• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.7. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE), analisis koresponden dan Analisis Shift Share dan Analisis Location Quetiont (LQ).

3.7.1. Analisis Deskriptif dan Skoring

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dasar-dasar pertimbangan dibentuknya Kabupaten Raja Ampat dari Kabupaten Sorong, meliputi syarat administrasi, syarat teknis dan syarat fisik wilayah.

Namun pada penelitian ini hanya menggunakan syarat teknis sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.

Persyaratan tersebut dinilai dengan menggunakan sistem scoring yang terdiri darn 3 rnacam metode yaitu : (1) metode A (metode rata-rata), (2) metode B (metode distribusi.), dan (3) metode C (metode kuota). Metode A adalah metode yang rnernbandingkan besaran/nilai tiap daerah terhadap nilai rata-rata keseluruhan daerah. Semakin dekat dengan nilai rata-rata tertimbang keseluruhan daerah induknya semakin besar nilai skornya, yang berarti kesenjangan antar

daerah semakin berkurang. Metode B adalah metode rata-rata yang mempertimbangkan distribusi data. Perhitungan skor dengan metode ini disesuaikan dengan kemampuan dan keruncingan kurva sebaran data. Metode C adalah metode yang menggunakan angka tertentu sebagai kuota penentu skoring. Metode ini ditetapkan pada data jumlah penduduk dan untuk daerah perkotaan saja, misalnya semakin mendekati 150.000 jiwa semakin tinggi nilai skornya.

3.7.2. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi, kapasitas fiskal daerah dengan menggunakan data-data Produk Domestik Bruto (PDRB), Pendapatan Daerah dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD sebelum dan setelah pemekaran untuk Kabupaten Sorong dan setelah pemekaran untuk Kabupaten Raja Ampat. Penekanan dalam analisis ini adalah pada laju pertumbuhan PDRB dan Pendapatan Daerah.

a. Laju pertumbuhan PDRB Menggunakan rumus

... (1)

Dimana :

LPPDRBt = laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t

PDRBt = angka PDRB pada tahun ke-t

PDRBt-1 = angka PDRB pada tahun ke-t-1

b. Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah (PD)

... (2)

Dimana :

LPPDt = laju pertumbuhan Pendapatan Daerah pada tahun ke-t

PDt = angka Pendapatan Daerah pada tahun ke-t

PDt-1 = angka Pendapatan Daerah pada tahun ke-t-1

% 100 1 1 x PDRB PDRB PDRB LPPDRB t t t t − − − = % 100 1 1 x PD PD PD LPPD t t t t − − − =

3.7.3. Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE)

Prinsip yang digunakan dalam analisis IDE adalah semakin beragam aktifitas ekonomi atau semakin luas jangkauan spasialnya, maka semakin tinggi nilai IDEnya. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Analisi IDE ini digunakan untuk data PDRB dan Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong sebelum dan setelah pemekaran serta Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran.

a. Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE) PDRB

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan jenis lapangan usaha / sektoer PDRB sesudah pemekaran dengan membandingkan pada kondisi sebelum pemekaran. Adapun sektor-sektor yang akan diamati meliputi (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengelolahan, (4) bangunan / konstruksi, (5) listrik dan air minum, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta (9) jasa-jasa.

Analisis ini menggunakan formula yang dibangun oleh Saefulhakim (2003) sebagai berikut berikut :

... (3)

Dimana :

Pi = proporsi PDRB sektor ke-i terhadap total PDRB n = jumlah sektor

= Xi Xi Pi

Xi = persentase masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB

Untuk menjustifikasikan tingkat perkembangan, maka ada ketentuan bahwa jika Indeks Diversitas Entropy (IDE) PDRB semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata.

