• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

E. Metode Role Playing

Role playing adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai

dengan tokoh yang mereka peragakan dan berinteraksi dengan temannya. Metode

ini dapat digunakan untuk mempraktikkan isi pelajaran yang baru, mereka

diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi pemeran sehingga menemukan

kemungkinan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini

menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa

Menurut Zaini dkk. (2008), role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik dan terdapat

aspek-aspek di dalamnya. Tiga aspek dalam role playing adalah mengambil peran

(role-taking), membuat peran (role-making), dan tawar-menawar peran ( role-negotiation).

Menurut Hamalik (2001), role playing juga memiliki tujuan. Tujuan role playing sesuai dengan jenis belajar adalah sebagai berikut :

1. Belajar dengan berbuat dimana para siswa melakukan peran tertentu sesuai

dengan kenyataan yang sesungguhnya. Hal ini bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan interaktif dan reaktif siswa.

2. Belajar melalui peniruan (imitasi) dimana para siswa menyamakan diri dengan

pelaku sebenarnya.

3. Belajar melalui balikan dimana para pengamat mengomentari (menanggapi)

perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan agar perilaku

keterampilan lebih mendasar.

4. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan agar para peserta dapat

memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam

penampilan berikutnya.

Organisasi role playing terdiri dari tiga fase yang berbeda, yaitu :

Perencanaan matang adalah kunci untuk sukses dalam role playing. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru sebelum memasuki kelas dan memulai role playing

antara lain :

a. Mengenal peserta didik

Semakin guru mengenal peserta didik, maka semakin besar peluang

keberhasilan role playing. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah peserta didik disesuaikan dengan ruang yang tersedia dan jumlah peran

yang ada, pengetahuan siswa mengenai materi atau skenario yang ajan

diperankan, siswa sudah memiliki pengalaman terdahulu mengenai role

playing sehingga guru tahu mana siswa harus diberikan peran seperti apa,

usia siswa karena akan berpengaruh pada pengalaman hidup siswa, latar

belakang siswa, minat dan kemampuan siswa sesuai dengan materi yang

akan diperankan, dan yang terakhir adalah kemampuan peserta didik untuk

berkolaborasi dan bekerjasama dalam timnya.

b. Menentukan tujuan pembelajaran

Sebelum memulai pembelajaran, sangat penting adanya tujuan

pembelajaran agar memiliki fokus pembelajaran yang jelas dan peserta

didik mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan

c. Waktu menggunakan role playing

d. Pendekatan role playing

Ada tiga pendekatan yang umum dalam role playing, yang pertama role playing sederhana. Role playing tipe ini hanya membutuhkan sedikit persiapan sehingga cocok dikolaborasikan dengan metode mengajar yang

lain. Peserta didik akan memerankan secara spontan skenario yang telah

diberikan sebelumnya secara berpasangan. Kedua, role playing sebagai

latihan. Role playing tipe ini memerlukan keterampilan dan persiapan. Peserta didik harus berlatih terlebih dahulu dan membutuhkan banyak

waktu. Ketiga, role playing yang diperpanjang. Peserta membutuhkan briefing skenario peran mereka sendiri. Waktu pelaksanaannya panjang

berkisar satu jam sampai lebih dari 1 hari.

e. Mengidentifikasi skenario

Pilihan skenario akan tergantung pada minat, fokus materi, serta

pengalaman guru dan peserta didik. Konstruksi skenario harus diperhatikan

dengan seksama untuk menghindari orang atau peristiwa yang stereotip

(meniru).

f. Menempatkan peran

Membuat daftar peran yang mungkin sangat berguna dalam

mengidentifikasi interaksi yang memungkinkan, jalur komunikasi yang

g. Guru berpartisipasi sebagai pemeran atau pengamat

h. Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum memulai role playing harus dipertimbangkan dulu berbagai keadaan yang berkenaan dengan sesuatu yang bersifat fisik. Hal-hal yang

perlu dipertimbangkan antara lain apakah ruangan cukup luas, apakah kursi

dan mejanya bisa dipindah, apakah tidak akan membuat bising tetangga

kelas dan seterusnya.

i. Merencanakan waktu yang baik

Alokasi waktu dianjurkan bagi diskusi pendahuluan, pemeranan, dan

refleksi adalah 1:2:3 atau sekitar 6 menit : 14 menit : 20 menit.

j. Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Guru dan peserta didik mungkin perlu meneliti informasi-informasi yang

dapat membawa mereka pada permasalahan yang dibahas serta memberi

kontribusi pada skenario yang akan diperagakan. Di awal, guru dapat

dengan singkat menggambarkan situasi, atau meminta peserta didik untuk

melihat atau mengingat suatu program televisi, baik berupa iklan,

dokumenter atau video dari situasi yang khusus.

2. Interaksi

Langkah-langkah dalam mengimplementasikan rencana ke dalam aksi :

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dari role playing pada siswa agar siswa fokus pada pelaksanaan dan bisa mengevaluasi tingkat

keberhasilan yang dicapai.

c. Membuat langkah-langkah yang jelas agar siswa memahami apa yang

akan mereka peragakan.

d. Mengurangi ketakutan tampil di depan publik agar siswa tidak merasa

cemas saat harus memperagakan perannya di depan teman-temannya.

e. Menggambarkan skenario atau situasi secara verbal, lisan ataupun

tertulis agar siswa memiliki gambaran akan perannya masing-masing.

f. Mengalokasikan peran dimana guru memilih siapa yang jadi pemeran

utama, bisa secara acak ataupun terencana.

g. Memberi informasi yang cukup, misalnya informasi yang dibutuhkan

oleh semua peserta, tambahan informasi bagi orang atau kelompok

tertentu saja, informasi yang diberikan ketika role playing berlangsung, dan informasi tentang macam hubungan diantara orang-orang yang

terlibat.

h. Menjelaskan peran guru dalam role playing.

i. Memulai role playing secara bertahap mulai dari “ice braker” atau

permainan (game), berdiskusi mengenai materi atau topik tertentu lalu

kemudian siswa mengandaikan dirinya sebagai tokoh dalam topik atau

materi tersebut.

j. Menghentikan role playing dan memulai kembali jika diperlukan k. Guru bertindak sebagai pengatur waktu agar siswa tahu kapan harus

memulai dan mengakhiri perannya.

3. Refleksi dan Evaluasi

Tahap terakhir ini sering dinamakan “debriefing” yaitu

melakukan refleksi dan evaluasi. Guru biasanya memberi kesempatan untuk

refleksi di tengah kegiatan atau di akhir kegiatan. Refleksi ini berkaitan

dengan identifikasi, klarifikasi, dan analisa terhadap materi atau topik yang

dibahas. Namun refleksi yang kompleks ini biasanya dilakukan diakhir

kegiatan. Ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan

evaluasi, dimulai dari membawa peserta didik keluar dari perannya,

kemudian meminta masing-masing siswa mengekspresikan pengalaman

belajarnya, memberikan ide-ide, memfasilitasi analisis dalam kelompok,

melakukan evaluasi bersama-sama, dan menyusun agenda untuk rencana

Menurut Zaini, dkk (2008) bermain peran (role playing) perlu digunakan di dalam kelas karena role paying dapat membuktikan diri sebagai suatu

media pendidikan yang ampuh, di mana terdapat peran-peran yang dapat

didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin

dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario).

Guru melibatkan peserta didik dalam bermain peran (role playing) karena eberapa alasan, untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang diperoleh, untuk mendemonstrasikan integrasi pengetahuan

praktis, membandingkan posisi-posisi yang diambil dalam pokok permasalahan,

menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah, menjadikan yang abstrak

menjadi konkrit, membuat spekulasi terhadap ketidak pastian yang meliputi

pengetahuan, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yang langsung dan

eksperensial serta mendorong peserta didik memanipulasi pengetahuan dalam

cara dinamik, mendorong pembelajaran seumur hidup, mempelajari bidang

tertentu dari kurikulum secara selektif, memfasilitasi perasaan peserta didik

dengan sah, mengembangkan pemahaman yang empatik dan memberi feedback

Penggunaan metode role playing juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, menurut Hamalik (2007), ada beberapa keuntungan penggunaan

metode role playing di dalam kelas yaitu pada waktu dilaksanakannya role playing, siswa dapat mengekspresikan perasaannya tanpa rasa takut. Metode role playing memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk

mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1996) keunggulan lain dari metode

role playing adalah :

1. Menyenangkan, sehingga siswa terlibat secara aktif.

2. Melatih guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi.

3. Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan

yang sebenarnya dan memvisualkan hal-hal yang abstrak.

4. Komunikasi yang digunakan sederhana dan memungkinkan terjadinya

interaksi antarsiswa.

5. Menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban, kurang cakap, dan

kurang motivasi karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan role

playing.

Menurut Djamarah, kelemahan metode role playing yaitu :

1. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman

2. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi

kurang bebas.

3. Kelas lain terganggu oleh suara pemain dari para penonton yang

kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya

Dokumen terkait