• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Salah satu alat bantu untuk mengambil keputusan yang efektif dalam hal diagnosa penilaian dan intervensi Produksi Bersih adalah assessment dan audit. Assesment dan

audit memberikan prosedur kunci untuk membantu memberi inisiatif pilihan produksi bersih. Tersedianya sistem penunjang manajemen audit produksi bersih (SIMProsihCR)

dapat menawarkan berbagai manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan bagi terwujudnya sistem produksi bersih pada agroindustri karet remah.

Untuk memahami kondisi industri karet remah sehubungan dengan implementasi sistem produksi bersih, pada tahap awal dilakukan survey lapangan dan pertemuan pakar. Berdasarkan survey lapangan terhadap karyawan dan manajemen agroindustri karet remah akan diketahui kondisi terkini faktor-faktor dominan implementasi produksi bersih berdasarkan persepsi perusahaan. Sementara faktor-faktor kunci implementasi sistem produksi bersih di masa depan dieksplorasi melalui pertemuan pakar (Focus Group Discussion) menggunakan pendekatan Analisis Prospektif.

Disain sistem penunjang manajemen produksi bersih (SIMProsihCR) pada agroindustri karet remah didasarkan pada kebutuhan para pengguna (stakeholder) terhadap

keberhasilan implementasi produksi bersih. SIMProsihCR yang dikembangkan tersebut memiliki tiga perangkat, yakni 1) sistem manajemen basis data dan pengetahuan, 2) sistem manajemen basis model, dan 3) sistem manajemen dialog. Sistem manajemen basis data dan pengetahuan akan memuat gambaran umum tentang obyek nyata mengenai aspek audit produksi bersih, misalnya: alur proses produksi; konsumsi bahan, air, dan energi; karakteristik dukungan organisasi; karakteristik limbah; serta kriteria dan indikator pengukuran kinerja lingkungan. Sementara pada sistem manajemen basis model akan memuat model-model: protokol audit produksi bersih, pengambilan keputusan produksi bersih, pengukuran kinerja lingkungan perusahaan, peringkat kinerja lingkungan, dan kesiapan sertifikasi ISO 14001.

Model protokol audit produksi bersih akan memadukan prosedur audit/assessment

produksi bersih (Thrane & Nielsen 2009; Telukdarie et al. 2006; Bustami 2004; UNEP &

ISWA 2002; Nga NT 1999: UNEP 1995; Barkel 1995), hasil diskusi dengan pakar, serta kondisi riil lapangan pada daur hidup proses produksi karet alam, khususnya untuk produk

karet remah (crumb rubber). Studi pakar dilakukan dalam rangka menjustifikasi tahapan-

tahapan esensial audit/assessment produksi bersih pada industri karet remah. Adapun

model penilaian kinerja lingkungan agroindustri karet remah dikembangkan berdasarkan indikator kinerja sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dan kinerja daur hidup proses produksi 14031 (OECD 2008; Niemeijer & de Groot 2008; Fijal 2007; Barbirolli et al.

2003; Jasch 2000; Thoresen 1999; James & Bennet 1995), serta mengacu pada pengukuran kinerja lingkungan The ten C’s (Skillius & Wennberg 1998; James 1995). Penilaian kinerja daur hidup proses produksi didasarkan pada benchmarking neraca air, bahan, dan

energi serta analisis efisiensi dan produktifitas proses produksi industri karet remah. Penilaian penyebab terjadinya limbah pada daur hidup proses produksi serta potensi pencemaran yang dapat terjadi merupakan landasan dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan intervensi produksi bersih bagi industri karet remah (Thrane & Nielsen 2009; Utomo 200; Teasakul & Tekasakul 2006; Bapedal-BPTK 2004; Tunas 2002). Pada hakekatnya identifikasi pilihan intervensi produksi bersih dapat dilakukan dengan perubahan pada bahan baku maupun produk, proses produksi, teknologi, serta praktek penanganan limbah dengan memperhatikan neraca input dan output dari daur hidup operasi seperti diilustrasikan pada Gambar 10. Intervensi produksi bersih yang memerlukan investasi perlu dievaluasi kelayakannya, baik secara teknis, finansial, maupun lingkungan. Kelayakan teknis didasarkan pada ketersediaan teknologi maupun efisiensinya, sementara kelayakan finansial didasarkan pada kriteria B/C ratio. Evaluasi manfaat finansial dilakukan secara incremental, berdasarkan perubahan manfaat dan biaya yang diperoleh

