• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan UMKM Batik (Studi Pada UMKM Batik Banyuwangi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan UMKM Batik (Studi Pada UMKM Batik Banyuwangi)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)IDENTIFIKASI PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN UMKM BATIK (STUDI PADA UMKM BATIK BANYUWANGI). SKRIPSI. Disusun oleh : ENGGAL MUKTI RIZKY PRATAMA 145020100111018 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi. JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018.

(2) IDENTIFICATION ON THE ROLE OF SOCIAL CAPITAL IN MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISE DEVELOPMENT (A STUDY IN BATIK MSME IN BANYUWANGI). MINOR THESIS. By : ENGGAL MUKTI RIZKY PRATAMA 145020100111018 Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Attainment of the Degree of Bachelor of Economics. DEPARTEMENT OF ECONOMICS FACULTY OF ECONOMICS AND BUSSINESS UNIVERSITY OF BRAWIJAYA MALANG 2018 i.

(3) ii.

(4) iii.

(5) iv.

(6) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama. : Enggal Mukti Rizky Pratama. NIM. : 145020100111018. Tempat, Tanggal Lahir. : Malang, 06 Maret 1996. Agama. : Islam. Alamat di Malang. : Jl. Ronggowuni 214 Tumpang 65156, Kab. Malang. Alamat Asal. : Jl. Ronggowuni 214 Tumpang 65156, Kab. Malang. Nomor Telepon/HP. : 085815074868. Email. : muktienggal@gmail.com. Riwayat Pendidikan  TK Aisyiyah Bustanul Atfal Tumpang. (2000 – 2002).  SD Negeri 4 Tumpang. (2002 – 2008).  SMP Negeri 1 Tumpang. (2008 – 2011).  SMA Negeri 1 Tumpang. (2011 – 2014).  S1 Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya Malang. (2014 – 2018). Pengalaman Organisasi 1. Staf tetap Center of Training for Research and Publication (CRP) Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Brawijaya. www.crp.feb.ub.ac.id (2015 – 2018) 2. Staf tetap UMKM Jagoan. Konstributor di website www.umkmjagoan.com/collaborators/. (2016 – sekarang) Pengalaman Kepanitiaan 1. Seksi Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi (PDD) di Photography and Short Film Competition (PHOSE) 2015. 2. Seksi Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi (PDD) di Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) IV 2015. 3. Seksi Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi (PDD) di Indonesian Regional Science Association (IRSA) ke-13 2016. Pengalaman Kerja 1. Magang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi (4 September 2017 – 6 Oktober 2017). v.

(7) IDENTIFIKASI PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN UMKM BATIK (STUDI PADA UMKM BATIK BANYUWANGI) Enggal Mukti Rizky Pratama Email: muktienggal@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan yang diterapkan oleh UMKM batik di Kabupaten Banyuwangi melalui pendekatan modal sosial. Penelitian ini menggunakan metodologi serta pengumpulan data melalui metode wawancara semi-terstruktur dan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya aspek kepercayaan, jaringan sosial, dan norma yang membantu dalam pengembangan UMKM batik Banyuwangi. Pengembangan UMKM batik tersebut dilakukan dengan meningkatkan kepercayaan antar pengerajin batik, yang berdampak terhadap rendahnya tingkat persaingan usaha karena terjalin kerjasama atau kolaborasi antar pengerajin batik. Selain itu dengan memanfaatkan. jaringan. sosial. para. pengerajin. batik. meningkatkan. keberlangsungan usahanya melalui pembentukan relasi yang dibuat. Serta menciptakan keadaan yang harmonis melalui penerapan aturan yang harus dipatuhi seluruh anggota asosiasi. Kata kunci:. Pengembangan UMKM, Modal Sosial, Pembangunan Ekonomi. vi.

(8) IDENTIFICATION ON THE ROLE OF SOCIAL CAPITAL IN MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISE DEVELOPMENT (A STUDY IN BATIK MSME IN BANYUWANGI) Enggal Mukti Rizky Pratama Email: muktienggal@gmail.com ABSTRAC This study aims to determine the development strategy implemented by batik MSME (Micro, Small, and Medium Enterprise) in Banyuwangi through social capital approach. This research uses qualitative methods, as well as data collection through semi-structured interviews and field interview methods . The results of this study indicate the existence of trust aspects, social networks, and norms that help in the development of batik MSME in Banyuwangi. The development of batik MSME is done by increasing the trust between batik craftsmen, which affects the low level of business competition because of cooperation or collaboration between batik craftsmen. Making use social network of batik craftsmen improve their business continuity through the establishment of relations made. And create a harmonious situation through the application of rules that must be obeyed all members of the association. Keywords:. Development of MSME, Social Capital, Economic Development. vii.

(9) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan. rahmat,. nikmat,. serta. karunia-Nya. sehingga. penulis. mampu. menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Identifikasi Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Umkm Batik (Studi Pada Umkm Batik Banyuwangi)”. Penyusunan skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi, penulis mendapatkan banyak doa, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak karena pada hakikatnya manusi tercipta untuk saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang mendalam bagi beberapa pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian skripsi ini, di antaranya: 1. Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan kepada penulis selama hidup di dunia ini; 2. Keluarga penulis terutamanya Bapak Agus Irwanto dan Ibu Chalimatus Sakdiyah selaku orang tua yang senantiasa selalu memberikan doa, materi, semangat, kasih sayang, dan dukungan yang sangat tulus; 3. Dosen Pembimbing, Yenny Kornitasari, SE., ME terimakasih atas masukan yang bijak terkait arah skripsi penulis, serta tidak lupa terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi hingga selesai. Dan tidak lupa juga terimakasih atas ilmu tentang ekonomi kelembagaan yang sudah didapatkan semoga ilmu tersebut bermanfaat;. viii.

(10) 4. Ibu Dr. Nurul Badriah, SE., ME dan Bapak Atu Bagus, SE., ME sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan perbaikan untuk skripsi ini; 5. Bapak Dr.rer.pol. Wildan Syafitri, SE. ME. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Ibu Dra. Marlina Ekawaty, M.Si., Ph.D.selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang; 6. Dias Satria, Ph.D selaku dosen yang telah memberikan semangat dan masukan terkait lancarnya proses pembuatan skripsi. 7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan bimbingan kepada penulis, serta Karyawan/Karyawati Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah banyak membantu dalam administrasi akademi penulis; 8. Teman-teman Jurusan Ilmu Ekonomi terutama Program Studi Ekonomi Pembangunan 2014 yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi; 9. Teman sepermainan Ressa, Reza, Haris, Aal, Bayu, Raka, dan Lauren. Terimakasih sudah bersedia memberikan waktu luangnya untuk menerima keluhan dari penulis dan memberikan dukungan moril dan motivasi. Semoga kalian juga dapat mengikuti jejak penulis. 10. Anggi Aulia Rahma atau bisa dipanggil Ucu, merupakan orang yang selalu mendukung dan selalu setia menunggu waktu bersama penulis. Berkatnya, penulis dapat menyelesaikan segala urusan yang ada di dunia perkuliahan. Terimakasih semoga sukses 11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga telah terlibat, berperan serta membantu dalam menyusun skripsi sampai selesai.. ix.

(11) Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca agar dapat dilakukan perbaikan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak pada umumnya. Aamiin.. Malang, 8 Juni 2018. Penulis. x.

(12) DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i. LEMBAR PENGESAHAN. ii. LEMBAR PERSETUJUAN. iii. SURAT PERNYATAAN. iv. DAFTAR RIWAYAT HIDUP. v. ABSTRAK. vi. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR GAMBAR. xiv. DAFTAR GRAFIK. xvi. BAB I. PENDAHULUAN. 17. 1.1. Latar Belakang. 17. 1. 2. Rumusan Masalah. 27. 1. 3. Tujuan Penelitian. 27. 1. 4. Manfaat Penelitian. 28. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 29. 2.1. UMKM; Penggerak Perekonomian Masyarakat. 29. 2.2. Upaya Mencapai Keberlangsungan usaha. 32. 2.3. Pemberdayaan UMKM; Bentuk Meminimalisir Masalah Perekonomian. 34. 2.4. Kelembagaan dalam Proses Pengembangan UMKM. 36. 2.5. Mewujudkan Tujuan Bersama Melalui Modal Sosial. 37. 2.5.1. Kepercayaan; Perekat dalam Modal Sosial. 40. 2.5.2. Norma; Membatasi Perilaku agar Tidak Menyimpang. 40. 2.5.3. Jaringan sosial; Mencapai Keberlangsungan Usaha. 41. 2.6. Modal Sosial sebagai Pendukung Ikatan Sosial. 43. 2.7. Modal Sosial; Guna Mengatasi Masalah Ekonomi. 44. 2.3. Studi Terdahulu. 46. 2.4. Kerangka Berpikir. 54. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 56. 3.1. Pendekatan Penelitian. 57. xi.

