• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

6. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri khas yang dipunyai oleh masing-masing rumahtangga, seperti umur kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pola konsumsi yang ukur adalah kuantitas konsumsi pangan dan kualitas konsumsi pangan keluarga.

Kuantitas konsumsi pangan keluarga diukur dari rata-rata konsumsi energi dan tingkat konsumsi energi. Perhitungan rata-rata konsumsi energi dan tingkat konsumsi energi dengan memperhitungkan faktor umur, jenis kelamin, aktivitas dan jumlah anggota keluarga. Jumlah bahan makanan yang didapat melalui kuesioner menggunakan list recall methode 2x24 jam. Selanjutnya dilakukan konversi URT ke dalam gram sesuai dengan yang disajikan. Kandungan zat gizi dalam seluruh bahan pangan yang dikonsumsi dijumlahkan dan dirata-ratakan untuk mendapatkan rata-rata konsumsi per dua hari. Selanjutnya rata-rata konsumsi pangan tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan rata-rata energi keluarga dengan menggunakan faktor unit energi (faktor UE).

n

( ∑ UEi) 2700 i = 1

AKERK =

n dimana :

AKERK = Angka Kecukupan Energi Rata-rata Keluarga

UEi = Faktor Unit Konsumen Energi dari anggota keluarga ke-i n = Jumlah anggota keluarga yang ditaksir kecukupannya 2700 = nilai UE sama dengan 1.000

Kualitas konsumsi pangan diukur dari skor mutu pangan. Perhitungan skor mutu pangan dilakukan dengan terlebih dahulu mencari sumbangan energi (proporsi kalori) dari masing-masing jenis bahan makanan yang dikonsumsi, kemudian mengalikannya dengan bobot pola pangan harapan (PPH). Keragaman konsumsi pangan yang mencerminkan mutu dari konsumsi dapat dilihat dengan cara menghitung skor PPH, dengan cara mengelompokkan konsumsi pangan dalam sembilan kelompok pangan. Sembilan kelompok pangan tersebut adalah : (1) padi-padian, (2) umbi-umbian, (3) pangan hewani, (4) minyak dan lemak, (5) buah/biji berminyak, (6) kacang-kacangan, (7) gula, (8) sayur dan buah, (9) lainnya.

Langkah-langkah menghitung PPH adalah :

1. Dari kesembilan kelompok pangan tersebut dihitung nilai total konsumsi energinya.

2. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok pangan, dengan berdasarkan Angka Kecukupan Energi (AKE) WNPG 2004, yaitu :

% AKE = [(Energi kelompok pangan)/2200] x 100%

3. Selanjutnya dengan mengalikan hasil persentase langkah kedua dengan rating/bobot akan diperoleh skor dari masing-masing kelompok pangan. Setiap kelompok pangan memiliki skor maksimum. Apabila skor melebihi range optimal, akan digunakan skor maksimal dalam range tersebut.

4. Menjumlahkan skor semua kelompok pangan sehingga akan diketahui skor PPH mutu pola konsumsi pangan. Pengelompokan pangan, skor, dan bobot yang digunakan sebagai standar PPH nasional diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7 Pengelompokan Jenis Pangan, Persentase, Bobot, dan Skor No Kelompok Pangan

Minimum-maksimum Minyak dan Lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula

Sayur dan buah Lain-lain 2. Ketersediaan

Ketersediaan pangan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner measuring household food security, kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori seperti

tercantum pada table 3.8 berikut :

Tabel 3.8 Kategori Ketersediaan Pangan Keluarga

No Kategori Range

1. Terjamin : Jika < 2 dari 18 pertanyaan yang ada, dijawab : sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

2. Rawan kelaparan tingkat ringan

: Jika 3 – 7 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

3. Rawan dengan kelaparan

tingkat sedang

: Jika 8 – 12 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

4. Rawan dengan kelaparan

tingkat berat

: Jika 13 – 18 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan

Untuk keperluan analisis inferensial, ketersediaan pangan keluarga ditransformasikan menjadi variabel indikator atau dummy variabel.

a. Ketersediaan pangan keluarga terjamin, Jika < 2 dari 18 pertanyaan yang ada, dijawab : sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan : 1

b. Ketersediaan pangan keluarga tidak terjamin, Jika 3 - 18 pertanyaan yang ada, dijawab : sering/kadang-kadang, ya, dan hampir setiap bulan/beberapa bulan: 0.

3. Penyakit Infeksi

Pengambilan data dinilai dari jawaban responden pada kuesioner mengenai ISPA dan diare.

a. Riwayat kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan bagian Akut)

Adalah penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh anggota keluarga selama tiga bulan terakhir saat pengambilan data dengan gejala batuk, mengeluarkan ingus, demam, dan tanpa sesak napas.