dari pilihan produksi bersih dibandingkan kondisi eksisting. Skenario perbaikan dapat berbeda untuk perusahaan yang berbeda, tergantung dari posisi kondisi eksisting penanganan lingkungan perusahaan. Model analisis kondisi pengelolaan lingkungan agroindustri karet remah dan rekomendasi keputusan intervensi produksi bersih serta keputusan sertifikasi ISO 14001 bagi agroindustri karet remah tersebut memanfaatkan logika fuzzy, adapun penentuan prioritas intervensi produksi bersih industri dilakukan

dengan metoda Proses Hirarki Analitik (PHA). Model seleksi indikator kinerja lingkungan

memadukan metode ME-MCDM dan IEPMS (Integrated Environmental Performance

Measurement System), sementara penentuan peringkat kinerja lingkungan menggunakan

metode CPI. Kerangka pengembangan sistem penunjang manajemen produksi bersih pada agroindustri karet remah selengkapnya disajikan pada Gambar 11.

Sistem penunjang manajemen audit produksi bersih pada agroindustri karet remah (SIMProsihCR) yang dikembangkan tersebut diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi kalangan industri, tetapi juga bagi penentu kebijakan yang terlibat. Bagi kalangan industri karet remah, SIMProsihCR membantu proses evaluasi mandiri kinerja lingkungan dan untuk kesiapan proses sertifikasi ISO 14001 jika diperlukan, disamping akses terhadap informasi praktek terbaik produksi bersih. Sementara bagi penentu kebijakan, adanya SIMProsihCR akan memudahkan mendapatkan gambaran yang akurat perihal respon dan praktek industri dalam hal manajemen lingkungan, begitu juga dengan stakeholder lainnya

akan dapat mengakses status kinerja ramah lingkungan industri karet remah. Butir-butir ISO 14001 yang menjadi acuan awal penyusunan kinerja sistem manajemen disajikan pada Tabel 10.

Emisi bau

Bahan baku Radiasi panas/cahaya

Getaran

Air/udara Kebisingan Energi Produk

Produk samping termasuk limbah untuk recovery

Daur ulang

Air limbah

Limbah cair untukdisimpan dan/atau pembuangan di

luar lokasi

Limbah yang dapat digunakan Limbah padat untuk disimpan pada proses berikutnya dan/atau pembuangan di

luar lokasi

Gambar 10 Penentuan input dan output suatu operasi.

Pabrik, proses, unit operasi

Gambar 11 Kerangka pemikiran pengembangan SIMProsih agroindustri karet remah.

Analisis Sistem Agroindustri Karet Remah

Skenario kebutuhan agroindustri karet remah

Faktor-faktor kunci need analisys produksi bersih

Faktor-faktor dominan existing produksi bersih

Analisis Prospektif Analisis faktor dan

Analisis korelasi

Survey lapangan Pertemuan dengan pakar

Indikator Kinerja Daur Hidup Proses Produksi

ISO 14031, CrPA, Barbirolli

Indikator Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan

ISO 14001

Identifikasi dan Audit Kinerja Daur Hidup Proses Produksi

Identifikasi dan Audit Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan

Perbandingan dengan Pangkalan Pengetahuan

Aspek teknis, finansial, lingkungan

Sistem Dialog Audit Produksi bersih Rekomendasi Peringkat Kinerja Lingkungan Rekomendasi intervensi

produksi bersih Status Sertifikasi ISO 14001Kinerja Lingkungan Agregasi Inferensi

Inferensi

Tabel 10 Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2004

No. Aspek /Kriteria 1. Kebijakan lingkungan

Pernyataan kebijakan lingkungan tertulis Komitmen lingkungan perusahaan

Kebijakan lingkungan yang dikomunikasikan kepada semua karyawan Kebijakan mengacu pada perundang-undangan lingkungan yang berlaku Adanya tujuan dan sasaran lingkungan yang spesifik

Kebijakan lingkungan tersedia bagi pihak-pihak yang memerlukan Kebijakan lingkungan dipadukan dengan kebijakan mutu

2. Perencanaan

Prosedur penilaian aspek dan dampak lingkungan proses produksi Proses inventarisasi dan penataan peraturan lingkungan

Perencanaan program pencegahan dan perlindungan lingkungan secara berkala 3. Penerapan dan operasi

Struktur organisasi dan tanggung jawab Pelatihan lingkungan

Pengendalian dokumen sistem pengelolaan lingkungan Prosedur penetapan kontraktor/suplier

Prosedur identifikasi bahan baku dan produk Prosedur pengendalian proses produksi Prosedur perawatan mesin dan peralatan

Prosedur operasi penanganan dan kesiagaan keadaan darurat 4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi

Prosedur pemeriksaan dan pengujian bahan baku Prosedur pemeriksaan dan pengujian produk Prosedur pemeriksaan dan pengujian limbah cair Prosedur dan pengujian limbah gas dan kebisingan Prosedur pengendalian peralatan

Prosedur kalibrasi dan pemeliharaan peralatan pengukur

Prosedur pemantauan, pengukuran, dan tindakan perbaikan lingkungan Prosedur pengendalian catatan lingkungan

5. Pengkajian manajemen

Pengkajian Sistem Manajemen Lingkungan Internal audit

Pendekatan Sistem

Sistem menggambarkan sekumpulan elemen-elemen yang saling berinterkasi dan terorganisasi untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem merupakan metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan diakhiri dengan suatu hasil sistem operasi yang efektif dan efisien (Eriyatno 2003). Metode untuk penyelesaian masalah yang dilakukan melalui pendekatan sistem dapat diilustrasikan seperti pada diagram alir Gambar 12. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu evaluasi berulang, berikut uraian lengkap diagram alir tersebut.

T Y T Y T Y

Gambar 12 Metode pengembangan sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dengan pendekatan sistem (adaptasi dari Turban 1995).

Mulai

Survey pendahuluan dan lapangan

Identifikasi dan analisis kebutuhan pengguna

Formulasi masalah

Identifikasi sistem

Pemodelan Sistem Manajemen Produksi Bersih (SIMProsihCR)

Validasi Model

OK

Format mekanisma dialog pengguna SIMProsihCR

Rekayasa perangkat lunak SIMProsihCR

OK

Uji Coba

OK

Selesai

1) Survey pendahuluan dan lapangan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghimpun informasi yang diperlukan dalam penyusunan kuesioner dan menetapkan data-data teknis dan lingkungan yang diperlukan dari beberapa industri pengolahan karet remah. Selanjutnya disebarkan seperangkat kuesioner kepada responden perusahaan yang dipilih secara purposive sampling, disamping itu juga diupayakan mengeksplorasi pandangan pakar (eksplorasi knowledge). Hasil pengolahan data kuesioner dan pendapat pakar menjadi masukan

dalam pemodelan sistem.

2) Identifikasi dan analisis kebutuhan pengguna

Kegiatan ini merupakan upaya menginventaris data-data dan informasi tentang kebutuhan pengguna dan kepentingannya dalam mewujudkan sistem produksi bersih pada agroindustri karet remah. Dalam hal ini pengguna dikelompokkan atas Direksi Perusahaan, BAPEDALDA, PEMDA, atau Departemen yang terkait dengan industri pengolahan karet remah

3) Formulasi masalah dan kebijakan

Masing-masing pengguna mempunyai kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih dan mungkin terdapat berbagai konflik kepentingan, sehingga permasalahan tersebut perlu diformulasikan dan dicarikan solusi pemecahannya. Solusi masalah perlu dikaji lebih lanjut kemungkinan pelaksanaannya, dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan yang dihadapi serta faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan. 4) Identifikasi sistem

Berbagai masalah dan konflik kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih perlu dikaji secara sistematis dan ditelusuri keterkaitannya agar diperoleh pola keterkaitan dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan hubungan sebab akibat. Variabel-variabel tersebut diposisisikan sebagai variabel input yang mencerminkan masukan-masukan yang mempengaruhi sistem dan variabel output yang mencerminkan luaran atau produk sistem produksi bersih.

5) Pemodelan sistem

Pola hubungan sebab akibat dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan kompleksitas permasalahan perlu direfleksikan dalam suatu bangun model, dengan tujuan untuk memudahkan dan menyederhanakan kajian pemecahan masalah. Fungsi model ini adalah untuk mentransformasikan variabel input menjadi variabel output.

6) Validasi model

Sebelum model direkayasa dalam bentuk perangkat lunak, lebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui keabsahannya berdasarkan teori standar atau temuan di lapangan.

7) Rekayasa perangkat lunak

Model-model dan data-data pendukung yang diperlukan dalam proses audit produksi bersih dipadukan dengan format dialog antar pengguna dalam satu paket program komputer yang direncanakan mampu dioperasikan dalam jaringan komputer, sehingga program tersebut dapat diakses dari berbagai tempat berjauhan.

