• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESAN MORAL DALAM VIDEO KLIP FEEL SPECIAL TWICE (ANALISIS PESAN MORAL UTILITARIANISME MENGGUNAKAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) PROPOSAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PESAN MORAL DALAM VIDEO KLIP FEEL SPECIAL TWICE (ANALISIS PESAN MORAL UTILITARIANISME MENGGUNAKAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) PROPOSAL SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PESAN MORAL DALAM VIDEO KLIP

“FEEL SPECIAL” TWICE

(ANALISIS PESAN MORAL UTILITARIANISME MENGGUNAKAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Bradcasting

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2022

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 16

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 16

1.4 Manfaat Penelitian ... 17

1.5 Waktu dan Periode Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

2.1 Kajian Pustaka ... 19

2.1.1 Pesan Moral dalam Video Klip ... 19

2.1.2 Filsafat Moral Utilitarianisme ... 26

2.1.3 Semiotika Roland Barthes ... 37

2.2 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 43

2.3 Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1 Metode Penelitian ... 51

3.1.1 Paradigma Kritis... 53

3.1.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 54

3.1.3 Unit Analisis Data ... 56

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 65

3.2.1 Data Primer ... 67

3.2.2 Data Sekunder ... 67

(3)

ii

3.3 Metode Analisis dan Penjagaan Keabsahan Data ... 67

3.3.1 Metode Analisis Data ... 67

3.3.2 Metode Penjagaan Keabsahan Data ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 81

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Distribusi Vokal “Feel Special” ... 7

Gambar 2. 1 Peta Tanda Semiotika Roland Barthes ... 39

Gambar 2. 2 Two Order of Signification Roland Barthes ... 40

Gambar 3. 1 Two Order of Signification Roland Barthes ... 52

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Waktu dan Periode Penelitian... 18

Tabel 2. 1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3. 1 Profil Video Klip “Feel Special” ... 55

Tabel 3. 2 Unit Analisis Data Representasi Pesan Moral Utilitarianisme ... 56

(6)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Potongan Adegan Video Klip “Feel Special” TWICE ... 81

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam menjalani hari, mendengarkan musik dapat menemani kita dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan yang menstimulus semangat dan motivasi.

Terdapat sebuah penelitian di dalam jurnal Scientific Reports yang mengungkapkan bahwa musik bertema heroik atau memiliki kesan kepahlawanan memiliki kecenderungan meningkatkan dan memberi energi pada diri yang mendengarkannya.

Peneliti jurnal tersebut, Tobias Bashevkin dari University of Bergen menyatakan bahwa musik memberi pengaruh sedikit demi sedikit terhadap mental dan emosional, efek tersebut yaitu menimbulkan rasa semangat dan motivasi yang tinggi (Koelsch et al., 2019).

Selain itu, musik dapat mengekpresikan emosi pada diri pendengarnya.

Pernyataan tersebut didukung oleh hipotesis Gabrielson dan Juslin dalam buku Handbook of Affective Sciences yang mengatakan bahwa pendengar menganggap musik sebagai ekpresi emosi (Gabrielson & Juslin, 2003). Juslin pada beberapa tahun sebelumnya memaparkan bahwa ekspresi emosional dapat menjadi panduan untuk bertindak bila diterjemahkan dalam beberapa kategori emosi yang memiliki kaitan dengan masalah hidup krusial seperti bahaya (takut), persaingan (kemarahan), kehilangan (sedih), kerja sama sosial (kebahagiaan), atau kepedulian (cinta) (Juslin, 2001).

Musik sebagai sebuah karya seni memiliki beberapa aliran – biasa disebut genre, seperti klasik, rock, jazz, country, pop, dst. Setiap genre tersebut, dapat mewakili sebuah suasana/situasi tertentu yang mampu memberikan efek yang mempengaruhi mood (kondisi emosional yang timbul secara temporer). Mood sendiri terbagi menjadi dua, yakni suasana hati baik dan suasana hati buruk. Dilansir dari situs hellosehat, genre lagu pop yang memiliki ciri tempo yang menenangkan, dipercayai memberikan efek positif seperti menciptakan suasana hati baik dan mampu mengurangi rasa khawatir dan tegang terhadap pendengarnya (Katyusha, 2022).

Dengan kemampuannya mengurangi rasa khawatir dan tegang, genre musik Pop mencakupi emosi cinta yang berbentuk kepedulian, maka tak heran jika genre ini

(8)

2 begitu banyak peminatnya. Mendapati dari situs statista.com, Pop menduduki posisi tertinggi sebagai genre musik terpopuler dengan perolehan 64% menurut hasil survey IFPI’s latest Music Consumer Insight Report di tahun 2018 (Richter, 2018). K-Pop sebagai turunan aliran musik Pop, merupakan bagian dari Hallyu yang kini menjadi aliran musik populer. Kekuatan K-Pop adalah memadukan pengaruh musik barat dengan budaya Korea Selatan, yang dikuatkan dengan pernyataan bahwa musik sebagai proyeksi kebudayaan (Gabrielson & Juslin, 2003).

Mengutip Hae-Joang (dalam Kumalaningrum, 2021), Korean Wave atau yang akrab dengan nama Hallyu, merupakan istilah pemberian jurnalis Beijing, untuk segala sesuatu aspek yang mengacu pada kebudayaan Korea Selatan, sebagai bentuk globalisasi. Tujuan Hallyu untuk menyebar ke seluruh dunia, mengacu pada deklarasi Presiden Korea Selatan Kim Young-sam di tahun 1944, yang menyatakan Hallyu sebagai strategi guna pembangunan dan visi nasional, untuk menarik minat global di sektor pariwisata.

Dalam diplomasi publik, salah satu pilihan pendekatan yang akhir-akhir ini berkembang dengan pesat adalah melalui pendekatan budaya. Merujuk kepada pernyataan Menteri Budaya Korea, Shin Nak-yun, menetapkan abad 21 sebagai

“century of culture” atau era budaya (Nastiti dalam Kumalaningrum, 2021). Sebagai sebuah gelombang, fase pertama penyebaran Hallyu dimulai dengan maraknya K- Drama di tahun 1990an. Dan kini, dunia sudah memasuki fase kedua globalisasi budaya Korea Selatan melalui K-Pop.

K-Pop benar-benar menjadi global saat “Gangnam Style” oleh Psy begitu fenomenal. Pada 21 Desember 2012, menjadi video YouTube pertama yang mencapai 1 miliar views (History, 2019). Sejak saat itu, dunia mulai menaruh atensi nya pada Korea Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena K-Pop yang besar karena kontribusi media sosial. Mengutip dari Social Media Today, Twitter telah membagikan data tahun 2021 terkait tagar #KpopTwitter yang mencapai 7,8 miliar tweet, mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 6,7 miliar tweet (Hutchinson, 2022).

Melansir situs A Side, K-Pop merupakan singkatan dari Korean Pop, merupakan genre musik yang terpengaruh dari beberapa genre, seperti pop, R&B, elektronik, dsb. Karir K-Pop di awali oleh Kim Sisters di era 50an saat Perang Korea, yang mencapai ketenarannya di Amerika Serikat. Memasuki tahun 90an, Seo Taiji and

(9)

3 Boys, menjadi tokoh revolusioner karena memberikan inspirasi perkembangan K-Pop terutama grup musik. H.O.T, S.E.S, dan Fin.K.L, merupakan sebagian bintang generasi pertama yang sukses dan menjadi generasi yang mengawali identitas genre K-Pop. Generasi kedua dimulai pada awal 2000-an hingga 2010-an. Big Bang, Girls Generation, dan Super Junior merupakan grup musik K-Pop pada generasi tersebut.

Grup K-Pop yang saat ini mendominasi tangga lagu global termasuk ke dalam generasi ketiga, seperti BTS, BLACKPINK, dan TWICE (Merserau, 2017).

Sumbangsih K-pop yang semakin mengglobal, didorong oleh pemerintah Korea Selatan dengan memberikan subsidi dana kepada industri kreatifnya. Dilansir dari situs The Finery Report, Pada tahun 2014, dialokasikan 1% dana tersebut dari anggar tahunan dan mengumpulkan dana $1 Miliar untuk pengembangan budayanya (Dianrama et al., 2021). Label Agensi K-pop pun telah menemukan formula untuk strategi promosi konten secara global, melalui perilisan video klip pada platform YouTube. Video Klip yang diunggah ke YouTube, bertujuan untuk menarik penggemar baru secara global, dengan konsisten memberikan visual yang ikonik, tarian yang harmonis, dan musik yang adiktif.

Mr Son selaku koreografer grup K-Pop BTS, mengungkapkan bahwa Video klip merupakan salah satu faktor terpenting, pesan yang ingin disampaikan oleh sang musisi pun akan lebih efektif (BBC, 2020). Pada situs kworldnow, diberikan pemaparan terhadap video klip K-Pop, bahwasannya video klip dibuat dengan kualitas yang sama seperti lagunya. Dibuat dengan integrasi tarian, musik, visual, dan cerita yang menarik dengan menaruh banyak detail, untuk menarik penggemar baru – semakin banyak penggemar, semakin banyak pendapatan perusahaan (Kworldnow, 2020).

