• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA II Indrawan Abdurahman

METODE KONSELING

Perihal Tahun Baru Imlek dan Mendoakan Orangtua non Islam

Saya seorang muallaf, saya seorang keturunan tionghoa.. yang saya mau tanya.. 1. Sekarang saya seorang muslim, sebentar lagi kan tahun baru imlek, masih

boleh kah saya merayakan itu?

2. Ibu saya sudah meninggal, boleh kah saya mendoakan dia, sedangkan ibu saya non muslim?

Terima Kasih.. whien - Jakarta

Wa‟alaikumsalam,

Jawaban 1

Masyarakat Tiongkok di daratan pada awalnya adalah masyarakat agraris yang kehidupannya sangat tergantung pada iklim dan kesuburan tanah. Daratan Tiongkok memiliki 4 macam iklim yang berbeda (musim Semi, Panas, Gugur dan Dingin), maka para petani sangat mengandalkan pengetahuan iklim untuk melakukan rutinitas pertanian, dan para nelayan yang hidup disepanjang pantai serta pelayaran perlu mengetahui keadaan cuaca dengan benar pula, kebutuhan kehidupan inilah yang mendesak manusia untuk memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim dan menjadi sangat vital. Dengan demikian, perayaan Imlek pada awalnya dimaknai sebagai rasa syukur mansyarakat agraris Tiongkok karena telah lepas dari musim Dingin dan memasuki musim Semi yang baik untuk pertanian. Akurasi penanggalan ini dapat dilihat antara lain pada saat Bulan Purnama yang selalu tepat jatuh pada tanggal 15.

Disamping itu Laksaman Cheng Ho (Zheng He) yang berawal dari tahun 1405 sampai 1433, melakukan pelayaran yang sangat spektakuler pada zaman itu,

dengan armada yang sangat besar (300 buah Kapal dan 28.000 Awak kapal), telah melakukan 7 (tujuh) kali Muhibah Bahari sampai ke benua Afrika, bahkan dinyatakan telah mendarat di benua Amerika 87 tahun sebelum Columbus

(menurut buku ”1421” karangan mantan Kapten AL. Gavin Menzies dari Inggris),

juga menggunakan jadwal pelayaran yang berdasarkan pada perubahan iklim dan arah angin dari petunjuk penanggalan Imlek ini, sehingga jadwal setiap kali keberangkatan dan kembali dari muhibah tersebut selalu jatuh pada waktu yang hampir bersamaan.

Kesimpulannya: Bagi kita muslim Tionghoa, merayakan Imlek itu diperbolehkan. Jika kita mau mengisinya dengan nilai-nilai keagamaan harus dengan cara yang sesuai dengan syariat atau aturan-aturan dalam Islam artinya tidak melanggar dari ajaran-ajaran Islam seperti dengan mengadakan syukuran atau dengan shalat 2 rakaat sebagai ucapan syukur, dan lain-lain yang penting apa yang kita buat itu adalah untuk mendekatkan diri pada Allah. Bila dikaji sejarah Imlek ini tak ada kaitan dengan kepercayaan/agama. Salah satu sebab penanggalan yang digunakan untuk memudahkan manusia (terutama di China) dalam kehidupan dimana manusia harus mengetahui tentang perubahan iklim untuk menjalankan kehidupan ini.

Jawaban 2

Berdoa adalah suatu perbuatan yang sangat Allah suka, karena itu adalah hubungan antara hamba dengan Allah, dimana kita sebagai hamba memang boleh meminta apa saja kepada Allah untuk kebaikan Makhluk itu sendiri. Dalam hadist

dikatakan ”Doa itu adalah senjata orang mukmin”

Dalam hal mendoakan orang tua kita yang sudah meninggal tapi non muslim jika untuk anda itu suatu kepuasan batin anda, silahkan lakukan walaupun menurut syariat Islam, tidak akan sampai tetapi Allahkan Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Doa untuk orang tua adalah salah satu bukti kebaktian (uhauw), pengabdian kita kepada orang tua. Tetapi ada cara selain itu yaitu kita teruskan

cita-citanya yang belum tercapai, pelihara dan jaga hubungan baik dengan teman-teman dan kerabat orang tua kita serta jaga nama baik orang tua kita. Kecuali doa kita ketika orang tua kita belum meninggal, masih ada harapan agar mereka dapat hidayah dan keselamatan dari Allah SWT.

Memeluk Islam sebab Suami dan Bagaimana Hubungan Keluarga serta Ibadah

Saya adalah seorang mualaf.Alasan utama saya memeluk Islam adalah supaya seagama dengan suami & anak saya yang baru berusia 1.5bln Saya ingin membentuk keluarga yang bahagia & damai, tidak seperti keluarga dimana saya tumbuh & berkembang.