8) Verifikasi perangkat lunak

Sebelum diaplikasikan, perangkat lunak tersebut perlu diverifikasi pada setiap pengguna untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut sudah memenuhi kebutuhannya atau perlu dimodifikasi.

9) Implementasi sistem

Bila uji coba berhasil dengan baik dan dapat diandalkan, maka SIMProsihCR siap untuk digunakan dalam melayani kebutuhan pengguna yang berkepentingan terhadap implementasi produksi bersih pada agroindustri karet remah.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Data aktual kondisi sistem manajemen lingkungan industri pengolahan karet remah dikumpulkan secara purposive sampling, yakni dari provinsi Sumatera Selatan (6

perusahaan), provinsi Sumatera Utara (3 perusahaan), dan provinsi Jawa Barat (1 perusahaan). Pilihan lokasi penelitian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, mengingat pertimbangan utama adalah perusahaan pengolahan karet remah dengan karakteristik permasalahan pengelolaan lingkungan yang beragam.

Selain data-data primer yang berasal dari kondisi aktual pengelolaan lingkungan perusahaan, akuisisi pengetahuan juga dilakukan berdasarkan pendapat pakar yang kompeten dalam hal teknologi pengelolaan lingkungan, prosedur dan teknis audit, serta karakteristik dan analisis sistem manajemen lingkungan. Pakar-pakar yang dilibatkan terutama yang berlokasi di Bogor dan Jakarta, namun dapat juga dari wilayah lokasi pengambilan data aktual kondisi manajemen lingkungan perusahaan. Penelitian direncanakan diselesaikan pada bulan Januari 2012.

Gambar 13 Lokasi penelitian pengambilan sampel penelitian sistem produksi bersih agroindustri karet remah

Pengumpulan Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan pengamatan lapangan. Sementara data sekunder diperoleh dari agroindustri karet remah dan instansi terkait. Pada Tabel 11 disajikan jenis dan sumber kebutuhan data pada penelitian.

Tabel 11 Identifikasi kebutuhan data dan sumber perolehan data penelitian

Karakteristik Data Sumber Data

• Gambaran umum industri karet remah Industri karet remah • Perkembangan tingkat produksi produk karet remah GAPKINDO • Pembiayaan proses produksi karet remah Industri karet remah • Jenis dan karakteristik limbah industri karet remah Industri karet remah • Persepsi kalangan industri karet remah Industri karet remah • Faktor kritis pengelolaan lingkungkungan Pakar

• Neraca bahan, air, dan energi Industri karet remah • Pengelolaan lingkungan industri karet remah Industri karet remah

Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam

• Kriteria dan indikator kinerja lingkungan Pakar/Pustaka

• Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup UU/PP/SK Gubernur

• Prosedur audit produksi bersih Pustaka/Pakar

• Prosedur penentuan kinerja dan peringkat lingkungan Pustaka/Pakar

• Prosedur sertifikasi sistem manajemen lingkungan Pustaka/Pakar

• Berbagai data pendukung lainnya GAPKINDO/Industri/ Deperin/Deptan/internet

Tahapan Penelitian

Penelitian pengembangan sistem penunjang manajemen audit produksi bersih yang dilakukan mengadopsi kerangka Turban (1995) dan Eriyatno (2003) sebagaimana terlihat dari Gambar 12. Berdasarkan Turban (1995) dan Eriyatno (2003), tahapan penelitian dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama, yakni: 1) studi pendahuluan dan analisa kebutuhan, 2) formulasi permasalahan, identifikasi sistem, dan disain konseptual model, dan 3) rekayasa sistem penunjang manajemen audit produksi bersih (SIMProsihCR). 1) Studi pendahuluan dan analisis kebutuhan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghimpun informasi dari perusahaan karet remah dan pendapat pakar (knowledge eksploration). Terdapat dua aspek yang dikaji

pada tahap ini, yakni: (a) melakukan identifikasi faktor-faktor dominan dalam upaya implementasi produksi bersih berdasarkan persepsi kalangan industri pengolahan karet remah dan (b) menentukan faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan yang responsif terhadap perkembangan lingkungan global berdasarkan pendapat pakar yang relevan dan kompeten.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang dimaksud, disebarkan seperangkat kuesioner kepada responden terpilih di lingkungan perusahaan dengan cara

purposive sampling. Proses pembentukan item-item kuesioner penelitian tersebut

berdasarkan pendekatan model 7-S McKinsey (Stoner 2005) disajikan pada Tabel 12, adapun format lengkap kuesioner yang disebarkan kepada responden karyawan dan manajemen agroindustri karet remah disajikan pada Lampiran 1. Setiap item pernyataan kuesioner dirancang memiliki lima kemungkinan jawaban menurut skala Likert 1 - 5. Analisis realibilitas terhadap kuesioner dilakukan melalui uji coba pendahuluan. Dengan demikian, hasil pengisian kuesioner dapat diolah secara kuantitatif dengan metoda Analisis Faktor (Principal Component) dan Analisis

Korelasi menggunakan softwareSPSS for Windows Release 17.0.

