. Perhatikan bunyi-bunyi yang dihasilkan, apakah cukup indah ? Kalau belum, perbaiki kembali sampai hasilnya bagus.

Baca selengkapnya

Dalam dokumen AYO, MENULIS APA SAJA ! TAHUN 2011 (Halaman 41-50)

Dokumen terkait