• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

4.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang digunakan untuk menguji hipotesis. Data primer dikumpulkan di lapangan, baik secara langsung maupun melalui perantara seperti telepon, email dan data dikirim melalui pos. Data sekunder adalah semua data penunjang yang dibutuhkan, namun tidak untuk menguji hipotesis. Data sekunder didapatkan dari berbagai sumber, seperti internet, buku-buku, artikel ilmiah dan data-data yang didapatkan langsung dari dinas terkait yang bisa mendukung. Metode pengambilan data dan analisis data secara lengkap disajikan dalam Tabel 1 pada akhir bab ini. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :

4.3.1. Tata Niaga

Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara. Narasumber dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada (1) penangkap; (2) pengumpul perantara; (3) pengumpul; (4) Balai KSDA Kalimantan Tengah sebagai Otoritas Pengelola. Penangkap adalah orang yang menangkap ular dari alam untuk keperluan komersial. Pengumpul perantara adalah pengumpul yang tidak

mempunyai ijin tangkap maupun edar, namun menjadi perantara antara penangkap dan pengumpul. Pengumpul adalah pedagang yang memiliki ijin tangkap dan atau ijin edar dari Balai KSDA Kalimantan Tengah.

Data yang dikumpulkan adalah pelaku perdagangan, jalur perdagangan, teknik penangkapan dan pengulitan, harga dan ukuran Python reticulatus yang diperdagangkan di Kalimantan Tengah. Data pengumpul diambil dari Balai KSDA Kalimantan Tengah. Selanjutnya dari pengumpul yang terdata, dikumpulkan data perantara dan penangkap beserta lokasi penangkapannya. Jumlah lokasi pengumpul yang ditentukan adalah 1 titik. Jumlah ini berdasarkan jumlah pengumpul yang mempunyai ijin dari BKSDA Kalimantan Tengah. Jumlah narasumber dari Balai KSDA Kalimantan Tengah sebanyak tiga narasumber. Pengumpul perantara yang menjadi narasumber dalam penelitian ini berjumlah empat orang masing-masing di Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat (PP A), Anjir Kabupaten Pulang Pisau (PP B), Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (PP C), dan Kapuas Kabupaten Kuala Kapuas (PP D). Jumlah penangkap yang langsung menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah satu kelompok dan dua penangkap perorangan profesional yang berasal dari Pangkalan Banteng Kabupaten Kotawaringin Barat (penangkap A, B dan C), dua penangkap dari Anjir Kabupaten Pulang Pisau (Penangkap D dan E), satu penangkap tidak profesional dari Pulang Pisau dan Kapuas dan satu mantan penangkap dari Katingan. Profesional berarti memerlukan kepandaian khusus untuk melakukan pekerjaannya (Kemdiknas 2012). Penangkap profesional tersebut memiliki kepandaian khusus untuk menangkap ular.

4.3.2. Karakteristik habitat

Lokasi pengambilan data karakteristik habitat dilakukan pada kebun kelapa sawit antara pukul 07.30-13.30 WIB. Data karakteristik habitat dibagi menjadi data habitat tangkap dan habitat bersarang. Habitat tangkap adalah lokasi dimana ular biasa ditangkap. Habitat bersarang adalah lokasi dimana sarang ditemukan. Bagian yang diukur variabelnya untuk habitat tangkap adalah parit dimana ular tersebut ditangkap. Data habitat bersarang diambil pada lokasi yang

diindikasikan sebagai sarang. Pengambilan data di habitat tangkap dan sarang dilakukan dengan mengikuti penangkap ular.

Metode survei yang dilakukan adalah dengan metode penjebakan (trapping), yaitu membuat jebakan pada titik-titik yang sudah ditentukan (TPBC 1998). Pada setiap titik dimana jebakan dibuat, diambil data sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. Metode ini diterapkan untuk pengambilan data karakteristik habitat tangkap. Sedangkan pada habitat bersarang, tidak dilakukan metode penjebakan.

Jenis data yang diambil untuk mendapatkan gambaran karakteristik habitat sesuai dengan Kusrini (2009) dengan beberapa penyesuaian. Jenis data yang diambil pada habitat tangkap adalah ada/tidak ular, ketinggian lokasi (m dpl), suhu air (0C), suhu udara (0C), kelembaban udara (%) dan ph air. Jumlah titik pengamatan untuk habitat tangkap adalah 75 titik yang terdiri dari 17 titik ditemukan ular dan 58 titik tidak ditemukan ular. Peubah yang dianalisis pada sarang adalah: keberadaan Python reticulatus pada suatu sarang, suhu udara pada sarang (0C), kelembaban udara pada sarang (%), pH tanah pada sarang, kedalaman sarang (cm) dan lebar mulut sarang (cm). Jumlah sarang yang diamati adalah 13 buah yang ada ularnya dan 114 buah tidak ada ularnya. Lokasi titik pengambilan data disajikan dalam Gambar 2 berikut ini.

4.3.3. Panenan

Data panenan dikumpulkan dengan cara menghitung langsung Python reticulatus yang dipanen pada tingkat (1) penangkap; dan (2) pengumpul perantara. Panenan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kelimpahan panenan pada tingkat penangkap dan pengumpul perantara. Kelimpahan yang bisa dihitung hanya pada tingkat ini karena pada tingkat pengumpul, ular sudah dalam bentuk kulit mentah. Pengambilan data pada tingkat penangkap dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah ular yang berhasil ditangkap oleh penangkap dalam kurun waktu tertentu. Pengambilan data pada pengumpul perantara dilakukan dengan menghitung jumlah ular yang berhasil dikumpulkan oleh pengumpul dalam kurun waktu tertentu. Sumber data berasal dari satu pengumpul perantara dan lima penangkap.

4.3.4. Parameter Demografi

Data parameter demografi diambil pada dua lokasi, yaitu (1) penangkap; dan (2) pengumpul perantara. Parameter demografi yang bisa diketahui dari data yang diambil adalah (1) sex rasio; dan (2) kelas umur. Variabel yang diukur dan diambil datanya adalah Snout-vent lenght (SVL), jenis kelamin dan jumlah ular pada masing-masing lokasi. Menurut Caughley (1977) dan Alikodra (2002), ukuran tubuh satwaliar bisa digunakan untuk pendekatan pendugaan kelas umur. Caughley (1977) menyatakan bahwa pada reptil, pendekatan pembagian umurnya biasanya didasarkan pada ukuran tubuh. Jumlah ular yang tertangkap untuk analisis parameter demografi adalah 117 ekor pada tingkat penangkap dan 56 ekor pada tingkat pengumpul perantara.

4.3.5. Morfometri

Data morfometri diambil pada dua lokasi, yaitu (1) penangkap; dan (2) pengumpul perantara. Variabel yang diukur untuk mendapatkan data morfometri adalah Snout-vent lenght (SVL) yaitu panjang tubuh mulai dari moncong sampai kloaka (cm), massa tubuh (kg) dan jenis kelamin (Reinert 1993; TPBC 1998) serta panjang badan dari leher sampai kloaka (cm), panjang ekor (cm), panjang kepala (cm) dan jarak mata (cm). Panjang ekor perlu diukur karena kadang

diperlukan informasi mengenai panjang total seekor ular (TPBC 1998). Panjang badan diukur karena dalam perdagangan panjang badan menjadi indikator utama untuk penangkapan. Jarak mata diukur untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara jarak mata dengan ukuran tubuh yang lain. Sumber data berasal dari satu pengumpul perantara dan lima penangkap dengan jumlah ular yang tertangkap 56 ekor pada tingkat pengumpul perantara dan 117 ekor pada tingkat penangkap

4.4. Analisis Data