• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian sangat dibutuhkan, karena pada tahap ini data yang sudah ditetapkan atau dikumpulkan kemudian dianalisis. Moleong (1989: 112) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Hal ini sejalan dengan Bogdan & Biklen dalam Syamsuddin (2007: 110) yang mengatakan bahwa analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain. analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain.

Berdasarkan kedua pengertian kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan kegiatan penggolongan atau pengorganisasian data yang sudah dikumpulkan sesuai jenisnya. Misalnya saja peneliti melakukan penelitian terhadap deiksis, maka data yang telah dikumpulkan itu digolongkan atau dikategorikan sesuai jenis-jenisnya (data yang mengandung deiskis persona digolongkan atau dikelompokkan dengan deiksis persona, data yang mengandung

deiksis waktu digolongkan/dikelompokkan dengan deiksis waktu, dan sebagainya), sehingga dapat tersusun dan tergolong dengan baik data itu sesuai jenisnya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Moleong (1989: 113) yang mengatakan bahwa pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengkategorikanya.

Menurut Sudaryanto (2015: 7) tahap analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan Nampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan “membedah” atau mengurai dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu. Hal ini juga membuktikan dalam analisis data, metode dan teknik sangat dibutuhkan. Sudaryanto (2015: 9) mengatakan bahwa teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode. Sudaryanto (2015: 9) mengatakan bahwa metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan.

Sudaryanto (2015: 17) menjelaskan bahwa metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih. Metode agih memiliki alat penentu berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri, dengan rangka kerja selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, titinada, dan yang lainnya. Metode padan memiliki alat penentuya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan/ metode padan digunakan karena bahasa yang diteliti memang sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahsa yang bersangkutan bagaimana sifat hubungan itu. Metode padan dibagi menjadi lima jenis yaitu referensial (alat

penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk atau diacu oleh bahasa/referent bahasa), fonetis artikulatoris (alat penentunya organ pembentuk bahasa atau organ wicara), translasional (alat penentunya berupa bahasa lain, suatu penentuan bahwa verba atau kata kerja bahasa Indonesia ialah kata yang dalam bahasa Inggris, Prancis, atau bahasa Indo-Eropa lainnya dikonjungsikan), ortografis (penentuan sampai bahwa kalimat ialah satuan lingual yang dalam bentuk tulisan/latin diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, dan sebagainya, lebih analisis kesintaksis), dan pragmatis (penentuan kalimat bahwa kalimat perintah atau kalimat inperatif ialah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya dan sampai pada penentuan bahwa kalimat efektif ialah kata yang bila diucapkan menimbulkan akibat emosional tertentu pada mitra wicaranya/lebih ke mitra wicara).

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dalam analisis data penelitian ini, menggunakan metode padan karena karena bahasa yang diteliti memang sudah memiliki hubungan dengan hal-hal di luar bahasa yang bersangkutan bagaimana sifat hubungan itu. Kemudian karena metode padan memiliki lima sub jenis, maka peneliti menggunakan metode padan pragmatis karena alat penentunya berupa mitra wicara. Yang memiliki arti bahwa maksud sebuah tuturan yang diungkapkan oleh penutur tergantung dari penafsiran dari mitra wicara/mitra tutur. Maka, dalam hal ini situasi saat dituturkannya tuturan itu menjadi hal yang penting dalam menentukan tafsiran/penentuan maksud oleh mitra tutur/mitra wicara. Jika digambarkan, peneliti dalam penelitian ini memiliki posisi sebagai mitra wicara/mitra tutur dari penulis opini di rubrik opini harian Koran Tempo

edisi September-Desember 2015. Maka, agar peneliti mengetahui maksud dari penutur/penulis khususnya tuturan/kalimat yang mengandung ungkapan deiksis, peneliti harus mampu menafsirkan berdasarkan pengetahuan peneliti berdasarkan konteks tuturan.

Tenik analisis data penelitian ini adalah teknik analisis dekriptif. Analsis deskriptif adalah analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan pada tabel tersebut (Nurastuti, 2007: 130). Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini menggunakan teknik analisis desriptif karena peneliti melakukan penjebaran terkait hasil pengumpulan data dalam bentuk tabel yang kemudian dijabarkan secara panjang lebar dalam bentuk kalimat.

Secara garis besar, berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data dalam penelitian ini.

(1) Peneliti mengklasifikasikan (mengelompokkan atau menggolongkan) data temuan deiksis yang berasal dari rubrik opini di harian Koran Tempo edisi September-Desember 2015 yang didasarkan jenis deiksis sesuai dengan jenis deiksis dari teori Bambang Kaswanti Purwo yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia.

(2) Peneliti memberikan interpretasi berupa penjelasan terkait konteks dari masing-masing deiksis yang berasal dari rubrik opini harian Koran Tempo edisi September-Desember 2015 agar mengetahui maksud deiksis, dengan cara peneliti memposisikan diri sebagai mitra

wicara dari data yang mengandung ungkapan deiksis dengan melihat konteks dari tuturan/kalimat yang mengandung deiksis.

(3) Peneliti juga memberikan interpretasi/menentukan maksud rujukan dari masing deiksis berdasarkan konteks tuturan dari masing-masing deiksis pada rubrik opini di harian Koran Tempo edisi September-Desember 2015.

(4) Peneliti mendeskripsikan atau menjabarkan beberapa sampel dari wujud deiksis dan maksud rujukan deiksis yang telah disetujui oleh triangulator pada bab pembahasan.

Dokumen terkait