• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Biaya Anggrek Dendrobium

VI. ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA BUDIDAYA ANGGREK

6.1.1. Struktur Biaya Anggrek Dendrobium

tanaman anggrek Vanda dan Cattleya dibudidayakan dilahan yang sama dengan anggrek Dendrobium dengan masing-masing berjumlah 150 tanaman. Usaha III memiliki luas lahan sebesar 2,7 ha dengan total tanaman yang terdiri dari 189.000 tanaman anggrek Dendrobium, 40.500 anggrek Phalaenopsis, 5.400 anggrek Vanda dan 13.500 anggrek Cattleya.

setiap 1000 m2, sehingga selama jangka waktu delapan bulan untuk luasan 3000

m2 adalah sebesar Rp 7.200.000. Sedangkan lahan pada usaha III jika disewakan

sebesar Rp 2.880.000/tahun setiap 1000 m2 sehingga untuk luasan 2,5 hektar

adalah Rp 48 juta. Perbedaan nilai opportunity cost dari lahan tersebut disebabkan

kerena perbedaan letak lokasi lahan yang sangat dipengaruhi oleh harga lahan yang berlaku didaerah sekitar lokasi kebun budidaya anggrek.

Tabel 6. Komponen Biaya Tetap Usaha Budidaya Anggrek Dendrobium dari

Seedling hingga Berbunga di Tiga Skala Usaha (8 bulan)

Uraian Usaha I (lahan kecil) Usaha II (lahan menengah) Usaha III (lahan besar) Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Sewa lahan di TAR 3.080 154 1.81 - - - 6.160 24 0.40 Sewa lahan kebun 1.200 60 0.70 - - - - - - Pajak lahan - - - 200 10 0.11 1.367 6 0.09 Listrik 1.600 80 0.94 2.400 118 1.27 7.600 30 0.50 Telepon 1.600 80 0.94 1.600 79 0.84 2.000 8 0.13 Biaya Tenaga kerja 24.000 1.200 14.09 16.000 788 8.44 108.000 430 7.08 Penyusutan 7.793 390 4.58 12.749 628 6.72 68.875 274 4.51 Lahan (diperhitungkan) - 7.200 355 3.80 48.000 191 3.15 Total Biaya Tetap 39.273 1.964 23.06 40.149 1.978 21.17 242.002 963 15.86

Komponen biaya tetap tertinggi pada masing-masing usaha terdapat pada komponen biaya tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada usaha I sebanyak dua orang dengan gaji yang diberikan sebesar Rp 1.500.000 per bulan. Usaha II menggunakan tenaga kerja sebanyak dua orang dengan gaji per orang sebesar Rp 1.200.000 sedangkan usaha III tenaga kerja yang digunakan lebih banyak yaitu 12 orang dengan gaji Rp 1.200.000 per bulan. Total biaya tenaga kerja dalam delapan bulan yaitu sebesar Rp 24.000.000 untuk usaha I, Rp 16.000.000 untuk usaha II dan Rp 108.000.000 untuk usaha III. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sangat bervariasi sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan gaji yang diberikan masing-masing usaha. Semakin besar luas lahan maka tenaga kerja yang digunakan semakin banyak. Besarnya biaya tenaga kerja untuk usaha I disebabkan karena lahan budidaya

Untuk mengetahui efisiensi dari biaya tetap dapat dilihat dari total biaya tetap per pot yang dikeluarkan. Berdasarkan sifat biaya yang tetap dibayarkan setiap bulannya maka semakin meningkatnya luas lahan maka biaya tetap per pot semakin menurun. Namun, usaha II mengeluarkan total biaya tetap per pot sedikit lebih tinggi dibandingkan usaha I karena jumlah pot yang diproduksi pada lahan budidaya belum optimal. Hal tersebut dapat diindikasikan dari masih banyaknya rak-rak pemeliharan yang kosong. Selain itu, pada skala usaha II melakukan budidaya anggrek yang terpisah antara anggrek Dendrobium dengan Phalaenopsis

Biaya per pot untuk penyusutan dimasing-masing skala yaitu Rp 390 per pot untuk usaha I, Rp 628 per pot untuk skala II dan Rp 274 per pot untuk skala III. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa biaya penyusutan per pot tertinggi berada pada usaha II. Hal ini dikarenakan jumlah pot Dendrobium yang dibudidayakan pada usaha II belum optimal sehingga beban biaya penyusutan per pot menjadi lebih besar. Berdasarkan persentase biaya penyusutan terhadap biaya total untuk masing-masing usaha sebesar 4,58 persen untuk usaha I, 6,72 persen untuk usaha II dan 4,51 persen untuk usaha III.

