• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Biaya Gambar 2 Fungsi Produks

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1.2. Struktur Biaya Gambar 2 Fungsi Produks

Sumber : Murbyanto(1989) Produksi Hasil  0  y  Faktor produksi  x 

Suratiyah (2009) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dibagi kedalam dua golongan sebagai berikut.

Biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang dapat diketahui dari kurva biaya total rata-rata jangka panjang. Kurva yang menunjukan titik-titik biaya total rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva

amplop (envelope curve). Kurva ini merupakan kurva rata-rata jangka panjang

yang melingkupi semua kemungkinan kurva biaya rata-rata jangka pendek.

Sedangkan dalam jangka panjang, faktor produksi dapat mengalami perubahan sehingga seluruh biaya produksi dalam jangka panjang bersifat variabel. Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk menentukan kapasitas produksi dengan meminimumkan biaya produksi agar memperoleh keuntungan yang maksimal. Dalam membuat keputusan jangka panjang pengusaha harus mengetahui biaya produsi minimum pada berbagai tingkat produksi. Konsep tersebut dapat digunakan oleh pengusaha dalam menentukan skala usaha yang paling efisien.

peralatan Selain itu, biaya variabel merupakan biaya produksi yang besarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi.

2) Faktor manajemen

Kemampuan petani dalam merespon perubahan-perubahan dari faktor- faktor eksternal sangat penting. Dengan faktor internal manajemen maka petani harus dapat mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah- ubah tersebut.

1) Faktor internal dan ekstenal

Faktor-faktor internal dan eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor internal yang mempengaruhi adalah umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, jumlah tenaga kerja kerja, luas lahan dan modal. Faktor ekternal yang mempengaruhi adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga).

3.1.2. Skala Usaha

Analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah

suatu perusahaan beroperasi pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale)

atau tidak ekonomis (diseconomis of scale). Suatu perusahaan dikatakan mencapai

skala ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata- rata menjadi lebih rendah. Sedangkan perusahaan mencapai skala tidak ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi.

Perubahaan dalam skala usaha dapat menunjukan hubungan antara

perubahan ukuran (size) usaha dengan biaya produksi rata-rata. Gambar 3

menjelaskan hubungan antara skala usaha dengan struktur biaya.

Keterangan:

Q = jumlah keluaran (output)

SMC = biaya marjinal janga pendek (short marginal cost)

SATC = total biaya variabel jangka pendek (short average total cost) MC = biaya marjinal jangka panjang (marginal cost)

LAC = total biaya jangka panjang (long-run average total cost)

Pada Gambar 3 menunjukan kurva biaya rata-rata jangka panjang

berbentuk huruf U yang ditentukan oleh return to scale yaitu perubahan output

yang disebabkan oleh perubahan pemakaian seluruh input dalam porposi yang

sama. Kurva LAC terbagi menjadi kedalam tiga bagian yaitu bagian menurun, Gambar 3. Kurva Amplop Skala Usaha

Sumber : Nicholson (1990) Biaya‐biaya   SMC 2 SMC 3 MC SATC 3  LAC  Output/period O  Q1  Q3 Biaya‐biaya  Q2 SMC 1  SATC 1 SATC 2

Menurut Sukirno (2003), terdapat empat faktor yang mempengaruhi skala ekonomi yaitu 1) Spesialisasi faktor-faktor produksi, 2) Pengurangan harga bahan Pada gambar tersebut menunjukan bahwa kurva biaya rata-rata jangka panjang bernilai konstan yang artinya perluasan usaha tidak berpengaruh terhadap biaya produksi rata-rata jangka panjang.

titik minimum dan kemudian meningkat. Bagian pertama yaitu biaya rata-rata jangka panjang yang menurun tedapat pada rentang output mulai dari titik O sampai Q1 artinya perluasan skala usaha akan selalu disertai dengan penurunan biaya rata-rata perunit. Daerah ini disebut sebagai skala usaha ekonomis (economies of scale).

Bagian kedua yaitu di titik terendah (minimum) dari kurva LAC yang

berada di titik Q2 dan merupakan titik perpotongan antara kurva MC dengan LAC. Pada titik ini merupakan skala usaha paling efisien karena memiliki struktur biaya terendah sehingga merupakan pilihan pengusaha dalam jangka panjang.

Bagian terakhir yaitu biaya rata-rata jangka panjang yang berada diatas biaya minimum yang cenderung meningkat yang terdapat pada titik Q3 artinya perluasan skala usaha akan selalu disertai dengan kenaikan biaya rata-rata perunit.

Daerah ini disebut sebagai skala usaha tidak ekonomis (diseconomies of scale).

Bentuk kurva amplop skala usaha tidak hanya berbentuk U, terdapat bentuk lain dari kurva skala usaha. Jika titik minimum AC adalah sama, maka LAC akan berbentuk mendaatar (horizontal) seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Skala Usaha dengan Biaya Konstan Sumber : Nicholson (1990)

Biaya‐biaya Biaya

SMC 1  SMC 2

SMC 3

SATC 1 SATC 2 SATC 3 

LATC 

Output/period

O  Q3  Q2

‐biaya

Analisis R/C rasio dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan yang mungkin dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio dapat digunakan sebagai tolak ukur efisiensi dari suatu aktifitas kegiatan usaha sebagai berikut :

Pengukuran pendapatan selain dengan nilai mutlak dapat dilakukan dengan mengukur efisiennya. Salah satu cara mengukur efisiensi usahatani adalah dengan membandingkan penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau

Revenue and Cost Ratio (R/C rasio). Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat keuntungan relatif suatu cabang usaha dengan cabang usaha lainnya berdasarkan keuntungan finansial. Dalam analisis R/C rasio dapat diketahui seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya dan nilai R/C rasio ini tidak memiliki satuan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual satuan. Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani yaiu berupa nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dikeluarkan selama proses produksi. Total biaya atau pengeluaran tersebut dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel (Soekartawi 2002).

Analisis pendapatan dilakukan dengan dua tujuan utama yaitu menggambarkan keadaan yang sekarang dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan atau tindakan. Analisa pendapatan dapat membantu pengusaha dalam mengukur apakah kegiatan yang dilakukan saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973).

Dokumen terkait