Video klip merupakan media komunikasi, juga merupakan salah satu bentuk karya seni film. Sarana yang mampu menyampaikan pesan secara cepat dan seksama, serta terkandung nilai dan makna dari setiap detailnya. Astuti (2013), mengungkapkan bahwa seni adalah media efektif untuk menyampaikan pesan. Melalui seni, seluruh bagian otak dilibatkan dalam proses pengolahan pesan, sehingga mudah dipahami oleh penerimanya. Melalui seni juga, pesan moral dapat tersampaikan secara efektif, ini dikarenakan manusia membutuhkan sentuhan estetik dalam kehidupannya. Pesan- pesan tersebut dapat disampaikan melalui suara, visual, gerakan, dan kombinasinya.

(10)

4 Pada industri K-Pop, tak sedikit banyak artis K-Pop merilis lagu yang memiliki tema diluar cinta masa muda. BTS era Love Yourself bercerita tentang cinta kepada diri sendiri, kemudian “Breath” oleh Lee Hi yang menyampaikan pesan bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya, dan “Feel Special” oleh TWICE yang mengisahkan pentingnya kehadiran seseorang saat masa sulit dalam mengubah pandangan diri sendiri yang sebelumnya bukan siapa-siapa, menjadi seseorang yang istimewa.

Lagu-lagu TWICE sejak debut mengusung tema romansa, ceria, masa muda, dan imut. Namun, di tahun 2019 TWICE mengubah konsep grup nya menjadi lebih dewasa, seksi, dan energik. Jihyo selaku leader TWICE saat Fancy Showcase Comeback, mengatakan bahwa mereka ingin merubah konsep mereka menjadi lebih dewasa, ini didasari pemikiran mereka karena konsep tersebut sudah menempel lama dan kemungkinan para penggemar akan merasa bosan (VLIVE, 2019).

“Feel Special” merupakan salah satu lagu terbaik TWICE yang dirilis pada 23 September 2019 bersamaan dengan album mini yang berjudul sama dengan lagu utamanya dan video klipnya yang diunggah di kanal YouTube resmi milik JYP Entertainment, yang saat ini mencapai 430 juta penonton dengan like sebanyak 4,8 juta (JYP Entertainment, 2019). Dengan beraliran musik K-Pop, “Feel Special” adalah lagu dance glam-pop yang memadukan unsur EDM, Hip Hop, dan alunan nada bergaya 90’an, memberikan atmosfer yang bersemangat diiringi dengan synth yang unik dan beat bass yang groovy, ditambah dengan lirik yang mellow dan penuh perasaan mendalam menjadi lagu yang sangat berkesan bagi para anggota dan juga penggemar (Gillett, 2019; Herman, 2019; P. S. Jin, 2019). Dalam wawancara dengan BuzzFeed, TWICE menceritakan tentang lagu "Feel Special" mereka yang begitu pribadi. Jeongyeon mengungkapkan bahwa Lagu tersebut ditulis oleh produser mereka, JYP (Park Jin-young). Mereka membicarakan pengalaman empat tahun menjadi figur publik, yang menjadikan lagu tersebut begitu tulus karena dialami oleh semua orang. Rapper TWICE Chaeyoung pun berpendapat bahwa mereka ingin mendorong pendengar untuk memperhatikan dan mengapresiasi orang-orang berharga dalam hidup ketika sedang menghadapi masa sulit. Tzuyu sebagai anggota termuda menerangkan bahwa pesan utama dalam lirik lagu ini adalah bahwa kamu tidak sendirian, dan kamu luar biasa dan sempurna apa adanya (Han, 2019).

(11)

5 TWICE “Feel Special” (2019) merupakan lagu utama dalam album mini kedelapan mereka, yang penjualannya memecahkan rekor penjualan album sebelumnya yaitu “Fancy You” dengan menjual 154.028 eksemplar di minggu pertama perilisan. Dengan masuknya “Feel Special”, TWICE mendominasi daftar sepuluh besar penjualan tertinggi album girl group K-Pop minggu pertama menurut Hanteo Chart dengan menduduki 8 dari 10 tempat dalam daftar (Koreaboo, 2019). Dilansir dari situs Herald Pop, pada tahun tersebut pula, album mini “Feel Special” berhasil terjual sebanyak 400.528 eksemplar, membuat TWICE menduduki peringkat teratas di chart Gaon Girlgroup Album Sales (L. H. Jin, 2019). Melansir Naver, album mini TWICE bertajuk “Feel Special” berhasil menjadi nomor 1 dalam Worldwide iTunes Album Chart di 26 negara, di antaranya Amerika Serikat, Brasil, Jepang, Kanada, Meksiko, Selandia Baru, Rusia, dan masih banyak lagi. Pada hari perilisannya, semua lagu dalam album mini “Feel Special” berhasil menduduki posisi 1 hingga 7 di Japanese Line Music Real-time Top 100 Chart. Selain itu, bersamaan dengan comeback album mini kedelapan mereka, TWICE berda di puncak peringkat trending Twitter di 15 wilayah, termasuk Amerika Serikat, Australia, dan Kanada, serta No. 1 dunia (Young, 2019).

Penghargaan yang telah diraih oleh lagu “Feel Special” setelah promosi di berbagai program musik Korea Selatan dari akhir September hingga pertengahan Oktober, berhasil mengumpulkan total tujuh kemenangan. Lagu “Feel Special” pun berhasil berada dalam 10 besar bahkan menjadi nomor 1 dalam puncak tangga lagu Billboard, yaitu World Digital Song Sales dan Kpop Hot 100 (Billboard, 2019). Pada Mei 2020, “Feel Special” berhasil mendapatkan sertifikasi Silver Streaming atas pencapaiannya melampaui 30 Juta streaming di Oricon Streaming Singles Chart dari Recording Industry Associaton of Japan (RIAJ). Kemudian pada batch sertifikasi pada Maret 2021, RIAJ secara resmi memberikan penghargaan platinum pada “Feel Special” dalam kategori streaming setelah lagu tersebut menembus 100 Juta streaming, dan merupakan pencapaian pertama kali salah satu lagunya mendapatkan sertifikasi platinum untuk streaming. Selain itu, “Feel Special” berhasil menjadi lagu pertama artis wanita asing dalam sejarah RIAJ yang menerima sertifikasi platinum untuk streaming, dan menjadi artis K-Pop kedua menyusul lagu BTS “Dynamite” ( RIAJ, 2020).

(12)

6 Kesuksesan “Feel Special” selain didukung dari lirik yang berbasis pengalaman TWICE, distribusi vokal yang adil menjadi salah satu faktor penting untuk sebuah lagu mendapat suatu perhatian lebih. Distribusi vokal singkatnya sebuah pembagian lirik yang dinyanyikan oleh anggota grup musik. Dalam industri K-Pop, distribusi vokal merupakan pembahasan hangat oleh penggemar K-Pop, karena sebagai penggemar tidak rela bila salah satu idola nya mendapatkan bagian lirik yang lebih sedikit dibandingkan dengan anggota grup lainnya. Melansir koreaboo.com, Penulis lagu K-Pop Cosmic Sound (Kim Kihyun) dan Cosmic Girl (Yoo Jooyi) menjelaskan bahwa pembagian jumlah baris yang didapat setiap anggota grup tergantung pada penulis lagunya. Ketika menulis sebuah lagu K-Pop, penulis membuat sketsa besar, kemudian dialokasikan tergantung pada siapa yang paling sesuai.

Sehingga dibandingkan setiap anggota mendapat jumlah baris yang sama, penulis berfokus untuk memastikan setiap baris diberikan kepada penyanyi yang paling cocok dengannya. Banyak penggemar K-Pop percaya bahwa distribusi vokal yang adil adalah setiap anggota mendapat proporsi yang memadai berdasarkan posisi dan kemampuan mereka. Sedangkan di mata penulis lagu, distribusi vokal yang adil adalah setiap anggota mendapatkan baris yang sesuai dengan suara mereka. Namun kembali lagi, setiap penulis lagu memiliki preferensi masing-masing dalam distribusi vokal, semua tergantung pada musik itu sendiri (Valley, 2020a).

Pemahaman terhadap distribusi vokal memandu pertanyaan terhadap lagu

“Feel Special” mengapa menjadi lagu yang istimewa di benak penggemar dan juga TWICE. Dengan penulis lirik JYP yang terinspirasi dari pengalaman pribadi TWICE, membuat lirik tersebut dapat dialokasikan secara adil kepada para anggota dan pantas untuk dinyanyikan olehnya.

(13)

7 Gambar 1. 1 Distribusi Vokal “Feel Special”

(Sumber: Koreaboo, 2021)

Melihat gambar diatas, distribusi vokal Nayeon dan Jihyo lebih banyak dibandingkan dari yang lainnya, ini dikarenakan peran mereka dalam grup sebagai lead vocalist. Secara garis besar, distribusi vokal “Feel Special” sudah mencakup adil dibandingkan lagu yang lainnya. Walau single mereka yang berjudul “Signal” lebih merata, namun baris paling sedikit di dalam lagu tersebut dinyanyikan oleh Dahyun (8,1%) sedangkan dalam lagu “Feel Special” baris paling sedikit dinyanyikan oleh Momo, Sana, dan Mina (8,4%). Chaeyoung yang berperan sebagai rapper, kali ini membuka lagu dengan bernyanyi di verse pertama. Sehingga bagian rap hanya dinyanyikan oleh Dahyun, membuat lagu ini membagi porsi peran vokal berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya (Koreaboo, 2021).