Biaya penyusutan yang diperhitungkan pertahun dimasing-masing usaha adalah Rp 7.793.333 untuk usaha I, Rp 12.748.889 untuk usaha II dan Rp 68.875.556 untuk usaha III. Dari data tersebut mempetlihatkan bahwa biaya penyusutan terendah berada pada usaha I. Hal tersebut disebabkan luas lahan budidaya anggrek Dendrobium pada usaha I lebih kecil sehingga jumlah komponen penyusutan yang digunakan lebih sedikit.

terfragmantasi dalam luasan yang kecil sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak dan tidak efisien. Biaya tenaga kerja perpot dari hasil perhitungan menunjukan semakin besar luas lahan biaya kerja per pot kecenderungan semakin menurun yaitu usaha I Rp 1.200 per pot, usaha II Rp 788 per pot dan usaha III Rp 430 per pot. Hal ini memperlihatkan bahwa biaya tenaga kerja yang efisien terdapat pada usaha III. Dilihat dari persentase biaya tenaga kerja terhadap biaya total menunjukan kecendrungan dengan meningkatnya luas lahan maka proporsi persentase biaya tenaga kerja semakin menurun. Persentase biaya tenaga kerja untuk usaha I dalah 14,09 persen, usaha II adalah 8,44 persen dan usaha III adalah 7,08 persen.

sehingga biaya tetap per pot yang dihasilkan lebih mahal yaitu sebesar Rp 1.978 per pot. Biaya tetap yang paling efisien untuk budidaya anggrek Dendrobium terdapat pada usaha III karena menghasilkan nilai total biaya tetap perpot yang terkecil yaitu Rp 963/pot.

Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya bibit seedling, pupuk,

obat-obatan, media tanam, pot. Jumlah biaya varibel yang dikeluarkan sangat tergantung besar kecilnya jumlah pot tanaman anggrek yang diproduksi. Komponen biaya varibel pada masing-masing skala tidak jauh berbeda.Yang membedakan hanyalah kuantitasnya. Semakin banyak jumkah pot yang diproduksi maka persentsase biaya variabel terhadap biaya total semakin meningkat. Komponen biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komponen Biaya Variabel Usaha Budidaya Anggrek Dendrobium dari Seedling hingga Berbunga di Tiga Usaha (8 bulan)

Uraian Usaha I (lahan kecil) Usaha II (lahan

menengah) Usaha III (lahan besar) Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp(000)/ 8 bulan Rp/ pot % Bibit seedling 91.000 6.500 53.43 110.000 5.500 58.00 803.250 4.250 52.63 Pupuk daun (gafiota) 2.400 120 1.41 7.680 378 4.05 12.960 52 0.85 Pupuk bunga 2.400 120 1.41 8.960 441 4.72 - - - Fungisida 1.600 80 0.94 600 30 0.32 7.776 31 0.51 Pestisida (Suprasit) 1.400 70 0.82 - - - - - - Insektisida 1.920 96 1.13 - - - 3.143 13 0.21 Kaliandra - - - 525 26 0.28 36.000 14 0.24 Arang 6.000 300 3.52 3.000 148 1.58 6.000 24 0.39 Pakis - - - 8.000 32 0.52 Nematoda 240 12 0.14 480 24 0.25 3.456 14 0.23 Metamindapos - - - 9.072 36 0.59 Pot 15 10.000 500 5.87 6.090 300 3.21 175.770 700 11.52 Pot 18 14.000 700 8.22 - - - 251.100 1.000 16.45 Pot 20 - - - 12.180 600 6.43 - - - Perekat 72 4 0.04 - - - Total 131.032 8.502 76.94 149.515 7.447 78.82 1.284.127 6.166 84.14

Berdasarkan Tabel 7 persentase komponen biaya variabel tertinggi pada

usaha I, II dan III terdapat pada bibit seedling yaitu sebesar 53,43 persen, 58,00

Jenis pot yang digunakan pada usaha I, II dan III adalah pot tanah. Pot tanah digunakan pada umumnya dinding pot memiliki lubang-lubang kecil berdiameter sekitar dua cm yang berfungsi untuk memeperlancar sirkulasi udara

serta mempermudah aerasi dan drainase. Bahan pot tanah terbuat dari liat yang

bersifat mudah menyerap air sehingga kelebihan air siraman dapat terserap dan anggrek relatif terhindar dari penyakit busuk akar. Ukuran pot yang digunakan sangat bervariasi tergantung dari bersar kecilnya tanaman anggrek. Usaha I dan III

menggunakan pot ukuran 15 fase seedling. Kemudian ketika tanaman anggrek

remaja dipindahkan ke pot ukuran 18. Usaha II mengunakan pot ukuran 18 pada

fase seedling dan pot ukuran 20 ketika fase tanaman remaja. Ukuran pot sangat

Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman anggrek dibedakan berdasarkan fase budidayanya. Pada fase remaja pupuk yang digunakan adalah pupuk daun dan pada fase berbunga pupuk yang digunakan adalah pupuk bunga. Usaha I dan III melakukan pemupukan sebanyak seminggu sekali, sedangkan usaha II melakukan pemupukan seminggu dua kali sehingga persentase biaya variabel pupuk untuk usaha II lebih besar dibanding yang lainnya yaitu sebesar 8,77 persen sedangkan usaha I sebesar 2,82 persen dan usaha III sebesar 0,85 persen. Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukan bahwa penggunaan pupuk yang efisien terdapat pada usaha III.

tersebut berarti bibit harga bibit merupakan komponen yang sangat penting.