(13) 3.2. Lokasi dan Situs Penelitian. 57. 3.3. Unit Analisis dan Penentuan Informan. 58. 3.3.1. Unit Analisis. 58. 3.3.2. Penentuan Informan. 58. 3.4. Data dan Sumber Data. 60. 3.5. Metode Analisis Data. 62. 3.6. Uji Validitas Data. 64. BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN. 65. 4.1. Kabupaten Banyuwangi dengan Segala Kekayaannya. 65. 4.2. Perkembangannya Batik Banyuwangi. 69. 4.3. Semakin Maju dengan AKRAB (Asosiasi Kuliner, Kaos, Kerajinan, Aksesoris, dan Batik); Asosiasi Induk UMKM Banyuwangi. 94. 4.4. Asosiasi Batik Sekar Jagad Blambangan; Pemberdayaan UMKM Batik Banyuwangi Melalui Asosiasi. 98. BAB V PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN BATIK BANYUWANGI. 103. 5.1. Informan Peneliti. 103. 5.2. Modal Sosial dalam Mendorong Partisipasi Masyarakat. 109. 5.2.1 Meningkatkan Kepercayaan Melalui Sharing Community. 109. 5.2.2 Memperbanyak Jaringan Sosial agar Terjadi Keberlangsungan Usah. 119. 5.2.3 Nilai dan Norma dalam Menjalin Hubungan Antar Pengerajin Batik. 129. BAB VI PENUTUP. 134. 6.1.. Ikhtisar. 134. 6.2.. Kesimpulan. 136. 6.3.. Saran. 138. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. xii.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan UMKM Skala Nasional Pada Tahun 2010 - 2013. 18. Tabel 1.2 Beberapa Penghargaan/prestasi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017. 21. Tabel 1.3 Penyerapan Tenaga kerja UMKM menurut Sektor di Kabupaten Banyuwangi. 23. Tabel 1.4 Karakteristik UMKM Berdasarkan Skala Usaha. 24. Tabel 2.5 Matriks Penelitian Terdahulu Mengenai Modal Sosial. 46. Tabel 3.6 Kriteria-kriteria Informan. 59. Tabel 4.7 Data UMKM Batik Kabupaten Banyuwangi. 90. Tabel 5.8 Daftar Informan Penelitian. 103. Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Penelitian. 119. Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Penelitian. 128. Tabel 5.11 Ringkasan Hasil Penelitian. 133. Tabel 6.12 Ringkasan Hasil Penelitian. 134. xiii.

(15) DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Banyuwangi Festival 2018. 22. Gambar 1.2 Banyuwangi Batik Festival 2017. 25. Gambar 2.3 Kerangka Pikir. 55. Gambar 4.4 Peta Diamond Triangle. 66. Gambar 4.5 Peta Orientasi Kabupaten Banyuwangi Dalam Wilayah Provinsi Jawa Timur. 67. Gambar 4.6 Motif Gajah Oling. 70. Gambar 4.7 Motif Sembruk Cacing. 72. Gambar 4.8 Motif Kopi Pecah. 73. Gambar 4.9 Motif Semanggian. 74. Gambar 4.10 Motif Sisik Papak. 75. Gambar 4.11 Motif Moto Pitik. 76. Gambar 4.12 Motif Blarak. 77. Gambar 4.13 Motif Joloan. 78. Gambar 4.14 Motif Ukel. 79. Gambar 4.15 Motif Gedegan. 80. Gambar 4.16 Motif Paras Gempal. 81. Gambar 4.17 Motif Maspun. 82. Gambar 4.18 Motif Latar Putih. 83. Gambar 4.19 Motif Kangkung Setingkes. 84. Gambar 4.20 Motif Kawung. 85. Gambar 4.21 Motif Sekar Jagad. 86. Gambar 4.22 Motif Gajah Oling. 87. Gambar 4.23 Motif Dilem Sempleh. 88. Gambar 4.24 Motif Garuda dan Cendrawasih. 89. Gambar 4.25 Pelatihan Yang Diadakan Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro Banyuwangi. 92. Gambar 4.26 Banyuwangi Batik Festival Tahun 2017. 93. Gambar 4.27 Samsudin saat Menjelaskan UMKM. 94. Gambar 4.28 Samsudin Bersama Rekan AKRAB Lainnya. 96. Gambar 4.29 Ketua Asosiasi Batik Sekar Jagad Blambangan. 99. Gambar 4.30 Suasana Pelatihan Di Kelurahan Kebalenan. 100. Gambar 4.31 Banyuwangi Batik Festival 2017 Yang Diselenggarakan Dengan Tema Kopi Pecah. xiv. 101.

(16) Gambar 5.32 Dokumentasi Setelah Mewawancarai Firman Sauqi (Ketua Asosiasi Batik Sekar Jagad Blambangan). 104. Gambar 5.33 Fonny ketika Menjelaskan Usaha Batik yang dirintis Sejak dari Orang Tuanya Gambar 5.34 Syamsudin ketika menjelaskan Batik Banyuwangi. 105 106. Gambar 5.35 Dokumentasi Setelah Mewawancarai Bu Is (Pengerajin Batik Karang Segoro). 107. Gambar 5.36 Tri Oktivita Saat Memberikan Materi Pada Pelaku UMKM Kabupaten Banyuwangi. 108. Gambar 5.37 Antusias Masyarakat Dalam Mengikuti Pelatihan Membatik 112 Gambar 5.38 Pelatihan Yang Diadakan Di Dominasi Kaum Hawa. 113. Gambar 5.39 Firman Saat Ingin Menunjukkan Grup Whatsapp. 116. Gambar 5.40 Firman Sedang Memberikan Arahan Kepada Pembatik Yang Mengikuti Pelatihan. 122. Gambar 5.41 Anak Muda Diajak Bermitra Dalam Pelestarian Batik Banyuwangi. 124. Gambar 5.42 Banyuwangi Batik Festival 2017. 126. Gambar 5.43 Tidak Hanya Dimeriahkan Oleh Orang Dewasa Namun Anak-Anak Turut Serta Memeriahkan BBF. xv. 127.

(17) DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah), 2007-2016. 20. Grafik 4.2 Jenis Produksi Dan Jumlah UMKM Sekunder (Industri) Di Banyuwangi. 68. xvi.

(18) BAB I PENDAHULUAN 1.1.. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses guna meningkatkan. kesejahteraan. masyarakat.. Pembangunan. ekonomi. berupaya. untuk. mentransformasi perekonomian dari keadaan stagnan ke pertumbuhan yang lebih baik, dan dari status penghasilan rendah ke penghasilan tinggi, serta upaya menanggulangi masalah kemiskinan absolut (Todaro, 2011). Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai dalam proses yang singkat, oleh karena itu seluruh upaya harus diarahkan sedemikian rupa sehingga proses dan pelaksanaan pembangunan setiap tahunnya semakin mendekati pada tujuan yang sudah disepakati sebelumnya. Adanya kegiatan pembangunan tersebut menyebabkan kegiatan ekonomi akan lebih terdorong untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. Namun perlu diperhatikan juga kondisi potensi serta hambatan yang tumbuh dan berkembang dalam melakukan kegiatan pembangunan ekonomi tersebut. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan (Prishardoyo, 2008). Proses pembangunan tersebut salah satunya dapat diimplementasikan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang di dalamnya memuat sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan. Salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Ariani, 2017) yang patut di akui sebagai kekuatan. 17.

(19) 18. strategis dalam percepatan pembangunan ekonomi (Hafsah, 2004), karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Bahkan hal tersebut dapat dilihat pada fenomena krisis moneter yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, yang menyebabkan banyak usaha berskala besar mengalami stagnasi, bahkan berhenti beraktivitas namun UMKM masih dapat bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM terbukti lebih tangguh, karena pada umumnya UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat (harganya terjangkau) serta tidak ada sangkut pautnya dengan saham dan kurs dollar (ruang lingkupnya kecil) (Chabib, 2016). Selain mampu bertahan dalam krisis moneter dan ekonomi, UMKM juga strategis dalam mengurangi masalah pengangguran. Hal tersebut dapat dilihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja serta sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang setiap tahunnya mengalami peningkatan (lihat tabel 1.1). Tabel 1.1 Perkembangan UMKM Skala Nasional Pada Tahun 2010 - 2013 No. 1. Indikator Jumlah UMKM. Satuan. 2010. 2011. 2012. 2013. Unit. 53 823 732. 55 206 444. 56 534 592. 57 895 721. Orang. 99 401 775. 101 722 458. 107 657 509. 114 144 082. 1 282 571,80. 1 369 326,00. 1 451 460,20. 1 536 918,80. Jumlah 2. Tenaga Kerja UMKM Sumbangan. 3. PDB UMKM (harga. Rp. Miliar. konstan) Sumber : Data diolah dari Badan Pusat Statistik, 2013.

(20) 19. Meskipun memiliki kontribusi yang tinggi, UMKM harus mampu menghadapi tantangan yang ada (Setyanto, 2015). Pada era globalisasi dan tingginya persaingan, UMKM perlu melakukan pengembangan dengan tujuan untuk menambah nilai jual, utamanya agar dapat bersaing dengan produk asing yang sekarang ini semakin membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia. Menurut Kuncoro (2009), tantangan yang dihadapi UMKM untuk memperkuat struktur perekonomian nasional masih terbilang berat. Adapun permasalahan yang dihadapi UMKM adalah: Pertama, permasalahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, permasalahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh sumber-sumber permodalan yang memadai. Ketiga, permasalahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2009). Selain permasalahan di atas, faktor kehidupan sosial masyarakat juga dapat mempengaruhi pengembangan UMKM. Kehidupan sosial masyarakat dapat berperan sebagai modal dalam memaksimalkan potensi yang ada, bahkan dapat meminimalisir peluang konflik (Noor dalam A. P, 2002). Modal pengembangan UMKM yang didapat dari kehidupan sosial masyarakat biasanya disebut dengan modal sosial. Modal sosial dapat dibangun ketika tiap individu mampu mempercayai individu lain sehingga mereka dapat membuat komitmen yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Yustika, 2012), dan hal tersebut dapat dijadikan investasi di masa depan (Suharto, 2007)..

(21) 20. Sehingga modal sosial menjadi faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan pembangunan. Salah satu daerah yang mengalami perubahan signifikan dalam aspek sosial dan ekonomi terkait adanya peran modal sosial dalam pembangunananya adalah Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dapat dilihat dari berrtambahnya nilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya (lihat grafik 1.1), dan mengubah pandangan orang tentang wilayah ini dari kota “Santet of Java” menjadi “Sunrise of Java” atau dapat dikatakan sebagai salah satu icon pariwisata. Grafik 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Atas Dasar Harga Konstan (miliar rupiah), 2007-2016. 50000 45000. 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. PDRB. Sumber : Data diolah dari BPS Kabupaten Banyuwangi, 2016. Selain itu, Banyuwangi menjadi contoh keberhasilan pembangunan daerah, karena mampu mendorong strategi ekonomi yang kreatif, yang mampu menjadi pengungkit pembangunan yang mengubah mindset pemerintah, masyarakat dan stakeholders terkait bagaimana mengelola sumber daya yang ada menjadi lebih bernilai tambah dan berdampak pada pembangunan daerah. Berdasarkan keberhasilan. tersebut, Kabupaten Banyuwangi memperoleh.

(22) 21. berbagai macam penghargaan/prestasi, berikut dapat dilihat pada tabel 1.2 tentang penghargaan/prestasi yang diperoleh Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2017. Tabel 1.2 Beberapa Penghargaan/prestasi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2017 No. Jenis Penghargaan. Peringkat. Oleh. Sistem Akuntabilitas 1. Kinerja Instansi. Menteri PAN-RB, A. Pemerintah. Asman Abnurharmony. (SAKIP). Penyelenggara. Tingkat. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan. Nasional. Reformasi Birokrasi. Dirjen. 2. Wahana Tata Nugraha (WTN). Perhubungan Terbaik. Darat Kemenhub, Pudji Hartanto. Kementerian Perhubungan RI. Nasional. Iskandar Inovasi 3. Pengendalian. Menteri Dalam Terbaik. Inflasi. Kumolo. Karyabhakti Praja. Kementerian Dalam Negeri. Nasional. Mendagri Tjahjo. Satya Lencana 4. Negeri, Tjahjo. 6 besar. Nugraha. Kumolo atas nama. Kementerian Dalam. Presiden Joko. Negeri. Nasional. Widodo. Pengelolaan keuangan dan 5. pelayanan publik: Anugerah Dana. 3 Kabupaten terbaik. Presiden RI, Joko. Kementerian. Widodo. Keuangan. Nasional. Rakca. Sumber: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2017. Hal tersebut membuat Kabupaten Banyuwangi tengah berupaya keras memajukan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di daerahnya, melalui pengembangan UMKM. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan festival dengan mengusung nama “Banyuwangi Festival” (lihat gambar 1.1) dengan melibatkan potensi-potensi lokal yang ada mulai dari budaya, wisata olahraga, kreativitas masyarakat, fashion, inovasi, religi, kuliner, dan musik..

(23) 22. Gambar 1.1 Banyuwangi Festival 2018. sumber: https://myparadizee.com/daftar-acara-dan-jadwal-banyuwangi-festival/, 2018. Strategi yang dikembangkan tersebut telah memberikan dampak multiplier effect terhadap perekonomian, yang dapat dilihat melalui penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor terkait yakni UMKM (lihat tabel 1.3). Hal tersebut menjadi peluang untuk meningkatkan perkembangan UMKM, yang mana karakteristik.

(24) 23. UMKM di Banyuwangi berdasarkan skala usaha masih didominasi oleh UMKM berskala mikro. Tabel 1.3 Penyerapan Tenaga kerja UMKM menurut Sektor di Kabupaten Banyuwangi Sektor Pertanian. Jumlah 241,845. Pertambangang dan Penggalian. 2,205. Industri Pengolahan. 66,338. Listrik, Gas dan Air. 0. Konstruksi. 2,364. Perdagangan, Hotel dan Restoran. 138,42. Transportasi. 8,343. Keuangan. 1,747. Jasa-Jasa. 40,117. JUMLAH. 501,379. Sumber: Data diolah dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kab. Banyuwangi, 2017. Didukung dengan kondisi sumber daya alam yang melimpah membuat sektor pertanian menyerap tenaga kerja paling banyak. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menyerap banyak tenaga kerja, karena hal tersebut didukung oleh kondisi Banyuwangi yang saat ini banyak dijadikan pilihan untuk berlibur. Baik sektor pertanian dan nonpertanian, masih sangat tinggi kontribusinya untuk UMKM berskala mikro. Hingga secara agregat total dari UMKM berskala mikro mencapai 94,44 persen dari keseluruhan yang dapat dilihat pada tabel 1.4.

(25) 24. Tabel 1.4 Karakteristik UMKM Berdasarkan Skala Usaha Sektor. Total Unit. Persentase. Pertanian: -. Mikro. 149.786. 50,48. -. Kecil. 1.961. 0,66. -. Menengah 176. 0,06. Non-Pertanian: -. Mikro. 130.418. 43,96. -. Kecil. 13.308. 4,49. -. Menengah 1057. Jumlah. 296.709. 0,36 100. Sumber: Data diolah dari Dinas Koperasi dan UMKM, Kabupaten Banyuwangi, 2013. Selain berdampak terhadap adanya penyerapan tenaga kerja, adanya pengembangan daerah juga dirasakan pada salah satu UMKM yang ada di Kabupaten Banyuwangi yakni UMKM batik. Perkembangan batik Banyuwangi dari keadaan yang belum dikenal oleh masyarakat luas seperti halnya batik Solo maupun Jojga hingga sekarang sudah mengalami perubahan yang ditunjukkan dari kesadaran masyarakatnya mengenakan batik asli Banyuwangi. Produk UMKM tersebut mempunyai nilai sejarah yang cukup tinggi hingga sampai saat ini masih tetap dijaga kelestariannya melalui kegiatan atau program yang diadakan salah satunya yaitu Banyuwangi Batik Festival (lihat gambar 1.2). Banyuwangi Batik Festival merupakan kegiatan tahunan yang mengangkat potensi lokal melalui tema batik Banyuwangi dengan tujuan mengenalkan bahkan melestarikan batik Banyuwangi melalui kegiatan tersebut. Akibat adanya kegiatan tersebut berdampak terhadap perkembangan yang tidak hanya dirasakan dari tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, namun juga adanya peningkatan pengetahuan dari pengerajin tentang pengembangan berbagai.

(26) 25. macam motif batik, inovasi olahan produk kain batik, hingga mengadakan Fashion Show yang berkolaborasi dengan designer lokal. Gambar 1.2 Banyuwangi Batik Festival 2017. Sumber: Kabupaten Banyuwangi (Banyuwangi Batik Festival), 2017. Perkembangan UMKM Batik di Banyuwangi cukup besar, hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah yang membantu dalam proses pengembangan hingga mengangkat UMKM tersebut lebih memiliki brand value. Selain adanya kerjasama dengan pemerintah, pelaku UMKM batik juga melakukan kerjasama dengan pelaku UMKM lainnya untuk meningkatkan keuntungan. Perilaku menjalin kerjasama tersebut dapat dikatakan sebagai modal sosial. Adanya peran modal sosial dapat mengubah mindset masyarakat dan berhasil meningkatkan eksistensi jumlah pengerajin batik dari yang awalnya hanya ada 3 pengerajin sekarang berkembang menjadi 24 pengerajin (Disperindag Kab. Banyuwangi, 2017). Modal sosial digunakan sebagai strategi untuk memupuk para pelaku UMKM batik sehingga menjadikan batik di Banyuwangi tetap eksis, karena adanya hubungan atau kerjasama antara pelaku UMKM batik yang bertujuan saling menguntungkan..

