• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu permasalahan yang dibahas dalam penelitian memiliki sebuah cara tersendiri dalam memecahkannya. Beberapa metode yang digunakan juga berbeda-beda, bukan berarti suatu permasalahan yang menggunakan metode kualitatif dapat dipecahkan menggunakan metode kuantitatif, begitu pula sebaliknya. Maka pemilihan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas sangat penting. Menurut Sugiyono (2008) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dikelompokkan menjadi tiga metode penelitian, yaitu: naturalistik (kualitatif), eksperimen, dan survey (kuantitatif).

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat secara alamiah dengan mengedepankan suatu proses komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Denzin dan Lincoln (1994) berpendapat bahwa metodologi penelitian kualitatif mampu menggali pemahaman yang mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus dari pada sekedar mendeskripsikan permukaan dari sampel besar dalam sebuah populasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengidentifikasi peran perubahan kelembagaan dalam upaya pengembangan usaha batik di Kabupaten Banyuwangi.

3.1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan model pendekatan penelitian fenomenologi di mana pendeketan model ini merupakan tradisi dari penelitian kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi (Moleong, 2005). Model pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami arti suatu peristiwa dengan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi peristiwa tertentu. Menurut Husserl, setiap manusia memiliki penghayatan dan pemahaman terhadap setiap fenomena yang telah dilaluinya dan penghayatan serta pemahaman tersebut dapat mempengaruhi dalam perilakunya (Herdiansyah, 2009).

3.2. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat di mana keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Penelitian ini memilih lokasi di Kabupaten Banyuwangi, yang di mana lokasi ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yaitu identifikasi peran modal sosial dalam upaya pengembangan UMKM batik di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan situs merupakan tempat atau area yang berada pada lokasi penelitian. Maka situ penelitian yang dipilih peneliti untuk mendapatkan data dan infromasi sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi dan tempat pengerajin Batik di wilayah Sayu Wiwit, Karangasem, Kecamatan Giri, dan Kecamatan Licin, yang di mana pada situs tersebut memiliki nilai sejarah asal muasal batik banyuwangi dan beberapa tempat yang baru memulai pengembangan UMKM batik Banyuwangi. diharapkan dari situs tersebut mendapatkan informasi yang diperlukan terkait peran modal sosial dalam pengembangan UMKM batik Banyuwangi.

3.3. Unit Analisis dan Penentuan Informan

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai unit analisis dan penentuan informan untuk menggali informasi dan data yang dibutuhkan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai unit analisis dan penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini:

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis merupakan apa atau siapa yang sedang dipelajari atau diteliti (Babbie, 2014). Menurut Zulganef (2013) unit analisis merupakan sumber informasi mengenai variabel yang akan diolah dalam penelitian. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, hasil produksi, rumah tangga, dan lain-lain (Harianti, et al: 2012). Maka dari itu, unit analisis dari penelitian ini berfokus pada modal sosial dalam pengembangan pengerajin batik yang memiliki keterlibatan ataupun informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam meneliti di kabupaten Banyuwangi. 3.3.2. Penentuan Informan

Menurut Babbie (2014) informan merupakan seseorang yang berpengalaman atau praktisi serta memiliki pengalaman pada objek yang akan diteliti. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Hal tersebut juga diungkapkan Sugiyono (2008) dalam menentukan informan dapat menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu. Pertimbangan yang diperhatikan dalam penelitian ini di mana informan atau sampel tersebut dianggap mengetahui tentang permasalahan yang sedang diteliti atau informan yang dipilih memiliki jabatan tertentu di lokasi penelitian sehingga dapat memudahkan penulis dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Menurut Nasution dalam (Sugiyono, 2008) penentuan informan atau sumber data dianggap telah cukup apabila sudah sampai pada taraf “redundancy”

(data yang diterima sudah jauh dari permasalahan yang diteliti serta informan tersebut tidak memberikan informasi yang baru), hal itu artinya bahwa diperbolehkan untuk mencari informan baru apabila informan yang lama sudah tidak dapat memberikan tambahan informasi yang baru dan benar.

Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui atau mengerti kejadian terkait perkembangan batik Banyuwangi. Kriteria-kriteria informan dalam penelitian ini antara lain, Tabel 3.6 Kriteria-kriteria Informan

Jenis informan kriteria Informan

Informan Utama

Memiliki pengetahuan akan Batik Banyuwangi

Ketua kelompok Asosiasi Batik Banyuwangi Mengetahui sejarah batik Banyuwangi Memiliki pengaruh dalam suatu kelompok batik Banyuwangi (Ketua Kelompok) Memiliki usaha batik Mengetahui latar belakang perkembangan batik Banyuwangi Informan Pendukung Memiliki pengetahuan akan batik Perwakilan Dinas Koperasi dan UM Kab. Banyuwangi dan Pengerajin batik Banyuwangi Tergabung dalam suatu

kelompok batik Banyuwangi

Merasakan adanya perkembangan batik Banyuwangi

Sehingga dapat dirangkum dari tabel kriteria terkait informan utama yang menjadi objek penelitian yaitu Firman Sauqi selaku Ketua kelompok Asosiasi Batik

Banyuwangi. Sedangkan informan pendukung penelitian adalah informan dari pihak Dinas Koperasi dan UMKM di wilayah Kabupaten Banyuwangi, serta pengerajin batik di Kabupaten Banyuwangi salah satunya Bu Is selaku pemilik batik Karangsegoro, Fonny Meilyasari selaku pemilik Batik Sayu Wiwit, dan Syamsudin selaku pemilik batik Banjarwangi. Pada umumnya, dalam penelitian kualitatif tidak diperlukan informan dalam jumlah banyak, melainkan kecukupan serta kesesuain informasi yang di dapat dalam penelitian.