Merujuk kembali kepada pernyataan Cosmic Sound dan Cosmic Girl, bahwa pembagian vokal ditentukan dari anggota grup yang sesuai untuk menyanyikannya.

Salah satunya adalah penggalan lirik yang dinyanyikan Mina, “Aku hanya ingin bersembunyi, tidak ingin menghadapi dunia, seolah-olah semuanya telah kehilangan makna”. Penggalan lirik ini sesuai untuk dinyanyikan oleh Mina, karena saat itu dirinya sedang dalam masa pemulihan terkait kesehatan mental. Dilansir dari situs Time, pernyataan tersebut diumukan langsung oleh JYP Entertainment dalam situs pribadinya pada 11 Juli 2019, yaitu beberapa bulan sebelum “Feel Special” dirilis. Di dalamnya, terdapat pernyataan bahwa Mina tidak akan berpartisipasi dalam tur dunia TWICE karena sedang berjuang dengan kecemasan dan rasa tidak aman yang tiba-tiba untuk tampil di atas panggung. Perusahaan label musik JYP Entertainment pun

(14)

8 memutuskan untuk mengistirahatkan Mina dari kegiatan promosi “Feel Special” dan tidak berpartisipasi pada tur dunia mereka. Pernyataan tersebut merupakan salah satu dan pertama kalinya label K-Pop membagikan diagnosis spesifik terkait kesehatan musisi labelnya – terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental (Moon, 2019).

Terkait masalah kesehatan mental, anggota TWICE lainnya yaitu Jeongyeon juga mengalami hal yang sama. Melansir Koreaboo, Pada Oktober 2020, JYP Entertainment mengumumkan bahwa Jeongyeon tidak akan berpartisipasi dalam promosi untuk album kedua TWICE bertajuk Eyes Wide Open. Alasan hiatus Jeongyeon sendiri dikonfirmasi karena gangguan kecemasan. Setelah tiga bulan, Jeongyeon kembali bersama anggotanya di Seoul Music Awards ke-30 pada Januari 2021 (Valley, 2020b). Tujuh bulan kemudian, terdapat pengumuman berisi berita terkait kondisi kesehatan terkini Jeongyeon pada 18 Agustus 2021 yang diposting ke laman penggemar resmi dan akun Twitter resmi TWICE. Dalam postingan tersebut, Jeongyeon saat ini mengalami kepanikan dan kecemasan psikologis. Dengan mengutamakan kesehatan artis, Jeongyeon ditetapkan hiatus untuk fokus pada pemulihan dan istirahat disertai dengan tindakan medis profesional (JYP Entertainment, 2021).

Melihat kedua anggota TWICE yang menghadapi masalah kesehatan mental, anggota TWICE lainnya berbicara tentang kesehatan mental dan betapa pentingnya hal tersebut pada kesejahteraan mereka. Dalam wawancara dengan TeenVogue, TWICE Jihyo selaku leader mengungkapkan bahwa dirinya menyadari bahwa kesehatan bukan hanya tentang kesehatan fisik saja, tapi juga kesehatan mental yang mempengaruhi kesehatan fisik. Berbicara dengan Time pada tahun 2019, Naeyon merupakan anggota tertua mengakui bahwa semua anggota menghadapi “kecemasan serupa” dari waktu ke waktu. Dahyun salah satu rapper TWICE pun angkat bicara dengan menyatakan bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental adalah hal yang terpenting untuk dijaga oleh anggota (Delgado, 2021).

Untuk memperluas wawasan masyarakat dalam menghadapi masa sulit dan kesehatan mental, TWICE menggunakan musik untuk menyampaikan pesan tersebut.

Ditemukan dalam beberapa penelitan, musik selain hiburan, juga digunakan sebagai media untuk memproses emosi, trauma dan kesedihan – juga dapat digunakan sebagai agen pengatur atau penenang kecemasan. Penelitian pun menunjukkan bahwa musik dapat memiliki efek menguntungkan pada bahan kimia otak seperti dopamin yang

(15)

9 terkait dengan perasaan senang, dan oktitosin. Terdapat bukti moderat bahwa musik dapat membantu menurunkan kadar hormon stres kortisol. Penelitian lainnya menemukan bahwa otak memicu emosi, ingatan, dan pikitan tertentu, yang seringkali mengarah pada efek yang lebih positif terhadap kesehatan mental (Open Minds, 2020;

Adler, 2020; Warren, 2016). Musik pun merupakan media yang mampu menyampaikan pesan secara universal, sehingga tanpa mengerti bahasa yang digunakan musisi tersebut, lagu tersebut dapat dipahami oleh pendengarnya dan relevan dengan situasi dan kondisi pada lirik lagunya. Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa bagi banyak orang, musik yang berhubungan dengan mereka adalah refleksi dari diri mereka sendiri. Musik yang dikaitkan dengan pelepasana dopamin, nampaknya mampu memprediksi kemampuan musik untuk memberi kesenangan. Dengan ditambah efek endorfin, musik membuat seseorang merasa nyaman dan terhubung dengan orang lain, mungkin terutama ketika membuat musik sendiri (Beentjes, 2019; Suttie, 2016). Diharapkan dengan kekuatan musik, pesan TWICE dalam lagunya “Feel Special” dapat tersampaikan.

Terkait isu kesehatan mental, akhir-akhir ini menjadi pembahasan hangat oleh seluruh orang di dunia terutama topik pembicaraan di media sosial. Menurut situs PsychGuides.com, Twitter menjadi salah satu media dengan jaringan yang efisien menghubungkan individu yang menderita penyakit mental melalui penggunaan tagar tertentu. Tagar #MentalHealth adalah tag yang paling banyak digunakan dalam konteks kesehatan mental dan tagar #MentalHealthMatters sebagai pembuka percakapan di platform media sosial tersebut (Psychguides, 2015). Hal ini menjadi sesuatu yang perlu disadari, karena dilansir dari situs We Are Social, jumlah pengguna media sosial di dunia mencapai 4,65 miliar pada April 2022. Sebagai konteks, populasi dunia mencapai 7,93 miliar pada April 2022, sehingga pengguna media sosial setara dengan 58,7 persen dari total populasi global. Berdasarkan penelitian terbaru dari GWI, mengungkapkan bahwa pengguna internet dunia sekarang menghabiskan rata- rata 6 jam dan 53 menit online setiap hari. Untuk konteksnya, pengguna internet biasa sekarang menghabiskan lebih dari 40 persen kehidupan nyata mereka secara online (We Are Social, 2022).

Melansir Forbes, banyak penelitian telah menemukan korelasi antara penggunaan media sosial yang lebih tinggi menyebabkan kesehatan mental yang lebih buruk, termasuk depresi, kecemasan, perasaan kesepian dan isolasi, harga diri yang

(16)

10 lebih rendah, dan bahkan bunuh diri. Lebih lanjut, terdapat dua studi baru yang mengungkapkan bahwa tidak hanya korelasi, tetapi juga sebab-akibat pada penggunaan media sosial secara rutin yang berefek pada kesehatan mental. Melihat salah satu studi, Melissa G. Hunt sebagai penulis studi tersebut mengatakan bahwa menggunakan lebih sedikit media sosial daripada biasanya akan menyebabkan penurunan depresi dan kesepian yang signifikan. Hunt menambahkan bahwa beberapa literatur yang ada di media sosial menunjukkan ada banyak sekali perbandingan sosial yang terjadi, seperti melihat kehidupan orang lain sehingga kita mudah untuk menyimpulkan bahwa kehidupan orang lain lebih keren atau lebih baik (Walton, 2018). Merujuk pada Jurnal Epidemilogia “Social Media Use and Mental Health:

Global Analysis” oleh Ulvi dan rekannya, menunjukkan bahwa individu yang menderita masalah kesehatan mental menggunakan media sosial sebagai jalan keluar terapi. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa Facebook dan Twitter umumnya digunakan untuk saling menguntungkan kesehatan mental dengan membawa orang- orang dengan situasi kesehatan yang sama dan menciptakan lingkungan yang saling mendukung (Ulvi et al., 2022). Melihat dua studi yang bertolak belakang, media sosial menjadi baik atau buruk untuk seseorang kembali dari kebijaksanaan penggunanya.

TWICE sebagai grup K-Pop, menggunakan media sosialnya untuk mempromosikan lagu mereka, agar pesan dalam musik mereka dapat tersampaikan kepada masyarakat.

Perilaku masyarakat sangat mempengaruhi kesehatan mental para figur publik terutama Bintang K-Pop. Seringkali masyarakat kita melabeli seseorang sebelum mengetahui latar belakang dan mengenalnya lebih dalam. Tuntutan publik dan media yang mewajibkan mereka untuk selalu tampil sempurna, tidak berbuat kesalahan, selalu kuat dalam menghadapi apapun, dan memenuhi standar sosial lainnya, tidak memberikan ruang kepada mereka untuk menjalani hidup dan menjadi manusia seutuhnya. Melansir situs Creatrip, etimologi dari kata idola adalah “gambaran dewa”

dan khususnya di Korea Selatan merujuk pada penyanyi idola K-Pop. Disebut gambaran dewa karena publik dan media menilai mereka menurut standar yang hanya dapat dipenuhi oleh dewa sejati. Idola diharapakan tidak bersalah, tidak pernah marah, tulus dan bekerja keras. Dengan begitu, maka Idola tersebut dapat memenuhi standar dan akan memenuhi syarat untuk menjadi “bintang” di Korea Selatan. Media dan publik sering kali mengungkit gambar kesalahan idola sehingga idola tersebut diklaim memiliki “masalah sikap”. Akibatnya, para idola terbiasa untuk mengisolasi perasaan

(17)

11 mereka, dan menyebabkan mereka mengalami kecemasan emosional (Kim, 2021).