Semakin murah dalam mempeoleh bibit seedling anggrek Dendrobium berarti

biaya per pot yang dikeluarkan akan semakin minimum. Bibit seedling anggrek

Dendrobium berasal dari Thailand dan Vietnam. Petani usaha I membeli bibit tersebut dari importir yang berlokasi di Cibubur dengan harga Rp 6.500 per pot sedangkan usaha II membeli bibit dari Bandung dengan harga lebih murah yaitu sebesar Rp 5.500 per pot. Usaha III sudah mampu untuk memproduksi bibit dengan kultur jaringan sehingga biaya untuk memperoleh bibit menjadi lebih murah yaitu sebesar Rp 4.250 per pot. Namun, usaha I dan II lebih memilih untuk

membeli dari seedling dikarenakan tidak memiliki biaya dan keahlian untuk

melakukan kultur jaringan. Selain itu, budidaya dari pembibitan memiliki resiko kegagalan yang lebih besar dan waktu pembudidayaan lebih lama. Hal tersebut menyebabkan perputaran uang untuk kelangsungan bisnis menjadi lebih lama.

Uraian Usaha I (lahan kecil) Usaha II (lahan menengah) Usaha III (lahan besar)

Rp (000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp (000)/ 8 bulan Rp/ pot % Rp (000)/ 8 bulan Rp/ pot % Biaya tetap 39.273 1.964 23.06 40.149 1.978 21.17 242.002 963 15.86 Biaya variabel 131.032 8.502 76.94 149.245 7.462 78,83 1.284.127 6.165 84.14 Total Biaya 170.305 10.466 100 189.664 9.440 100 1.526.129 7.128 100 Tabel 8. Struktur Biaya Usaha Budidaya Anggrek Dendrobium di Tiga Skala

Usaha

Biaya produksi usaha budidaya anggrek merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya produksi selama delapan bulan untuk anggrek Dendrobium pada usaha I sebesar Rp 170.305.000, usaha II sebesar Rp 189.664.000 dan usaha II sebesar Rp 1.526.129.000 (Tabel 8). Berdasarkan biaya produksi tersebut, maka dapat ditentukan biaya produksi per pot masing- masing usaha. Usaha I sebesar Rp 10.466 per pot, usaha II sebesar Rp 9.440 per pot dan usaha III sebesar Rp 7.128 per pot. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa struktur biaya usaha anggrek Dendrobium yang efisien terdapat pada skala usaha III karena menghasilkan biaya per pot yang paling kecil. Hal tersebut dikarenakan jumlah pot untuk produksi anggrek Dendrobium pada luas lahan usaha III sudah optimal dan biaya perolehan bibit lebih murah.

Untuk mengetahui efisiensi dari biaya variabel dapat dilihat dari total biaya variabel per pot yang dikeluarkan. Berdasarkan sifat biaya yang variabel yang berubah mengikuti jumlah produksi yang dihasilkan, maka semakin meningkatnya luas lahan maka biaya variabel yang dihasilkan semakin besar. Namun, semakin meningkatnya luas lahan biaya variabel per pot yang dihasilkan semakin menurun. Hal tersebut disebabkan karena terdapat penggunaan biaya variabel yang bersifat tetap potnya yaitu biaya bibit sehingga semakin kecil biaya bibit yang dikeluarkan maka semakin biaya variabel per pot akan semakin kecil. berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena semakin besar pot maka akar tanaman akan mendapatkan makanan dan ruang gerak yang cukup besar. Biaya pot yang dikeluarkan masing-masing usaha adalah Rp 1.200 per pot untuk usaha I, Rp 900 per pot untuk usaha II dan Rp 1.700 per pot untuk usaha III. Biaya terendah terdapat pada skala II karena harga pembelian pot yang lebih murah. Hal tersebut disebabkan tempat pembelian input produksi setiap usaha berbeda.

Komponen biaya tetap untuk anggrek Phaleopsis sama dengan biaya tetap anggrek Dendrobium. Hal yang membedakan hanya waktu budidaya anggrek Phaleopsis lebih lama yaitu 12 bulan. Tabel 9 berikut ini merupakan komponen biaya tetap budidaya anggrek Phalaenopsis.

Dokumen terkait