Adapun penentuan faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan diperoleh melalui Analisis Prospektif. Analisis Prospektif merupakan suatu studi tentang kemungkinan-kemungkinan di masa depan sehingga dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis serta melihat perubahan-perubahan di masa depan (Godet 2003; Maoti 2003). Analisis Prospektif memerlukan keterlibatan para pakar

yang kompeten dalam ruang lingkup kajian yang akan dianalisa. Melalui Analisis Prospektif dicoba diupayakan untuk membangun dan memilih skenario yang dapat terjadi di masa depan pada ruang lingkup produksi bersih, dengan demikian akan dapat dianalisis implikasi dari suatu skenario terhadap tujuan keberhasilan implementasi produksi bersih. Terhadap masing-masing implikasi skenario tersebut akan dilakukan diskusi berkaitan dengan persoalan yang akan dipecahkan, selanjutnya ditentukan pilihan-pilihan kebijakan untuk perbaikan sistem manajemen produksi bersih pada agroindustri karet remah.

Tabel 12 Proses pembentukan item-item kuesioner penelitian persepsi agroindustri karet remah terhadap sistem manajemen lingkungan perusahaan

Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional

Strategi Meliputi aksi yang terkoordinasi serta pengalokasian sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan

Kebijakan Strategis

1. Adanya kebijakan di bidang lingkungan hidup 2. Adanya sasaran dan target dalam minimisasi limbah 3. Adanya rencana pengembangan proses produksi dan

teknologi dalam rangka minimisasi limbah

4. Adanya rencana alokasi sumber daya perusahaan untuk kegiatan minimisasi limbah

5. Adanya dukungan finansial dari perusahaan untuk mendanai upaya-upaya minimisasi limbah Kebijakan

Operasional

6. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan waktu untuk kegiatan inovatif.

7. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan bahan dan peralatan untuk kegiatan inovatif dalam rangka minimisasi limbah.

8. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan dana untuk kegiatan inovatif dalam rangka minimisasi limbah

Sistem Mencakup

prosedur/proses; dapat terdiri dari sistem informasi, proses manufaktur, penganggaran, atau proses pengendalian Sistem Informasi dan Pengendalian

9. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan bahan kimia dan energi

10. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan bahan baku dan air

11. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan penanganan limbah dan minimisasi limbah

12. Ketersediaan informasi teknik-teknik dan teknologi minimisasi limbah

13. Ketersediaan bantuan teknis untuk program minimisasi limbah.

Sistem Imbalan 14. Adanya penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide-ide kreatif

15. Adanya imbalan finansial bagi karyawan yang berhasil mengajukan ide-ide kreatif

Tabel 12 Lanjutan

Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional

Struktur Meliputi struktur organisasi serta hubungan wewenang dan tanggung jawab

Struktur Organisasi Hubungan Antar Unit

16. Adanya unit yang khusus menangani kegiatan pengelolaan lingkungan hidup

17. Adanya kerjasama yang baik antar bagian di perusahaan untuk mendukung upaya-upaya minimisasi limbah

18. Adanya kemudahan dalam komunikasi antara atasan dan bawahan

19. Adanya kemudahan untuk berhubungan dengan atasan bagi tim pengelola lingkungan

Wewenang dan Tanggung Jawab

20. Adanya kejelasam wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh tim yang khusus menangani kegiatan pengelolaan lingkungan

21. Adanya mekanisme pelaporan dan pertanggung- jawaban yang jelas dari tim pengelola lingkungan

Style Menggambarkan

perilaku manajemen dan cara organisasi mencapai tujuannya

Gaya

Kepemimpinan

22. Adanya komitmen yang jelas dari manajemen mengenai arah dan tujuan perusahaan yang diketahui pula oleh semua personil perusahaan

23. Dukungan dan dorongan manajemen puncak bagi karyawan untuk memberikan usulan-usulan dalam rangka minimisasi limbah

24. Kecenderungan pimpinan memotivasi karyawan untuk mengenali dan membetulkan kegiatan yang boros.

25. Kecenderungan pimpinan untuk mendorong karyawan menggunakan kembali energi dan limbah yang terbuang

26. Dorongan bagi karyawan agar lebih bertanggung jawab terhadap efisiensi dan pencemaran. 27. Adanya sikap manajemen yang lebih berorientasi

pada pekerja daripada tugas.