Pi Pi IDEPDRB n i ln 1

= − =

b. Analisis Indeks Diversitas Entropi (IDE) Pendapatan Daerah (PD)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sumber-sumber Pendapatan Daerah sesudah pemekaran yang meliputi (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan serta (3) Penerimaan lainnya. Analisis ini menggunakan formula yang dibangun oleh Saefulhakim (2003) sebagai berikut berikut:

... (4)

Dimana :

Pi = proporsi sumber-sumber PD terhadap total PD n = jumlah sektor

= Xi Xi Pi

Xi = persentase masing-masing sumber-sumber PD terhadap total PD

Untuk menjustifikasikan tingkat perkembangan, maka ada ketentuan bahwa jika Indeks Diversitas Entropy (IDE) Pendapatan Daerah semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata.

3.7.4. Analisis Komparatif dan Kompetitif Wilayah

Analisis komparatif dan kompetitif wilayah dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dari masing-masing sektor atau sub sektor di Kabupaten Raja Ampat. Untuk mengkaji basis ekonomi atau keunggulan komparatif dan juga mengetahui keunggulan kompetitif wilayah dapat dilihat dari kontribusi tiap-tiap sektor atau sub sektor tersebut terhadap perekonomian wilayah dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis Shift Share dan analisis Location Quetiont (LQ).

3.7.5.1. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share menggambarkan besarnya kontribusi suatu sektor terhadap pembentukan PDRB Wilayah Kabupaten Raja Ampat dalam satu tahun, yang dirumuskan : Share i ... (5) Pi Pi IDEPD n i ln 1

= − = % 100 x PDRB NTBi =

Dimana :

Share i = Kontribusi sektor i terhadap PDRB pada daerah yang dianalisa NTB j = Nilai tambah bruto sektor j pada daerah yang dianalisa

PDRB = PDRB pada daerah yang dianalisis

Sedangkan untuk melihat terjadinya pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Raja Ampat dalam hubungannya dengan perekonomian Provinsi Papua Barat, dalam Analisis Shift Share terdapat tiga komponen, yaitu : Provincial Share, Proportional Share, dan Differential Share.

Provincial Share (SP), yaitu menggambarkan share wilayah Kabupaten Raja Ampat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat, dengan formula :

R ... (6)

Dimana :

R = Provincial Share/Expected Growth Ero = PDRB Kabupaten Raja Ampat tahun awal Eno = PDRB Provinsi Papua Barat tahun awal Ent = PDRB Provinsi Papua Barat tahun akhir

Proportional Share (SP), yaitu menggambarkan pergeseran dari nilai tambah bruto sektor di Kabupaten Raja Ampat yang dipengaruhi oleh sektor yang sama, serta PDRB di Provinsi Papua Barat, dengan formulasi;

SP ... (7)

Dimana :

SP = Proportional Share

Eiro = NTB sektor (i) di Kabupaten Raja Ampat tahun awal Eino = NTB sektor (i) di Provinsi Papua Barat tahun awal Eint = NTB sektor (i) di Provinsi Papua Barat tahun akhir Eno = PDRB di Provinsi Papua Barat tahun awal

Ent = PDRB di Provinsi Papua Barat tahun akhir

Differential Share (SD), yaitu perbedaan antara pertumbuhan aktual Kabupaten Raja Ampat yang dipengaruhi oleh sektor (i) di Provinsi Papua Barat, dengan formulasi; SD ... (8) ro no nt ro E E E E ⎟⎟. ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = no nt no i nt i ro i E E E E E

=

(

)

− = no i nt i ro i rt i E E E E

Dimana :

SD = Differential Share

Eiro = NTB sektor (i) di Kabupaten Raja Ampat tahun awal Eino = NTB sektor (i) di Provinsi Papua Barat tahun awal Eirt = NTB sektor (i) di Kabupaten Raja Ampat tahun akhir Eint = NTB sektor (i) di Provinsi Papua Barat tahun akhir

Selanjutnya hubungan dari ketiga komponen tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

G = R + S ... (9) Dimana :

G = Pertumbuhan aktual Kabupaten Raja Ampat R = Provinsial Share

S = Total Shift Share (SP + SD)

3.7.5.2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis lain dari perekonomian wilayah adalah analisis Location Quotient (LQ), tujuannya adalah untuk melihat dan dapat menentukan sektor basis atau sektor non basis dari suatu wilayah perencanaan serta dapat mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Raja Ampat, formulasinya adalah :

... (10)

Dimana :

LQ = Location Quotient

NTBik = NTB sektor (i) di Kabupaten Raja Ampat NTBip = NTB sektor (i) di Provinsi Papua Barat PDRBk = Total PDRB di Kabupaten Raja Ampat PDRBp = Total PDRB di Provinsi Papua Barat

Untuk mengetahui kontribusi pariwisata bahari terhadap perekonomian wilayah sebelum dan sesudah pemekaran yaitu dengan menjumlahkan PDRB dari sub sektor hotel, restoran, sub sektor hiburan dan rekreasi.

3.7.5.3. Penentuan Sektor Unggulan dan Prioritas

Untuk menentukan sektor atau subsektor unggulan yang dijadikan prioritas di Kabupaten Raja Ampat, maka dibuat matrik gabungan dari beberapa pendekatan (seperti pendekatan laju pertumbuhan ekonomi, pendekatan Location

p ip k ik PDRB NTB PDRB NTB LQ=

Quatient, dan pendekatan Shift Share, dan masing-masing diberikan penilaian. Dengan adanya penggabungan akan membantu menentukan strategi yang tepat dalam menentukan strategi perekonomian (Patria, 1999 disita Rompon, 2006).

Dari ketiga analisis tersebut, kemudian disusun tiga macam tingkatan, yaitu menurut kelompok sektro lapangan usaha, menurut sektor lapangan, dan menurut sub sektor lapangan usaha. Tujuan adalah untuk melihat penekanan pengembangan perekonomian, karena perekonomian biasanya dikembangkan menurut prioritas yang dilihat dari tiga tingkatan di atas, sehingga jelas mana yang akan diprioritaskan jika penekanan perekonomian dilakukan terhadap tingkatan tersebut. Karena masing-masing pendekatan tersebut mempunyai pengaruh yang tidak sama dalam penentuan strategi pengembangan maka untuk memudahkan penafsiran, untuk itu diberikan bobot pada masing-masing pendekatan tersebut.

Untuk pendekatan laju pertumbuhan diberikan empat macam kriteria yaitu laju pertumbuhan tinggi, laju pertumbuhan sedang dan laju pertumbuhan rendah dan laju pertumbuhan negatif. Masing-masing tingkatan tersebut diberikan nilai antara lain, laju pertumbuhan tinggi yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya di atas 8,50% diberikan bobot tiga, laju pertumbuhan sedang yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya antara 7% sampai 8,49% diberikan bobot dua, laju pertumbuhan rendah yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya antara 0,01% sampai 6,99% dan laju pertumbuhan negatif yaitu sektor atau sub sektor yang laju pertumbuhannya negatif diberian bobot nol.

Selanjutnya menurut pendekatan Location Quatient maka dibagi menjadi tiga kriteria. Kriteria pertama jika sektor basis yaitu sektor atau sub sektor yang nilai Location Quatient nya besar dari satu diberikan bobot dua (2), kriteria kedua yaitu sektor atau sub sektor non basis tetapi mendekati basis dengan nilai 0,80 sampai 0,99 diberikan bobot satu (1), dan kriteria ketiga yaitu sektor atau sub sektor non basis yang tidak mendekati basis yaitu nilai Location Quatient nya di bawah 0,80 berikan bobot nol (0).

Kemudian melalui pendekatan Shift Share diberikan dua macam kriteria untuk masing-masingnya yaitu pendekatan Proportional Share atau Differential Share nilainya positif maka masing-masing akan diberikan bobot dua, sedangkan jika nilainya negatif maka masing-masing akan diberikan bobot nol.

3.7.5. Analisis Strategi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Bahari

Strategi pengembangan dan pengelolaan pariwisata bahari di Kepulauan Raja Ampat dianalisis dengan menggunakan metode kekepan atau analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data deskriptif (studi literatur) dengan pendekatan matrik SWOT. Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal terlebih dahulu (Rangkuti 2004), yaitu menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pariwisata bahari di Raja Ampat (Tabel 3):

Tabel 3. Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor strategi internal A . Kekuatan

B. Kelemahan

Setelah faktor strategi internal didapatkan, lalu dilakukan penyusunan terhadap tabel strategi eksternal (Tabel 4) untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal pengelolaan kawasan pariwisata bahari, yaitu menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman pariwisata bahari di Raja Ampat.

Tabel 4. Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor strategi eksternal A. Peluang

B. Ancaman

Langkah selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal dalam diagram matrik SWOT (Tabel 5). Diagram matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapai dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Tabel 5. Diagram Matrik SWOT Faktor Strategi Internal

Faktor Strategi Eksternal

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Strategi WO

Keterangan:

a. Strategi SOt dibuat berdasarkan pemikiran dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST, Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimilki untuk mengatasi ancaman yang ada

c. Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan.

d. Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths} dan peluang (opportunities) suatu kegiatan, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), analisis ini dikatakan analisis situasi. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats (Rangkuti 2004). Hasil analisis ini menghasilkan Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata bahari yang terpadu dan berkelanjutan.

Data analisis SWOT diperoleh dari data sekunder atau studi literatur dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), BPS, Dinas pariwisata dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

3.7.6. Analisis Koresponden (Correspondence Analysis)

Analisis Koresponden (Correspondence Analysis) digunakan untuk melihat persepsi masyarakat tentang kondisi yang dialami sebelum dan setelah pemekaran. Correspondence analysis merupakan sebuah teknik deskriptif yang didesain untuk menganalis tabel sederhana dua arah (simple two-way) atau multi arah (multi-way) yang berisi berapa ukuran korespondensi antara baris dan kolom. Dalam correspondence analysis, sebuah tabel crosstab dari data frekuensi mula- mula distandarisasi sedemikian, sehingga frekuensi relatif dari semua sel apabila dijumlahkan sama dengan 1.0. Salah satu cara untuk menyatakan hasil dari analisis ini adalah dengan menampilkan tabel frekuensi relatif tersebut dalam bentuk jarak antara individual data berdasarkan data baris dan kolom dalam satu dimensi ruang 2 dimensi.

Perhitungan dalam teknik analisis ini dapat diuraikan seperti yang telah disampaikan oleh Greenacre (1984) diacu Lumbessy (2005). Perhitungan detail dari teknik adalah didasarkan pada matriks berikut :

P : merupakan matrik dari frekuensi relatif, dimana masing-masing elemen dari P dihitung berdasarkan nilai frekuensi dari tabel input dibagi dengan jumlah total dari semua nilai

r : merupakan nilai vektror dari total baris matrik P c : merupakan nilai vektor dari total kolom matrik P

Dr : merupakan matrik diagonal, dimana elemen diagonal dari Dr sama dengan total baris dari P

Dc : merupakan matrik diagonal, dimana elemen diagonal dari Dc sama dengan total kolom dari P

Komputasi terhadap kordinat baris dan koordinat kolom didasarkan pada nilai singular dari matriks P, dimana :

P = A DuB̉’ ... (11) Sehingga

A inverse (Dr)A = B’inverse(Dc) = 1 ... (12) dimana A adalah matriks vektor singular sisi kiri (left side generalized vektors), B adalah matrik vektor singular sisi kanan (right side generalized vectors), Du adalah matrik diagonal dengan elemen diagonal sama dengan nilai singular (generalized singular values), dan 1 merupakan matrik identitas (sebuah matrik diagonal dengan nilai 1 sebagai nilai diagonal).

Kemudian koordinat baris dihitung berdasarkan matrik baris R = inverse (Dr)P, dan koordinat kolom dihitung berdasarkan koordinat kolom seperti halnya koordinat baris. Secara spesifik, koordinat baris dihitung sebagai F = inverse(Dr)Adu, dan koordinat kolom sebagai G = inverse (Dc)Bdu. Pilihan ini sangat sesuai apabila kita ingin menginterpretasi variabel berdasarkan jarak baris dan jarak kolom (jarak antara dua koordinat yaitu dari sisi baris dan kolom adalah jarak chi-square).

Dalam penelitian ini teknik perhitungan di atas digunakan untuk mengetahui pola asosiasi antara karakteristik stekeholders atau responden dengan persepsi mereka mengenai Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran. Persepsi ini

akan dikelompokkan menjadi persepsi mengenai tingkat pendapatan, pelayanan pemerintah, partisipasi masyarakat, fasilitas umum dan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran.

3.7.7. Uji Validasi

Uji validasi dalam penelitian ini adalah uji validasi konstruk (construct validity) adalah validasi yang mempertanyakan apakah butir-butir pertanyaan dalam instrumen telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Menurut Juanda (2007), jika sebuah item pertanyaan bersifat valid (mengukur peubah yang sesungguhnya ingin diukur) maka seharusnya dia berkorelasi sangat tinggi dengan item pertanyaan lain. Validasi sebuah item pertanyaan diukur menggunakan korelasi antara skor pertanyaan tersebut (Xj) dengan total skor

tanpa melibatkan pertanyaan yang ingin diperiksa (Y-Xj).

Untuk memudahkan dalam pembuatan kuisioner untuk masing-masing indikator, dapat dibuat dalam Tabel 6 seperti di bawah ini.

Tabel 6. Indikator dalam Kuisioner Penelitian Variabel Penelitian Komponen (indikator)

yang diukur

Item soal (indikator) dalam kuisioner Dampak pemekaran (Tingkat Kesejahteraan) - Bidang Ekonomi - Pelayanan Pemerintah - Partisipasi Masyarakat - Fasilitas Umum - Lingkungan Hidup 1,2,3 4,5 6,7,8,9,10 11,12,13,14,15 16

Misalkan pertanyaan untuk soal nomor 1 untuk indikator di bidang ekonomi: Setelah pemekaran bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan Anda?

Jawaban yang disediakan : 1 = menurun (skor = 1)

2 = tidak ada perubahan (skor = 2) 3 = meningkat (skor = 3)

Misalkan :

Xi : skor untuk item soal ke-i dalam kuisioner. i = 1, 2, ...16

Yi : total skor untuk item-item soal yang digunakan mengukur dampak pemekaran

= = 16 1 i Xi Y

Uji validasi sebuah item pertanyaan diukur menggunakan korelasi antara skor pertanyaan tersebut (Xi) dengan total skor tanpa melibatkan pertanyaan yang

ingin diperiksa (Y-Xi). Rumus korelasi pearson atau product moment, yaitu :

(

)( )

(

)(

)

− = 2 2 2 2 ) ( ) ( X n Z Z X n Z X XZ n rhitung Dimana :

r hitung = angka korelasi

n = jumlah responden

X = skor pertanyaan yang diuji validasinya

Z = skor total tanpa melibatkan pertanyaan yang dikaji (Y-X)

Jika korelasinya nyata, maka item pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengukur peubah disiplin kerja. Jika korelasinya tidak nyata, maka item pernyataan tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur peubah disiplin kerja. Item pertanyaan ini dapat dibaung atau diperbaiki, jika diperbaiki untuk dipertahankan, item ini harus diji lagi keabsahannya. Untuk data ordinal, sebaliknya menggunakan koefisien korelasi (rank) Spearman, dengan rumus berikut : ) 1 ( 6 1 2 2 − − =

n n d rs i

Dimana : rs = koefisien koreasi Rank Spearman

Di2 = selisih antara rank bagi Xi dan Zi

n = banyaknya pasangan data

Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya :

r = +1 berarti hubungan X dan Z sempurna positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif).

r = -1 berarti hubungan X dan Z sempurna negatif (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif).

Dokumen terkait