Dampak dari tuntutan tersebut membuat beberapa idola K-Pop terpengaruhi kesehatan mentalnya bahkan depresi hingga memilih untuk kabur dari kehidupan selebritinya dengan bunuh diri. Kematian Kim Jonghyun SHINee, Sulli F(X), Goo Hara KARA, memberikan peringatan bahwa industri hiburan K-Pop begitu kelam. Dilansir dari situs Republicworld.com, Jonghyun SHINee (Kim Jong-hyun) ditemukan tak sadarkan diri di sebuah hotel pribadi di Seoul pada 18 Desember 2017. Penyanyi tersebut bunuh diri dengan keracunan karbon monoksida, dan meninggalkan pesan perpisahan dalam bentuk catatan. Catatan tersebut berisi ungkapan terhadap tekanan besar sebagai bintang K-Pop, dirinya hancur dari dalam dan depresi yang perlahan memakan dirinya (Sanchala, 2021).

Kematian bintang K-Pop lainnya, Sulli (Choi Jin-Ri) , dikonfirmasi bunuh diri pada 14 Oktober 2019 di apartemennya. Manajer Sulli menemukannya di lantai dua saat memerika tempat tinggalnya. Sehari sebelum kematiannya yang tiba-tiba, Sulli sedang dalam pengambilan gambar untuk iklan, tidak ada perilaku yang menunjukkan dirinya sedang depresi ataupun stress. Sulli telah mengumumkan hubungannya dengan seorang rapper, namun respon masyarakat tidak begitu baik melihat pasangannya tersebut tidak sesuai terhadap persepsi bintang K-Pop. Penyanyi tersebut kemudian mengungkapkan dalam video Instagram Stories, bahwa setelah mengumumkan hubungannya tersebut, teman-teman terdekatnya mulai meninggalkannya, masa sulit tersebut yang menyebabkan mentalnya jatuh (Khollam, 2020). Melansir Soompi, kematian Sulli membuat anggota parlemen Korea Selatan mengusulkan RUU yang dikenal sebagai “Sulli Law” yang bertujuan untuk melawan komentar jahat dan cyberbullying. Undang-undang ini berfokus meminimalisir jumlah komentar jahat di internet, dan berkat RUU tersebut, beberapa portal berita Korea Selatan seperti Naver membuat keputusan untuk menangguhkan fitur komentar dan menghapus emoji reaksi marah pada artikel hiburan. Namun, wacana Undang-Undang Sulli Law atau Sulli Act ini tidak mendapatkan titik terang, disebabkan oleh perubahan kabinet Majelis Nasional yang menyatakan bahwa itu sudah di luar tanggung jawab mereka, sehingga perlu diusulkan kembali ke Majelis Nasional periode selanjutnya. Kemudian minat masyarakat yang sudah menurun terhadap wacana tersebut, membuat Sulli Law menjadi Undang-Undang yang tidak terwujud (Soompi, 2020).

(18)

12 Dilansir dari situs Billboard, kurang dari dua bulan setelah kematian Sulli, Goo Hara KARA ditemukan tewas di rumahnya oleh kenalannya pada 24 November 2019.

Polisi mengungkapkan bahwa Goo dikonfirmasi bunuh diri dengan dikuatkan dengan temuan barang bukti berupa catatan pesimistis di rumahnya. Goo pada tahun lalu menjadi berita utama karena mengalami konflik dengan mantan pacarnya, Choi Jong- bum. Choi mengaku diserang oleh Goo, sedangkan Goo menuduh mantan pacarnya tersebut mengancam akan merilis video seks dirinya. Pengadilan memvonis Choi dengan 1 tahun penjara atas tuduhan pemaksaan dan penyerangan serta pemerasan terhadap Goo. Namun, hukuman penjara Choi ditangguhkan, dengan hasil Choi keluar dari penjara dan mengajukan banding ke pengadilan (Billboard, 2019). Berita kematian Goo membuat jumlah tanda tangan untuk petisi daring yang menyerukan hukuman lebih berat untuk pelaku pelecehan seksual meningkat sebanyak dua kali lipat, yaitu lebih dari 217.000. Petisi ini ditujukan untuk kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan petisi yang melewati 200.000 tanda tangan harus mendapatkan tanggapan. Petisi tersebut pun ditanggapi dan standar hukuman untuk kejahatan seksual yang berpusat pada pelaku berakhir direvisi (Sun, 2019).

Kematian Goo Hara mendapati pengaruh lainnya terhadap regulasi di Korea Selatan yaitu terkait warisan keluarga. Setelah empat bulan dari kematiannya, kakak laki-lakinya, Goo Ho In, berjuang di pengadilan dengan ibunya yang menuntut mendapat setengah dari aset Goo Hara untuk dirinya. Perjuangan ini dilakukan karena menurut Ho In, ibu mereka telah meninggalkan mereka sejak usia kanak-kanak.

Diketahui bahwa ibunya secara tiba-tiba muncul di pemakaman Goo Hara dan mencoba mengambil gambar dengan ponselnya, kemudian dihentikan oleh anggota keluarga lainnya. Dua hari kemudian, Ho In mendatangi kantor pengacara dan terdapat dua orang memperkenalkan diri sebagai pengacara dari ibunya. Situasi tersebut menyadarakan Ho In dan bertekad untuk memperjuangkan bagian dari aset adiknya.

Hal ini menjadi persoalan, karena dalam hukum Korea Selatan, orang tua dapat menerima aset dari mendiang anak mereka walaupun mereka tidak membesarkan serta mengurusi mereka dan satu-satunya pengecualian adalah dalam kasus pembunuhan atau kasus tidak biasa lainnya. Ho In dan pengacaranya sedang menetapkan Goo Hara Act yang akan memperluas alasan diskualifikasi terhadap warisan terhadap anggota keluarga yang lalai dalam kewajibannya dalam mengurus orang tua atau anak-anak mereka. Dengan keputusan pengadilan pada 21 Desember 2020 bahwa warisan Goo

(19)

13 Hara akan dibagi 60 persen kepada pihak ayah dan 40 persen untuk ibu, memberikan harapan terhadap keadilan pada hukum warisan negara di Korea Selatan. Dan Undang- Undang Goo Hara atau Goo Hara Act disetujui oleh Kabinet Korea Selatan yang disahkan pada 1 Desember 2021, sebagai hadiah terakhir yang diberikan Goo Ho In untuk mendiang adiknya, Goo Hara (Chan, 2021; Soompi, 2020).

Ketiga berita tersebut memberi peneliti pandangan bahwa dunia idola K-Pop memang tidak sebaik yang ditampilkan oleh media. Para idola K-Pop yang mengalami depresi, kesehatan mental lainnya, dan masa sulit mereka tidak ditampilkan oleh media karena merupakan suatu “aib” bagi citra mereka. Di sisi lain, bintang K-Pop memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat. Hal yang dirasa rugi oleh masyarakat diwakilkan oleh suara dari bintang K-Pop, seperti kekerasan seksual dan perundungan secara fisik maupun daring. Kematian para idola K-Pop menyadarkan masyarakat untuk memperhatikan tindakan dan membuka pandangan mereka terhadap sisi gelap industri K-Pop. Kebahagiaan yang dicapai menjadi sebuah bintang K-Pop, tidak sebanding dengan kerja keras dan penilaian terhadap perilaku atau karakter yang dinilai tidak sewajarnya (stigma). Dengan pesan moral menjadi bahagia, yaitu merasa istimewa, adalah pesan kepada masyarakat untuk mengusahakan segala tindakannya bertolak pada kebahagiaan bagi semua orang yang terpengaruh oleh tindakan mereka, terdapat dalam lagu “Feel Special”.

Setiap karya seni yang lahir tidak akan lepas dari referensi realita masyarakat lingkungan si pencipta. Seringkali sebuah dongeng maupun film memiliki unsur intrinsik berupa amanat (pesan moral), yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada masyarakat untuk bersikap serta berperilaku baik dan menjunjung tinggi kebenaran. Dengan harapan tersebut, moral masyarakat akan meningkat, dan kebahagiaan akan tercapai. Prinsip bahwa manusia hidup untuk mencapai kebahagiaan, merupakan salah satu bagian dari etika normatif. Menurut Franz Magnis- Suseno (2019), norma-norma moral adalah tolak ukur dalam menilai benar atau salah sikap dan perilaku manusia dilihat dari segi baik atau buruknya sebagai manusia, bukan sebagai pelaku pada peran tertentu dan terbatas. Merujuk pada pernyataan tersebut, paham utilitarianisme menilai sesuatu baik bila berguna, befungsi, dan menguntungkan. Dan sebaliknya, sesuatu dinilai buruk bila tidak memiliki guna, tak berfungsi, dan merugikan. Nilai kelayakan suatu tindakan menurut paham ini adalah

(20)

14 sebanyak-banyaknya tindakan yang menghadirkan kebahagiaan dan tindakan yang sekurang-kurangnya memunculkan rasa sakit.

Utilitarianisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin “utilis” yaitu berguna – yang dimaksudkan, adalah peran makhluk hidup manusia sebagai makhluk sosial, untuk turut serta berpartisipasi secara maksimal dalam masyarakat. Maksud sebenarnya dalam paham ini adalah agar manusia selalu bertindak sedemikian rupa hingga semaksimal mungkin menciptakan kebahagiaan dan menghindarkan semaksimal mungkin dampak buruk kepada banyak orang. Menurut pemahaman Magnis-Suseno (2019), utilitarianisme melihat dampak baik tidak hanya dari kepentingan si pelaku, melainkan dari segi kepentingan banyak orang yang terkena pengaruh dari dampak tindakan si pelaku. Dengan kata lain, utilitarianisme bersifat universalis – yaitu mengakui keberadaan kewajiban terhadap semua orang.

Utilitarianisme menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan harus selalu memperhatikan dampak bagi semua orang yang secara langsung atau tidak tepengaruh olehnya. Berbeda dengan kedua teori lainnya – yang berkaitan dengan kebahagiaan, teori hedonisme dan etika pengembangan diri berfokus pada usaha kebahagiaan bagi diri sendiri, sehingga kedua teori tersebut termasuk ke dalam kelompok egoisme etis.

Menjadi perbandingan, prinsip hedonisme bertolak pada kebahagiaan yang diterima dari jumlah kenikmatan yang didapat dan menghindari perasaan yang tidak enak menurut si pelaku, sehingga peran manusia sebagai makhluk sosial tidak menjadi panduan bagi penganut hedonisme. Keterkaitan dengan realita, mengambil pemikiran Magnis-Suseno (2019), masyararakat zaman sekarang banyak mencari kebahagiaan dengan mengejar segala kenikmatan yang tersedia dan menghindar dari pengorbanan.

Dibandingkan menghabiskan waktu untuk mempelajari serta memahami para kesulitan idola K-Pop, masyarakat lebih cekatan mengomentari, menuntut. dan menghakimi yang bahkan tanpa basis kuat, dilontarkan begitu saja. Untuk mengubah pola pikir masyarakat tersebut, “Feel Special” lahir dari pengalaman berharga yang diperoleh melalui pengorbanan dan perjuangan TWICE, dengan ungkapan lagu tersebut yaitu saling mengerti satu sama lain – lebih lanjut bahwa manusia bertanggung jawab terhadap sesamanya, merupakan prinsip utilitarianisme.

Terdapat banyak penelitian yang meneliti tentang representasi pesan moral dalam seni massal seperti film, video klip, serial televisi, diantaranya

“REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM TILIK (ANALISIS SEMIOTIK

(21)

15 ROLAND BARTHES)” (Leliana et al., 2021). Dalam penelitian ini, pesan moral dihasilkan dari alur cerita yang dibangun oleh tanda-tanda yang ditampilkan melalui beberapa aspek-aspek sinematografi dianalisis menggunakan denotasi, konotasi, dan mitos. Ditemukan tiga pesan moral utama; yaitu kepercayaan pada berita hoax/berita bohong, kebebasan perempuan dalam memilih hak hidupnya, aparat negara yang masih menerima suap. Pesan moral yang terbentuk dalam seni massal, dijelaskan dalam penelitian “THE MORAL POSSIBILITIES OF MASS ART” (D’Olimpio, 2008). Dari penelitian tersebut ditemukan dalam karya seni massal, aksesibilitas bahasa gambar yang digunakan oleh film, berguna sebagai salah satu cara penyampaian pesan akan langsung dipahami oleh khalayak. Dengan demikian, film memiliki potensi untuk mendidik secara moral penontonnya dengan menyampaikan perspektif tertentu tentang masalah moral tertentu yang dapat membuat penonton berempati.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis tentang bagaimana pesan moral ditunjukkan pada adegan di dalam video klip “Feel Special”

oleh TWICE, karena menurut peneliti, pesan moral terhadap masa sulit yang dialami oleh seseorang sehingga dirinya merasa sendirian, dan ketika kehadiran seseorang membuat dirinya istimewa tersampaikan secara implisit melalui beberapa adegan dalam video klip ini. Masa sulit dalam pekerjaan, sekolah, tuntutan masyarakat, diharapkan dapat dihadapi karena semua orang mengalami masa sulit tersebut. Pesan yang ingin disampaikan sangatlah tulus dari hati, sebagai sesama manusia, sebuah kehadiran diiringi saling pengertian dan memahami adalah hal yang sangat indah dalam berkehidupan di masyarakat. Hasil akhir dari bertindak dalam kebaikan bersama, adalah kebahagiaan. Lagu ini mengharapkan sebuah kesadaran masyarakat akan tindakannya mampu mempengaruhi seseorang – dalam arti positif maupun negatif, maka setiap tindakan perlu difikirkan terlebih dahulu. Dengan banyak makna yang terkandung dalam video klip “Feel Special”, menjadi suatu hal yang menarik untuk disaksikan.

Penyampaian sebuah pesan melalui visual, perlu dikaji dengan ilmu tanda yang mampu mengungkap makna. Semiotika, dapat membantu peneliti dalam membawa penelitian dan menemukan makna dari penggunaan simbol yang terdapat dalam video klip “Feel Special”. Konsep semiotika Roland Barthes, memiliki sistem pemaknaan denotasi, konotasi, dan mitos, menelaah simbol dan tanda pada setiap adegan yang

(22)

16 peneliti pilih. Peneliti memilih semiotika milik Barthes, karena peneliti memahami video klip sebagai produksi tanda dan pembangunan mitos. Sobur (2018) dalam bukunya, menjelaskan sistem penandaan milik Barthes. Denotatif merupakan sistem pemaknaan tataran pertama yang terdiri atas penanda dan petanda. Istilah denotasi adalah sebuah tanda yang memiliki makna sebenarnya. Menurut Barthes, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sistem pemaknaan tataran kedua yaitu konotatif, merupakan tanda yang mengandung kedua bagian tanda denotatif. Konotatif dijelaskan sebagai sistem pemaknaan yang dipengaruhi oleh asosiasi perasaan peran pembaca (the reader). Bila konotasi menguasai masyarakat, makan makna tersebut berubah menjadi mitos. Keunggulan semiotika Roland Barthes adalah mitos, yaitu makna berulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Dalam mitos, sebuah ideologi merupakan bentuk kebudayaan, dan kebudayaan sendiri merupakan bentuk berulang dari masyarakat. Sehingga, semiotika Roland Barthes mampu untuk merepresentasikan realita masyarakat, yang menjadi pemicu “Feel Special” terlahir, sebagai ‘obat’ bagi seseorang yang sedang berada di masa sulit dalam kehidupannya.

Makna denotasi, konotasi, dan Mitos yang terdapat dalam video klip “Feel Special”, menjadi alat analisis untuk membedah simbol-simbol yang digunakan sebagai representasi makna berisi pesan moral. Demikian, peneliti merumuskan judul penelitian yaitu, “Pesan Moral dalam Video Klip “Feel Special” TWICE (Analisis Pesan Moral Utilitarianisme menggunakan Semiotika Roland Barthes.

1.2 Tujuan Penelitian

Merujuk pada latar belakang penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pesan moral ditunjukkan pada adegan di dalam video klip dan makna denotasi, makna konotasi, serta makna mitos yang terdapat dalam video klip “Feel Special” oleh TWICE dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dengan melihat tujuan penelitian, maka dapat ditemukan fokus penelitian dalam satu pertanyaan yaitu bagaimana pesan moral yang ditunjukkan pada adegan di dalam

(23)

17 video klip “Feel Special” oleh TWICE melalui analisis makna denotasi, konotasi, dan makna mitos semiotika Roland Barthes?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun harapan peneliti dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai rujukan dalam bidang akademis dan bidang praktis. Manfaat penelitian ini berkaitan dengan judul penelitian yang dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada bidang kelimuan khususnya dalam kajian Ilmu Komunikasi bagi penelitian selanjutnya yang menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Isu yang diangkat oleh peneliti diharapkan mampu menjadi sumbangsih wawasan bagi penelitian selanjutnya. Industri K-Pop saat penelitian ini berlangsung sedang dalam sorotan dunia, terlebih banyak hal yang dapat diteliti dari isu yang terdapat dalam industri K-Pop ini. Idola K-Pop mampu mempengaruhi masyarakat, begitu pun sebaliknya. Kesehatan mental yang dekat dengan idola K-Pop, terpengaruh dari stigma dan dipercepat dengan kehadiran media sosial. Sebuah tindakan mampu mempengaruhi orang lain yang terlibat, maka moral utilitarianisme berperan dalam penelitian ini. Dengan perilaku masyarakat yang sering berkomentar negatif, acuan dalam bertindak menggunakan moral utilititarian dapat menjadi rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Peneliti pun mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mahasiswa atau para peneliti dalam menganalisis tanda pesan moral yang terkandung di dalam video klip.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memenuhi syarat kelulusan peneliti dalam studi Ilmu Komunikasi. Peneliti berharap isu yang peneliti angkat mampu membuka mata masyarakat terhadap realita yang perlu disadari dan menjadi bahan renungan. Wawasan terhadap isu kesehatan mental mampu dipahami dan disadari oleh masyarakat. Penggunaan media sosial dengan bijak menjadi poin penting dalam membantu mengurangi kerugian terhadap mental

(24)

18 penggunanya, terutama figur publik. Peneliti berharap agar masyarakat berfikir kembali sebelum bertindak yang berdampak terhadap suatu individu.

Kepentingan bersama seperti gotong royong, peneliti harap dapat muncul dalam diri masyarakat yang melihat penelitian ini. Peneliti pun mengharapkan penelitian ini mampu menjadi sumbangsih dalam wawasan dan anjuran tentang tanda, makna, serta pentingnya sebuah pesan moral, sebagai tuntunan dalam berperilaku kepada diri sendiri, juga orang lain.

1.5 Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada Maret 2022 dengan periode yang dibutuhkan selama kurang lebih 5 bulan. Adapun tabel waktu dan periode penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Waktu dan Periode Penelitian No Tahapan Penelitian Bulan (Tahun 2022)

Maret April Mei Juni Juli

1. Penelitian Pendahuluan 2. Seminar Judul 3. Penyusunan Desk

Evalution

4. Seminar Desk Evalution

5. Pengolahan dan Analisis data

6. Menyusun Hasil Penelitian berbentuk Skripsi

7. Sidang Skripsi

(25)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pesan Moral dalam Video Klip a. Perkembangan Video Klip

Video Klip mulai disiarkan secara luas melalui televisi pada tahun 1980-an, melalui saluran MTV (Music Television) pada tahun 1981. Video klip diciptakan sebagai sebuah sarana promosi untuk memasarkan lagu, namun video klip mampu menjadi sarana ekspresif yang bernilai estetik untuk membangun dan/atau menciptakan makna penting sebuah lagu (Carson, 2010).

Menurut situs Britannica (Carson, 2010), The Beatles sebagai band pertama mengganti penampilan langsung dengan klip yang difilmkan pada akhir 1960- an. Mulainya video klip sebagai promosi penjualan digunakan oleh band-band punk yang tidak mampu untuk menampilkan penampilan mereka di gerai komersial konvensional. Pada tahun 1975 video klip menjadi gempar dengan Queen “Bohemian Rapsody”, membuktikan bagaimana video mampu meningkatkan secara tidak langsung mendefinisikan kualitas sebuah lagu (baik atau buruk kembali kepada audiens).

Kemudian MTV (Music Television) muncul pada tahun 1981 menjadi medium untuk menampilkan video klip yang diperlukan untuk memasarkan sebuah lagu. “Video Killed the Radio Star” dari The Buggles menjadi video klip pertama yang diputar di MTV. MTV secara konsisten menjadi stasiun yang menayangkan program musik, dengan konsep sederhana, yaitu memutar video klip selama 24 Jam tanpa henti (Yucki, 2021). Era MTV menggantikan video klip pertunjukan dengan pendekatan yang lebih konseptual dan memiliki karakterisitik dengan sentuhan pengeditan asosiatif, atmosfer yang didramatisi, dan penggunaan referensi pengambilan gambar/citra milik 20th Century dari film, fotografi berita, TV, lukisan, dan sebagainya.

Secara estetis, video klip sangat berkembang semenjak kemunculannya sehingga video klip dibuat menjadi lebih kreatif. Pada 1980-an, Michael Jackson dengan “Beat It” dan “Billie Jean” yang inovatif, menampilkan

(26)

20 koreografi yang sangat berpengaruh dan suasana paranoia seperti “Thriller”.

Madonna “Like Prayer” pada tahun 1989 dan “Justify My Love” pada tahun 1990 juga memberikan pengaruh besar pada pembuatan video klip yang konseptual, fenomenal, dan juga kreatif. Salah satu video klip yang terpengaruh dan menjadi sarana ekspresif yang membangun seperti Nirvana “Smells Like Teen Spirit” di tahun 1991, REM “Losing My Religion” di tahun 1991, atau David Bowie dengan “Let’s Dance” di tahun 1983, yang ketiga video klip tersebut menghadirkan makna penting dalam sebuah lagu (Carson, 2010).

Konsep full band performance merupakan konsep yang digunakan pada era musik rock alternatif dan punk rock 2000-an. Band-band seperti Coldplay, Linkin Park, hingga My Chemical Romance mendominasi tangga lagu di radio. Penampilan dengan formasi full band merupakan identitas bagi band tersebut, sehingga video klip tidak hanya sekadar video rekaman mentah saat sesi latihan di studi atau penampilan saat konser, melainkan dikembangkan menjadi skneario yang lebih sinematik seperti “The Kill” oleh 30 Seconds to Mars yang terinspirasi dari film “The Shining” (Yucki, 2021).

Pada abad ke-21, ketika pentingnya pemutaran video klip di MTV berkurang dan semakin banyak orang menonton video klip melalui Internet menggunakan perangkat elektronik dan perangkat seluler, pendekatan yang diambil oleh produser dan sutradara video klip mulai berubah. Citra melalui visual yang awal begitu rumit kemudian lebih fleksibel dan kurang padat, seperti penggunaan konsep unik dan pintar dengan pengambilan gambar di depan dan di tengah, sehingga penempatan gambar di tengah layar menjadi hal yang biasa (Carson, 2010).

Kehadiran internet pada abad ke-21, membuat kepopuleran televisi menurun. Menurut penelitian Magna Global, pada tahun 1999, pengeluaran iklan TV berada di angka 94,5 (dalam juta dolar) dan pengeluaran iklan digital hanya sebesar 4,8. Namun pada tahun 2017 ditetapkan bahwa pengeluaran iklan TV mencapai 178 dan untuk pengeluaran iklan digital berada diangka yang lebih tinggi yaitu 209 (Loesche, 2017). Melansir dari situs databoks (Dihni, 2022), hasil survei menyatakan bahwa internet menjadi media yang paling sering dipakai oleh masyarakat sebanyak 55,3%, sedangkan responden yang memilih televisi sebagai media yang sering digunakan sebanyak 36,1%.

(27)

21 Perubahan media ini kemudian digunakan para label musik untuk memasarkan video klip musisi mereka di platform internet, seperti YouTube.

YouTube sebagai platform video yang membawa perubahan besar terhadap distribusi video klip musik. Dengan musisi atau label musik yang memiliki saluran official sendiri, semakin bebas dalam mengontrol hak cipta hingga keuntungan akan hasil karyanya. YouTube pun memberikan kebebasan untuk mengeksekusi konsep apapun tanpa regulasi yang terdapat dalam televisi. Musik EDM dan Pop yang menguasai genre musik pada era 2010-an, memberikan karya seni visual yang identik dengan kehidupan hedonisme dan rave party yang secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup masyarakat luas. Nama-nama DJ dan Diva Pop pun semakin dikenali eksistensi nya, dengan merajai trend musik, memperlihatkan video klip yang kreatif dan memiliki karakteristik sehingga selalu dinantikan oleh para pendengarnya (Yucki, 2021).

Semenjak trend musik video klip, secara perlahan jumlah penonton dalam setiap video YouTube menjadi tolak ukur bagi seorang musisi.

“Gangnam Style” dari PSY yang dirilis pada 2012 menjadi video klip pertama di YouTube yang mampu meraih 1 miliar penonton. Dengan menampilkan tarian ikonik ala menunggangi kuda, terdapat sketsa komedi, memenuhi kriteria video klip yang memiliki berbagai hal yang dibutuhkan untuk populer;

It’s festive, it’s funny, it’s catchy. PSY menjadi musisi yang membuka jalan para idola K-Pop sehingga seperti saat ini yang menghadirkan demam K-Pop atau Korean Wave atau Hallyu (Yucki, 2021).

Industri musik K-Pop yang paling maksimal dalam menggunakan platform YouTube untuk mengunggah video klip sebagai alat promosi, hiburan, dan seni. Para fandom saling beradu jumlah penonton video klip idol K-Pop mereka hingga rela memutar ulang dan menghabiskan waktu seharian penuh. Sama seperti video klip budaya barat yang mengusung konsep penampilan langsung, video klip K-Pop dahulu lebih didominasi dengan tarian.

Berbeda dengan saati ini, yang memiliki elemen yang lebih variatif, dengan menyajikan tarian, gambar-gambar artistik, hingga pemilihan warna cerah dan mencolok namun nyaman dilihat (Yucki, 2021).

(28)

22 Perkembangan video klip yang berawal di MTV yang selalu ditunggu, hingga kini yang mampu ditonton kapan pun melalui platform YouTube, trend video klip menjadi salah satu media seni berpengaruh dalam budaya pop.

Video klip mulai beradaptasi mengikuti media yang baru, lebih fleksibel dan tidak kaku. Seperti visual yang disuguhkan lebih bebas dan tidak terpaku pada pengambilan gambar yang ideal. Namun tetap video klip tidak mengganti fungsinya sebagai sarana promosi dan representasi estetik dari lagu, bahkan semakin luas dengan globalisasi.

b. Tinjauan Video Klip

Relasi film dan video klip tidak dapat dipisahkan, karena video klip merupakan bagian dari film. Menurut Moller (2011), menjelaskan bahwa definisi video klip dalam The Cambridge Dictionary adalah sebuah film pendek yang diciptakan untuk memasarkan lagu populer. Dalam akhir esai nya, Moller menyimpulkan bahwa video klip adalah film pendek yang mengintegrasikan lagu dan gambar, diproduksi untuk promosi atau tujuan artistik. Untuk memahami apa itu video klip, perlu penjelasan sebuah film karena dari pernyataan sebelumnya bahwa video klip merupakan film pendek.

Penjelasan terhadap video klip pun kedepannya akan mengambil rujukan seputar pemahaman film, hal ini dilakukan peneliti karena kurangnya sumber literasi mengenai video klip yang berasal dari Indonesia. Kajian seputar video klip yang sedikit membuat peneliti memutuskan untuk menggunakan pengertian film.

Film sederhananya merupakan sebuah kumpulan gambar bergerak yang bercerita. Dengan mengambil pengertian film dari Ardiyanto (2007) bahwa gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari sebuah komunikasi massa secara visual. McQuail (1987) memahami film sebagai sarana yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang didalamnya terdapat cerita, lawak, peristiwa, drama, musik kepada khalayak umum. Pengertian film lainnya menurut Irawanto (dalam Sobur, 2018) adalah realitas yang berkembang dan hadir dalam masyarakat yang kemudian diproyeksikan ke dalam layar.

(29)

23 Film dan televisi sebenarnya tidak jauh berbeda, keduanya memiliki sistem bahasa sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda (Sardar &

Loon dalam Sobur, 2018). Terminologi tersebut menggunakan istilah yang berdasarkan unsur yang dekat, seperti pemotongan (cut), pengambilan gambar jarak dekat (close-up), pengambilan gambar jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom out), pengecilan gambar (zoom in). Sistem bahasa atau pengkodean ini merupakan cara bagi sutradara/pengarah acara untuk berkomunikasi lebih mudah dengan penata kamera dan kru produksi lainnya yang bertugas ketika sedang pengambilan gambar. Komando penyutradaraan tersebut perlu disadari oleh kru produksi dan kenyataan bahwa setiap sutradara memahami berbeda komando penyutradaraan, maka perlu sebuah technical meeting untuk menyamakan persepsi komando-komando kepada kru produksi (Naratama, 2013).

Peneliti menyantumkan film dan televisi karena keduanya merupakan media massa konvensional berbasis audio-visual, sama halnya dengan video klip, namun perbedaan terbesar yang dapat dilihat adalah pada kategori video klip yang saat ini berada dalam media baru dan menjadikan media baru sebagai media utama dalam promosi. Suatu pernyataan menarik didapat oleh peneliti dalam artikel Investopedia bertajuk “Movie vs. TV Industry: Which is More Profitable?”, didalamnya membahas terkait sektor hiburan mana yang lebih menguntungkan. Konklusi yang dipahami oleh peneliti yaitu studi besar Hollywood dapat menghasilkan keuntungan jutaan dolar dari satu film, sementara televisi kabel seperti HBO dapat menghasilkan uang dari serial tv besar, salah satunya “Game of Thrones” yang menghabiskan biaya jutaan dalam produksinya. Kerugian yang didapat oleh film maupun televisi tidak berbeda jauh, sehingga tidak ada jaminan bahwa salah satu media lebih unggul dibanding lainnya. Melihat dari suatu keuntungan, sulit untuk bersaing dengan media baru streaming seperti Disney+ yang mampu menghasilkan puluhan miliar dengan menggabungkan film dan televisi (Zipin, 2022).

Konklusi tersebut, justru menyebutkan sektor hiburan lain yang berada diluar perbandingan, antara film dan televisi. Video klip yang kini dipercaya dipublikasikan di media baru oleh musisi dan label musik untuk memasarkan lagunya, membuktikan popularitasnya yang lebih cepat menggapai audiens

(30)

24 baru dibandingkan melalui acara televisi. Media baru yang sebuah fenomena, mengalahkan kepopuleran media konvensional dalam menarik perhatian masyarakat dari segi kecepatan dan akses fleksibel terhadap penggunanya (pembahasan tersebut telah dibahas di sub-bab sebelumnya).

Sebagai media baru, media berbasis digital menjadi pilihan terbaik para perushaan yang bekerja di sektor hiburan untuk menghadirkan film-film dan serial yang kini berada dalam platform layanan streaming berlangganan seperti Netflix, Diseny+, Amazon Prime, HBO GO, dan sebagainya. YouTube sebagai platform penyedia video daring gratis, dipilih oleh pelaku industri musik untuk mengunggah video klip mereka di platform tersebut karena tidak memperlukan biaya untuk mengunggah video, juga terdapat iklan berupa adsense didalamnya yang menguntungkan para pengunggah didalam platform tersebut. Tidak seperti platform digital berlangganan, yang perlu membayar jasa untuk menempatkan hasil produksi film ataupun serial (sama halnya seperti bioskop dan stasiun televisi).

Melansir dari situs Rolling Stone, perusahaan Google yang menaungi YouTube telah membuat setiap indikasi bahwa mereka ingin tetap menjadi platform penyedia video daring unggulan industri, terutama dalam industri hiburan. Untuk mempertahankannya, diperlukan adaptasi dari platform, format, tetapi juga seniman yang bekerja sama dan menghidupkan upaya visual mereka dalam platform YouTube (Shaffer, 2020). Pernyataan ini mampu menjelaskan mengapa pelaku indsutri hiburan musik mengunggah video klip mereka di YouTube.

Video klip sendiri mampu dipahami sebagai penyutradaraan kreatif menurut Naratama dalam bukunya “Menjadi Sutradara Televisi: dengan Single dan Multi-camera”. Naratama (2013) memaparkan bahwa video klip mempunyai lima bahasa yang universal, yaitu bahasa ritme, bahasa nada, bahasa musikalisasi, bahasa lirik, dan bahasa penampilan. Bahasa tersebut merupakan faktor penting dalam video klip, sehingga sutradara ataupun musisi perlu memahami kelima bahasa tersebut sebelum melakukan tahap pra- produksi, dari pembuatan ide kreatif, story board, dan penataan artistik.

Sutradara video klip wajib memiliki wawasan musik yang cukup, dari pengetahuan akan jenis musik, alat musik, sejarah musik hingga karakteristik

(31)

25 pemain band. Wawasan tersebut penting untuk menghindari kesalahan persepsi antara audio dan visual, kesalahan tersebut mempengaruhi emosi yang akan dibangun dalam video klip, sehingga hanya akan ada penjelmaan visual semu.

Dalam pembuatan video klip terdapat story board yang dipengaruhi oleh dua konsep dasar kreatif visual, yaitu video klip bernuansa verbal dan video klip berbasis simbol. Video klip bernuansa verbal mengambil desain penggambaran yang disesuaikan dengan isi lirik lirik, sedangkan video klip berbahasa simbol tidak mengutamakan keselarasan gambar dan lirik, bahkan tidak ada hubungan akan keduanya (Naratama, 2013).

Video Klip dan Film memiliki relasi dalam sistem pengambilan gambar, menggunakan basis audio-visual, dan merupakan media massa. Video Klip yang merupakan film pendek, menjadi bagian dari film sehingga pemahaman film dapat digunakan dalam video klip. Yang membedakan secara besar adalah fleksibilitas video klip yang tidak perlu terpaku terhadap sistem pengambilan gambar namun menggunakan komposisi dasar pengambilan gambar film.

c. Pesan Moral dalam Video Klip

Sebuah video klip dan film dalam konteks relasional telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Untuk memahami video klip lebih dalam, maka pengertian film pun dapat digunakan. Film menurut Wibowo (2006) adalah suatu alat yang befungsi untuk menyampaikan bermacam pesan kepada khalayak umum dengan menggunakan media cerita, dan dapat diartikan sebagai media ekspresif yang artistik – bagi para seniman dan insan perfilman – untuk mengungkapkan ide dan gagasan cerita yang dimilikinya.

Film merupakan sebuah media komunikasi massa, maka terdapat pesan yang ingin disampaikan didalamnya. Komunikasi massa dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa dan dikelola oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada komunikan dalam skala besar diberbagai tempat, heterogen, dan anonim. Pesan yang disampaikan bersifat umum dan cepat, serentak, serta selintas (Mulyana, 2021). Menurut Pace dan Faules (dalam Mulyana, 2021), tindakan peserta yang terlibat dalam komunikasi didapati dua bentuk umum, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Inti dari

(32)

26 komunikasi menurut mereka adalah penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, yang baik disengaja maupun tidak. Mengambil rujukan tersebut, pemahaman akan sebuah pesan dalam komunikasi ialah penting, sehingga tidak heran jika film selalu terdapat pesan moral didalamnya. Sebagai media yang penyebarannya ditujukan kepada khalayak, mempercepat penyampaian pesan yang ingin disampaikan oleh pelaku film.

Seperti apa yang dikemukakan Laura dalam tesisnya yang berjudul

“The Moral Possibilities of Mass Art”, melihat Aksesibilitas bahasa gambar yang digunakan oleh film berguna sebagai salah satu cara penyampaian pesan yang akan langsung dipahami oleh khalayak. Dengan demikian, film memiliki potensi untuk mendidik secara moral penontonnya dengan menyampaikan perspektif tertentu tentang masalah moral tertentu yang dapat membuat penonton berempati. Dalam terlibat secara imajinatif dengan perspektif etis dengan cara ini, sementara pada saat yang sama mengkritiknya, pemirsa dapat belajar dari skenario yang digambarkan (D’Olimpio, 2008).

Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pesan moral adalah pesan yang mengandung nilai-nilai moral, yaitu nilai-nilai dalam berperilaku baik. Pesan yang disampaikan merupakan sebuah contoh tentang bagaimana seseorang bersikap/berperilaku/bertindak. Dalam video klip, pesan tersebut diterima oleh orang yang menontonnya dan memungkinkan moral dalam diri orang tersebut terpengaruh hingga mendapat sudut pandang baru.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pesan moral utilitarianisme sebagai aspek yang akan diteliti.