Kategori : 1. Ya, 2. Tidak b. Riwayat Kejadian Diare

Adalah penyakit yang pernah atau sedang diderita anggota keluarga dalam tiga bulan terakhir dan saat pengambilan data dengan gejala buang air besar ≥ 4 kali sehari dengan konsistensi cair dengan atau tanpa muntah.

Kategori : 1. Ya, 2. Tidak

4. Status Gizi

Penentuan status gizi individu (anggota keluarga) dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri BB/PB, IMT/U dan IMT dibandingkan dengan nilai rujukan yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005.

Untuk usia di bawah 2 (dua) tahun menggunakan kategori BB/PB yakni : 1. Kategori Sangat Kurus, jika < -3,0 SD

2. Kategori Kurus, jika -3,0 SD sampai dengan <-2,0 SD 3. Kategori Normal, jika -2,0 SD sampai dengan 2,0 SD 4. Kategori Gemuk, jika >2,0 SD

Untuk usia di atas 2 (dua) tahun sampai dengan usia 18 (delapan belas) tahun menggunakan kategori IMT/U yakni :

1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0 2. Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD

3. Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD 4. Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD

5. Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD 6. Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD

Untuk usia di atas 18 (delapan belas) tahun menggunakan kategori IMT yakni:

1. Kategori Sangat Kurus, Jika < - 3SD

2. Kategori Kurus, Jika -3 SD sampai dengan < -2SD 3. Kategori Normal, Jika -2 SD sampai denagn 1 SD

4. Kategori Gemuk, Jika > 1 SD sampai dengan 2 SD 5. Kategori Obesitas, Jika > 2 SD

Penentuan status gizi keluarga ditentukan dengan melihat persentase status gizi anggota keluarga, dimana kategori status gizi keluarga dikategorikan menjadi status gizi keluarga baik, status gizi keluarga sedang dan status gizi keluarga tidak baik.

Status gizi keluarga baik, jika > 50% dari status gizi anggota keluarga berstatus gizi normal status gizi keluarga sedang, jika persentase status gizi dari anggota keluarga sama dengan 50% berstatus gizi normal status gizi keluarga tidak baik, jika < 50% dari status gizi anggota keluarga berstatus gizi normal

5. Pengeluaran konsumsi pangan keluarga di ketahui dengan menggunakan rumus : Rumus untuk mencari pengeluaran konsumsi pangan adalah sebagai berikut :

Jumlah pengeluaran konsumsi pangan konsumsi pangan x 100%

% rata – rata pengeluaran :

Jumlah total pengeluaran rumah tangga

6. Umur kepala keluarga yang diperoleh dikategorikan berdasarkan kelompok usia, yaitu remaja (13-19 tahun), dewasa muda (20-30 tahun), dewasa madya (31-50 tahun), dewasa lanjut (51-75 tahun) dan lansia (≥76 tahun).

7. Jumlah anggota keluarga diketahui dengan menanyakan kepada responden jumlah anggota keluarganya. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5 sampai 6 orang) dan keluarga besar (≥7 orang).

8. Tingkat pendidikan kepala keluarga diolah dengan mengelompokkannya menjadi dua kategori, yaitu dasar dan lanjut.

9. Pengetahuan gizi ibu diperoleh dengan memberikan 12 pertanyaan kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan. Setiap pertanyaan yang benar di beri nilai satu, sehingga total nilai jawaban ada 12.

Kemudian jawaban benar yang diperoleh dari responden dibagi dengan nilai jawaban dari pertanyaan lalu di kalikan dengan 100 persen. Persen jawaban yang diperoleh selanjutnya dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu baik (>80 persen), sedang (60-80 persen), dan rendah (<60 persen).

10. Data pendapatan kepala keluarga didapat dari kuesioner data pengeluaran pangan dengan menjumlahkan data subtotal pengeluaran makanan dan subtotal pengeluaran non makanan.

11. Pekerjaan kepala keluarga dikelompokkan atas : tetap dan tidak tetap.

Kelompok pekerjaan tetap merupakan kelompok pekerjaan dengan penghasilan tetap, sedangkan kelompok tidak tetap merupakan kelompok pekerjaan dengan pengahsilan tidak tetap.

Tabel 3.9 Metode Pengukuran dari Variabel-variabel Penelitian

bulan tetapi tidak setiap bulan

bulan tetapi tidak setiap bulan Metode Food List Recall 2 x 24 jam

3. Penyakit Infeksi

 ISPA

Ordinal Kemenke

s 2011 Sedang

Tidak baik

Jika status gizi anggota keluarga =

50% normal Jika <50% anggota

keluarga berstatus gizi normal.

Tabel 3.9 (Lanjutan)

Wawancara Ordinal

Pendidikan

Tetap Pekerjaan dengan penghasilan tetap

Wawancara Ordinal

Tidak tetap

Pekerjaan tanpa pengahsilan tidak tetap 10. Pengeluaran

Pangan Rendah < 50% dr total

pengeluaran Wawacara Form