(27) 26. Salain menjalin hubungan atau kerjasama, modal sosial juga dapat mempermudah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di komunitas lokal termasuk program-program yang telah direncanakan pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Peran modal sosial dalam pengembangan UMKM dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Thobias (2013) yang membuktikan bahwa hubungan antara modal sosial dengan perilaku kewirausahaan mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Dalam penelitiannya membuktikan bahwa modal sosial membuat masyarakat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2015) juga melihat peran modal sosial dalam pengembangan pariwisata yang mengubah mindset masyarakat agar melakukan kerjasama melalui pembentukan komunitas, yang pada akhirnya membawa masyarakat dan pemerintah bekerja sama dalam mengembangkan pariwisata di kota Solo. Hasil. dari. kedua. penelitian. diatas. menunjukkan. bahwa. baik. pengembangan usaha serta pengembangan pariwisata memerlukan modal sosial, agar mampu membuat hubungan atau kerjasama yang bertujuan mendapatkan hasil yang lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak. pada. cara. mengidentifikasinya.. Pada. penelitian. sebelumnya. mengindentifikasi peran modal yang dilihat dari segi aturan atau program, namun pada penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi peran modal sosial dalam hal kerjasama atau hubungan dalam pengembangan UMKM Batik. Jika penelitian ini dapat dilakukan, maka kedepannya akan dapat dijadikan sebuah evaluasi bagi pemangku kepentingan yang menghasilkan sebuah perencanaan strategi dalam mengembangkan UMKM batik di masa depan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mendalam pada UMKM batik di Kabupaten Banyuwangi, agar.

(28) 27. dapat mengidentifikasi bagaimana pola strategi pengembangan UMKM batik melalui pendekatan modal sosial. 1. 2.. Rumusan Masalah Salah satu UMKM yang menjadi sorotan pemerintah guna memajukan. pembangunan daerah adalah Batik Banyuwangi. Batik Banyuwangi memang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas seperti halnya batik Solo maupun Jojga, namun produk UMKM tersebut mempunyai nilai sejarah yang hingga saat ini masih dijaga kelestariannya melalui program Banyuwangi Batik Festival. Perkembangan mulai terasa bukan hanya dari tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, namun juga adanya peningkatan pengetahuan dari pengerajin tentang pengembangan berbagai macam motif batik, inovasi olahan produk kain batik, hingga mengadakan Fashion Show yang berkolaborasi dengan designer lokal. Adanya kerjasama pada pelaku UMKM batik dengan pelaku UMKM lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan dapat disebut juga sebagai modal sosial. Modal sosial digunakan sebagai faktor kunci untuk mengembangkan UMKM batik karena dapat membantu pengerajin batik untuk tetap eksis serta mendapatkan keuntungan. Sehingga dari latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut; a). Bagaimana strategi yang digunakan dalam mengembangkan UMKM batik Banyuwangi melalui pendekatan modal sosial ?. 1. 3.. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembagan. yang diterapkan oleh UMKM batik di Kabupaten Banyuwangi melalui pendekatan modal sosial..

(29) 28. 1. 4.. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:. a.. Bagi Akademisi Bagi kalangan akademisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan. tentang pentingnya peran modal sosial dalam pembangunan, bagi penelitian lain di masa yang akan datang, serta dapat menjadi bahan bagi pengembangan penelitian mengenai strategi pembangunan UMKM selanjutnya. b.. Bagi Pemerintah Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan maupun evaluasi. bagi pihak pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mengeluarkan kebijakan terkait pengembangan sektor UMKM, karena tidak hanya finansial saja untuk di kembangkan dalam pembangunan namun peran modal sosial juga sama pentingnya dalam pembangunan. c.. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peran. modal sosial dalam masyarakat terhadap perkembangan UMKM batik dan dampaknya dari adanya penerapan program pemerintah yang dapat menjadi jawaban dalam pengembangan potensi batik Banyuwangi..

(30) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.. UMKM; Penggerak Perekonomian Masyarakat Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu. pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan (Todaro:2011). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi. Sehingga dalam mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut dapat melalui salah satu program yakni melalui pengembangan UMKM. UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan rendah. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Definisi yang berkaitan dengan UMKM antara lain menurut:. 29.

(31) 30. a. Menurut Undang- undang No. 20 tahun 2008 UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau bukan cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. b. Menurut badan Pusat Statistik tahun 2003 mendefinisikan UMKM menurut 2 kategori yaitu: a. Menurut omset. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai aset tetap kurang dari Rp. 200.000.000 dan omset pertahun kurang Rp.1.000.000.000 b. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang tenaga kerja. Industri rumah tangga adalah industri yang memperkerjakan kurang dari 5 orang. UMKM adalah usaha yang mempunyai modal awal yang kecil atau nilai kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah pekerja yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah pekerjaannya sesuai definisi yang diberikan oleh pemerintah atau intitusi lain dengan tujuan tertentu (Sukirno, 2004). c. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesinmesin dan peralatan sebesar Rp.70.000.000,00 ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia. Perkembangan merupakan suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi labih baik (Thoha, 1997). Pengertian pengembangan tersebut memiliki.

(32) 31. dua unsur, yaitu: (1) pengembangan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, (2) pengembangan itu bisa menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu. Menurut Warren G. Bennis (dalam Sutarto,1995) pengembangan adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan, sikap, nilai dan susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan pengembangan UMKM adalah suatu tindakan atau proses guna memajukan kondisi UMKM ke arah yang lebih baik, sehinga UMKM dapat menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru. Pengembangan UMKM merupakan komponen penting dalam program pembangunan nasional untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Menurut Tambunan (2002) ada beberapa masalah yang sering di hadapi oleh UMKM: a.. Kesulitan pemasaran Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi. perkembangan usaha mikro dan kecil. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. b.. Keterbatasan Financial Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah. utama dalam aspek financial : mobilitas modal awal (starup capital) dan akses ke.

(33) 32. modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. c.. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak. usaha. mikro. dan. enterpreunership,. kecil. di. manajemen,. Indonesia, teknik. terutama. produksi,. dalam. aspek-aspek. pengembangan. produk,. engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. d.. Masalah bahan baku Keterbatasan bahan baku dan input-input lainnya juga sering menjadi salah. satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas. e.. Keterbatasan teknologi Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan. teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total faktor produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. 2.2.. Upaya Mencapai Keberlangsungan Usaha Dalam pengembangan UMKM yang dilakukan tidak terlepas dari adanya. tujuan untuk memperoleh keuntungan agar usahanya dapat tumbuh. Namun, segala. cara. dilakukan. untuk. mencapai. keuntungan. tersebut.. Seperti. mengeksploitasi tenaga kerja dan mengabaikan kelestarian lingkungan sekitar,.

(34) 33. bahkan mengorbankan konsumen sebagai sumber pendapatannya. Hal tersebut memunculkan konsep usaha berkelanjutan yang dapat disebut dengan konsep Triple Bottom Line (People, Planet, and Profit). Konsep tersebut merupakan pemikiran tentang bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) yang mengedepankan kelestarian alam (planet) sebagai sumber dari semua sumber daya, kesejahteraan masyarakat atau manusia (people), dan memperoleh laba (profit) yang memadai untuk kelangsungan hidup perusahaan (Wibisono, 2007). Menurut Wibisono (2007) untuk mencapai keberlangsungan usaha dilakukan dengan cara; Pertama, mengedepankan konsep pemberdayaan masyarakat baik karyawan, konsumen, maupun masyarakat secara umum menjadikan entitas ekonomi berorientasi untuk mengedukasi dan mengadvokasi manusia sebagai faktor utama menjaga pertumbuhan dan kelanjutan usaha yang manusiawi. Bila masyarakat teredukasi dengan produk yang berkualitas apalagi dengan harga terjangkau, dijamin kesetiaan konsumen pada produk dan perusahaan akan terjaga. Di sisi lain, karyawan yang teredukasi dengan baik akan menciptakan tenaga kerja yang mumpuni untuk memproduksi produk yang bermutu sekaligus efisien dalam biaya. Kedua, menjadikan kelestarian alam sebagai dasar, bukan hanya menjaga keberlanjutan bahan baku dan energi, tetapi benar-benar menjaga lestarinya bumi (planet) sebagai satu-satunya tempat hidup manusia. Bahan baku dan energi yang lestari akan menjamin kelangsungan usaha dalam jangka panjang sekaligus menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman dan asri. Bukan hanya memperhatikan bahan baku dan energi, tetapi polusi dan sampah yang dihasilkan oleh perusahaan hendaknya ramah lingkungan dan memiliki dampak yang sangat kecil bagi lingkungan..

(35) 34. Sehingga cara yang Ketiga, bila manusia sudah berdaya dan planet tetap lestari, profit atau keuntungan akan datang dengan sendirinya baik keuntungan yang dinikmati oleh manajemen sebagai agen pengelola usaha maupun investor sebagai pemilik usaha tersebut. Jadi, keuntungan atau profit bukanlah menjadi tujuan pertama dan utama, tetapi menjadi dampak dari kinerja perusahaan yang baik dan bertanggung jawab. Sehingga keuntungan yang dihasilkan akan bersifat jangka panjang dan berkesinambungan (going concern). People, Planet dan Profit itulah yang merupakan kategori suatu usaha tersebut dapat dikatakan terjadi keberlangsungan usaha yang mana kedepannya dapat melakukan atau menerapkan Triple Bottom Lline tersebut. 2.3.. Pemberdayaan UMKM; Bentuk Meminimalisir Masalah Perekonomian Dalam pengembangan ekonomi nasional di Indonesia, yang menjadi. prioritas yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM menjadi tulang punggung sistem. ekonomi kerakyatan. untuk. mengurangi permasalahan. kemiskinan dan pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi serta dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional (Setyanto,2015). Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat. UMKM. harus. mampu menghadapi. tantangan. global,. seperti. meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah brand value dari UMKM, utamanya agar dapat bersaing dengan produk produk asing yang semakin membajiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto, 2011)..

