• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

yaitu kavling 42 mewakili skala usaha kecil, kavling 1 mewakili skala usaha menengah dan kavling 4 mewakili skala usaha besar.

Uraian Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar R1 R 1 R 1 Biaya tetap: - Listrik - Penyusutan peralatan - Sewa lahan - Pajak - Tenaga kerja - Dll

Total biaya tetap Biaya variabel

- Benih - Pupuk - Obat-obatan - Dll

Total biaya variabel Total biaya

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran total

(Soekartawi et al 1986). Pendapatan menjadi ukuran yang diperoleh dari

penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal baik milik sendiri maupun pinjaman. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Produksi yang dimaksud pada penelitian ini adalah empat jenis anggrek yang dihasilkan dilokasi penelitian yaitu anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda dan Cattleya. Sedangkan harga jual pada penelitian ini adalah besarnya nilai penjualan rata-rata dari setiap jenis anggrek. 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Sedangkan, untuk menghitung total biaya rata-rata (average total cost)

adalah penjumlahan biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AVC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya rata-rata produksi paling rendah.

Tabel 5. Struktur Biaya Usaha Anggrek pada Skala Usaha Berbeda TC = TFC + TVC

(total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Selain itu dilakukan pula analisis rasio penerimaan dan biaya. Rasio penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam satu proses produksi. Tujuan menganalisis nilai R/C rasio untuk melihat efisiensi suatu usaha. Usaha dikatakan efisien apabila memiliki nilai R/C rasio > 1. Semakin besar nilai R/C rasio maka TC tunai = Total biaya tunai

TR tunai = Penerimaan usahatani anggrek secara tunai Pd tunai = Pendapatan tunai

Dimana :

Sedangkan pendapatan atas biaya tunai usaha anggrek tidak memasukan biaya yang diperhitungkan yang dapat dianalisis dengan rumus:

TC total = Total biaya baik biaya tunai dan biaya diperhitungkan.

TR total = Penerimaan usahatani anggrek secara tunai dan diperhitungkan Pd total = Pendapatan total

Dimana :

Pengeluaran merupakan biaya total yang dikeluarkan selama proses melakukan usahatani anggrek baik biaya variabel seperti bibit, pupuk, obat- obatan, media tanam dan pot maupun biaya tetap seperti listrik, penyusutan peralatan, sewa lahan dan pajak lahan. Pada analisis pendapatan ini dilakukan melalui dua cara yaitu pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai. Analisis pendapatan atas biaya total usaha anggrek dapat dianalisis dengan rumus :

n = Jenis anggrek yang diproduksi

PYi = Harga jual rata-rata anggek setiap jenis

Yi = Jumlah anggrek setiap jenis yang terjual dalam 1 tahun

Harga jual rata-rata anggrek dibedakan berdasarkan jenisnya. Pernyataan ini dapat

dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

TR = ∑

Yaitu : TR = Total penerimaan

Pd tunai = TR tunai – TC tunai Pd total = TR total – TC total

    4.5. Definisi Operasional

Harga jual per unit – Biaya variabel per unit

BEP (unit) = Total Biaya Tetap

Analisis titik impas dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum anggrek yang harus terjual agar hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga pada kondisi tesebut perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Dalam perhitungan titik impas (BEP) biaya harus dipisahkan secara jelas dan benar antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga apabila ada komponen biaya yang semi variabel harus dipisahkan terlebih dahulu. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam penelitian ini adalah BEP dalam jumlah unit produksi yang dapat dilakukan dengan menggunaakan rumus dibawah ini :

4.4.3. Analisis Titik Impas

R/C rasio atas biaya total = TR / TC

usaha tersebut semakin efisien. Rumus yang digunakan dalam perhitungan R/C rasio adalah sebagai berikut:

6. Pendapatan bersih merupakan selisih atara total penerimaan dengan total

biaya

5. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama

proses melakukan usahataninya.

4. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total antara hasil

produksi dan harga jual dari setiap jenis anggrek yang dibudidayakan petani. Penerimaan total merupakan hasil penjumlahan dari penerimaan setiap jenis anggrek.

3. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan rata-rata dari setiap jenis

anggrek. Harga jual rata-rata anggrek dibedakan berdasarkan jenisnya.

2. Produksi merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani anggrek.

1. Sampel penelitian adalah petani anggrek yang melakukan usaha budidaya

anggrek dari seedling hingga berbunga dan melakukan pemasaran di

5.1.2. Letak Geografis

Lokasi TAR terletak di Jalan Harsono RM, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TAR menempati lahan seluas lima hektar milik pemeritah daerah DKI Jakarta. Sebelah selatan TAR berbatasan dengan Kebun Binatang Ragunan dan sebelah timur berbatasan dengan Gelanggang Olahraga Ragunan. TAR berada pada ketinggian 15-40 meter diatas permukaan laut dengan kelembaban udara berkisar antara 70-80% dan curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun. Kondisi agroiklimat tersebut sangat cocok untuk pengembangan anggrek.

5.1.1. Sejarah Taman Anggrek Ragunan

TAR berdiri pada tahun 1973 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 3 tahun 1973, yang berisi tentang pemberian izin kepada koperasi anggrek Jakarta untuk mengelola TAR. TAR menempati lahan milik Pemda DKI Jakarta yang bertujuan sebagai wadah bagi para petani untuk melakukan kegiatan usaha agribisnis anggrek. Pada awalnya pengelolaan TAR dilakukan oleh Subdinas Pemasaran Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor : 223/-1.853.2 tanggal 20 Juli 1993, dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1435 tanggal 10 Oktober 1994. Saat ini, pengelolaan TAR berada di bawah UPT Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Provinsi DKI Jakarta di Rawa Belong.

Dalam rencana induk pola pengembangan pariwisata DKI Jakarta, TAR diarahkan pengembangannya menjadi suatu kawasan agrowisata. Rencana pengembangan sarana dan prasarana TAR dilaksanakan mulai tahun 2010, sesuai dengan hasil redesain tahun 2007 berupa bangunan kantor promosi, laboratorium kutur jaringan, mushola, fasilitas bangunan tiap kavling, fasilitas sarana pengairan, papan promosi dan ruangan aula (UPT Promosi dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Hasil Hutan Provinsi DKI Jakarta, 2009).

Dokumen terkait