• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian, maka cara yang dipergunakan dalam suatu penelitian haruslah relevan dengan masalah yang ditentukan.72 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Menurut Bungin (2007), pada penelitian kuantitatif menuntut peneliti menemukan masalah penelitian, menentukan hipotesis, dan menemukan konsep-konsep dan menemukan alat-alat untuk menganalisis data.73 Sebaliknya, Miles dan Huberman (1992) berpendapat bahwa penelitian dengan menggunakan pendekatan metode kualitatif digunakan sebagai dasar pendekatan kerja serta menjadi unsur utama dalam penelitian ilmu-ilmu sosial tertentu.74

Penelitian ini menggunakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Penggabungan seperti ini pernah dilakukan Gerald Fry di Thailand dalam bidang pendidikan. Paradigma baru ini diberi nama Ethnographic Residual Analysis dan diuji coba pada tiga kasus. Pertama, menggunakan pendekatan kualitatif untuk

72

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yokjakarta: Gajahmada University, 1995).

73

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), p 25. 74

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang

Metode-metode Baru (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi dari Qualitative Data Analysis) (Jakarta:

menjawab pertanyaan dasar apakah konsep-konsep yang mendasari model Blau Duncan dapat berterima dalam konteks budaya Thailand. Di dalam hal ini, kualitatif interview dengan orang Thailand sebelum menyelesaikan kuesioner menjadi fokus pemahaman kualitas sekolah menurut orang Thailand (1976). Kedua, menganalisis pola kenaikan pangkat dan kemajuan elite birokrasi Thailand. Data kuantitatif digabung dengan konsep atau frasa emik dalam bahasa Thailand berkenaan dengan keberhasilan birokrasi sedangkan analisis kuantitatif diindikasikan melalui gambaran kenaikan pangkat terkait pada kualifikasi pendidikan (1978). Ketiga, menjelaskan varian angka akses menuju pendidikan menengah dan mengkaji efek variabel- variabel bebas dengan menggunakan regresi berganda.75

Penggunaan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif ini juga didasarkan pada dimensi kualitatif yang dilibatkan dalam kuantitatif bersifat emik. Artinya, pembahasan tidak hanya didasarkan pada analisis statistik melainkan juga pada hasil observasi dan wawancara. Dari dimensi kualitatif yang dilibatkan Fry, dkk. (1981) dalam penelitian di Thailand terdapat dua dimensi yang diterapkan dalam penelitian ini.

(1) Mencari tahu konteks sosioekonomi dari kekayaan komunitas, kesempatan kerja, dan sikap komunitas dengan menggunakan teknik observasi partisipan dan interview informal dengan penduduk dan aparat pemerintahan.

75

Gerald Fry, Supang Chantavanich, dan Amrung Chantavanich, “Merging Quantitative and Qualitative Research Techniques: Toward a New Research Paradigm,” dalam Anthropology 7

(2) Melakukan in-dept interview dengan keluarga dengan penekanan khusus kepada faktor keluarga yang tidak nyata yang berkenaan dengan akses memperoleh pendidikan yang dalam penelitian ini dalam komunikasi politik.76

Penggabungan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan oleh Fry, dkk. merupakan cara untuk mengungkapkan kondisi manusia secara valid dan representatif. Secara tradisional, hal ini sesuai dengan pemahaman menyeluruh tentang pendekatan etnologi atau etnografi. Menurut Supardan (2005), “Pendekatan etnologi atau etnografi, lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan- kebudayaan zaman sekarang, telaahannya pun terpusat pada perilaku manusia, sebagaimana yang dapat disaksikan langsung, dialami, serta didiskusikan dengan pendukung kebudayaannya.”77 Oleh karena itu, peneliti berpartisipasi langsung ke lapangan dan hidup di tengah-tengah mereka untuk mengamati kehidupan masyarakat yang menjadi fokus penelitian ini.

3.1.1 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang bertolak dari suatu pendahuluan terhadap objek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan masalah yang sebenarnya. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja. Oleh karena itu, masalah harus digali dari studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris.

76

Ibid.

77

Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Politik: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), p 169.

Hal ini bertujuan untuk dapat merumuskan masalah secara spesifik dalam bentuk kalimat tanya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian kuantitatif dapat menggunakan instrumen berbentuk tes, angket/kuesioner, dan wawancara yang terstruktur untuk menjawab suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.78

Penggunaan kuesioner dalam penelitian kuantitatif ini sesuai dengan fokus penelitian kuantitatif. Menurut Burns dan Grove dalam Danin (2002), fokus penelitian kuantitatif berbasis pengetahuan kausalitas, memiliki elemen dasar analisis berupa angka dengan menggunakan metode statistika dalam melakukan generalisasi.79

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus mendefinisikan variabel penelitian, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data, melakukan analisis data temuan penelitian, serta melakukan generalisasi dengan pengukuran yang sangat hati-hati dan objektif.

Artinya, kuesioner penelitian berupa kata-kata diubah dalam bentuk angka-angka, baik berpola data numerial maupun ordinal.

80

Untuk studi awal (prelimenary study) dengan tujuan mengenal dan menentukan masalah, peneliti melakukan observasi awal di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Data awal yang telah diperoleh adalah: (i) surat keputusan pengurus parlok di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen yang dikeluarkan pengurus tingkat pusat di Kota Banda Aceh; (ii)

78

Sugiyono, Metode Pelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008).

79

Husein Umar, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan

Berbasis Pemecahan Masalah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), p 3. 80

data awal tentang fenomena pemilihan bahasa dalam komunikasi politik secara internal dan eksternal dalam situasi resmi dan situasi tidak resmi; (iii) data awal tentang fenomena identitas parlok dengan pemilihan bahasa dalam konteks politik; dan, (iv) data awal tentang kohesi sosial dan tingkat kohesi sosial antara partai lokal dengan pemilihan sesuatu bahasa.

Instrumen utama untuk mendapatkan data kuantitatif dalam penelitian ini, peneliti mengandalkan kuesioner. Kuesioner ini dirancang sedemikian rupa untuk mendapatkan data pimer (utama) yang akan dijawab secara objektif oleh reponden. Kuesioner terdiri dari empat bagian, yaitu: (i) data responden; (ii) pemilihan bahasa; (iii) Sikap bahasa; dan, (iv) kohesi sosial. Kuesioner ini dibagikan kepada pengurus parlok yang ada di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen dengan jumlah 15 kuesioner untuk masing-masing lokasi penelitian.

3.1.2 Metode Kualitatif

Metode kualitatif digunakan untuk menverifikasi hasil analisis kuantitatif, dan pada hakikatnya merupakan metode pemahaman atas suatu keunikan dan dinamika lingkungan. Data yang diperoleh dari proses penelitian ini berupa kata-kata, gambar, serta sedikit angka yang dianalisis dalam terminologi respon individual dan simpulan deskriptif.81

81

ibid., p 4.

Menurut Miles dan Huberman (1992), “Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-sebab

dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan sangat bermanfaat.”82

Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pengurus parlok di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen serta beberapa tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai penopang analisis data kuantitatif, terutama penentuan sebab akibat faktor-faktor yang melemahkan pemilihan bahasa, sikap bahasa, dan kohesi sosial. Instrumen utama yang digunakan adalah wawancara dengan responden kunci (pengurus yang dominan beraktivitas dalam parlok). Untuk mensahihkan jawaban dari responden kunci maka peneliti mewawancarai tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai uji kelayakan dan kebenaran atas informasi data yang diperoleh sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia.

Dokumen terkait