• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Morse (dalam Denzin et al., 2009:279), menjelaskan bahwa perencanaan penelitian mencakup banyak elemen (unsur), termasuk pemilihan lokasi. Menentukan lokasi merupakan tahapan penting dalam penelitian, dan karena biasanya melakukan negosiasi tempat menyita banyak waktu (sering kali melibatkan para tetua dan pamong sebagai penilai apa saja dampaknya terhadap institusi setempat).

Berdasarkan uraian di atas, adapun lokasi dan waktu penelitian ini adalah sebagai berikut. Lokasi Penelitian penelitian ini tepatnya dilaksanakan pada masyarakat suku Melayu, yang berlokasi di Desa Aras Kabu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2012 dan selesai pada bulan Desember 2012, dengan proses pengambilan data hingga tahap penulisan.

Pemilihan Desa Aras Kabu sebagai daerah lokasi penelitian penulis, didasarkan kepada masih terdapatnya para nelayan yang mengamalkan dan melakukan mantra sebelum mereka melaut ke kawasan Selat Melaka di sepanjang pantai Deli Serdang. Para pengamal mantra ini tetap meneruskan tradisi tersebut kepada para nelayan yang lebih muda, termasuk kepada anak dan cucunya yang berprofesi sebagai nelayan atau bukan nelayan. Selain itu, para informan kunci yang mengamalkan mantra ini umumnya juga memahami adat dan budaya Melayu secara umum, dan mereka bukan saja memelihara mantra melaut tetapi juga mantra yang lain dan budaya Melayu yang lainnya. Selain itu, para pengamal mantra ini juga memiliki tingkat pengetahuan agama

Islam yang baik di atas pengetahuan umat Islam pada umumnya. Ini dsebabkan bahwa mantra Melayu adalah berasas kepada nilai-nilai dan ajaran agama Islam.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami suatu objek. Jadi, metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek penelitian. Kumpulan metode disebut metodik, sedangkan ilmu yang mempelajari metode-metode disebut metodologi (Subyantoro dkk., 2006:65).

Metode yang digunakan pada penelitian tradisi ritual mantra melaut suku Melayu di Aras Kabu adalah metode kualitatif. Analisis kualitatif mantra melaut menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas atau frekuensinya. Menurut Denzin,

et al. (2009:6) menjelaskan bahwa peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penelitian. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penelitian yang sarat nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.

Penelitian kualitatif merupakan bidang antar-disiplin, lintas-disiplin, dan kadang-kadang kontradisiplin. Penelitian kualitatif menyentuh humaniora, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu fisik. Penelitian ini teguh dengan sudut pandang naturalistik sekaligus kukuh dengan pemahaman interpretif mengenai pengalaman manusia (Nelson, dkk., dalam Denzin dan Lincoln, 2009:5).

Denzin dan Lincoln menyatakan secara eksplisit tentang penelitian kualitatif dalam sejarah ilmu pengetahuan manusia sebagai berikut.

QUALITATIVE [sic.] research has a long and distinguished history in human disiplines. In sociology the work of the "Chicago school" in the

1920s and 1930s established the importance of qualitative research for the study of human group life. In anthropology, during the same period, ... charted the outlines of the field work method, where in the observer went to a foreign setting to study customs and habits of another society and culture. ...Qualitative research is a field of inquiry in its own right. It crosscuts disiplines, fields, and subject matter. A complex, interconnected, family of terms, concepts, and assumtions surround the term qualitative research (Denzin dan Lincoln, 1995:1).

Artinya:

Penelitian kualitatif telah membentuk masa yang panjang dan memiliki sejarah yang khas dalam disiplin ilmu-ilmu kemanusiaan. Di dalam ilmu sosiologi karya-karya yang dihasilkan oleh “aliran Chichago” pada dasawarsa 1920-an dan 1930-an telah menghasilkan peneltian kualitatif terhadap kelompok manusia yang begitu penting sumbangannya. Di dalam antropologi pula, dalam masa yang sama, ... telah membentuk kerangka kerhja dalam metode kerja lapangannya, yaitu para peneltinya melakukan penelitian terhadap masyarakat asing di luar kelompok peneliti untuk melakukan kajian terhadap adat dan kebiasaan masyarakat dan budaya lain. Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berdasar kepada lapangan penelitian itu sendiri. Penelitian kualitatif adalah berlandaskan kepada silang disiplin ilmu, lapangan, dan lingkup kajian. Istilah-istilah yang kompleks, saling keterhubungan, seperangkat istilah, konsep, dan asumsi, mendukung keberadaan penelitian kualitatif ini.

Lebih jauh Nelson menjelaskan menegnai apa itu penelitian kualitatif menurut keberadaannya di dalam dunia ilmu pengetahuan adalah seperti yang diperturunkan berikut ini.

Qualitative research is an interdisiplinary, transdisiplinary, and sometimes counterdisiplinary field. It crosscuts the humanities and the social and physical sciences. Qualitative research is many things at the same time. It is multiparadigmatic in focus. Its practitioners are sensitive to the value of the multimethod approach. They are commited to the naturalistic perspective, and to the interpretive understanding of human experience. At the same time, the field is inherently political and shaped by multiple ethical and political positions (Nelson dan Grossberg, 1992:4).

Artinya:

Penelitian kualitatif adalah penelitian lapangan yang bersifat interdisiplin, transdisiplina, dan adakalanya kounterdisiplin. Penelitian ini merupakan hasil persilangan ilmu-ilmu humaniora, sosial, dan alam. Penelitian kualitatif ini menggunakan ilmu-ilmu itu secara bersamaan. Penelitian kualitatif fokus terhadap multiparadigma. Para penggiat penelitian kualitatif biasanya sangat peka terhadap nilai-nilai pendekatan multimetode. Mereka sangat setia kepada pendekatan yang berperspektif alamiah, serta menafsirkan pengetahuan mengenai pengalaman manusia. Pada saat yang

sama, lapangan penelitian kualitatif ini inheren dengan politik dan dibentuk oleh berbagai posisi etik dan politis.

Dari kedua kutipan di atas secara garis besar dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif umumnya ditujukan untuk mempelajari kehidupan kumpulan manusia. Biasanya manusia di luar kumpulan penelitian. Penelitian ini melibatkan berbagai jenis disiplin, baik dari ilmu kemanusiaan, sosial, ataupun ilmu alam. Para penelitinya nya percaya kepada perspektif naturalistik, serta menginterpretasi untuk mengetahui pengalaman manusia, yang oleh karena itu biasanya inheren dan dibentuk oleh berbagai nilai etika posisi politik.

3.3 Data dan Sumber Data

Pelaporan jenis data, sumber data dan teknik penjaringan data perlu diberikan dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa saja yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. (Denzin dkk., 2009:vi).

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini data dan sumber datanya adalah sebagai berikut. (i) Data Primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan pedoman daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada informan kunci. Data primer ini berupa data lisan hasil wawancara dan diperoleh dari sumber dukun atau bomoh yang menjalankan ritual melaut. (ii) Data Sekunder. Data-data sekunder pada penelitian ini berupa: teks, dokumen, surat-surat, foto, hasil rekaman kaset, kombinasi teks, gambar dan suara: film ataupun video.

3.4Prosedur Pengumpulan Data

Beberapa prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut ini. (1) Metode Partisipatoris. Metode partisipatoris adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini memerlukan kemampuan peneliti untuk terjun langsung ke lapangan bergabung dengan masyarakat yang hendak diteliti, pada penelitian ini penulis langsung dan berbaur dengan kehidupan masyarakat suku Melayu Desa Aras Kabu Deli Serdang. Dengan demikian, penulis dapat menggambarkan liku-liku kehidupan mereka secara mendetail berdasarkan data yang objektif.

(2) Metode Observasi. Metode observasi berbeda dengan metode partisipatoris. Menurut Arikunto (dalam Triswanto, 2010:32) menjelaskan bahwa observasi disebut pengamatan atau peninjauan secara cermat. Pengamatan adalah pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan semua kemampuan pancaindra. Biasanya observasi dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasakan.

Sedangkan menurut Poerlvanto (dalam Triswanto, 2010:32) mengatakan, observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Data berupa informasi faktual secara cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan, dan situasi sosial sesuai dengan konteks tempat kegiatan-kegiatan itu terjadi.

Dari uraian di atas, penelitian ini menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai prosesi ritual dan pembacaan mantra melaut serta mengamati semua pola tingkah laku masyarakat suku Melayu di Desa Aras Kabu.

1. Wawancara. Semula istilah wawancara diartikan sebagai tukar-menukar pandangan antara dua orang atau lebih. Kemudian, istilah ini diartikan lebih lanjut, yaitu sebagai metode pengumpulan data atau informasi dengan cara tanya jawab sepihak, dikerjakan secara sistemik dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Tujuan wawancara sendiri adalah mengumpulkan data atau informasi (keadaan, gagasan/pendapat, sikap/tanggapan, keterangan dan sebagainya) dari suatu pihak tertentu. (Subyantoro, dkk., 2006:97).

Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa penelitian ini menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Wawancara pada penelitian, yakni ada dua orang atau lebih yang melakukan tanya jawab, di mana pihak pertama yaitu orang yang bertanya (pewawancara) yang memerlukan data atau informasi dari pihak lain (yang diwawancarai). Pihak yang diwawancarai pada penelitian ini adalah dukun atau bomohh yang akan menjadi pemandu dalam acara melaut suku Melayu Aras Kabu ini.

2. Kajian Dokumen. Metode pengumpulan data selanjutnya pada penelitian ini adalah kajian dokumen. Berbagai data baik fakta yang terkumpul dalam surat-surat, catatan harian, foto, laporan, artefak, naskah-naskah, dan sebagainya maupun dalam bentuk yang lain, perlu disimpan dalam bentuk dokumentasi. Sifat data ini tidak terbatas ruang dan waktu sehingga penulis mengetahui hal-hal yang terjadi pada waktu yang lalu.

3. Rekaman. Perekaman merupakan salah satu metode pengumpulan data pada penelitian ini. Perekaman merupakan data pendukung untuk penelitian ini. Perekaman dilakukan mulai dari persiapan, saat dilakukan, dan berakhirnya ritual melaut tersebut. Hasil dari perekaman akan dibuat dalam bentuk video atau dalam bentuk film untuk mengecek kembali kesesuaian data.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode analisis yang digunakan, ada beberapa bentuk analisis data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. (1) Mengumpulkan semua data baik sekunder maupun primer yang berhubungan mantra ritual melaut. (1) Mengklasifikasikan semua data yang ditemukan mengenai mantra ritual melaut. (2) Menganalisis data mantra ritual melaut yang telah diklasifikasikan. (3) Menerjemahkan semua data yang didapat baik itu berupa mantra atau dalam bentuk yang lainnya ke dalam bahasa Indonesia. (4) Mencari makna yang terdapat dari setiap unsur-unsur yang menjadi tanda yang digunakan selama prosesi ritual melaut. (5) Pengembangan ceri-ta diceri-tambah dengan penjelasan dan menulis pengalaman yang dialami selama terlibat di dalam ritual melaut.

BAB IV