3.4. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah bersifat data primer dan data sekunder baik yang bersifat data kuantitatif maupun kualitatif. Data primer didapatkan dengan mengadakan wawancara, visual ethnography, serta observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan peristiwa serta dokumentasi atau arsip terkait yang ada.

a) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2008). Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari responden. Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini adalah wawancara semi terstruktur yang di mana sudah disiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilakukan. Daftar topik dan pertanyaan pemandu berfungsi untuk memulai wawancara, urutan pertanyaan dan pembahasan juga tidak harus sama seperti pada panduan, semua tergantung dari jalannya wawancara (Saroja, 2012). Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang sebenarnya dan

akurat dari responden tanpa terpengaruh dari pengaruh lain. Menurut Moleong (2005) menyatakan bahwa dalam jenis wawancara, informan biasanya terdiri dari mereka yang telah ditentukan sebelumnya (dipilih), yang memilki kapabilitas dan informasi yang dibutuhkan serta mendalami masalah yang diteliti. Sehingga lebih mengetahui mengenai informasi yang diperlukan.

Pengumpulan data melalui wawancara akan di record dengan menggunakan recorder utuk membantu peneliti mengurangi kesalahan dan merekam informasi secara utuh. Perekaman pada pengamatan lapangan akan menggunakan catatan lapangan peneliti (field note) dan kamera.

b) Visual Ethnography

Menurut Duranti (1997) dalam Hanifah (2010) Etnografi merupakan deskipsi tertulis tentang aktivitas sosial, organisasi sosial, simbol dan sumber material, serta karakteristik praktik interprestasi suatu kelompok manusia tertentu. Sedangkan menurut Harris dan Johnson dalam Hanifah (2010) etnografi adalah gambaran tertulis mengenai suatu budaya yakni, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku masyarakat berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang terjun langsung ke lapangan. Etnografi visual dalam kegiatannya memberikan uraian terperinci tentang aspek kebiasaan cara berpikir dan cara berperilaku dari objek yang diteliti dengan dituangkan melalui bentuk tulisan, gambar, foto, ataupun film.

c) Observasi

Observasi dibutuhkan bagi peneiliti karena sebagai data pendukung serta pelengkap dari laporan penelitian yang akan disampaikan. Observasi sendiri merupakan proses pencatatan pola perilaku manusia, benda, atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi yang dilakukan dengan

individu-individu yang menjadi objek penelitian. Kelebihan dalam metode observasi adalah data yang didapatkan lebih akurat, tidak terdistorsi, dan bebas dari respon bias. (Indrianto dan Supomo, 1999) dalam Sugiyono (2008).

d) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan peristiwa serta dokumentasi atau arsip terkait yang ada.

3.5. Metode Analisis Data

Teknik analisis data, menurut Sugiyono (2009), adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Adapun langkah-langkah dalam analisis data kualitatif, menurut Miles dan Huberman, antara lain sebagai berikut (Sugiyono, 2009),

a. Reduksi Data

Data yang telah terkumpul baik melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi tentu jumlahnya akan sangat banyak. Data-data tersebut perlu dipilah-pilah untuk mengidentifikasi nilai perubahan kelembagaan serta aspek-aspek pengembangan yang terdapat pada UMKM Batik. Maka dari itu salah satu tahapan yang harus dilakukan adalah dengan mereduksi data. Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu

(Sugiyono, 2009). Dengan begitu data yang direduksi akan dapat memberikan gambaran dan mempermudah peneliti untuk lebih fokus pada tema penelitian. b. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data maka selanjutnya data akan disajikan. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2009). Penyajian data dalam penelitian ini akan menampilkan, sekaligus menjelaskan strategi perubahan kelembagaan dalam mengembangkan pengerajin batik di Kabupaten Banyuwangi.

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan (Sugiyono, 2009). Terdapat dua opsi setelah data direduksi dan disajikan: menarik kesimpulan atau kembali turun ke lapangan untuk melakukan verifikasi data hingga data jenuh dan tidak didapatkan data atau informasi baru. Sedangkan data berupa angka/statisik akan dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif. Sugiyono (2009: 206) menjelaskan statistik deskriptif sebagai angka-angka (statistik) yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Data berupa angka/statistik dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan sejenisnya (Sugiyono, 2009). Dengan menyajikan data sedemikian rupa, bentuk-bentuk peran masyarakat dalam perubahan kelembagaan nantinya dapat diketahui dan dianalisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data. Sementara itu, tahapan setelah

teridentifikasi dilanjutkan dengan menganalisis keterkaitannya terhadap aspek -aspek pengembangan UMKM Batik di Kabupaten Banyuwangi.

3.6. Uji Validitas Data

Penelitian kualitatif umumnya menggunakan data primer, di mana data diperoleh secara langsung di lapangan. Data tersebut dapat dinyatakan valid jika tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan dengan fakta yang ada di lapangan atau obyek penelitian. Menurut Sugiyono (2008) Kebenaran data dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, melainkan jamak dan tergantung pada hasil proses mental tiap penelitian dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Maka dari itu dibutuhkannya uji keabsahan data. Uji keabsahan data dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a) Triangulasi

Triangulasi menurut Wiersma dalam Sugiyono (2008) merupakan pengujian kredibiltas atau diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Triangulasi memiliki tiga macam yaitu (1) Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan melakukan cara

crosscheck data terhadap berbagai sumber, (2) Triangulasi teknik untuk menguji

kredibilitas data dapat dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda, dan (3) Triangulasi waktu dilakukan dengan mengecek wawancara, observasi, dan teknik lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda. Maka dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber.

65 BAB IV