• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada 2 (dua) jenis penelitian hukum, yakni penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris (sosiologis).27 Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam mengeksplorasi permasalahan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal yang mengkonsepsikan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books), atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas, mempersoalkan hukum sebagai apa yang seharusnya (das sollen).28 Penelitian hukum normatif akan mengkaji objek dari sistematika berdasar ketaatan pada struktur hukum secara hierarkis untuk memberikan sebuah pendapat hukum yang menempatkan sistem norma sebagai objek kajiannya. Sistem norma dimaksud terdiri dari substansi, struktur dan kultur hukum itu sendiri. 29

27

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1983), hal 51, dikutip oleh Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogyajakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal 153

Di dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study), yakni suatu studi terhadap kasus an. Adelin Lis atas putusan MARINo. 68.K/PID.SUS/2008, tanggal 31 Juli 2008 dari perpektif hukum pidana dan hukum administrasi negara untuk dapat menjawab permasalahan, apa

28

Ibid hal 36

29

yang seharusnya (aliran hukum positivisme) akan dibandingkan dengan apa yang senyatanya (aliran hukum sosiologisme). Peter Mahmud, penelitian hukum normatif yang mengkaji sistem norma dapat menggunakan logika deduktif dengan alat

silogisme yang menempatkan dalil, kaidah hukum dalam perundang-undangan, prinsip-prinsip hukum, dan ajaran atau doktrin hukum sebagai premis mayor dan menghubungkannya dengan fakta atau peristiwa tindak pidana yang dipersangkakan terhadap Adelin Lis sebagai premis minor untuk membuat suatu kesimpulan yang bertujuan untuk membangun preskritif kebenaran hukum.30

Dalam studi kasus (case study) ini, akan menganalisa alasan-alasan hukum (ratio decidendi atau reasoning) apa yang digunakan oleh majelis hakim PN Medan untuk sampai kepada putusan pidana bebas murni (vrisjpraak) bagi Adelin Lis dan sebaliknya oleh majelis hakim kasasi yang memutuskan perkara Adelin Lis terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan.

31

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif menempatkan sistem norma sebagai objek kajian.32

30 Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian Hukum” Kencana, Jakarta, 2008, hal 41-51, hal 94. Penelitian hukum normatif dengan pendekatan kasus (case approach),adalah dengan melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, sedangkan studi kasus (case study) hanya terhadap suatu kasus tertentu yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dari perspektif hukum pidana, hukum administrasi negara, hukum tata negara.

Alasan penggunaan metode penelitian hukum normatif ini analisis kualitatif yang didasarkan pada hubungan dinamis antara teori sistem norma atau sistem hukum menurut

31

Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Op. Cit. hal 191

32

Lawrence M. Friedman, terori hukum pembuktian dalam penegakan hukum, konsep-konsep atau definisi operasional dan data yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah perundang-undangan yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil hutan kayu.

Sifat penelitian adalah penelitian deskritif, yakni menggambarkan atau memaparkan secara tepat, akurat dan sistematis gejala-gejala hukum terkait dengan penegakan hukum pidana yang dikaitkan dengan hukum administrasi negara kaitannya dengan pemanfaatan hasil hutan kayu dalam kasus Adelin Lis selaku Direktur PT KNDI.

2. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif yang menitik beratkan pada data sekunder atau pada penelitian kepustakaan atau data kepustakaan atau dikenal dengan bahan hukum, maka sumber bahan hukum yang digunakan dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Bahan hukum primer, yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan pengadilan (lebih-lebih bagi penelitian yang berupa studi kasus), dan perjanjian Internasional (traktat) yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen (Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan);

2) Undang-Undang No 41 tahun 1999, tentang kehutanan yang diubah dengan UU No 19 tahun 2004;

3) Undang-Undang No 31 tahun 1999, tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang di ubah dengan Undang-Undang No 20 tahun 2001, tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

4) Undang-Undang No 40 tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas. 5) UU No 17 tahun 2003, tentang keuangan negara

6) Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan yang di ubah dengan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

7) Peraturan Pemerintah No 45 tahun 2004, tentang Perlindungan Hutan, yang di ubah dengan Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2009, tentang Perlindungan hutan.

8) Peraturan Pemerintah No 44 tahun 2004, tentang Perencanaan Kehutanan. 9) Permenhut RI No 126 tahun 2003

10)Permenhut RI No 48 tahun 2006

11)Peraturan Menteri Kehutanan RI No 55 tahun 2006

12)SK Menhut RI No. 805/Kpts-VI/1999, tanggal 30 September 1999

13)Kep Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151/KPTS/IV/-BPHH/1993, tanggal 19 Oktober 1993.

14)Putusan PN Medan Nomor: 2240/Pid.B/2007/PN. Medan, tanggal 05 Nopember 2007 dan putusan MARINo. 68.K/PID.SUS/2008, tanggal, 31 Juli 2008.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer, seperti rancangan perundang-unangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar (koran), pamplet, lefleat, brosur, dan berita internet, digunakan untuk membantu memahami bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari bahan hukum primer, yang terdiri dari:

1) Buku-buku 2) Jurnal-Jurnal 3) Majalah-Majalah 4) Artikel-artikel; dan 5) Berbagai tulisan lainnya

c. Bahan hukum tertier diperlukan untuk berbagai hal dalam hal penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer khususnya kamus-kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedi, leksikon, dan lain-lain.

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Keseluruhan data sekunder ini dikumpulkan melalui studi kepustakaan (library research) dengan studi dokumen dari berbagai sumber yang dipandang relevan,

antara lain instansi terkait penelitian Direktorat Reskrim Polda Sumut, perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan mengakses melalui internet dan narasumber yang ahli dibidang hukum administrasi negara dan hukum perseroan terbatas untuk menambah bahan hukum sekunder dalam penelitian hukum normatif.

4. Metode Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan dalam penelitian berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori sistem hukum oleh Lawrence M. Friedman, dan teori hukum pembuktian menurut KUHAP, termasuk konsep operasional yang berkaitan dengan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan dimuka. Metode analisa data ini bersifat kualitatif yang disajikan secara deskritif analitis, dengan menggambarkan dan memaparkan pertimbangan-pertimbangan hukum dalam mengambil suatu putusan atas perkara Adelin Lis, baik pada tingkat Pengadilan Negeri sampai pada tingkat kasasi guna membuat suatu jawaban terhadap permasalahan yang telah dirumuskan, kemudian menarik suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori.

BAB II

PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA