DAFTAR PUSTAKA
5.5.2 Morfometri pada Pengumpul Perantara
Hasil pengukuran morfometri Python reticulatus yang berhasil dikumpulkan oleh pengumpul perantara, seperti disajikan dalam Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Hasil pengukuran morfometri pada tiap pengumpul perantara
Peubah Rata-rata hasil pengukuran
PP A PP B n (ekor) 54 2 SVL (cm) 284.980 280 Panjang badan (cm) 276.222 270 Panjang ekor (cm) 39.481 20 Panjang kepala (cm) 8.758 10 Jarak mata (cm) 3.001 4 Massa tubuh (kg) 8.259 10
Morfometri ular yang berhasil dikumpulkan oleh PP A dan PP B secara statistik tidak bisa dibandingkan karena jumlah pada PP Bkurang dari yang disyaratkan yaitu minimal 5. Namun pada antara jantan dan betina bisa dibandingkan morfometrinya (Tabel 11).
Tabel 11 Hasil pengukuran morfometri jantan dan betina pada pengumpul perantara
Hasil tes Kolmogorov-Smirnov untuk tes normalitas data menggunakan SPSS 19.0, SVL dan panjang badan mempunyai sebaran data normal (Asymp. Sig. >0.05), sedangkan peubah lain tidak normal (Asymp. Sig. <0.05) (Lampiran 12). Hasil t-test dua sampel independen pada peubah SVL dan panjang badan ular jantan dan betina menunjukkan bahwa kedua peubah tersebut tidak berbeda nyata antara jantan dan betina (Asymp. Sig. > 0.05) (Lampiran 13).
Hasil analisis morfometri ular pengumpul perantara menunjukkan bahwa peubah SVL dan panjang badan antar jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa ada konsistensi ukuran yang ditangkap atau ada pemilihan ukuran yang ditangkap oleh pengumpul perantara. Pengumpul perantara memiliki kecenderungan untuk menerima dengan ukuran tertentu yang relatif sama dan tidak terpengaruh oleh jenis kelamin. Menurut hasil wawancara, semua pengumpul perantara menyatakan bahwa mereka tidak memilih jenis kelamin jantan atau betina, namun memilih ular dengan ukuran panjang badan diatas 250 cm. Ukuran ini sama dengan ukuran yang dipilih oleh penangkap.
Rata-rata SVL jantan pada PP A lebih besar dari betina, sedangkan pada PP B, SVL jantan dan betina sama. Beberapa penelitian yang dilakukan pada
Peubah Rata-rata hasil pengukuran
jantan betina n (ekor) 27 29 SVL (cm) 287.584 282.212 Panjang badan (cm) 278.593 273.586 Panjang ekor (cm) 38.185 39.345 Panjang kepala (cm) 8.992 8.626 Jarak mata (cm) 3.006 3.066 Massa tubuh (kg) 8.849 7.830
family Pythonidae (Shine 1978; Shine et al. 1998a, 1998b, 1999; Pearson et al.
2002; Shine & Slip 2006) menyatakan bahwa ukuran betina lebih besar dari jantan.
Morfometri Python reticulatus jantan dan betina tidak secara langsung bisa membedakan jantan dan betina. Bahwa menurut beberapa penelitian, betina cenderung lebih besar dibandingkan jantan dalam kelas umur yang sama. Namun belum bisa dijadikan penanda ular tersebut jantan atau betina tanpa melihat kloakanya. Morfometri jantan dan betina yang tidak berbeda nyata juga menjadikan tidak adanya pemilihan jenis kelamin yang dipanen. Hal ini menyebabkan terjadinya panenan yang acak. Pemanenan yang acak tanpa memilih jenis kelamin bisa jadi sesuai dengan prinsip kelestarian karena jumlah yang banyak yang mempunyai kemungkinan untuk ditangkap. Artinya bila jantan lebih banyak di alam, maka kemungkinan yang tertangkap jantan akan lebih besar dibandingkan betina. Dengan struktur populasi jantan lebih banyak dari betina, maka pemanenan jantan yang lebih banyak menjadi pemanenan yang lebih lestari dibandingkan pemanenan yang lebih banyak pada betina. Namun demikian, tetap perlu adanya keseimbangan jumlah jantan dan betina yang dipanen agar tidak terjadi over eksploitasi pada jantan saja atau betina saja yang bisa mengancam kelestarian satwa tersebut di alam.