Gaya Komunikasi 28. Adanya kebebasan bagi setiap karyawan untuk bertanya dan memberikan kritik.

29. Adanya pertemuan-pertemuan informal yang memungkinkan karyawan mengemukakan ide-ide pengembangan kinerja lingkungan perusahaan. 30. Adanya komunikasi yang baik antara perusahaan dan

masyarakat lingkungan perusahaan

Staff dan Skills Mencakup personil organisasi dengan kemampuan yang dimilikinya serta hubungan sosial mereka dengan kultur organisasi

Personil organisasi 31. Adanya tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai dari karyawan produksi dan tim pengelola lingkungan.

32. Kesediaan sumber daya manusia dalam menerima dan menerapkan upaya minimisasi limbah 33. Keterlibatan karyawan produksi dalam mendukung

program minimisasi limbah

34. Kecenderungan karyawan terhadap tugas-tugas dan tantangan-tantangan baru

35. Adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan pekerja dalam rangka peningkatan efisiensi produksi dan pengurangan pencemaran

Penempatan staf 36. Tim yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan lingkungan yang memiliki banyak gagasan 37. Tim yang bertanggung jawab dalam pengelolaan

lingkungan terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan teknis yang baik

Tabel 12 Lanjutan

Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional

Shared Values

Merupakan nilai- nilai yang dianut oleh anggota organisasi Keyakinan- keyakinan dasar anggota organisasi perusahaan

38. Rasa kebanggaan terhadap apa yang telah dicapai perusahaannya yang dapat menimbulkan loyalitas serta tanggung jawab terhadap perusahaan 39. Rasa kebersamaan untuk memajukan perusahaan. 40. Adanya tanggung jawab pelestarian lingkungan 41. Adanya pemahaman tentang manfaat ekonomi dari

program minimisasi limbah

42. Adanya pemahaman tentang manfaat lingkungan dari program minimisasi limbah

43. Keyakinan perlunya kinerja lingkungan yang baik untuk mendukung kelangsungan perusahaan Keyakinan-

keyakinan mengenai dinamika yang terjadi di luar organisasi

44. Adanya persyaratan label lingkungan bagi produk perusahaan

45.Adanya kepedulian dari konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan

46.Adanya keluhan masyarakat terhadap kegiatan perusahaan yang mencemari lingkungan

47. Adanya tuntutan masyarakat agar perusahaan lebih peduli lingkungan hidup.

48. Peraturan pemerintah untuk industri pulp dan kertas. 49. Adanya kecenderungan penerapan program

minimisasi limbah sebagai antisipasi peraturan- peraturan pemerintah dalam bidang lingkungan 50. Konsistensi pelaksanaan peraturan-peraturan

lingungan Upaya Produksi Bersih Mencerminkan kecepatan dan kemampuan perusahaan dalam menerima dan menerapkan konsep produksi bersih sebagai strategi pengelolan lingkungan Tingkat pemahaman konsep produksi bersih Tingkat konservasi air dan energi Tingkat penggunaan teknologi baru dalam minimisasi limbah Tingkat pencemaran lingkungan Tingkat pengembangan proses produksi, teknologi, dan prosedur kerja

51.Sejauh mana usulan kegiatan minimisasi limbah diterima perusahaan untuk dilaksanakan

52.Sejauh mana prinsip-prinsip produksi bersih menjadi prioritas bagi perusahaan

53.Sejauh mana penggunaan teknologi baru yang mendukung upaya penerapan produksi bersih dilakukan

54.Sejauh mana perusahaan mencemari lingkungan 55.Sejauh mana kegiatan perbaikan proses produksi dan

prosedur/tata kerja yang inovatif dilakukan

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner dan rekomendasi Analisis Prospektif, selanjutnya diinventarisasi mengenai kebutuhan pengguna (stakeholder) serta

kepentingannya dalam proses audit produksi bersih.

2) Formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan disain konseptual model

Berbagai masalah dan konflik kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih perlu dikaji secara sistematis dan ditelusuri keterkaitannya agar diperoleh pola

keterkaitan dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan hubungan sebab akibat.

Dokumen terkait