• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI

B. Mutu Jamaah 1. Pengertian Mutu

Mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.44 Mutu suatu produk jasa menurut American Society for Quality Control adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten.45

Para ahli ekonomi dalam mendefinisikan mutu berbeda-beda cara mengutarakannya, tetapi maksud dan intinya adalah sama, seperti beberapa pendapat berikut ini.

Menurut Goetsh dan Davis, mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.46

Menurut perbendaharaan istilah ISO 8402 dan standar nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), bahwa mutu adalah memuaskan ciri, karakeristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar.47

44

Drs Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika, 1997) h.372. 45

Rambat Lupioadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek (Jakarta: Salemba Empat: 2001), h. 144.

46

Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi 2000) h. 51. 47

Dalam kamus menejemen, mutu atau kualitas hanya dapat dirumuskan menurut sifat-sifat dari barang atau jasa yang diinginkan. Dari sudut pandang ini mutu adalah jumlah dari sejumlah sifat-sifat yang berhubungan dan diinginkan, seperti bentuk dimensi, komposisi, kekuatan, kepandaian, membuat sesuatu, penyesuaian, kesempurnaan, warna, dan seterusnya. Unsur yang terpenting dalam mutu adalah bukan biaya, tetapi kesamaan (persamaan) dengan standar yang telah ditetapkan.48

Kata mutu atau kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategic. Definisi konvensional dari mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan

(realibility), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetic), dan sebagainya.49

Menurut Crosby yang dikutip oleh M.N. Nasution, “kualitas atau

mutu adalah conformance to requirement yaitu sesuai dengan yang

disyaratkan atau di standarkan.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa satu produk memiliki kualitas atau mutu apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

Menurut Feigenbaum yang juga dikutip oleh M.N. Nasution, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction).

Suatu produk dikatakan bermutu apabila dapat memberikan kepuasan

48

Moekijat, Kamus Menejemen (Bandung: Mandar Maju, 2000) Cet Ke V, h. 455. 49

Vincent Gaspersz, D.Sc., CFPIM, CIQA, Total Quality Management (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet Ke-4, h.4.

sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas produk.50

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulakan bahwa mutu adalah terpenuhinya harapan pelanggan ketika pelanggan tersebut membutuhkan suatu produk atau layanan (jasa). Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu atau berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada pelanggan. Juga dapat dikatakan bahwa produk atau jasa bermutu tinggi apaila tidak terdapat kelemahan atau tidak ada cacat sedikitpun baik mutu melalui produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana mutu adalah suatu kondisi yang bersifat dinamis. 2. Pengertian Jamaah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jamaa‟ artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima‟ (perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata dari

furqah (perpecahan).51

Pengertian jamaah secara istilah (terminologi), yaitu kelompok kaum muslimin, dan mereka adalah pendahulu ummat dari kalangan para

sahabat, tabi‟in dan orang-orang yang mengikuti jejak kabaikan mereka sampai hari kiamat, dimana mereka berkumpul berdasarkan al-Qur‟an dan

50

Nasution, Menejemen Mutu Terpadu (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h.2-3. 51

Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari, “Pengertian Jamaah”, diakses pada 18 Maret

As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik secara lahir maupun bathin. 52

Istilah jamaah mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan

konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikatakan dengan kata “ahlu sunah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang mengikuti sunah dan tradisi Nabi Muhammad SAW serta berada dalam kumpulan kaum muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan

ijma‟ sebagai sumber hukum. Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di dalamnya terjadi silang pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin seorang imam.

Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam pelaksanaan shalat jum‟at harus mencukupi jumlah 40 orang,

sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mahab lain berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam –maka sholat jum‟at sah. Hal ini disebabkan arti dari istilah jamaah

itu sendiri, yaitu jamak, banyak, atau legih dari tiga orang.53

Namun yang dimaksud jamaah disini yaitu suatu kumpulan atau sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadz.

52

Al-Atsari, “Pengertian Jamaah”.

53

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jemaah (Jakarta: Ichtiar Baru: Van Hoeve, 1997) jilid 2, h. 310-311.

3. Mutu Jamaah

Manusia adalah makhluk yang mempunyai dua dimensi; lahir dan batin, fisik dan psikis, jasmani dan rohani. Maka mutu atau kualitas manusia juga diukur dari dua dimensi, kualitas fisik seperti: cantik, tampan, kuat atau lemah, dan kualitas rohani manusia, seperti: lembut, kasar, baik, jahat, dan sebagainya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mutu atau kualitas diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, berkualitas, mempunyai kualitas, bermutu (baik).54

Istilah kualitas berasal dari bahasa ingris (quality) dan sepadan

dengan kata “mutu” dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang

sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan itu, Nurhasan juga berpendapat bahwa mutu dapat diartikan sebagai kualitas, suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik-buruknya yang dicapai sesuatu atu seseorang dalam melakukan suatu proses.55

Proses yang dilalui manusia untuk mencapai mutu atau kualitas yang baik dimata Allah SWT tentunya harus dengan keyakinan yang besar. Dengan demikian berarti bahwa kebutuhan manusia akan agama jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan yang lainnya seperti pangan.

54

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. 19, h.532. 55

Nurhasan, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Slindo,1994), Cet. 3, h.5.

Dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia, diberikan dalam bentuk ibadah. Semua dalam Islam, baik shalat, puasa, zakat maupun haji, bertujuan untuk membuat rohani manusia agar tetap ingat dan bahkan merasa senantiasa dekat dengan-Nya serta sebagai cara untuk meningkatkan kualitas atau mutu kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Oleh karena itu, mutu seorang muslim dapat dinilai dari akhlaknya, akhlak yang baik adalah titik tengan antara sesuatu yang berlebihan (radikal kanan) dan sesuatu yang terlalu kurag (radikal kiri). Dan akhlak yang baik disebabkan oleh kekuatan akal, kesempurnaan hikmah, kekuatan emosi, dan syahwat yang normal, dan ketaatan terhadap akal dan syariat.

D. Hipotesis

Untuk menentukan kesimpulan dari angka indeks korelasi “r”, dilakukan interpretasi sederhana, jika nilai “r” lebih dari -1 maka dinyatakan

telah terjad hubungan dan apabila nilai “r” kurang dari -1 maka dinyatakan tidak ada hubungan. Dengan demikian dirumuskan dalam hipotesa sebagai berikut:

Ha : terdapat hubungan antara pengguaan metode dakwah ustad Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

Ho : tidak terdapat hubungan antara pengguaan metode dakwah ustad Andrew Irfan Tanudjaja dengan mutu jamaah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jakarta.

BAB III

PROFIL PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (PITI)