6.1. KESIMPULAN
1. Pelaku tata niaga Python reticulatus di Kalimantan Tengah adalah penangkap, pengumpul perantara dan pemilik ijin resmi (penangkap berijin dan pengedar dalam negeri). Jalur tata niaga Python reticulatus di Kalimantan Tengah dimulai dari penangkap sampai pengedar dalam negeri. Secara umum, pelaku tata niaga di Kalimantan Tengah tidak berbeda dengan Sumatera, namun jalurnya lebih pendek. Harga kulit Python reticulatus ditentukan oleh ukuran, yaitu ukuran dengan harga paling tinggi
adalah panjang ≥ 350 cm, lebar perut ≥ 32 cm dan lebar ekor ≥ 12 cm.
2. Habitat tangkap Python reticulatus di Kalimantan Tengah adalah lahan dengan penggunaan intensif oleh manusia, yaitu kebun kelapa sawit, kebun karet dan rawa-rawa. Pada habitat tangkap, tidak ada satupun peubah habitat yang berpengaruh secara signifikan terhadap perjumpaan Python reticulatus. Hal ini menunjukkan bahwa Python reticulatus tidak memiliki habitat preferensial. Habitat bersarang Python reticulatus di Kalimantan Tengah adalah lubang antara kayu dan kayu di bawah jembatan di kebun kelapa sawit. Pada habitat bersarang, tidak ada satupun peubah habitat yang berpengaruh secara signifikan terhadap perjumpaan Python reticulatus.
Keberadaan Python reticulatus pada lahan penggunaan intensif menunjukkan bahwa ular ini dapat beradaptasi dengan manusia.
3. Kelimpahan panenan pada penangkap pada saat penelitian adalah 117 ekor dan estimasi kelimpahan panenan berdasarkan kinerja penangkap pada akhir tahun 2012 adalah 2 940 ekor atau 26.73% dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012. Kelimpahan panenan pada pengumpul perantara pada saat penelitian adalah 56 ekor dan estimasi kelimpahan panenan berdasarkan kinerja pengumpul perantara pada akhir tahun 2012 adalah 3 515 ekor atau 31.95 % dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012.
4. Sex rasio Python reticulatus yang tertangkap pada tingkat penangkap adalah 1:0.72 dan pada tingkat pengumpul perantara adalah 1:1.07. Pada tingkat penangkap, Python reticulatus yang tertangkap 57.26% pada kelas umur jantan dewasa, 40.17% pada kelas umur betina dewasa, 1.71% betina muda dan 0.85% jantan muda dan tidak ada bayi yang tertangkap. Pada pengumpul perantara, prosentase Python reticulatus jantan dewasa dan betina dewasa yang dikumpulkan sama, yaitu masing-masing 42.86%, sedangkan betina muda yang dikumpulkan sebanyak 8.93% dan jantan muda 5.36%.
5. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran Python reticulatus
jantan dan betina yang tertangkap, baik pada penangkap maupun pada pengumpul perantara. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan kriteria penangkapan. Penangkapan cenderung mengikuti permintaan pasar dengan ukuran tertentu.
6.2. SARAN
Saran yang bisa disampaikan untuk upaya pemanfaatan yang lestari adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pendataan penangkap, pengumpul perantara dan lokasi tangkapnya oleh otoritas pengelola. Langkah ini dilanjutkan dengan melakukan pembinaan dan sosialisasi aturan dalam penangkapan satwaliar serta memfasilitasi penangkap agar bisa mendapatkan ijin secara resmi yang dilakukan secara berkesinambungan. Otoritas pengelola perlu memperketat pengawasan terhadap perlakuan yang memperhatikan animal welfare.
2. Perlu dilakukan pembinaan pada habitat tangkap dan bersarang mengingat habitat tersebut merupakan lahan dengan penggunaan intensif oleh manusia. Pembinaan ini dilakukan agar habitat tersebut bisa tetap terjaga dan mendukung keberadaan Python reticulatus.
3. Perlu dicantumkan lokasi pengambilan secara detail pada surat ijin tangkap dan dilakukan rotasi agar tidak terjadi pemusatan lokasi pengambilan yang nantinya bisa berdampak pada terancamnya kelestarian
Python reticulatus di lokasi tersebut. Kondisi populasi dan lokasi tangkap perlu disurvey agar bisa menggambarkan potensi Python reticulatus di lokasi tertentu sehingga bisa ditetapkan jumlah kuota dan lokasi penangkapan dengan tepat demi kelestarian Python reticulatus di alam. 4. Perlu ada batasan ukuran Python reticulatus yang boleh dan tidak boleh
ditangkap. Ukuran ini bisa didasarkan pada ukuran yang diminta oleh pasar, yaitu ular yang bisa menghasilkan kulit dengan harga yang paling mahal, yaitu ukuran kulit diatas 350 cm atau ular dengan ukuran panjang badan diatas 250 cm ketika masih hidup.