Bagaimana cara supaya keluarga besar saya bisa memahami kepindahan agama saya & saya tetap dianggap sebagai keluarga? Karena agama Islam merupakan hal \"asing\" bagi keluarga besar saya, walaupun mereka memeluk agama lain, tapi hanya sebatas KTP saja. Untuk sehari-hari, lebih memakai adat Cina

Selain itu,saya juga ingin benar-benar beribadah, hanya saja agak sulit bagi saya untuk menghafal doa-doa, karena dalam bahasa Arab.

Wa‟alaikum salam wr wb

JAWAB

Niat anda sebagai seorang isteri sangat tepat dan mulia apalagi jika suami anda seorang suami yang soleh dan berprospek ke masa depan.Sangat wajar jika keluarga anda dari etnis Tionghoa bersikap seperti itu kepada orang Indonesia termasuk kepada orang Islam. Itu warisan colonial Belanda dan sebagai rasa kecintaan berupa kekuatiran yang tidak ada pengetahuannya keluarga etnis

Tionghoa tentang agama Islam. Mereka menyamakan agama Islam dengan orang-orang Islam, yang kebanyakan terlihat orang-orang-orang-orang Islam perilakunya tidak baik. Padahal antara agama Islam dan orang Islam sangat berbeda sekali.

Mengenai kesulitan anda dalam beribadah, anda harus tahu bahwa dalam

Al Quran S.Al Haji :78 “ Berjuanglah kamu pada agama Allah dengan sebenar -benar perjuangan. DIA telah memilih kamu dan tidak menjadikan atas kamu

kesukaran dalam agama” Dari ayat tersebut jelas bahwa anda telah dipilih menjadi

muslimah dan dalam mengabdi kepada-Nya kamu harus berjuang. Memang agama Islam adalah agama berjuang, “Apakah manusia mengira bahwa mereka

akan dibiarkan berkata, Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji ?” S. Al

Ankabut : 2. Jadi jika ketika anda memeluk agama Islam, mengalami banyak ujian, kesulitan, maka yakinlah bahwa anda beragama yang benar karena firman Allah dalam Al Quran, menyatakan seperti tersebut di atas. Jika kita beriman maka kita akan menghadapi ujian-ujian, apa itu dari keluarga, suami/istri dan anak serta harta. Tetapi Allah tidak akan menguji diluar batas kemampuan kita (S.Al Baqoroh : 286).

Jangan kecil hati ketika mau solat belum mampu mengucapkan bacaan2 solat karena dalam bahasa Arab, lakukan saja mulai dengan niat solat yang benar (itu juga dalam bahasa Indonesia) dulu, kemudian pada setiap perubahan gerakan,

bacakan „Allahu Akbar” dan seterusnya sampai kepada salam. Itu dulu, nanti

sambil berjalan belajar bacaan2 solatnya, tentu suami anda dapat dan mau menuntun anda. Selanjutnya ikutilah pengajian-pengajian seperti di tempat saya, MUSTIKA (Muslim Tionghoa Dan Keluarga), setiap hari Ahad jam 10-12.00 di Mesjid Al Muhajirin Gading Serpong Sektor VI Tangerang atau jalan Tegalan No. 1B, Jakarta Timur.

Anda tidak usah kuatir, jika anda membawa akhlak yang baik kemudian santun dan hormat kepada keluarga anda yang etnis Tionghoa, lambat laun keluarga anda akan menerima anda baik. Dengan belajar, solat andapun bisa semakin baik.

Demikian, semoga bermanfaat. Wassalam,

Problem Bila Masuk Agama Islam dalam Pandangan Orang Tionghoa pada umumnya

Saya punya permasalahan yang sampai saat ini tidak dapat saya pecahkan. Saya etnis Tionghoa dari keluarga non-muslim yang masih sangat kuat tradisi Cina-nya, pacaran dengan seorang muslim etnis Jawa. Dari awal hubungan kita, saya setuju dan berkomitmen untuk menjadi mualaf demi hubungan kita. Terus terang dari awal motivasi saya hanya agar hubungan kita bisa berlanjut. Tapi lama kelamaan setelah saya mulai menjalankan salat, saya tidak merasakan adanya kesulitan untuk menjalankan. Permasalahannya adalah dari pihak orangtua sudah jelas-jelas melarang saya untuk masuk Islam. Saat ini saya masih bingung keputusan apa yang harus saya ambil. Jika saya memilih Islam berarti saya akan kehilangan orang tua saya dan jika saya memilih orang tua saya maka saya akan kehilangan pasangan saya yang sudah sangat saya kenal dan saya butuhkan.

Dalam benak orangtua saya dan saudara-saudara saya bahwa Islam adalah agama yang memaksa dan tidak ada kompromi (orangtua belum mengetahui kalau saya sudah belajar salat dan menjalankan salat karena saya tidak mau terjadi apa-apa dengan orangtua saya Jika mereka mengetahui kondisi ini karena kondisi kesehatan orangtua terutama ibu pernah stroke).

Saya sudah sempat mempertemukan pacar saya dengan kedua orangtua, dan mereka mensyaratkan hubungan kita akan direstui hanya dengan satu syarat : saya tidak masuk Islam, tidak peduli pasangan saya tetap muslim atau tidak. Tidak jadi masalah.

bagaimana saya harus bersikap? Saya sangat berharap tahun 2008 ini bisa menikah.

mohon bantuannya dan masukannya. terima kasih,

ARR –Jakarta

Wa‟alaikum salam wr wb ;

JAWAB

Warisan kolonial Belanda selama 3 ½ abad lah yang telah membuat orang-orang Tionghoa terpisah dengan umat Islam, padahal agama Islam masuk ke Tiongkok sebelum agama Islam masuk ke Nusantara (Indonesia), sehingga Etnis Tionghoa mempunyai pandangan yang tidak proporsional terhadap agama Islam. Mereka mengidentikkan agama Islam dengan orang Islam sama dengan orang Indonesia. Itupun dengan orang Islam, orang Indonesia masa lalu ketika masih dijajah oleh Belanda bukan orang Indonesia , umat Islam yang sekarang. Dahulu jika bicara tentang orang Islam maka identik dengan kemiskinan dan kebodohan karena mayoritas umat Islam, status sosialnya di bawah atau menengah ke bawah serta berpendidikan rendah. Padahal sekarang ini status social umat Islam, tidak lagi seperti itu, sudah banyak yang kaya atau ekonominya menengah ke atas bahkan ada bebeapa yang konglomerat. Pendidikan umat Islampun sudah banyak kemajuan, sarjana, doctoral bahkan yang profesorpun sudah banyak. Tetapi pandangan etnis Tionghoa terhadap agama Islam dan umat Islam, masih seperti dulu dan tidak berubah. Padahal itu sudah berlalu puluhan tahun.

Maka ada bukan hal yang aneh, jika ada anggota keluarga etnis Tionghoa

yang masuk Islam maka mereka dikatakan telah ”memalukan keluarga”. Dulu makna ”memalukan keluarga” karena telah ”turun kelas” dari golongan kedua,

timur asing menjadi golongan ke tiga Pribumi/inlaander yang mayoritas beragama Islam. Berbeda ketika anggota keluarga etnis Tionghoa masuk agama Kristen atau Kaholik, tidak bermasalah karena dari golongan kedua, timur asing mereka “naik kelas” menjadi golongan Barat/Eropa yang beragama Kristen/katholik yang

identik dengan intelektual dan modern.

Di kalangan etnis Tionghoa, agama Islam identik dengan teroris dan

kekerasan dan penyebaran agama Islam dilakukan dengan ”pedang” di tangan

kanan dan kitab suci Al Quran di tangan kiri” . Padahal agama Islam disebarkan

dengan kedamaian, dengan memperlihatkan dan contoh ahlak mulia sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan agama Islam rahmat bagi sekalian alam.

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam, Al Quran S. Al

Baqoroh : 256 dan “ Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. Al Quran

S. Al Kafirun : 6.

Dari kedua ayat tersebut di atas bahwa dalam agama Islam, tidak ada unsur pemaksaan bahkan toleransi dan menghormati agama lain adalah sangat

dijunjung tinggi.

Yang paling menakutkan atau dikuatirkan oleh etnis Tiongha adalah ketika anggota keluarga (anak) mereka masuk Islam mereka tidak dapat lagi menjadi

anak yang ”uhouw”, anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dalam arti mereka tidak dapat melakukan/mengikuti upacara-upacara seperti sembahyang arwah orang tua, sebagai kebaktian mereka kepada kedua orang tua mereka.

Padahal dalam agama Islam, ibu sangat dijunjung tinggi. “Surga berada di telapak kaki ibu” (Hadits) Dan mewajibkan kita menghormati dan berbuat kepada orang tua, lihat Al Quran S. Al Ahqaf : 15 dan Surat Al Isra : 23 dan 24

Ketika kita sudah menjadi Muslim/ah dan orang tua kita sudah meninggal, kewajiban berbakti kepada orang tua harus sesuai dengan tuntunan agama Islam,

kita tidak boleh melakukan sembahyang arwah tetapi berbakti kepada orang tua

“keuhouwan” kita dalam bentuk mewujudkan cita-cita orang tua yang belum berhasil, kita jaga martabat dan kehormatan orang tua kita dengan menunjukan perbuatan kita yang baik dan menjaga hubungan kekerabatan, persahabatan dengan teman-teman orang tua kita dan lain sebagainya, kita teruskan,. Kesimpulannya adalah selain perbuatan yang berkaitan dengan ibadah, perbuatan dan sikap kita kepada keluarga kita yang non muslim tidak ada yang berubah bahkan harus lebih meningkat dari ketika sebelum muslim/ah.

Dalam kaitan dengan kasus anda, itu semua adalah ujian keimanan anda dari Allah SWT. Maka hadapilah semua itu dan minta pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan solat. Bijaklah menghadapi sikap orang tua seperti itu, karena kita paham pemikiran, pandangan orang tua kita terhadap agama Islam, umat Islam dan orang Indonesia, sebagaimana saya jelaskan di atas. Carilah kesempatan yang baik untuk menjelaskan tentang Islam secara utuh (dalam semua hal kehidupan) sebagai aturan hidup manusia berhubungan dengan Tuhan, dalam hubungan dengan sesama manusia bahkan hubungan manusia dengan alam ini.

Dan dalam ajaran agama Islam tidak boleh atau haram hukumnya, orang Islam menikah dengan orang beragama non Islam, karena menikah adalah ibadah dan sunnah Rasullah. Jika anda melihat ada yang menikah dengan lain agama, kedua-duanya adalah penganut agama yang tidak taat kepada agamanya masing-masing, karena semua agama menilai pernikahan adalah suatu perbuatan yang suci yang harus mengikuti peraturan tata cara ibadah agamanya. Karena tidak ada

“pemberkatan” dan tidak mengiktuti aturan agama maka status perkawinannya

tidak sah dan perbuatan hubungan biologis yang dilakukan oleh keduanya adalah ZINA.

Jadi tidak benar, memilih orang tua, kehilangan calon pendamping hidup dan sebaliknya. Orang tua dan pendamping hidup adalah pendukung kita dalam beribadah kepada Allah SWT dan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT sebagaimana komitmen kita kepada Allah SWT yang kita nyatakan setiap kita

solat setiap hari, “sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku, semata

untuk Allah SWT”

Calon Lelaki Mualaf tapi Keluarga Saya Takut Balik ke Agama yang Dulu Assalamualaikum Wr.Wb...

Saya punya pacar seorang muallaf. Perkenalan kami tahun 2004 yang lalu sementara dia menjadi muallaf sekitar tahun 2001... Jadi dia menjadi muallaf secara lahir bukan disebabkan oleh saya. Seluruh keluarga besarnya adalah muslim tapi karena suatu hal ayahnya masuk agama lain dan menikah dengan wanita muslim yang kemudian menganut agama sama seperti ayahnya juga.

Saya kalau dekat sama cowok pasti saya kasih tahu ke orang tua dan juga shalat istikharah minta petunjuk dari Allah.Tapi hubunganku tidak disetujui oleh ibu karena ibuku mengkhawatirkan kalau suatu saat kami menikah terus dia balik lagi ke agamanya semula. Tapi saya coba terus agar ibu perlahan-lahan mau terima dia sebagai calon suamiku..

Keluarga besarku semuanya sangat mengutamakan agama.. Jadi mereka heran pada saat saya bilang kalau saya lagi dekat sama cowok muallaf. Kami masih sering sms-an dan telepon-teleponan dan jumpa. Saya tertarik sama dia karena dia itu orangnya baik, terus dia perhatian..Jadi saya sangat yakin kalau kami akan bersatu meski banyak rintangan. Karena saya pernah shalat istikharah terus mimpinya yang meyakinkan bahwa dia adalah jodoh dari Allah untuk saya. Mudah-mudahan amin.. Kalau keluarga dari dia, tidak ada masalah, ini masalahnya cuma di keluargaku..

Pertanyaan yang ingin saya ajukan::

1. Bagaimana caranya saya meyakinkan kalau dia tidak akan balik lagi ke agamanya

2. Apa saya harus putus dengan dia karena keluarga besar ku banyak yang tidak setuju. Gara-gara takut balik lagi ke agamanya semula.( Tapi saya yakin kami bisa bersatu )

3. Apa ada hadits atau ayat al-qur'an yang menerangkan tentang muallaf biar saya baca..

SAS – Jakarta (Email ke 1)

Wa‟alaikumsalam wr wb ;

JAWAB

Kasus seperti Anda ini sering om hadapi, keluarga muslim tidak setuju karena kuatir mualaf kembali ke agama asal. Biasanya hal itu terjadi oleh karena menjadi mualaf ketika hendak menikah dan setelah menikah tidak dibimbing oleh dan diajak berinteraksi dengan lingkungan islami oleh suami/isterinya yang muslim/ah. Jika dilihat calon Anda menjadi mualaf sebelum kenal dan ingin menikah dengan Anda, mestinya tidak termasuk dalam kasus tersebut, Asal menjadi mualafnya disebabkan tertarik kepada kebenaran agama Islam atau dengan perbandingan-perbandingan agama sebelumnya. apa yang melatar belakangi calon menjadi Muslim? Anda dan calonnya bukan berasal dari etnis Tionghoa kan? Hadits dan Al Quran tentang mualaf, yang om tahu hanya adalah bahwa mualaf harus dibina atau dibantu karena hatinya masih lemah. Jika hatinya kuat walaupun baru jadi muslim, tidak termasuk kategori mualaf.

Jadi dengan hal-hal yang om sampaikan di atas, Anda sudah tahu tindakan akan apa yang harus Anda lakukan sehingga keluarga Anda tidak perlu kuatir dengan kemualafan calon. Dan untuk calonnya, Anda harus lebih melakukan pendekatan supaya tahu tentang identitas keislamannya, sehinga Anda tidak ragu lagi kepada dia untuk dijadikan suami. Mungkin itu yang dapat om sampaikan kepada Anda.

Keinginan agar Mertua Muslim Assalamualaikum Wr.Wb...

Bagaimana dengan keluarga dia? Saya ingin sekali memiliki mertua itu Muslim tapi saya kan tidak bisa memaksa agar mereka balik lagi ke Islam....

Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada Ibu- Bapak nya.... (amin ya robbal alamin ) Saya dan dia bukan dari suku etnis tionghoa. Saya dan dia ádalah melayu

SAS – Jawa

Wa‟alaikumsalam wr wb ;

Masalah Hidayah adalah hak Allah sedangkan kita hanya dapat mengajak dengan cara berkhidmat dan baik. Kita hanya mempunyai kewajiban menyampaikan atau mengajak orang kepada agama Islam sedangkan petunjuk (hidayah) dan taufik ádalah hak Allah. Lihat surat Al-Baqarah (2) : 272 :

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya"

Jadi kita hanya mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dan atau mengajak orang kepada agama yang benar (Islam) sedang petunjuk (taufiq) adalah hak Allah SWT.

Mengajak orang kepada agama Islam yang efektif adalah dengan cara memberikan keteladan dikeluarga dan dimanapun berada, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik (keteladanan) seperti Rasulullah berdakwah dengan akhlaknya yang mulia maka orang tertarik dengan Islam sehingga Islam dirasakan sebagai Rahmatan lil alamin.

Motivasi Menikah dan Bagaimana Kasus Seperti Ini

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Terimakasih banyak atas balasannya mudah-mudahan ini bisa menjadi motivasi kami untuk segera melangsung kan pernikahan. Kalau boleh tahu, apa pernah orang menghadapi kasus seperti yang saya alami saat ini dan bagaimana kelanjutannya apakah mereka MENIKAH atau mungkin PUTUS ?

Wa‟alaikumsalam Wr. Wb ;

Jika demikian, sebaiknya jika sama-sama sudah punya penghasilan, pernikahan harus segera dipercepat dalam arti secepatnya kendala-kendala yang dihadapi dapat segera dituntaskan. Karena dalam agama Islam tidak dikenal pacaran model ala bebas, bebas berpegangan dan lain sebagainya yang mendekati zina. Calon harus lebih aktif mendekati keluarga Anda supaya keluarga Anda tidak ragu lagi ke Islaman dan prospek ke masa depan dari calon Anda yang dapat mengayomi Anda, sekalipun di awal-awalnya barangkali perlu pengorbanan terutama perasaan dalam pendekatan tersebut. Banyak pengalaman dengan cara seperti itu akhirnya keluarga muslim/ah sayang dan memberi kepercayaan sepenuhnya baik moral maupun materil kepada mantunya yang mualaf tersebut.

Jika dekat ke Serpong Tangerang, dapat datang di pengajian MUSTIKA (MUSLIM TIONGHOA DAN KELUARGA) di Mesjid Al Muhajirin Lautze Perumahan Gading Serpong Sektor VI Serpong Tangerang atau ke jalan Tegalan IB (RM LeZaat) Matraman Jakarta Timur, jam 10-12 WIB. Demikian, semoga bermanfaat.