(36) 35. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga pendidikan dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Menurut Sumodingningrat (1999) (dalam Rezki, 2014) pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai masyarakat yang dibina mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat,. kondisi,. dan kemampuan. secara terus menerus supaya tidak. mengalami kemunduran lagi. Menurut Teguh (2004) (dalam Rezki, 2014) ada beberapa tahapan dalam pemberdayaan UMKM untuk sampai pada status mandiri. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut antara lain: a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. b. Tahap. transformasi. kemampuan. berupa. wawasan. pengetahuan,. kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan. dasar. sehingga. dapat. mengambil. peran. di dalam. pembangunan. c. Tahap. peningkatan. intelektual,. kecakapan. keterampilan. sehingga. terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian. Selain melalui sebuah tahapan yang harus dicapai dalam sebuah pemberdayaan, ada beberapa bentuk pemberdayaan terhadap UMKM, antara lain:.

(37) 36. a. pembinaan dan pendataan organisasi kelompok b. pembinaan manajemen keuangan c. pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis; perkuatan Permodalan d. magang e. pemasaran Produk f.. fasilitas kemitraan. g. fasilitasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) h. pemantauan dan evaluasi perkembangan 2.4.. Kelembagaan dalam Proses Pengembangan UMKM Kegiatan ekonomi merupakan interaksi manusia yang beroperasi pada dua. level. Pertama, pengembangan dan spesifikasi kelembagaan. Kedua, kegiatan ekonomi yang mencangkup interaksi manusia di dalam kelembagaan yang sudah tersedia. Jika level pertama menyangkut aturan main (rules of the game), sedangkan yang kedua menyangkut permainan (game) itu sendiri (Pejovich, 1995 dalam Yustika, 2012). Kelembagaan dapat meminimalisir perilaku manusia yang menyimpang. serta. berhasil. menciptakan. ketertiban. dan. mengurangi. ketidakpastian dalam melakukan pertukaran. Menurut Acemoglu (2003) dalam (Yustika 2012) Kelembagaan yang baik dicirikan oleh tiga hal berikut: a) Pemaksaan terhadap hak kepemilikan. Adanya hak kepemilikan dalam masyarakat akan memberi insentif bagi para individu untuk melakukan kegiatan ekonomi, misalnya investasi; b) Membatasi tindakan-tindakan politisi, elite, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya yang berupaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi tanpa prosedur yang benar, seperti perilaku mencari rente;.

(38) 37. c) Memberi kesempatan yang sama bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas ekonomi/investasi, khususnya dalam meningkatkan kapasitas individu maupun berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Menurut Vablen (dalam Yustika, 2012) kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal (sebagai subjek dari perubahan dramatis) yang direproduksi secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu berikutnya. Penyusunan kelembagaan juga diperlukan untuk menjadi strategi pembangunan ekonomi. Sehingga dalam hal ini kelembagaan dapat dijelaskan sebagai aturan main (rules of the game) dalam masyarakat, yang di mana aturan main tersebut mencangkup regulasi untuk memapankan masyarakat dalam berperilaku. 2.5.. Mewujudkan Tujuan Bersama Melalui Modal Sosial Coleman. mendefinisikan. modal. sosial. berdasarkan. fungsinya.. Menurutnya, modal sosial bukanlah entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung dua elemen: (i) modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial; dan (ii) modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor) baik individu maupun perusahaan di dalam struktur tersebut (within the structure). Dari perspektif ini, sama halnya dengan modal lainnya, modal sosial juga bersifat produktif, yakni membuat pencapaian tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih bila keberadaannya tidak eksis (dalam Yustika, 2012). Terkait dengan pengembangan UMKM batik dapat dikaitkan antara hubungan modal sosial dengan keberlangsungan suatu usaha. Hal tersebut dikemukakan oleh Granovetter (dalam Damsar, 2002), tentang bagaimana perilaku dan institusi dipengaruhi oleh hubungan sosial yang merupakan suatu permasalahan klasik dalam teori sosial. Granovetter mengemukakan suatu konsep keterlekatan (embededness) yaitu merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan.

(39) 38. secara sosial dan melekat dalam jaringan- jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor, disamping juga di level intitusi dan kelompok. Hal tersebut tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusiinstitusi ekonomi yang kesemuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Jaringan hubungan sosial merupakan sebuah rangkaian hubungan teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu atau kelompok. Tindakan yang dilakukan oleh anggota institusi jaringan adalah “terlekat” karena akan diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain (Damsar,2002). Maka dapat dikatakan bahwa modal sosial yang terjadi dalam suatu komunitas atau masyarakat melingkupi kehidupan sosial pelaku UMKM batik yang merupakan suatu bentuk hubungan-hubungan sosial yang dilakukannya, baik itu dengan kalangan pengerajin batik sendiri , ataupun dengan kalangan pengusaha, pedagang dan masyarakat sekitar yang berpengaruh dalam kehidupan sosial ekonomi. Selain memahami hubungan modal sosial dengan keberlangsungan usaha, terdapat pemikiran dari para ahli terkait pengertian modal sosial yang berbeda satu sama lain. Baker (dalam Yustika, 2012) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang diraih oleh pelakunya melalui struktur sosial yang spesifik dan kemudian digunakan untuk memburu kepentingannya; modal sosial tersebut. diciptakan. lewat. perubahan-perubahan. dalam. hubungan. antar. pelakunya. Sedangkan Schiff (dalam Yustika, 2012) mengartikan modal sosial sebagai seperangkat elemen dari struktur sosial yang memengaruhi relasi antarmanusia dan sekaligus sebagai input atau argumen bagi fungsi produksi dan/atau manfaat (utility). Selain itu, Burt (dalam Yustika, 2012) memaknai modal.

(40) 39. sosial sebagai teman, kolega, dan lebih umum kontak lewat siapa pun yang membuka peluang bagi pemanfaaat modal ekonomi dan manusia. Demikian pula dengan Uphoff (dalam Yustika,2012) yang menyatakan bahwa modal sosial dapat ditentukan sebagai akumulasi dari beragam tipe dari aspek sosial, psikologi, budaya, kelembagaan, dan aset yang tidak terlihat (intangible) yang memengaruhi perilaku kerjasama. Sementara itu, Putnam (dalam Ysustika, 2012) mendefinisikan modal sosial sebagai gambaran organisasi sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan. Seluruh definisi tersebut berujung dalam satu hal saja, bahwa modal sosial baru terasa bila telah terjadi interaksi dengan orang lain yang dipandu oleh struktur sosial. Modal. sosial. bisa. merujuk. kepada. norma. atau. jaringan. yang. memungkinkan orang untuk melakukan tindakan kolektif. Implikasinya, makna tersebut lebih memfokuskan kepada sumber (sources) daripada konsekuensi atas modal sosial, sementara pentingnya deskripsi tentang modal sosial, seperti kepercayaan dan hubungan timbal-balik, dikembangkan dalam sebuah proses yang terus-menerus. Sehingga dari beberapa definisi mengenai modal sosial diatas, terdapat sebuah aporisme terkenal yang berpendapat bahwa modal sosial “bukanlah masalah apa yang anda ketahui, tetapi siapa yang anda kenal” (it’s not what you know, it’s who you know that matters) (Fine dan Lapavitsas, 2004) dalam Kusuma (2017). Maka secara garis besar modal sosial merujuk kepada norma atau jaringan sosial yang memungkinkan orang untuk membangun suatu kepercayaan dalam melakukan suatu perilaku kerjasama. Dalam modal sosial tidak terlepas dari tiga elemen pokok penting antar lain, sebagai berikut;.

(41) 40. a) Kepercayaan (kejujuran, toleransi, kewajaran, sikap egaliter, dan kemurahan hati). b) Norma (aturan-aturan, norma dan sanksi, dan nilai-nilai bersama). c) Jaringan sosial (resiprositas, kerjasama, solidaritas, dan partisipasi). 2.5.1. Kepercayaan; Perekat dalam Modal Sosial Fukuyama (2002) berpendapat kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam modal sosial karena merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Dengan adanya kepercayaan (trust) maka orangorang yang ada di dalam kelompok masyarakat tersebut dapat bekerjasama secara lebih efektif. Trust memiliki manfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena dapat diandalkan untuk mengurangi biaya, hal ini dapat terlihat dengan adanya trust akan tercipta kesediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Adanya high-trust akan menciptakan solidaritas yang kuat sehingga mampu membuat tiap individu bersedia mengikuti aturan yang ada serta ikut memperkuat rasa kebersamaan dan memiliki. Sedangkan bagi masyarakat lowtrust dianggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu kelompok masyarakat, maka dibutuhkan campur tangan negara untuk diberikan bimbingan (Fukuyama, 2002). 2.5.2. Norma; Membatasi Perilaku agar Tidak Menyimpang Inayah (2012) berpendapat bahwa norma sosial adalah sekumpulan aturan masyarakat yang diharapkan agar dipatuhi serta diikuti oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya terinstitusionaisasi, tidak tertulis namun dapat dipahami sebagi suatu penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sanksi sosial yang diberikan.

(42) 41. jika melanggar. Norma sosial juga dapat menuntukan kuatnya hubungan antar individu karena dapat merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Maka dari itu, norma sosial merupakan salah satu bagian penting dalam modal sosial. Sementara Lawang (2005) berpendapat bahwa norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan kepentingan. Jaringan itu terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antar individu atau lebih, suatu norma muncul karena terjadinya pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika pertukaran tersebut hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja maka pertukaran sosial selanjutnya tidak akan terjadi. Oleh karena itu, norma yang muncul bukan hanya terjadi sekali melalui satu pertukaran saja. Namun, biasanya norma dapat tecipta karena adanya beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara. 2.5.3. Jaringan sosial; Mencapai Keberlangsungan Usaha Menurut Putnam (1993), infrastruktur dinamis dalam modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya interkasi dan komunikasi, tumbuhnya kepercayaan, serta memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kuat. Ketika seseorang bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kencal , baik bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996). Putnam (1995) berpendapat bahwa jaringan sosial yang erat. akan. memperkuat. perasaan. kerjasama. para. anggotanya. serta. manfaatmanfaat dari partisipasinya itu. Untuk memahami jaringan yang memungkinkan individu mengakses sumber daya dan bekerjasama dalm mencapai tujuan yang sama merupakan bagian penting dari konsep modal sosial. Di mana Putnam (1988) dalam Winarni.

(43) 42. (2011) membedakannya dengan hubunga formal dan hubungan informal. Jaringan sosial dalam hubungan formal biasanya seperti ada pada kelompok, asosiasi, dan sebagainya. Sedangkan jaringan sosial dalam hubungan informal seperti terjadi antara keluarga, tetangga, kerabat, dan teman. Strutktur jaringan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang terjalin, output yang di hasilkan, serta modal sosial yang terbentuk. Berdasarkan pada elemen penting modal sosial di atas, terdapat beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran modal sosial, antara lain (Suharto, 2005): a) Perasaan identitas b) Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan aliensi c) Sistem kepercayaan dan ideologi13 d) Nilai-nilai dan tujuan-tujuan e) Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat f). Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya; pendapatan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, pekerjaan, perumahan, dan transportasi). g) Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu h) Keyakinan pada lembaga-lemabaga masyarakat dan orang-orang pada umunya i). Tingkat kepercayaan. j). Kepuasaan dalam hidup dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. k) Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan Maka dapat dikatakan bahwa modal sosial terbentuk dari bawah ke atas (bottomup), tidak hierarkis, serta berdasarkan pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu, modal sosial ialah bukan merupakan produk dari kebijakan dan.

(44) 43. inisiatif pemerintah. Namun, modal sosial dapat dihancurkan atau ditingkatkan oleh negara melalui kebijakan publik (Onyx, 1996). 2.6.. Modal Sosial sebagai Pendukung Ikatan Sosial Setelah memahami pengertian dan aspek yang termasuk kedalam modal. sosial, selanjutnya akan dijelaskan mengenai tipe dari modal sosial itu sendiri. Pertama, Modal sosial mengikat (social capital bonding), modal sosial menyambung (social capital bridging) serta modal sosial mengait (social capital linking) memiliki bentuk yang berbeda. Menurut Woolcock (2000) modal sosial mengikat (social capital bonding) merupakan tipe modal sosial yang memiliki karakteristik ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Pada umumnya berasal dari ikatan kekeluargaan, sahabat, dan kehidupan bertetangga. Anggota dalam modal sosial ini umumnya memiliki interaksi yang insentif. Kedua, Modal sosial menyambung (social capital bridging) merupakan ikatan sosial yang muncul akibat reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Modal sosial tipe ini muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga membangun kekuatan dari kelamahan tersebut. Terbentuk modal sosial tipe ini karena adanya interaksi antar kelompok dalam suatu daerah dengan tingkatan yang relatif lebih rendah seperti etnis, kelompok agama, serta tingkat pendapat tertentu. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam masyarakat agar mampu menggali serta memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki baik SDM (Sumber Daya Manusia) maupun SDA (Sumber Daya Alam). Sementara yang ketiga, Modal sosial mengait (social capital linking) adalah hubungan sosial yang dikarakteristikkan akibat adanya beberapa level hubungan dari kekuatan sosial ataupun status sosial yang ada di dalam masyarakat. Pada.

(45) 44. umumnya modal sosial mengait (social capital linking) terbentuk dari adanya hubungan formal antar berbagai pihak seperti bank, sekolahan, lembaga politik, pertanian, klinik kesehatan, kepariwisataan dan sebagainya. Sebagai contoh hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum (elite politik dalam hal ini dipandang khalayak sebagai public figure serta memiliki status sosial). Namun, karena mereka mempunyai kepentingan yang sama, maka mereka membentuk hubungan sosial. Pada umumnya ketiga tipe modal sosial ini dapat berfugsi tergantung dari keadaanya. Ketiga tipe modal sosial tersebut dapat bekerja dalam kelemahan ataupun kelebihan dari suatu permasalahan yang ada di masyarakat. Tipe modal sosial tersebut dapat dijadikan serta digunakan untuk pendukung sekaligus dapat menjadi penghambat dalam ikatan sosial tergantung bagaimana individu atau masyarakat memaknainya. 2.7.. Modal Sosial; Guna Mengatasi Masalah Ekonomi Modal sosial memiliki manfaat untuk mengatasi masalah ekonomi maupun. masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Collier (1998) dalam Winarni (2011) modal sosial memiliki peranan untuk mengatasi kegagalan pasar terutama dalam hal informasi, permasalahan oportunistik, maupun permasalahan free rider (pemboncengan gratis) sehingga dapat memudahkan aksi kolektif. Bersamaan dengan physical capital dan human capital, modal sosial dapat memfasilitasi aktivitas yang produktif. Sependapat dengan hal tersebut, menurut Paldam (2000) dalam Winarni (2011) modal sosial akan menentukan bagaimana orang-orang mudahnya bekerja bersama sehingga dapat menurunkan biaya transaksi, memuluskan aksi kolektif serta dapat mengurangi permasalahan pemboncengan gratis (free rider) terutama dalam berbagai kontrak maupun penyediaan barang bersama..

(46) 45. Modal sosial dapat digunakan dalam berbagai kebutuhan, namun yang paling umum ialah modal sosial biasanya digunakan dalam upaya pemberdayaan masyarakat. World Bank memberikan perhatian khusus dengan mengkaji implementasi maupun peranan modal sosial untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang (Syahyuti, 2008). Sedangkan menurut Lin (2001) dalam Vipriyanti (2007) modal sosial dapat berguna untuk meningkatkan efektivitas pembangunan melalui; a) Tersedianya aliran informasi simetris yang dapat menghindari munculnya biaya transaksi. b) Terciptanya pengaruh yang kuat antar pelaku pembangunan dalam pengambilan keputusan. c) Adanya jaminan sosial dalam memperoleh akses yang lebih baik terhadap berbagai sumber. d) Terbentuknya rasa saling berbagi antar anggota organisasi sehingga tersedia dukungan yang bersifat emosional dan pengakuan publik..

(47) 2.3.. Studi Terdahulu. Tabel 2.5 Matriks Penelitian Terdahulu Mengenai Modal Sosial No. 1. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Borshalina, Tita. 2015.. melihat pengaruh orientasi pasar. Metode. UMKM Batik Trusmi berinovasi. Marketing Strategy and the. terhadap inovasi dan juga melihat. kualitatif. dengan menggunakan pewarna alami. Development of Batik Trusmi. pengaruh inovasi terhadap kinerja UKM. yang di mana diambil dari daun. In the Regency of Cirebon. Batik Trusm serta melihat beberapa. mangga, kulit pohon, tembakau, dll. which Used Natural Coloring. pengaruh tidak langsung antara. dapat meminimalisir penggunaan. Matters. Social and. orientasi pasar terhadap kinerja melalui. limbah. Penggunaan pewarna alami. Behavioral Sciences. No.169.. inovasi UKM Batik Trusmi.. juga memberikan nilai positif terhadap. PP 217-226.. Ket.. harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pewarna sintetis.. 2. Margried, Nancy. 2015. Batik. untuk memberdayakan masyarakat. Metode. Perangkat lunak Jbatik bukan hanya. Fractal Community: Creative. dengan ekonomi rendah dalam. kualitatif. alat yang digunakan untuk mengubah. Engagement through. kegiatan kreatif yang memanfaatkan. pola batik dari manual ke digital,. teknologi maju.. namun juga dapat meningkatkan partisipasi generasi muda dalam. 46.