2.1.2 Filsafat Moral Utilitarianisme a. Etika dan Moral

Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti cara berpikir, akhlak, kebiasaan, perasaan, dan tempat yang baik. Etika secara terminologis adalah melihat dari sudut baik atau buruk suatu perbuatan manusia (Blackburn, 2021). Dalam istilah filsafat, etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau dapat disebut ilmu tentang adat kebiasaan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), etika adalah ilmu pengetahuan menganai asas-asas akhlak (Mufid, 2009). Etika dalam

(33)

27 pandangan Magnis-Suseno sebagai sarana orientasi bagi upaya manusia untuk mampu menjawab suatu pertanyaan yang begitu fundamental Etika bertujuan untuk membantu manusia dalam menentukan tindakan dalam hidup, agar manusia dapat mempertanggungjawabkan kehidupannya, dan mengerti sendiri mengapa manusia harus bersikap seperti ini maupun seperti itu (Magnis- Suseno, 2019). Etika merupakan pemikiran sistematis tentang moralitas, yang dihasilkan secara langsung terhadap suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Secara historis, etika sebagai upaya filsafat lahir karena keruntuhan tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani pada 2500 tahun yang lalu.

Karena suatu pandangan baik dan buruk saat itu mulai tidak dipercayai, filsuf- filsuf kala itu mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi perilaku manusia, untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai sebuah kewajiban (Magnis-Suseno, 2019).

Etika dibagi kedalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang kebaikan dan kewajiban moral, kumpulan asas yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu masyarakat ataupun golongan (Mufid, 2009). Untuk mencapai suatu pendirian dalam pandangan- pandangan moral, refleksi kritis etika dibutuhkan, karena etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika berusaha menjernihkan permasalahan moral dengan menuntut ungkapan pendapat-pendapat moral dipertanggungjawaban (Magnis-Suseno, 2019). Etika sering disebut sebagai filsafat moral, merupakan cabang yang membicarakan tindakan manusia dalam hubungannya dengan tujuan utama kehidupannya. Etika membahas baik-buruk atau benar-salah tingkah laku dan tindakan manusia sekaligus menyoroti kewajiban sebagai makhluk hidup yang berakal, yaitu sebagai manusia (Mufid, 2009). Etika menyelidiki dasar semua norma moral, sehingga etika mampu dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Dalam etika deskriptif, etika memberi gambaran dari indikasi kesadaran moral, dari norma dan konsep- konsep yang etis. Sedangkan etika normatif berbicara apa yang sebenarnya harus atau wajib merupakan tindakan manusia, dengan menilai norma-norma setiap manusia ditentukan (Mufid, 2009).

Untuk memahami moral, perlu membedakan etika dan moral terlebih dahulu, sehingga pemaparan etika diatas adalah cara peneliti dalam memahami

(34)

28 moral. Magnis-Suseno (2019) menjelaskan etika sebagai sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Konsep yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bersikap, dan berperilaku, adalah moral. Lanjutnya, moral dapat diibaratkan seperti buku panduan bagaimana pengendara harus memperlakukan sepeda motor dengan baik, sedangkan etika memberikan pengendara sebuah pengertian mengenai sebuah struktur dan teknologi pada sepeda motor itu sendiri. Sehingga pemahaman singkat moral adalah sebuah ajaran yang menentukan manusia dalam berperilaku/bersikap. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia, dan moral merupakan bidang kehidupan manusia ditinjau dari segi kebaikannya sebagai manusia (Magnis-Suseno, 2019). Mufid (2009) memaparkan dua kaidah dasar moral, kaidah sikap baik dan kaidah keadilan. Kaidah sikap baik pada dasarnya menuntun manusia dalam bersikap baik terhadap apapun dengan bagaimana sikap baik tersebut dinyatakan dalam bentuk yang konkret. Dalam kaidah keadilan, adalah kesamaan yang masih mempertimbangkan kebutuhan orang lain, yaitu kesamaan beban yang dipikul harus sama dan disesuaikan dengan kadar masing-masing.

Kata moralitas dan moral sering disandingkan bersamaan. Secara sederhana, moralitas adalah sifat moral atau nilai yang berkenaan dengan baik- buruk (Mufid, 2009). Magnis-Suseno (2019) membagi moralitas (sifat moral) menjadi empat, yaitu kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip- prinsip moral dasar. Kebebasan adalah kemampuan manusia dalam menentukan dirinya sendiri. Moralitas, hanya ada dalam diri manusia karena manusia itu bebas. Manusia mempergunakan kebebasan di bawah bobot kewajiban yang besar, sehingga manusia semakin bebas apabila semakin bertanggung jawab. Louis (dalam Mufid, 2009) memaparkan batasan untuk implementasi kebebasan dan tanggung jawab sosial melalui pencarian prinsip, salah satunya adalah prinsip moral. Prinsip ini mengukur baik-buruk ditentukan oleh masyarakat, bukan oleh individu. Karena kebaikan individu tidak akan berarti bila masyarakat menyatakan hal tersebut sebagai keburukan, begitu pun sebaliknya. Dalam mengukur kebaikan manusia, tolak ukur/penilaian yang dipakai oleh masyarakat disebut sebagai norma moral.

Penilaian moral selalu berbobot, karena nilai dilihat bukan dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia (Magnis-Suseno, 2019). Magnis-Suseno (2019)

(35)

29 menambahkan bahwa penilaian moral bukan hanya masalah perasaan, tetapi masalah kebenaran objektif. Dalam Mufid (2009), penilaian tersebut dipahami sebagai prinsip kesadaran moral. Kesadaran moral identik dengan universalitas, yaitu berlaku umum. Kesadaran moral yang dewasa, meninjau dari sensor perasaan bersalah (Superego) yang sehat dengan berpedoman pada kesadaran nilai dari kemampuan menyesuaikan diri dengan apa yang dinilainya sebagai tepat (Magnis-Suseno, 2019). Setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam prinsip kesadaran moral, yakni sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri. Prinsip keadilan dan hormat pada diri sendiri adalah bentuk syarat pelaksanaan sikap baik, sedangkan prinsip sikap baik merupakan dasar mengapa individu bersikap adil dan hormat (Mufid, 2009).

Melalui kaidah sikap baik yang dipaparkan Mufid (2009), selaras dengan moralitas hati nurani. Hati nurani merupakan kesadaran moral manusia dalam situasi konkret. Pusat kepribadian manusia yang disebut hati, menyadari apa yang sebenrnya dituntut dari diri manusia. Secara moral, akhirnya manusia pun harus menentukan sendiri apa yang wajib untuk dilakukan sebagai kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalani hidup tanpa dipengaruhi secara buta tuntutan ideologi orang lain ataupun masyarakat (Magnis-Suseno, 2019). Moralitas menjadi jelas artinya setelah menjabarkan bagiannya, sehingga dapat ditarik garis besar bahwa moralitas ialah sikap hati di diri manusia yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terdapat dalam sikap yang baik, karena manusia sadar akan kebebasan dan tanggung jawabnya. Maka, moralitas merupakan sikap dan perbuatan baik yang sebenar- benarnya tanpa pamrih, hanya moralitas yang bernilai secara moral (Magnis- Suseno, 2019). Namun untuk mencapai kesatuan paham moral, seorang individu harus bersedia untuk menempati “titik pangkal moral” atau “the moral point of view”. Dimaksudkan, bahwa individu tersebut harus bersedia untuk mengambil sikap moral, sehingga tercapailah dasar untuk bersama-sama dalam mencari penilaian yang tepat. Mengambil titik pangkal moral hanya mungkin jika individu memiliki kepribadian yang kuat dan matang (Magnis-Suseno, 2019). Untuk mencapai tahap itu, Magnis-Suseno (2019) memberikan opsi untuk memiliki kepribadian yang kuat dan matang (disebut sebagai tekad moral), yaitu kemurnian hati dan rasa. Melalui kemurnian hati, manusia

Referensi

Dokumen terkait

 Dosen memberikan soal latihan untuk memantapkan kemampuan mereka terhadap materi yang selesai dipersentasikan. Penutup  Bersama mahasiswa merangkum

Spektrum FTIR Minyak Pelumas Berdasarkan Gambar 2 diatas sebagai parameter untuk analisa FTIR didapat bahwa reaksi yang terjadi pada minyak pelumas

Kehadiran bangsa asing di Maluku yang diawali oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad XVI, dan kemudian bangsa Belanda pada abad XVII, telah membuat

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta tentang bijak berinternet dan bersosial media, serta mampu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari cuitan Puisi “Doa yang ditukar” , Fadli Zon menggambarkan bahwa lawan politiknya dalam masa kampanye telah menggunakan

Pada kondisi cekaman kekeringan Pemberian bahan organik meningkatkan pertambahan tinggi dan diameter batang bibit tanaman karet pada perlakuan B2 (TKKS 600

Investasi untuk memperoleh aset tetap merupakan pengeluaran jumlah yang terbesar dalam perusahaan industri.Investasi dalam aset tetap ini dapat dilakukan dengan cara

Peraturan ini merupakan peraturan yang dikhususkan bagi para pelaku usaha UMKM dan sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui