• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Metode Analisis dan Penjagaan Keabsahan Data

Stainback (dalam Sugiyono, 2021) memaparkan analisis data merupakan proses di dalam penelitian kualitatif yang kritis. Analisis digunakan dalam penelitian untuk memahami sebuah hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat berkembang dan dievaluasi. Sedangkan menurut pemahaman Spradley (dalam Sugiyono, 2021) menyatakan bahwa analisis data dalam jenis penelitian apapun, merupakan cara berfikir yang berhubungan dengan pengujian secara sistemik terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, keterkaitan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan, sehingga analisis bertujuan untuk mencari pola. Dengan menarik garis besar kedua pemikiran diatas, maka metode analisis data adalah prosedur dalam penelitian yang kritis dengan tujuan untuk mencari pola, memahami sebuah relasi dan konsep dengan pengujian secara

68 sistematis sehingga praduga dasar (hipotesis) dapat dikembangkan dan dievaluasi.

Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis semiotika Roland Barthes. Konsep pemikiran Roland Barthes ini disebut dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). Dalam model tersebut, terdapat tiga tataran yang digunakan dalam menganalisis tanda semiotika.

Tataran tersebut adalah sebagai berikut (Fiske, 2017).

a. Tataran denotasi adalah tataran dasar, lebih pada penglihatan fisik dan sesuatu yang dapat diterima oleh indrawi. Seluruh tanda dianalisis kemudian dipaparkan sesuai dengan bobot realita.

b. Tataran konotasi sebagai tataran pada bentuk lanjut sebuah pemaknaan, lebih mengarah pada maskud dibalik suatu tanda yang dilandasi oleh peran serta dari pemikiran pembuat tanda.

c. Tataran mitos berada pada signifikasi tahap kedua, diuraikan dengan mengidentifikasi konsepnya. Mitos menunjukkan dan memberitahu konsep-konsep berdasarkan wacana historis, dan mitos adalah konotasi yang telah/menjadi berbudaya.

Dari menjabarkan Two Order of Signification untuk menganalisis tanda, peneliti menguraikan metode tersebut ke dalam analisis data yang dilakukan untuk meneliti video klip adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data-data yang berkaitan dan mendukung penelitian, yaitu video klip “Feel Special” oleh TWICE, literatur, dan kajian yang mendukung penelitian.

b. Data-data disusun dan akan dianalisis oleh peneliti. Video klip “Feel Special” oleh TWICE akan peneliti tonton secara keseluruhan dan berulang, dan membaginya menjadi beberapa adegan yang merepresentasikan pesan moral. Peneliti juga akan membaca literatur dan kajian yang mendukung penelitian.

c. Beberapa adegan yang merepresentasikan pesan moral, selanjutnya peneliti analisis menggunakan analisis semiotika Roland Barthes sesuai

69 dengan two order of signification, yaitu melalui tataran denotasi, tataran konotasi, dan tataran mitos.

d. Menganalisis menggunakan tataran denotasi, maka adegan akan dianalisis kemudian dipaparkan sesuai dengan makna dan bentuk literalnya atau sesuai dengan apa yang terucap (bahasa) (Sobur, 2018).

Seperti dalam video klip yang menunjukkan busana, konteks lingkungan, atau aspek lainnya tanpa diidentifikasi berdasarkan pemaknaan peneliti.

e. Menganalisis dengan menggunakan tataran konotasi, maka adegan akan peneliti analisis kemudian paparkan melalui keaktifan pembaca (peneliti) (Sobur, 2018). Karena dalam tataran ini, peran dan pengaruh dalam pemaknaan didasarkan oleh perasaan dan persepsi pembaca (peneliti) (Beasley & Danesi, 2010). Peneliti akan memaknai tanda dan simbol yang muncul pada beberapa adegan dalam video klip, seperti hujan yang identik dengan kesedihan.

f. Menganalisis pemaknaan berdasarkan tataran mitos, maka adegan akan dianalisis kemudian peneliti memaparkan berdasarkan wacana historis yang universal dalam wawasan dan temuan pada literatur yang peneliti dapat. Tentunya mitos yang peneliti paparkan memiliki keterkaitan dengan tanda atau simbolisasi pada adegan video klip. Seperti busana dan pengambilan gambar Chou Tzuyu yang ditunjukkan seolah sebuah boneka, mitos makna cantik di Korea Selatan disebut Dollification atau menyerupai boneka.

g. Peneliti mengaitkan hasil analisis tersebut dengan representasi pesan moral. Setiap tanda dalam adegan yang merepresentasikan pesan moral akan dianalisis oleh peneliti terhadap kaitannya dengan realita di masyarakat.

h. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan semiotika Roland Barthes mengenai representasi pesan moral dalam video klip, kemudian berkontribusi memberikan saran baik secara akademik maupun praktis.

70 3.3.2 Metode Penjagaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data atau penjagaan keabsahan data dalam penelitian, ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, data yang didapat dinyatakan valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas menguji datanya. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya itu sendiri (Moleong, 2021). Penerapannya pada jenis penelitian, Stainback (dalam Sugiyono, 2021) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih mengutamakan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada aspek validitas. Moleong (2021), menyatakan sebuah keabsahan data dimaksudkan bahwa setiap keadaan wajib memenuhi; 1) mendemonstrasikan suatu kebenaran nilai, 2) menyediakan dasar agar hal tersebut dapat diterapkan, 3) memperbolehkan keputusan luar, yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Metode atau teknik dalam keabsahan data didasarkan empat kriteria;

kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Dari keempat kriteria tersebut, peneliti memilih menggunakan kriteria kepercayaan. Karena melalui pemaparan Moleong (2021), dijelaskan bahwa derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Fungsi uji kredibilitas data adalah melaksanakan inkuiri (proses penemuan) sedemikian rupa hingga tingkat kepercayaan penemuannya tercapai, dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, sehingga data-data tersebut untuk diuji validitas nya perlu dengan proses pencarian berulang hingga mencapai penemuan, dan adanya suatu perspektif lain sebagai pembanding yang relevan sehingga tercapai pembuktian data yang valid. Dengan peneliti memahami pemaparan tersebut, maka metode untuk menguji/menjaga keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data, khususnya dengan

71 meningkatkan ketekunan pengamatan dan disuksi dengan teman sejawat (peer debriefing).

Menurut Sugiyono (2021), meningkatkan ketekunan dalam menguji data berarti melakukan pengamatan dengan lebih cermat dan berkesinambungan.

Peneliti meningkatkan ketekunan pengamatan untuk dapat melakukan pengecekan kembali terhadap data yang ditemukan itu salah atau tidak dan dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistemik tentang apa yang telah diamati (Sugiyono, 2021). Maksud ketekunan pengamatan menurut Moleong (2021), adalah untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur relevan dengan isu yang sedang dicari dan kemudian memfokuskan diri pada hal-hal tersebut secara mendetail, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. Hal tersebut, menuntut peneliti untuk mengadakan pengamatan dengan teliti serta rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol, kemudian ditelaah secara mendetail sampai pada suatu titik sehingga faktor-fakotr tersebut dipahami. Pada penelitian ini, peneliti akan menonton dan mengamati adegan video klip “Feel Special” secara berulang, mengumpulkan dan membaca referensi buku, riset penelitian, dan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dan mendukung penelitian (untuk menambah wawasan peneliti menjadi lebih luas dan tajam), hingga melakukan pengecekan kembali penelitian ini secara menyeluruh dan mendalam.

Selain meningkatkan ketekunan pengamatan, peneliti akan berdiskusi dengan teman sejawat. Menurut Moleong (2021), pemeriksaan sejawat melalui diskusi merupakan salah satu teknik keabsahan data dengan cara mengumbar hasil sementara atau hasil akhir yang didapatkan dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud:

1) Pertama, untuk mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik ini, kemelencengan peneliti diungkap dan pengertian mendalam dikaji yang menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.

Bahan diskusi perlu untuk disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut topik yang berkaitan dan relevan.

2) Kedua, diskusi dengan sejawat memberikan suatu kesempatan awal untuk mulai menelaah dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari

72 kognitif peneliti. Terdapat kemungkinan hipotesis yang muncul dari diri peneliti telah dikonfirmasi oleh dirinya, tetapi dalam diskusi analitik ini memungkinkan dapat terungkap aspek tersembunyi yang justru mencurahkan kognitif peneliti sehingga mendukung penelitian.

3) Ketiga, diskusi dapat berefek terhadap peneliti dalam memahami para peserta diskusi, sehingga emosi dan perasaan yang mempengaruhi jalannya penelitian menghilang dan peneliti mampu membuat sesuatu yang tepat.

Bertolak pada maksud diatas, maka peneliti akan menentukan kriteria rekan-rekan sejawat agar diskusi dengan peserta akan sejalan dengan peneliitan dan berada di dalam konteks penelitian. Kriteria tersebut diantaranya; 1) Para peserta lahir di tahun 2000 dan berumur 22 tahun, 2) Para peserta merupakan mahasiswa prodi ilmu komunikasi, 3) Para peserta menggunakan penelitian dengan analisis semiotika. Setelah menentukan kriteria, peneliti kemudian melakukan pemeriksaan sejawat melalui diskusi dengan mengulas persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan secara kritis, menguji hipotesis kerja, mengembangkan langkah berikutnya, dan peserta diskusi melayani sebagai pembanding. Diskusi akan membahas ruang lingkup semiotika yang digunakan oleh peneliti, yaitu semiotika Roland Barthes dari konsep hingga teknik analisis. Kemudian peneliti akan bertukar pikiran seputar fenomena K-Pop dan pemahaman pesan moral dalam karya seni massal dengan peserta diskusi. Dengan demikian, temuan-temuan peneliti akan teruji krediblitasnnya sehingga sah untuk digunakan dalam penelitian.

73

DAFTAR PUSTAKA

#MentalIllness: A Look at Mental Illnes Mentions on Twitter. (2015).

PsychGuides.Com. https://www.psychguides.com/interact/mental-illness/

5 positive effects music has on your mental health. (2020). Open Minds.

https://www.openminds.org.au/news/5-positive-effects-music-mental-health Adler, S. E. (2020). Music Can Be a Great Mood Booster. AARP.

https://www.aarp.org/health/brain-health/info-2020/music-mental-health.html Ardiyanto, E. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama

Media.

Aristoteles. (2012). Nicomachean Ethics. Dover Publications.

Astuti, K. S. (2013). Shaping Moral through Art and Cultures.

Barthes, R. (2011). Mitologi. Kreasi Wacana.

Barthes, R. (2017). Elemen-Elemen Semiologi (E. A. Iyubenu (Ed.)). BASABASI.

Beasley, R., & Danesi, M. (2010). Persuasive Signs: The Semiotics of Advertising. De Gruyter Mouton. https://doi.org/https://doi.org/10.1515/9783110888003

Beentjes, D. (2019). Emotion in Music, Giving You The Chills. Abbey Road Institute.

https://abbeyroadinstitute.nl/blog/emotion-in-music-giving-you-the-chills/

Berger, A. A. (2015). Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Penerbit Tiara Wacana.

Blackburn, S. (2021). Ethics: a Very Short Introduction. Oxford University.

BTS: Who are they and how did they become so successful? (2020). BBC.

https://www.bbc.co.uk/newsround/45721656

Carson, T. (2010). Music Video. Encyclopedia Britannica.

https://www.britannica.com/art/music-video

Chan, I. (2021). ‘Goo Hara Act’ Passed By South Korea’s Cabinet, Will Prevent Parents Who Neglected Their Kids From Claiming Inheritance. Today.

https://www.todayonline.com/8days/sceneandheard/entertainment/goo-hara-act-74 passed-south-koreas-cabinet-will-prevent-parents-who#:~:text=Advertisement-,’Goo Hara Act’ Passed By South Korea’s Cabinet%2C Will,inheritance was made last year.

D’Olimpio, L. (2008). The Moral Possibilities of Mass Art. The University of Western Australia.

Delgado, S. (2021). TWICE Member Jeongyeon Is Going on Second Mental Health Hiatus. Teen Vogue. https://www.teenvogue.com/story/twice-member-jeongyeon-second-mental-health-hiatus#:~:text=Music-,TWICE Member Jeongyeon Is Going on Second Mental Health Hiatus,support with the

%23WeLoveYouJeongyeon hashtag.&text=TWICE member Jeongyeon is halting,reasons

Dianrama, L., Rauf, D. B., & Fany. (2021). Di balik pengaruh besar K-pop. The Finery Report. https://www.thefineryreport.com/articles/2021/12/9/di-balik-pengaruh-besar-k-pop

Dihni, V. A. (2022). Survei Indikator: Masyarakat Lebih Sering Mengakses Internet

Ketimbang TV. Databoks.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/22/survei-indikator-masyarakat-lebih-sering-mengakses-internet-ketimbang-tv

Fiske, J. (2017). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Jalasutra.

Gabrielson, A., & Juslin, P. (2003). Emotional Expression in Music. In Handbook of Affective Sciences. Oxford University.

“Gangnam Style” becomes the first YouTube video to reach one billion views. (2019).

History. https://www.history.com/this-day-in-history/gangnam-style-first-youtube-video-to-hit-one-billion-views

Gillett, C. (2019). TWICE’s “Feel Special” EP review: K-pop girl group mix EDM, hip hop and 90s vibes and make it work. Young Post.

https://www.scmp.com/yp/discover/entertainment/music/article/3067177/twices -feel-special-ep-review-k-pop-girl-group-mix

Goo Hara’s Death Shines Light on Dark Side of K-Pop. (2019). Billboard.

75 https://www.billboard.com/music/music-news/goo-hara-death-shines-light-dark-side-k-pop-8544939/

Han, S. (2019). Interview: K-Pop Group Twice Talks About Their Bond With Once, Managing Stress, And The Impact Of “Feel Special.” BuzzFeed.

https://www.buzzfeed.com/sarahhan/k-pop-group-twice-interview-once-mental-health-feel-special

Haryono, C. G. (2020). Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi. CV Jejak.

Herman, T. (2019). TWICE “Feel Special” On Inspiring New Single and EP: Listen.

Billboard. https://www.billboard.com/music/music-news/twice-feel-special-ep-8530735/

Hutchinson, A. (2022). Twitter Shares New Insights into the Rising K-Pop Discussion in the App [Infographic]. Social Media Today.

Juslin, P. (2001). Music and Emotion: Theory and Research. Oxford University.

JYP Entertainment. (2019). TWICE “Feel Special” M/V. YouTube.

https://www.youtube.com/watch?v=3ymwOvzhwHs&ab_channel=JYPEntertai nment

K, J. (2020a). Court Rules 60 Percent Of Goo Hara’s Inheritance To Go To Father’s

Side And 40 Percent To Mother. Soompi.

https://www.soompi.com/article/1444686wpp/court-rules-60-percent-of-goo-haras-inheritance-to-go-to-fathers-side-and-40-percent-to-mother

K, J. (2020b). Insiders Question The Effectiveness Of Disabling Comments On Entertainment News; “Sulli Act” Reportedly No Longer In Talks. Soompi.

76

https://www.soompi.com/article/1411495wpp/insiders-question-the- effectiveness-of-disabling-comments-on-entertainment-news-sulli-act-reportedly-no-longer-in-talks

Katyusha, W. (2022). Efek Berbagai Genre Musik Terhadap Mood Kita. Hellosehat.

https://hellosehat.com/mental/stres/ini-dia-efek-genre-musik-terhadap-mood-kita/

Khollam, A. (2020). What Happened To Sulli? Death Of The K-Pop Celebrity Explained. Republic. https://www.republicworld.com/entertainment-news/others/what-happened-to-sulli.html

Kim, Y. (2021). Behind The Glamour: K-Pop Stars & Mental Health Issues. Creatrip.

https://www.creatrip.com/en/blog/9459

Koelsch, S., Bashevkin, T., Kristensen, J., Tvedt, J., & Jentschke, S. (2019). Heroic music stimulates empowering thoughts during mind-wandering. Scientific Reports, 9(1), 1–10. https://doi.org/10.1038/s41598-019-46266-w

Koreaboo. (2019). TWICE’s “Feel Special” Surpassed 200,000 Copies Sold, Helping them Achieve An Impressive Milestone. Koreaboo.

https://www.koreaboo.com/news/twices-feel-special-surpassed-200000-copies-sold-helping-achieve-incredible-milestone/

Koreaboo. (2021). Here’s A Deep Dive Into How The Lines Are Distributed For All 27 of TWICE’s Music Videos. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/lists/twice-line-distribution-music-videos-deep-dive/

Kumalaningrum, W. S. (2021). Strategi diplomasi publik Pemerintah Korea Selatan terhadap Indonesia melalui Hallyu. Indonesia Berdaya, 2(2), 141–148.

https://doi.org/10.47679/ib.2021128

Kworldnow. (2020). Why K-pop Music Videos are Better. Kworld Now.

https://www.kworldnow.com/music-videos/

Leliana, I., Ronda, M., & Lusianawati, H. (2021). Representasi Pesan Moral dalam Film Tilik (Analisis Semiotik Roland Barthes). Cakrawala: Jurnal Humaniora

Universitas Bina Sarana Informatika.

https://doi.org/https://doi.org/10.31294/jc.v21i2.11302

77 Loesche, D. (2017). Digital (Finally) Killed the TV Star. Statista.

https://www.statista.com/chart/12136/worldwide-digital-and-tv-ad-spending/

Magnis-Suseno, F. (2019). Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.

Kanisius.

Manzilati, A. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi.

Universitas Brawijaya Press.

McQuail, D. (1987). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2nd ed.). Erlangga.

Merserau, J. (2017). A Brief History of K-Pop. A Side. https://ontheaside.com/music/a-brief-history-of-k-pop/

Mill, J. S. (2020). Utilitarianisme: Prinsip Kebahagiaan Terbesar. BASABASI.

Moleong, L. J. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Moller, D. (2011). Redefining Music Video. Callaghan. https://danmoller.com/

Moon, K. (2019). K-Pop Powerhouse TWICE Opens Up About How Their New Album Is More Personal Than Ever. TIME. https://time.com/5696384/twice-interview-feel-special/

MORE THAN 5 BILLION PEOPLE NOW USE THE INTERNET. (2022). We Are Social. https://wearesocial.com/us/blog/2022/04/more-than-5-billion-people-now-use-the-internet/

Mufid, M. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. In Pernamedia Group. Kencana.

Mulyana, D. (2021). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (23rd ed.). PT Remaja Rosdakarya.

Naratama. (2013). Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi-camera.

Gramedia.

Prasetya, A. B. (2019). Analisis Semiotika Film dan Komunikasi. Intrans Publishing.

Rakhmat, J., & Ibrahim, I. S. (2016). Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik dan Penafisrannya Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media.

Regarding Jeongyeon’s health situation. (2021). JYP Entertainment.

78 https://fans.jype.com/BoardView?BoardName=twice_notice&Num=1568&Divi sionId=&SearchField=&SearchQuery=

RIAJ Streaming Sertification. (2020). RIAJ. https://www.riaj.or.jp/f/data/cert/st.html Richter, F. (2018). The World’s Favorite Music Genres. Statista.

https://www.statista.com/chart/15763/most-popular-music-genres-worldwide/

Sanchala, V. (2021). SHINee’s Jonghyun Death Explained; Here’s Details About The

K-Pop Star’s Sudden Demise. Republic.

https://www.republicworld.com/entertainment-news/music/shinees-jonghyun-death-explained-heres-details-about-the-k-pop-stars-sudden-demise.html

Shaffer, C. (2020). Music Videos Were Facing Extinction - Then YouTube Happened.

Rolling Stone. https://www.rollingstone.com/culture/culture-features/music-videos-youtube-951945/

Sobur, A. (2018). Semiotika Komunikasi (7th ed.). PT Remaja Rosdakarya.

Soyomukti, N. (2014). Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis. AR-RUZZ MEDIA.

Sugiyono. (2014a). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sugiyono. (2014b). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sun, S. M. (2019). 檢, 구하라 협박에 쓰인 “불법촬영” 웬만하면 구속수사. News1 Korea. https://www.news1.kr/articles/?3778834

Suttie, J. (2016). How Music Bonds Us Together. Greater Good Magazine.

https://greatergood.berkeley.edu/article/item/how_music_bonds_us_together Twice: Feel Special (Music Video). (2019). Filmaffiinity.

https://www.filmaffinity.com/us/film441046.html

Ulvi, O., Karamehic-Muratovic, A., Baghbanzadeh, M., Bashir, A., Smith, J., &

Haque, U. (2022). Social Media Use and Mental Health: A Global Analysis.

79 Epidemiologia, 3(1), 11–25. https://doi.org/10.3390/epidemiologia3010002 Valley, A. (2020a). K-Pop Songwriters Explain The Truth About Unfair Line

Distributions. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/news/kpop-songwriters-explain-truth-unfair-line-distributions/

Valley, A. (2020b). TWICE’s Jeongyeon Will Take A Hiatus From “Eyes Wide Open”

Promotions Due To Anxiety. Koreaboo. https://www.koreaboo.com/news/twice-jeongyeon-will-take-hiatus-eyes-wide-open-promotions-due-anxiety/

VLIVE. (2019). TWICE SHOWCASE (FANCY). V LIVE. https://www.vlive.tv/post/0-18228254

Walton, A. G. (2018). New Studies Show Just How Bad Social Media is For Mental Health. Forbes. https://www.forbes.com/sites/alicegwalton/2018/11/16/new-

research-shows-just-how-bad-social-media-can-be-for-mental-health/?sh=3c5ad1707af4

Warren, M. (2016). The Impact of Music Therapy on Mental Health. National Alliance on Mental Illness. https://www.nami.org/Blogs/NAMI-Blog/December-2016/The-Impact-of-Music-Therapy-on-Mental-Health#:~:text=Research shows the benefits of,for anxiety or for dysregulation.

Wibowo. (2018). Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi (3rd ed.). Mitra Wacana Media.

Wibowo, F. (2006). Teknik Produksi Program Televisi. Pinus Book Publisher.

World Digital Song Sales Week of October 5, 2019. (2019). Billboard.

https://www.billboard.com/charts/world-digital-song-sales/2019-10-05/

Young, K. S. (2019). “12 consecutive hits” were also successful... Twice’s “Feel Special” dominates domestic and international music charts. Naver.

https://entertain.naver.com/now/read?oid=015&aid=0004213700

Yucki, B. (2021). Perkembangan Trend Video Klip Musik dari Masa ke Masa. Cultura.

https://www.cultura.id/perkembangan-trend-video-klip-musik-dari-masa-ke-masa

Zipin, D. (2022). Movie vs. TV Industry: Which Is More Profitable? Investopedia.

80 https://www.investopedia.com/articles/investing/091615/movie-vs-tv-industry-which-most-profitable.asp

81

LAMPIRAN

Lampiran 1 Potongan Adegan Video Klip “Feel Special” TWICE

Adegan 1, Potongan 1

Adegan 1, Potongan 2

Adegan 1, Potongan 3

Adegan 2, Potongan 1

82 Adegan 2, Potongan 2

Adegan 2, Potongan 3

Adegan 3, Potongan 1

Adegan 3, Potongan 2

83 Adegan 3, Potongan 3

Adegan 4, Potongan 1

Adegan 4, Potongan 2

Adegan 5, Potongan 1

84 Adegan 5, Potongan 2

Adegan 5, Potongan 3

Adegan 6, Potongan 1

Adegan 6, Potongan 2

85 Adegan 6, Potongan 3

Adegan 7, Potongan 1

Adegan 7, Potongan 2

Adegan 7, Potongan 3

86 Adegan 7, Potongan 4

Adegan 8, Potongan 1

Adegan 8, Potongan 2

Adegan 8, Potongan 3

87 Adegan 9, Potongan 1

Adegan 9, Potongan 2

Adegan 10, Potongan 1

Adegan 10, Potongan 2

88 Adegan 10, Potongan 3

Adegan 10, Potongan 4

Adegan 10, Potongan 5

Adegan 10, Potongan 6

89 Adegan 10, Potongan 7

Adegan 10, Potongan 8

Adegan 10, Potongan 9

Adegan 10, Potongan 10

90 Adegan 11, Potongan 1

Adegan 11, Potongan 2

Adegan 11, Potongan 3

Dokumen terkait