(48) No.. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Technology. Social and. membuat batik. adanya Teknologi. Behavioral Sciences. No.. juga telah berhasil menjembatani. 184. PP 214-222.. antara yang lebih muda dengan. Ket.. generasi yang lebih tua dalam berkreativitas dan menimbulkan dampak ekonomi bagi mereka. 3. 4. Thompson, Maria. 2018.. Melihat peran modal sosial dengan. Metode. Modal sosial merangsang kegiatan. Social capital, innovation and. kaitannya kegiatan inovasi dan. kualitatif. inovasi, yang menghasilkan. economic growth. Journal of. pertumbuhan ekonomi. keuntungan monopoli yang lebih. Behavioral and Experimental. tinggi, serta modal sosial. Economics. Vol 73, PP 46-. menghasilkan penguatan diri yang. 52.. lebih tinggi.. Kusuma, Arifin Fafan. 2015.. mengeksplorasi peran dan nilai modal. Metode. Adanya modal sosial berperan. Nilai-nilai modal sosial yang. sosial dalam pengembangan pariwisata. kualitatif. sebagai wadah untuk membangun. terkandung dalam. berbasis masyarakat.. Perkembangan pariwisata. pariwisata di kota Solo, karena mampu menimbulkan kerjasama. (studi kota solo). Jurnal. 47.

(49) No.. 5. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Bisnis dan Ekonomi. Vol. 22,. masyarakat dan pemerintah dalam. No. 1. PP 65-84.. mengembangkan pariwisata.. Pertiwi, Michelia Nindya.. Untuk mengetahui fungsi paguyuban. Metode. Beberapa fungsi dari adanya. 2014. Fungsi paguyuban. kampung batik dalam melestarikan. Kualitatif. paguyuban kampung batik adalah. kampung batik dalam. batik semerang serta mengetahui faktor. sebagai fungsi ekonomi, fungsi sosial. pelestarian batik semarang di. pendorong dan penghambat dalam. budaya, dan fungsi pelestarian. Kota Semarang. Solidarity.. pelestarian batik semarang.. kebudayaan. Sedangkan aktivitas. Vol. 3, No. 1. PP 56-63.. Ket.. yang dilakukan oleh paguyuban kampung batik untuk melestarikan batik semarang adalah dengan cara mengadakan promosi dan pameran, mengadakan pembinaan, mengadakan pengembangan inovasi terhadap motif dan corak batik.. 6. Anantanyu, Sapja. 2011.. Untuk mengetahui peran dan strategi. Metode. Peningkatan kapastias kelembagaan. Kelembagaan petani: peran. kelembagaan dalam memperbaiki taraf. Kualitatif. petani dilakukan sejalan dengan. dan strategi Pengembangan. kegiatan penyuluhan pertanian. 48.

(50) No.. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. kapasitasnya. SEPA. Vol. 7,. hidup, harkat dan martabat seorang. dengan memotivasi petani untuk. No. 2. PP 102-109.. petani.. berpartisipasi dalam kelembagaan. Ket.. petani. Upaya yang harus dilakukan bagi pemangku kepentingan khususnya pemerintah adalah meningkatkan kapasitas penyuluh lapangan, menggunakan pendekatan paritisipatif serta memperkuat kelembagaan penyuluhan. 7. Rahman, Aisyah Abdul. 2014.. Secara teoritis mengevaluasi mengapa. Metode. Penulis menyarankan agar kontrak. Failure and potential of profit-. pembagian keuntungan (Profit-Loss. kualitatif. Profit-Loss Sharing paling baik. loss sharing contracts: A. Sharing) selalu gagal dan melihat. diposisikan jika bank syariah tersebut. potensinya dalam lingkup New. memainkan peran sebagai. Institutional Economics Theory (NIE).. pengusaha.. perspective of New Institutional, Economic (NIE) Theory. PacificBasin Finance Journal. Vol. 28, PP 136-151.. Agar didapatkan hasil untuk menarik argumen teoritis yang pasti apakah institusi perbankan syariah tersebut. 49.

(51) No.. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Ket.. harus bertindak sebagai perantara keuangan atau sebagai pengusaha. 8. Vega, Dora E. 2016. Situating. Bertujuan untuk mengidentifikasi fitur. Metode. Diperlukan faktor lain yang. community forestry enterprises. organisasi utama serta kelemahan. kualitatif. memotivasi dan mendorong. within New Institutional. yang ada di Community forestry. kelompok untuk mencapai tujuan. enterprises (CFEs) dengan. tertentu juga diperlukan karena jenis. menggunakan teori New Institution. organisasi tersebut mengandalkan. Economics (NIE). Teori tersebut. sumber daya tidak berwujud yang. difokuskan pada argumen mengenai. tidak tersedia bagi perusahaan. efisiensi ekonomi, khususnya pada. tradisional milik investor.. Economic theory: What are the implications for their organization?. Journal of Forest Economics. Vol. 25, PP 1-13.. pengurangan biaya transaksi yang berfungsi sebagai insentif untuk tidakan kolektif oleh kelompok pemilik.. 50.

(52) No. 9. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Meador, E. John. 2017. On a. Masyarakat pedesaan yang sekarang. Metode. Penciptaan kelembagaan pada. unified theory of development:. ini mengalami tantangan dalam. kualitatif. pedesaan tidak terjadi secara. New institutional economics &. kaitannya dengan pembangunan. spontan, namun hal tersebut terjadi. ekonomi dan sosial harus mampu. seacara alami karena adanya proses. berkembang. Melalui penjangkauan,. perilaku dalam masyarakat. penyuluhan, pendidikan,dan pelatihan. pedesaan. Pada akhirnya masyarakat. diharapkan masyarakat pedesaan. pedesaan dapat bereksplorasi dan. mambu berkembang mengurangi. menjadikan kelembagaan sebagai. tantangan yang ada. Melalui. acuan pembangunan terpadu.. the charismatic leader. Journal. Ket.. of Rural Studies. Vol.53, PP 144-155.. pandangan kelembagaan baru agar lebih memahami situasi permasalahan pertumbuhan yang ada di pedesaan.. 51.

(53) No. 10. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Roggero, Matteo. 2015.. Penelitian ini membahas tentang. Metode. Penelitian tersebut menemukan. Adapting institutions: exploring. adaptasi iklim dari perspektif ekonomi. kualitatif. bahwa kelembagaan integratif. climate adaptation through. kelembagaan, dengan fokus pada. merupakan kondisi yang cukup untuk. pemerintah daerah dengan. di gunkan, karena administrasi. mengeksplorasi peran mereka sebagai. negara dapat menghindari tambahan. birokrasi yang menangani sistem yang. biaya terkait adanya konflik di antara. saling ketergantungan.. pengguna sumber daya.. institutional economics and set. Ket.. relations. Ecological Economics. Vol. 118, PP 114-122.. 11. Priyatna, Fatriyandi Nur. 2007.. Penelitian ini bertujuan untuk. Metode. Penelitian tersebut mendapatkan. Strategi pengembangan. mempelajari kelembagaan lokal yang. kualitatif. hasil bahwa kelembagaan yang ada. kelembagaan kelompok nelayan. ada di Waduk Wadas Lintang dan. adalah kelembagaan formal dan. peluang serta upaya. kelembagaan informal dan memiliki. pengembangannya menjadi. pengaruh signifikan terhadap faktor. kelembagaan pengelola waduk.. penerimaan anggota terhadap. sebagai kelembagaan pengelola waduk di perairan waduk wadas lintang, kabupaten wonosobo.. 52.

(54) No.. Nama. Tujuan Penelitian. Metode. Hasil. Jurnal Bijak dan Riset Sosek. Penelitian dilakukan di empat desa di. keberadaan dan fungsi kelembagaan. KP. Vol. 2, No. 2. PP 209-217. Kecamatan Wadas Lintang, Waduk. lokal serta tingkat partisipasi anggota. Wadas Lintang, Kabupaten Wonosobo,. yang lebih tinggi pada kelembagaan. Propinsi Jawa Tengah pada bulan. formal. Pilihan strategi fasilitasi dapat. Agustus - Oktober tahun 2006.. diterapkan oleh pemerintah dalam. Ket.. upaya pengembangan kelembagaan kelompok nelayan dengan melalui tahapan pembentukan dan penyusunan kelembagaan; penguatan; dan pengembangan kelompok nelayan menggunakan pendekatan partisipasi dan “learning process” dalam semua proses pengambilan keputusan.. 53.

(55) 54. 2.4.. Kerangka Berpikir Salah satu UMKM yang menjadi sorotan pemerintah guna memajukan. pembangunan daerah adalah Batik Banyuwangi. Batik Banyuwangi memang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas seperti halnya batik Solo maupun Jojga, namun produk UMKM tersebut mempunyai nilai sejarah yang hingga saat ini masih dijaga kelestariannya melalui program Banyuwangi Batik Festival. Perkembangan mulai terasa bukan hanya dari tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, namun juga adanya peningkatan pengetahuan dari pengerajin tentang pengembangan berbagai macam motif batik serta inovasi olahan produk kain batik yang sekarang ini tidak hanya di aplikasikan pada pakaian saja. Adanya kerjasama pada pelaku UMKM batik dengan pelaku UMKM lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan dapat disebut juga sebagai modal sosial. Modal sosial digunakan sebagai faktor kunci untuk mengembangkan UMKM batik karena dapat membantu pengerajin batik untuk tetap eksis serta mendapatkan keuntungan. Beranjak dari fenomena tersebut maka penelitian ini difokuskan pada peran modal sosial dalam pengembangan UMKM Batik di Kabupaten Banyuwangi. Berikut kerangka pikir dari penelitian yang akan dilakukan, dapat dilihat pada bagan dibawah ini (lihat gambar 2.3):.

(56) 55. Gambar 2.3 Kerangka Pikir. Pembangunan. Fisik. Non Fisik. ( Sarana dan Prasarana). (Ekonomi, SDA, Kesehatan, Pendidikan). Salah satu program UMKM. Modal Sosial (Kepercayaan, Norma, dan Jaringan Sosial) Sumber: Illustrasi pribadi, 2018.

(57) BAB III METODE PENELITIAN Suatu permasalahan yang dibahas dalam penelitian memiliki sebuah cara tersendiri dalam memecahkannya. Beberapa metode yang digunakan juga berbeda-beda, bukan berarti suatu permasalahan yang menggunakan metode kualitatif dapat dipecahkan menggunakan metode kuantitatif, begitu pula sebaliknya. Maka pemilihan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas sangat penting. Menurut Sugiyono (2008) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dikelompokkan menjadi tiga metode penelitian, yaitu: naturalistik (kualitatif), eksperimen, dan survey (kuantitatif). Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat secara alamiah dengan mengedepankan suatu proses komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Denzin dan Lincoln (1994) berpendapat bahwa metodologi penelitian kualitatif mampu menggali pemahaman yang mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus dari pada sekedar mendeskripsikan permukaan dari sampel besar dalam sebuah populasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengidentifikasi peran perubahan kelembagaan dalam upaya pengembangan usaha batik di Kabupaten Banyuwangi.. 56.

(58) 57. 3.1.. Pendekatan Penelitian Pada. penelitian. ini. menggunakan. model. pendekatan. penelitian. fenomenologi di mana pendeketan model ini merupakan tradisi dari penelitian kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi (Moleong, 2005). Model pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami arti suatu peristiwa dengan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi peristiwa tertentu. Menurut Husserl, setiap manusia memiliki penghayatan dan pemahaman terhadap setiap fenomena yang telah dilaluinya dan penghayatan serta pemahaman tersebut dapat mempengaruhi dalam perilakunya (Herdiansyah, 2009). 3.2.. Lokasi dan Situs Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat di mana keadaan sebenarnya. dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Penelitian ini memilih lokasi di Kabupaten Banyuwangi, yang di mana lokasi ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yaitu identifikasi peran modal sosial dalam upaya pengembangan UMKM batik di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan situs merupakan tempat atau area yang berada pada lokasi penelitian. Maka situ penelitian yang dipilih peneliti untuk mendapatkan data dan infromasi sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi dan tempat pengerajin Batik di wilayah Sayu Wiwit, Karangasem, Kecamatan Giri, dan Kecamatan Licin, yang di mana pada situs tersebut memiliki nilai sejarah asal muasal batik banyuwangi dan beberapa tempat yang baru memulai pengembangan UMKM batik Banyuwangi. diharapkan dari situs tersebut mendapatkan informasi yang diperlukan terkait peran modal sosial dalam pengembangan UMKM batik Banyuwangi..

(59) 58. 3.3.. Unit Analisis dan Penentuan Informan Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai unit analisis dan penentuan. informan untuk menggali informasi dan data yang dibutuhkan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai unit analisis dan penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini: 3.3.1. Unit Analisis Unit analisis merupakan apa atau siapa yang sedang dipelajari atau diteliti (Babbie, 2014). Menurut Zulganef (2013) unit analisis merupakan sumber informasi mengenai variabel yang akan diolah dalam penelitian. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, hasil produksi, rumah tangga, dan lain-lain (Harianti, et al: 2012). Maka dari itu, unit analisis dari penelitian ini berfokus pada modal sosial dalam pengembangan pengerajin batik yang memiliki keterlibatan ataupun informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam meneliti di kabupaten Banyuwangi. 3.3.2. Penentuan Informan Menurut. Babbie. (2014). informan. merupakan. seseorang. yang. berpengalaman atau praktisi serta memiliki pengalaman pada objek yang akan diteliti. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Hal tersebut juga diungkapkan Sugiyono (2008) dalam menentukan informan dapat menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu. Pertimbangan yang diperhatikan dalam penelitian ini di mana informan atau sampel tersebut dianggap mengetahui tentang permasalahan yang sedang diteliti atau informan yang dipilih memiliki jabatan tertentu di lokasi penelitian sehingga dapat memudahkan penulis dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Menurut Nasution dalam (Sugiyono, 2008) penentuan informan atau sumber data dianggap telah cukup apabila sudah sampai pada taraf “redundancy”.

(60) 59. (data yang diterima sudah jauh dari permasalahan yang diteliti serta informan tersebut tidak memberikan informasi yang baru), hal itu artinya bahwa diperbolehkan untuk mencari informan baru apabila informan yang lama sudah tidak dapat memberikan tambahan informasi yang baru dan benar. Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui atau mengerti kejadian terkait perkembangan batik Banyuwangi. Kriteria-kriteria informan dalam penelitian ini antara lain, Tabel 3.6 Kriteria-kriteria Informan Jenis informan. kriteria. Informan. Memiliki pengetahuan akan Batik Banyuwangi Mengetahui sejarah batik Banyuwangi. Informan Utama. Memiliki pengaruh dalam suatu kelompok batik Banyuwangi (Ketua Kelompok). Ketua kelompok Asosiasi Batik Banyuwangi. Memiliki usaha batik Mengetahui latar belakang perkembangan batik Banyuwangi Memiliki pengetahuan akan batik. Informan Pendukung. Tergabung dalam suatu kelompok batik Banyuwangi Merasakan adanya perkembangan batik Banyuwangi. Perwakilan Dinas Koperasi dan UM Kab. Banyuwangi dan Pengerajin batik Banyuwangi. Sehingga dapat dirangkum dari tabel kriteria terkait informan utama yang menjadi objek penelitian yaitu Firman Sauqi selaku Ketua kelompok Asosiasi Batik.

(61) 60. Banyuwangi. Sedangkan informan pendukung penelitian adalah informan dari pihak Dinas Koperasi dan UMKM di wilayah Kabupaten Banyuwangi, serta pengerajin batik di Kabupaten Banyuwangi salah satunya Bu Is selaku pemilik batik Karangsegoro, Fonny Meilyasari selaku pemilik Batik Sayu Wiwit, dan Syamsudin selaku pemilik batik Banjarwangi. Pada umumnya, dalam penelitian kualitatif tidak diperlukan informan dalam jumlah banyak, melainkan kecukupan serta kesesuain informasi yang di dapat dalam penelitian. 3.4.. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah bersifat data primer dan. data sekunder baik yang bersifat data kuantitatif maupun kualitatif. Data primer didapatkan dengan mengadakan wawancara, visual ethnography, serta observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan hasil-hasil penelitian sebelumnya melalui studi dokumen. Hal ini dilakukan dengan menelusuri informasi dari berbagai sumber data yang terdiri atas informan, tempat dan peristiwa serta dokumentasi atau arsip terkait yang ada. a). Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan. ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2008). Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari responden. Wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini adalah wawancara semi terstruktur yang di mana sudah disiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu wawancara sebelum aktivitas wawancara dilakukan. Daftar topik dan pertanyaan pemandu berfungsi untuk memulai wawancara, urutan pertanyaan dan pembahasan juga tidak harus sama seperti pada panduan, semua tergantung dari jalannya wawancara (Saroja, 2012). Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang sebenarnya dan.

Gambar

Grafik 1.1   Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi
Grafik 1.1  Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Atas  Dasar Harga Konstan (miliar rupiah), 2007-2016
Tabel 1.2   Beberapa Penghargaan/prestasi Kabupaten Banyuwangi Tahun  2017
Gambar 1.1 Banyuwangi Festival 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada pengaruh kompetensi pedagogik dan manajemen pembelajaran terhadap penjamin mutu di Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai Lampung cukup baik dengan hasil regresi sebesar Ya = ax1

Pembinaan prestasi olahraga dengan berbagai cara telah dilakukan sejak zaman Olimpiade modern hingga sekarang. Pembinaan tersebut tidak hanya terpaku pada satu

Peta pendidikan adalah jumlah kebutuhan sekolah dalam suatu wilayah yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi sekolah yang tepat berdasarkan kepadatan penduduk dan jumlah

Jika ABCDEF adalah titik-titik sudut dari sebuah segi-enam beraturan, maka carilah resultan dari gaya-gaya yang dinyatakan oleh vektor-vektor AB, AC, AD, AE, dan AF... Penyelesaian::

Penelitian yang dilakukan oleh Menurut penelitian aryadi (2011) pada perilaku konsumen GIANT supermarket dinoyo Malang menyatakan bahwa dengan memberikan kualitas

Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih,

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh percaya diri anak di TK Thoriqussalam yang belum berkembang dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pretest yang

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kini berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa Pemerintahan daerah adalah